• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II : ASPEK HUKUM DALAM TRANSAKSI BISNIS

C. Hambatan-Hambatan dalam Transaksi Bisnis Internasional

4. Hambatan-Hambatan Hukum dalam Pelaksanaan Transaksi

Setiap negara ingin meningkatkan sektor ekspornya dan mengurangi sektor impor untuk meningkatkan devisa negara. Untuk merealisasikan hal ini, negara memberlakukan peraturan-peraturan yang menjadi penghambat dalam transaksi bisnis internasional.Peraturan-peraturan ini mencakup peraturan di bidang tarif dan non tarif. Peraturan di bidang tarif yaitu peraturan yang mengatur mengenai bea masuk dan bea keluar barang. Penerapan tarif di bidang impor bertujuan untuk meningkatkan harga domestik produk impor agar produk domestik bisa bersaing sehingga dapat melindungi industri dalam negeri.Peraturan di bidang non tarif meliputi pembatasan kuota impor, perizinan, peraturan kesehatan, dan sebagainya.

BAB III

SISTEM PEMBAYARAN DALAM TRANSAKSI BISNIS INTERNASIONAL

A. Sistem Pembayaran dengan Metode Barter

Barter atau imbal dagang adalah cara pembayaran barang yang mewajibkan penjual untuk mengimpor barang dari pembeli sejumlah nilai atau persentase tertentu dari harga barang ekspornya.54 Metode barter disebut juga dengan countertrade. Metode pembayaran ini dilatarbelakangi oleh ketidakmampuan banyak negara untuk membiayai kegiatan perdagangan internasional.Keterbatasan mata uang menyebabkan sistem countertrade digunakan untuk memperluas perdagangan antar negara.

Pada praktik, terdapat beberapa jenis sistem countertrade antara lain:55

1. Counterpurchase

Dalam transaksi counterpurchase, kedua pihak setuju untuk saling membeli dan menjual barang dalam perjanjian jual-beli yang berbeda.Pihak penjual atau eksportir menjual barang kepada pihak pembeli atau importir.Selain itu, pihak penjual juga diwajibkan membeli barang dari pihak pembeli sebagai ganti dari transaksi sebelumnya.Pada umumnya, penjual tidak tertarik dengan

54YB.Suhartoko. Imbal Dagang Sebagai Terobosan Meningkatkan Ekspor. Diakses di https://www.watyutink.com/topik/berpikir-merdeka/Imbal-Dagang-Sebagai-Terobosan-Meningkatkan-Ekspor tanggal 29 November 2019 pukul 10.51.

55Thomas B. McVey. Countertrade and Barter: Alternative Trade Financing by Third World Nations. MaryLand Journal of International Law.Vol.6 Issue 2. 1981. Hal. 202.

barang yang dibelinya namun penjual membelinya hanya sebatas untuk melaksanakan transaksi yang pertama. Barang yang dijual dan dibeli ini umumnya tidak sama namun memiliki nilai yang seimbang.

Pada pokoknya, terdapat dua jenis perjanjian yang berbeda dalam transaksi counterpurchase namun kedua perjanjian tersebut saling berikatan yakni perjanjian pertama dimana penjual menjual barang kepada pembeli dan perjanjian kedua dimana penjual membeli barang dari pembeli. Thomas McVey menyebut kedua transaksi tersebut ‘linked but separate’. Kedua perjanjian tersebut dikatakan linked karena terpenuhinya perjanjian pertama mendorong terlaksananya perjanjian kedua. Dikatakan separate karena kedua perjanjian tersebut tidak boleh terhubung sedemikian rupa sehingga mereka saling bergantung. Kedua perjanjian tersebut dipisah untuk memungkinkan terpisahnya pengaturan pembiayaan serta jaminan resiko.

