• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II : ASPEK HUKUM DALAM TRANSAKSI BISNIS

3. Jenis-Jenis Transaksi Bisnis Internasional

Transaksi bisnis internasional dapat dilakukan melalui berbagai cara.

Selain ekspor dan impor, terdapat beberapa metode yang dapat dilakukan dalam melaksanakan transaksi bisnis internasional, antara lain licensing, foreign direct investment (FDI), management contracts,dan turnkey operations.

a. Ekspor dan Impor

Ekspor adalah penjualan barang ke luar negeri yang diproduksi di dalam negeri.Barang yang diekspor mencakup bahan mentah, barang jadi atau setengah-jadi, maupun barang pelengkap untuk suatu produk.Pasal 1 Angka 16 Undang-Undang No.7 Tahun 2014 tentang Perdagangan menyatakan bahwa ekspor adalah kegiatan mengeluarkan barang dari daerah pabean. Pasal 1 Angka 4 UU No.2 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia menyatakan bahwa ekspor adalah perdagangan dengan cara mengeluarkan barang dari dalam ke luar wilayah pabean Indonesia dengan memenuhi ketentuan yang berlaku. Pihak yang melakukan kegiatan ekspor disebut eksportir.Sebaliknya, pihak yang menerima barang ekspor disebut dengan importir.Importir adalah pihak yang melakukan

kegiatan impor, yakni membeli barang dari luar negeri ke dalam negeri. Dalam UU Perdagangan, disebutkan bahwa impor adalah kegiatan memasukkan barang ke dalam daerah pabean. Selain barang, perdagangan jasa juga termasuk ke dalam kegiatan ekspor-impor.Jasa yang dimaksud meliputi jasa distribusi, transportasi, pariwisata, bisnis, telekomunikasi, keuangan, komputer dan jasa terkait.31Ekspor dan impor biasanya disebut juga dengan perdagangan internasional.

Ekspor terdiri atas dua jenis, ekspor langsung dan ekspor tidak langsung.32Ekspor langsung adalah ekspor yang terjadi secara langsung tanpa melalui perantara, sedangkan ekspor tidak langsung adalah ekspor yang terjadi melalui perantara. Fletcher mengatakan bahwa ekspor tidak langsung adalah

‘whereby small firms are involved in exporting, sourcing or distribution agreements with intermediary companies who manage, on their behalf, the transaction, sale or service with overseas company.’33Dalam pelaksanaan kegiatan ekspor, eksportir cenderung tidak mengenal pasar luar negeri yang dituju.Oleh sebab itu, perantara dibutuhkan dalam melancarkan kegiatan ekspor tersebut.Perantara membantu eksportir dalam menurunkan resiko dan ketidakpastian dalam usahanya di pasar asing.Perantara yang dimaksud yakni agen dan distributor yang terletak di dalam maupun di luar negeri.

Dalam kegiatan ekspor-impor, dokumen atau surat-surat merupakan hal yang sangat penting.Tanpa adanya dokumen yang disyaratkan, kegiatan ekspor-impor tidak dapat terlaksana.Dokumen tersebut penting bagi semua pihak yang

31Panji Nurindra,Indra Prahasta,Bambang Sumarjono. Pentingnya Jasa Dalam Perdagangan Indonesia.Laporan Penelitian.2016.

32John.H.Willes. Op Cit. Hal.250

33Denise Fletcher. International Entrepreneurship and The Small Business.

Entrepreneurship & Regional Development.Vol.16 No.4.Hal.289-305.

terlibat dalam pembukaan Letter of Credit (L/C), seperti eksportir, importir, dan bank.Letter of Credit secara khusus menyatakan dokumen yang disyaratkan, antara lain:34

i. Dokumen-dokumen pengangkutan, meliputi Bill of Lading, Air Waybill, atau Railway Consignment Note

ii. Invoice (Faktur), meliputi Proforma Invoice, Commercial Invoice, atau Consuler Invoice

iii. Dokumen asuransi, meliputi Insurance Police, Insurance Certificate, atau Cover Note

iv. Dokumen tambahan, meliputi Packing List, Certificate of Origin, Certificate of Inspection, Certificate of Quality, Manufacturer’s Quality Certificate, Certificate of Analysis, Weight Certificate, Measurement List, Sanitary, Health and Veterinary Certificate, Draft/Bill of Exchange, dan lain-lain.

b. Licensing

Dalam konteks transaksi bisnis internasional, John. H. Willes mengatakan bahwa ‘a license is a contractual agreement of a right to do or make use of intellectual property by a possessor of that right in one nation in favor of another person or business in another nation.’ Pengertian lain juga menjelaskan apa yang dimaksud dengan licensing, yakni ‘license means a right or an authorization given by the owner of an intellectual property to someone else to use its

34Adrian Sutedi. Hukum Ekspor Impor. (Jakarta: Raih Asa Sukses, 2014). Hal.26-27.

intellectual property, which would without a license be unlawful.’35 Dari pengertian yang telah dikemukakan, dapat diketahui bahwa objek dari licensing adalah intellectual property rights atau hak kekayaan intelektual.

Intellectual property, menurut World Intellectual Property Organization (WIPO), adalah creations of the mind: inventions; literary and artistic works; and symbols, names and images used in commerce.36 Sedangkan intellectual property rights, menurut sumber yang sama, ialah rights that allow creators, or owners, of patents, trademarks or copyrighted works to benefit from their own work or investment in a creation. Yang termasuk kedalam hak kekayaan intelektual antara lain paten, trademark, desain industri, indikasi geografis, hak cipta dan hak-hak terkait.