Sistem countertrade memiliki beberapa variasi antara lain:56

a. Reverse countertrade, yaitu transaksi countertrade dimana negara dengan persediaan komoditas langka membuat persyaratan yakni apabila pihak atau negara asing ingin membeli komoditas tersebut, pihak atau negara asing tersebut wajib setuju untuk menjual kembali komoditas langka yang tidak dimiliki negara tersebut atau melakukan investasi di negara tersebut;

b. Swap, yaitu transaksi countertrade yang dilakukan untuk mengurangi biaya pengangkutan;

56Ibid.

c. Commodity exchange agreement, yaitu perjanjian antar negara yang pada dasarnya mengenai persetujuan untuk membeli jumlah tertentu dari barang negara lain dalam jangka waktu yang ditentukan;

d. Switch, yaitu transaksi commodity exchange agreement yang melibatkan pihak ketiga. Dalam transaksi switch, kedua pihak merupakan negara yang terikat dalam commodity exchange agreement, namun pihak kedua menyadari bahwa ia kekurangan mata uang (hard currency) untuk memenuhi kewajibannya pada perjanjian tersebut. Pihak kedua kemudian menjual barang atau produknya kepada pihak ketiga dan pihak ketiga melakukan pembayaran dengan mata uang yang dibutuhkan atau menjual kembali barang yang dapat diterima dalam commodity exchange agreement sebelumnya.

2. Compensation (Cooperation atau Buy Back)

Dalam transaksi compensation, Thomas McVey mengatakan bahwa:57

‘In a compensation transaction, the first party agrees to sell machinery, equipment, technology, or a turnkey plant (“equipment/technology”) to the second party, and the first party separately agrees to purchase from the second party a predetermined amount of the product manufactured from the equipment/technology. Generally, the second party pays for the equipment/technology in currency and receives payments in currency for its sale of the product to the first party.’

Pada dasarnya, transaksi compensation atau buyback terjadi apabila pihak pertama menjual suatu barang atau teknologi kepada pihak kedua dan pihak pertama mengambil hasil dari barang atau teknologi tersebut sebagai pembayaran sebagian dari transaksi tersebut.Sama seperti transaksi counterpurchase, dalamtransaksi

57Ibid.

compensation juga terdapat dua kontrak yang berhubungan namun terpisah.

Transaksi compensation jauh lebih rumit daripada counterpurchase karena melibatkan banyak sekali faktor.

Transaksi counterpurchase dan compensation sama-sama dilakukan berdasarkan dua jenis kontrak yang berhubungan namun terpisah. Kedua transaksi tersebut memiliki format kontrak yang hampir sama namun karena transaksi compensation melibatkan teknologi, maka diperlukan perhatian khusus dalam peyusunan kontrak compensation untuk melindungi teknologi yang ditransaksikan.

Secara garis besar, terdapat tiga jenis kontrak dalam counterpurchase maupun compensation, yaitu:

1. Protocol;

2. Primary Sales Agreement;

3. Secondary Sales Agreement.

Protocol merupakan pernyataan pendahuluan mengenai keterikatan antara primary dan secondary sales agreement.Protocol mengatur mengenai pernyataan bahwa para pihak menyetujui pelaksanaan kedua kontrak tersebut secara serentak.Primary dan secondary sales agreement merupakan kontrak jual-beli pada umumnya.Namun di dalam secondary sales agreement terdapat klausula-klausula tertentu seperti acknowledgement of purchase obligation, quality of counterpurchase goods, right to inspect, cancellation of first agreement, first party penalties dan second party penalties.

B. Sistem Pembayaran Prepayment dan Advance Payment

Prepayment dan Advance Payment merupakan pembayaran dimuka.Advance Payment, sebagai metode pembayaran dalam hal mana pelaksanaan pembayaran (payment) sesuai kesepakatan dalam kontrak jual beli dilakukan di muka oleh pembeli (buyer) sebelum penjual (seller) melakukan pengiriman barang kepada pembeli. Pembayaran dilakukan di depan sementara pengiriman barang (shipment) dilakukan beberapa waktu kemudian setelah tanggal pembayaran atau sesuai kesepakatan lainnya antara penjual dan pembeli.58

Dasar hukum penggunaan prepayment dan advance payment ialah kontrak jual beli para pihak. Pembayaran oleh pembeli kepada penjual dapat berupa pembayaran penuh maupun pembayaran sebagian.Dalam hal pembayaran dilakukan sebagian, maka sisa pembayarannya dapat diselesaikan secara tersendiri oleh penjual dan pembeli sesuai pengaturan dalam kontrak.Setelah penjual menerima pembayaran, penjual wajib menyertakan tanda terima pembayaran sebagai bukti bahwa pembayaran telah diterima.Tanda terima pembayaran ini merupakan dokumen penting bagi pembeli agar dapat dijadikan sebagai dasar tuntutan apabila penjual melakukan wanprestasi seperti tidak dikirimnya barang kepada pembeli.

Metode pembayaran oleh pembeli dapat berupa cek (cheque) atau telegraphic transfer. Telegraphic transfer adalah cara pengiriman uang dari satu pihak kepada pihak lain yang berada di luar negeri melalui bank. Bank berperan sebagai perantara dalam sistem pembayaran ini.Pembeli meminta kepada bank di

58Ramlan Ginting. Metode Pembayaran Perdagangan Internasional.(Jakarta: Universitas Trisakti, 2009). Hal.85.

negaranya untuk melakukan pembayaran kepada penjual di luar negeri. Bank di negara pembeli akan mengirimkan dana melalui cek atau telegraphic transfer kepada penjual melalui bank yang berada di negara penjual. Dana tersebut berasal dari pembeli.Dalam melaksanakan tugasnya sebagai perantara, bank mengenakan biaya jasa.Besar biaya jasa ini umumnya telah ditetapkan oleh bank.

Dalam hal tertentu, pembeli dapat memohon penyediaan pembayaran kepada bank yang dananya akan digunakan untuk melakukan pembayaran transaksi kepada penjual. Dalam hal ini, timbul perjanjian kredit antara bank sebagai kreditur dengan pembeli sebagai debitur.Apabila hal ini terjadi, maka pembeli wajib membayar biaya-biaya tertentu kepada bank seperti bunga dan biaya administrasi.

Dokumen-dokumen yang dibutuhkan berupa dokumen komersial seperti faktur dagang, dokumen pengangkutan, dan dokumen asuransi. Dalam hal advance payment dilakukan sebagian saja, maka keberadaan dokumen keuangan diperlukan. Dokumen keuangan ini berupa wesel atau promes. Wesel diterbitkan oleh penjual dan berfungsi sebagai piutang bagi penjual kepada pembeli, sedangkan promes diterbitkan oleh pembeli dan berfungsi sebagai pengakuan utang oleh pembeli kepada penjual.

Sistem pembayaran ini memberi keuntungan bagi penjual yakni penjual menerima pembayaran di muka.Namun, bagi pembeli tidak begitu menguntungkan karena terdapat resiko lebih besar yang ditanggung seperti tidak dikirimnya barang oleh penjual.Oleh sebab itu, kontrak bisnis yang menerapkan sistem pembayaran advance payment wajib memuat klausul-klausul yang dapat

menjamin kepentingan pembeli.Terlepas dari perlunya kehati-hatian, pembeli dapat memproteksi bisnis perusahaannya dengan produk penjaminan.Produk penjaminan merupakan penjaminan kewajiban penjual berupa pengiriman barang kepada pembeli sesuai dengan kesepakatan dalam kontrak jual-beli. Produk penjaminan dapat diperoleh dari bank atau export credit agency atau export credit insurance.59Sistem pembayaran prepayment dan advance payment umumnya dilakukan apabila pembeli dan penjual telah memiliki hubungan yang baik.

C. Sistem Pembayaran Open Account

Sistem pembayaran open account merupakan kebalikan dari sistem pembayaran advance payment. Sistem pembayaran open account merupakan sistem pembayaran dengan cara penjual (seller) melakukan pengiriman barang (shipment) dan dokumen-dokumen yang mewakili barang terlebih dahulu kepada pembeli dengan pembayaran (payment) oleh pembeli kepada penjual dilakukan beberapa waktu kemudian.60

Pelaksanaan sistem pembayaran open account didasarkan pada kontrak antara penjual dan pembeli.Bank bertindak sebagai perantara yang mengirimkan uang dari pembeli kepada penjual. Media pembayaran open account sama seperti advance payment, yakni dapat berupa cek atau telegraphic transfer. Ketika waktu pembayaran telah jatuh tempo, pembeli dapat menerbitkan cek kepada penjual melalui bank atau pembeli dapat meminta bank untuk mengirimkan dana kepada penjual melalui telegraphic transfer. Untuk pembayaran yang jatuh temponya

59Ibid. Hal 92.

60Ibid. Hal.111.

masih dalam waktu yang lama pembeli dapat melakukan pembayaran dengan wesel atau promes.

Dokumen-dokumen yang dibutuhkan sama berupa dokumen komersial berupa faktur dagang, dokumen pengangkutan dan dokumen asuransi. Bila jatuh tempo pembayaran relatif singkat maka pembeli dapat menerbitkan dokumen keuangan berupa cek. Bila jatuh temponya relatif lama, maka dokumen keuangan yang diterbitkan dapat berupa wesel atau promes. Wesel diterbitkan oleh penjual kepada pembeli dan dibayarkan oleh pembeli pada saat waktu pembayaran telah jatuh tempo.Promes diterbitkan oleh pembeli dan dibayarkan juga pada saat waktu pembayaran telah jatuh tempo.

Sistem pembayaran open account memiliki keuntungan lebih terhadap pembeli daripada penjual.Pembeli menerima barang terlebih dahulu sebelum melakukan pembayaran sedangkan penjual mengirimkan barang terlebih dahulu sebelum menerima pembayaran.Penjual menanggung resiko tidak dibayarnya barang oleh pembeli. Oleh karena itu, dalam negosiasi kontrak, penjual dapat mensyaratkan kepada pembeli untuk mendapatkan jaminan dari bank atau export credit agency atau export credit insurance untuk menjamin kewajiban pembeli dalam melakukan pembayaran kepada penjual. Penjual juga dapat mengupayakan sendiri penjaminan tersebut tanpa keterlibatan pembeli.Dalam hal ini, biaya penerbitan jaminan menjadi tanggung jawab penjual.

Alternatif daripada penjaminan dapat berupa penerbitan promes atau wesel untuk menjamin kepastian penjual terhadap pembeli. Promes dapat disyaratkan untuk mendapat jaminan bank oleh penjual untuk menambah kepastian

pembayaran bagi penjual. Sama seperti advance payment, sistem pembayaran open account dilakukan apabila antara penjual dan pembeli telah memiliki hubungan bisnis yang baik.

D. Sistem Pembayaran Menggunakan Letter of Credit (L/C)

Letter of Credit atau L/C merupakan sistem pembayaran yang paling umum digunakan dalam transaksi bisnis internasional, khususnya ekspor-impor.

L/C adalah suatu surat pembayaran yang dimohonkan oleh pembeli kepada suatu bank untuk diterbitkan kepada penjual. Bank yang menerbitkan L/C harus berupa bank yang telah diberi izin untuk melakukan kegiatan devisa.

Pihak-pihak yang terlibat dalam transaksi menggunakan L/C pada umumnya terdiri atas61:

1. Pembeli

Pembeli adalah pihak yang membeli barang dan memohon pembukaan L/C. Pembeli dalam transaksi L/C disebut juga sebagai importir, opener, atau applicant.

2. Bank Pembuka

Bank Pembuka adalah bank yang dimohonkan untuk menerbitkan L/C.

Bank yang dapat membuka L/C adalah bank yang telah diberi izin oleh Bank Indonesia untuk melakukan kegiatan devisa. Bank ini disebut juga dengan bank

61Indah Puji Astuti Utami. Letter of Credit (L/C) Sebagai Cara Pembayaran Transaksi Perdagangan Internasional Dalam Kerangka ASEAN Economic Community.Privat Law Vol.IV No.1 2016.Hal.65.

devisa. Dalam transaksi menggunakan L/C, bank pembuka dapat disebut dengan opening bank atau issuing bank.

3. Bank Koresponden

Bank Koresponden adalah bank yang dimintakan oleh Bank Pembuka untuk meneruskan L/C kepada penjual. Setelah L/C dibuka oleh Bank Pembuka, maka Bank Koresponden dapat meneruskan L/C tersebut kepada kantor cabang atau salah satu bank koresponden di luar negeri dimana penjual berada. Selain meneruskan, Bank Koresponden juga dapat dimintakan untuk melakukan pembayaran kepada penjual.Bank Koresponden disebut juga dengan advising bank.

4. Penjual

Penjual adalah pihak yang menerima pembukaan L/C serta menerima pembayaran atas nilai yang tercantum dalam L/C. Penjual dalam transaksi menggunakan L/C disebut juga dengan eksportir atau beneficiary.

Secara garis besar, alur pembayaran menggunakan L/C adalah sebagai berikut:

1. Importir memohon kepada bank pembuka untuk menerbitkan L/C untuk dan atas nama eksportir sebagai penerima L/C tersebut. Importir dengan bank pembuka terikat dalam kontrak permintaan penerbitan L/C;

2. Atas permohonan importir, bank pembuka menerbitkan L/C dan meneruskannya kepada bank koresponden dimana eksportir berada;

3. Bank koresponden menerima L/C dan memberitahukan L/C tersebut kepada eksportir;

4. Eksportir menerima pemberitahuan L/C kemudian memenuhi persyaratan dalam L/C tersebut lalu menerima pembayaran.

Bank koresponden, apabila dimintai oleh bank penerbit untuk menambahkan konfirmasinya pada L/C, bertindak juga sebagai bank pengkonfirmasi (confirming bank).Bank pengkonfirmasi memiliki kewajiban yang sama dengan bank penerbit, yakni melakukan pembayaran, negosiasi atau akseptasi wesel terhadap penerima.

Selain itu, bank pengkonfirmasi juga berkewajiban untuk memeriksa kesesuaian dokumen yang diajukan untuk memenuhi persyaratan L/C.

Pembayaran dengan L/C dapat dilakukan dalam beberapa cara yaitu:62

1. Pembayaran atas unjuk (sight payment), merupakan pembayaran L/C yang segera dilakukan setelah persyaratan dalam L/C terpenuhi;

2. Pembayaran yang ditangguhkan (deferred payment), yaitu pembayaran dimana importir diberi kelonggaran waktu dalam melakukan pembayaran L/C. Pembayaran L/C dilakukan beberapa waktu kemudian umumnya setelah L/C habis masa berlaku;

3. Pembayaran akseptasi (payment by acceptance), yaitu pembayaran L/C dimana eksportir menyerahkan dokumen yang disyaratkan L/C beserta dengan dokumen keuangan berupa wesel kepada bank penerbit atau bank yang ditunjuk. Setelah dokumen persyaratan diperiksa dan sesuai, maka bank melakukan akseptasi terhadap wesel tersebut dan mengembalikannya

62 Ramlan Ginting. Op Cit. Hal. 34.

kepada eksportir. Eksportir dapat mencairkan wesel tersebut apabila telah jatuh tempo;

4. Pembayaran negosiasi (payment by negotiation), yaitu pembayaran L/C dimana terjadi peralihan hak tagih dari eksportir kepada bank yang ditunjuk. Instrumen peralihan hak tagih umumnya berupa wesel. Eksportir melakukan endosemen terhadap wesel tersebut kepada bank yang ditunjuk.

Bank yang ditunjuk bersedia membeli wesel eksportir apabila dokumen komersial dan wesel telah sesuai dengan persyaratan L/C.

L/C terdiri atas beberapa jenis antara lain:63

1. Revocable L/C, yaitu L/C yang dapat diubah atau dibatalkan bank penerbit setiap saat tanpa pemberitahuan terlebih dahulu kepada eksportir atau penerima. Revocable L/C tidak diatur dalam UCP 600 namun UCP 600 menyatakan bahwa para pihak dapat untuk tidak tunduk pada ketentuan UCP 600;

2. Irrevocable L/C, yaitu L/C yang tidak dapat diubah atau dibatalkan secara sepihak oleh penerbit. Perubahan atau pembatalan harus dengan persetujuan penerima L/C. Selain itu, apabila terdapat bank pengkonfirmasi, harus juga mendapat persetujuan bank pengkonfirmasi terhadap perubahan atau pembatalan L/C;

3. Sight Payment L/C, yaitu L/C yang pembayarannya dilakukan secara tunai.

Jika bank menerbitkan sight payment L/C, maka bank penerus

63Ramlan Ginting. Letter of Credit: Tinjauan Aspek Hukum dan Bisnis. (Jakarta: Salemba Empat, 2000). Hal. 35.

diinstruksikan untuk melakukan pembayaran atau mengatur pembayaran kepada penerima pada saat pengajuan dokumen yang dipersyaratkan L/C;

4. Acceptance L/C, yaitu L/C yang pembayarannya dilakukan secara berjangka. Dalam acceptance L/C, akseptasi dilakukan atas wesel berjangka yang ditarik oleh penerima. Akseptasi atas wesel berjangka berarti jaminan pembayaran pada saat jatuh tempo. Melalui akseptasi penerima memperoleh janji tanpa syarat dari bank untuk membayar pada saat wesel berjangka jatuh tempo.

5. Negotiation L/C, yaitu L/C yang pembayarannya dengan cara membeli wesel dan/atau dokumen-dokumen yang diajukan penerima. Tujuan negosiasi adalah untuk memberi kesempatan kepada bank untuk menegosiasi (membeli) wesel dan/atau dokumen-dokumen dari penerima dan kemudian mengajukannya kepada bank penerbit untuk memperoleh pembayaran sesuai dengan persyaratan L/C;

6. Deferred Payment L/C, yaitu L/C yang pembayarannya dilakukan di kemudian hari. Dalam L/C jenis ini tidak termasuk wesel sebagai dokumen yang diajukan dalam rangka pembayaran L/C;

7. Confirmed L/C, yaitu L/C yang dikonfirmasi oleh bank pengkonfirmasi.

Bank pengkonfirmasi menjamin kewajiban bank penerbit untuk membayar L/C. Tanggung jawab bank pengkonfirmasi sama dengan tanggung jawab bank penerbit. Dalam confirmed L/C terbentuk kepastian pembayaran ganda;

8. Transferrable L/C, yaitu L/C yang dapat dialihkan oleh penerima kepada pemasok melalui perantaraan bank jika bank penerbit menyatakan demikian dalam L/C;

9. Assignment L/C, yaitu L/C yang membolehkan pengalihan hasil pembayaran atas L/C kepada pihak lain atas permintaan penerima.

Dasar permohonan pembukaan L/C adalah kontrak jual-beli (sales contract) antara pembeli dan penjual.Sedangkan dasar pembukaan L/C adalah kontrak penerbitan L/C antara pembeli dan bank pembuka.L/C, berdasarkan prinsip independensi, adalah terpisah dari kontrak jual-beli maupun kontrak permohonan penerbitan L/C. Bank pembuka dengan penerima L/C terikat dalam hubungan hukum yang timbul dari L/C yang diterbitkan bank pembuka.Persetujuan penerima terhadap L/C dilakukan dengan pengajuan dokumen-dokumen yang dipersyaratkan L/C kepada bank pembuka.Sedangkan hubungan penerima L/C dengan bank koresponden bergantung pada fungsi daripada bank koresponden itu sendiri.Bank pembuka dengan bank koresponden terikat dalam hubungan yang lahir dari instruksi oleh bank pembuka kepada bank koresponden yang disetujui bank koresponden.Hubungan ini disebut juga sebagai hubungan keagenan.

Penjual dalam menerima pembayaran dalam L/C wajib memenuhi persyaratan yang terdapat dalam L/C tersebut.Persyaratan ini tidak ditentukan oleh bank pembuka, melainkan oleh pembeli selaku pemohon pembukaan L/C.

Persyaratan-persyaratan tersebut umumnya berupa pemenuhan dokumen-dokumen tertentu.Bank dalam transaksi L/C berperan dalam memeriksa dan meneliti dokumen tersebut.Jika dokumen yang diteliti tidak sesuai atau

mengandung penyimpangan, maka bank berhak untuk menolak pembayaran kepada penjual.Sebaliknya, apabila dokumen sesuai, maka bank wajib melakukan pembayaran kepada penjual.Tanggung jawab bank dalam transaksi L/C hanya sebatas pemeriksaan saja.Bank tidak bertanggung jawab apabila setelah terjadinya transaksi L/C ditemukan kepalsuan.

Dokumen dalam pelaksanaan L/C terdiri dari dokumen komersial (commercial document) dan dokumen keuangan (financial document).Dokumen keuangan dapat berupa wesel(bill of exchange) atau promes (promissory note).Dokumen komersial meliputi:

1. Faktur dagang;

2. Dokumen pengangkutan, meliputi: marine/ocean bill of lading, non-negotiable sea waybill, charter party bill of lading, multimodal transport document, air transport document, road, rail or inland waterway transport document, courier and post receipt, transport documents issued by freight forwarders, dan “on deck”, “shipper’s load and count”, name of consignor;

3. Dokumen asuransi;

4. Dokumen komersial lainnya seperti surat keterangan asal, surat keterangan mutu, atau surat keterangan pengepakan. Dokumen komersial dinamakan juga sebagai dokumen pengapalan.

Penggunaan L/C sebagai sistem pembayaran tunduk pada UCP 600 (Uniform Customs & Practice for Documentary Credits).Namun, UCP 600 tidak

wajib diberlakukan apabila para pihak dalam kontrak menghendaki sebaliknya sebagaimana tertuang dalam Pasal 1 UCP 600 yang menyatakan bahwa:

‘The Uniform Customs and Practice for Documentary Credits, 2007 Revision, ICC Publication No.600 (“UCP”) are rules that apply to any documentary credit (“credit”) (including, to the extent to which they may be applicable, any standby letter of credit) when the text of the credit expressly indicates that it is subject to these rules. They are binding on all parties thereto unless expressly modified or excluded by the credit.’

Ketentuan ini berarti bahwa L/C dapat diterbitkan dengan memuat pernyataan tunduk pada UCP 600 atau tidak. Selain UCP 600, hukum nasional juga dapat diberlakukan sebagai pilihan hukum yang berlaku atas L/C. Dalam hal L/C tidak memuat klausul pilihan hukum, maka hakim harus menentukan hukum nasional yang berlaku atas L/C tersebut dengan didasarkan pada prinsip-prinsip hukum perdata internasional.64

E. Sistem Pembayaran Menggunakan Commercial Bill of Exchange

Commercial Bill of Exchange atau wesel adalah surat perintah bayar yang tidak bersyarat oleh penjual kepada pembeli untuk membayar sejumlah uang yang tertera dalam wesel dalam jangka waktu tertentu. Commercial bill of exchange disebut juga dengan draft.Pada umumnya, terdapat tiga pihak dalam transaksi menggunakan commercial bill of exchange yaitu:65

1. Drawer

64Ibid. Hal.120

65Aswathappa.Op Cit. Hal.366

Drawer adalah pihak penarik atau penerbit wesel. Dalam transaksi perdagangan internasional, yang bertindak sebagai drawer adalah penjual atau eksportir.

2. Drawee

Drawee adalah pihak kepada siapa wesel tersebut ditarik. Yang bertindak sebagai drawee adalah pembeli atau importir.

3. Payee

Payee adalah pihak yang menerima pembayaran dari wesel tersebut.

Umumnya yang bertindak sebagai payee adalah drawer.Namun, dalam hal tertentu, pihak lain dapat bertindak sebagai payee.

Dalam transaksi perdagangan internasional yang menggunakan commercial bill of

Dalam transaksi perdagangan internasional yang menggunakan commercial bill of

Dokumen terkait