Pihak yang memberikan lisensi disebut licensor sedangkan pihak yang menerima lisensi disebut licensee.Pembayaran licensee kepada licensor dilakukan dengan memberikan royalti yang dihitung berdasarkan penghasilan yang didapat licensee dari objek yang dilisensikan. Selain sistem royalti, sistem pembayaran lain yang digunakan dapat berupa pembayaran flat fee atau lump sum kepada licensor.

Technology transfer merupakan suatu bentuk dari licensing. Untuk melakukan transaksi bisnis internasional melalui technology transfer, teknologi

35Sumah Ramahchandran.An Introduction to Licensing.November 2009.Diakses di http://www.bioeconomycorporation.my/wpcontent/uploads/2011/11/downloads_aboutmalaysia/IP _Booklet_Licensing_V1.pdf pada tanggal 2 November 2019 pukul 15.50.

36WIPO.What is Intellectual Property?.WIPO Publication No.450(E). Diakses di https://www.wipo.int/edocs/pubdocs/en/intproperty/450/wipo_pub_450.pdf pada tanggal 2 November 2019 pukul 16.00.

yang bersangkutan haruslah terlebih dahulu didaftarkan hak kekayaan intelektual nya kemudian dilisensikan. Terdapat empat bentuk technology transfer yaitu:37

i. Transfer teknologi yang dikembangkan di satu negara ke perusahaan/organisasi di negara lain;

ii. Transfer teknologi dari negara maju ke negara berkembang, dengan tujuan meningkatkan perkembangan ekonomi dan industri dari negara-negara berkembang;

iii. Transfer teknologi privat, yakni antara suatu perusahaan ke perusahaan lainnya;

iv. Transfer teknologi publik-privat, yakni antara institusi pendidikan tinggi atau pemerintahan ke perusahaan.

Pelaksanaan technology transfer tidak serta-merta terjadi. Oleh karena objek lisensinya adalah suatu teknologi, maka butuh asistensi lebih lanjut oleh licensor terhadap licensee setelah terlaksananya transaksi, seperti asistensi terhadap know-how dari teknologi yang bersangkutan, keahlian teknis, instalasi teknologi, pelatihan terhadap personil yang akan mengoperasikan teknologi yang bersangkutan, dan sebagainya.

Dalam pelaksanaannya, licensor dan licensee terikat pada hubungan hukum yang dituangkan dalam suatu perjanjian tertulis yang disebut perjanjian lisensi atau licensing agreement.Setiap perjanjian wajib mengatur mengenai pihak-pihak yang terikat, tujuan para pihak, dan tanggal dibuatnya perjanjian.Namun terdapat beberapa hal khusus yang wajib diatur dalam

37Elias.G.Carayannis dan Jeffrey Alexander.Technology Transfer.Diakses di

https://www.referenceforbusiness.com/management/Str-Ti/Technology-Transfer.html tanggal 7 November 2019 pukul 13.01

perjanjian lisensi, seperti objek dari lisensi, esklusifitas lisensi yang diberikan, kerahasiaan, serta sistem pembayarannya. Hal-hal lain mengenai izin kepada licensee untuk mengubah objek lisensi juga wajib diatur dalam perjanjian.Pengaturan-pengaturan mengenai pemutusan perjanjian, pilihan hukum, dan force majeure juga wajib diatur sebagaimana perjanjian bisnis lainnya.

Apabila dalam pelaksanaan licensing, dibutuhkan asistensi dari licensor seperti technology transfer, hal tersebut juga wajib diatur dalam perjanjian lisensi.

Bentuk lain dari licensing adalah franchising. Franchising hampir sama dengan licensing namun memiliki ruang lingkup yang lebih luas. Pihak yang terlibat dalam pelaksanaan franchising ialah franchisor dan franchisee.Barbara Beshel mengemukakan pengertian dari franchise yaitu38:

‘A franchise is the agreement or license between two legally independent parties which gives:

i. A person or group of people (franchisee) the right to market a product or service using the trademark or trade name of another business

Objek dari franchising merupakan sebuah usaha, dimana dalam melisensikan usaha tersebut, tidak hanya hak kekayaan intelektual nya saja, namun juga meliputi teknologi serta hal-hal lain yang berkaitan dengan pelaksanaan usaha tersebut. Franchisor mengontrol secara langsung hal-hal seperti penentuan lokasi pembukaan franchise, desain dari franchise yang akan dibuka, teknik produksi,

38Barbara Beshel. An Introduction to Franchising.(New York: IFA Educational Foundation, 2001).

metode pembukuan, pemilihan personil/karyawan, pelatihan terhadap karyawan, sistem promosi dan sebagainya.

Charles. N. Internicola mengatakan bahwa ‘every franchise includes a license but not every license is a franchise.’39Internicola juga mengatakan bahwa suatu license agreement akan menjadi franchise agreement apabila didalamnya mengatur hal-hal antara lain:

i. Kewajiban franchisee terhadap franchisor untuk membayar sejumlah uang yang disebut sebagai initial fee payment;

ii. Royalti atau biaya yang berulang kali wajib dibayar franchisee kepada franchisor;

iii. Kontrol oleh franchisor terhadap advertising program;

iv. Kontrol oleh franchisor terhadap pelaksanaan usaha oleh franchisee.

c. Foreign Direct Investment (FDI)

FDI atau penanaman modal asing menurut Pasal 1 Angka 3 dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal dalam negeri. Penanam modal asing dapat berupa perseorangan warga negara asing, badan usaha asing, dan/atau pemerintah asing.

Maitena Duce mengatakan bahwa:

39Charles N Internicola. Licensing VS Franchising: Is There Really A Difference. The Internicola Law Firm. 2019.

‘According to the IMF and OECD definitions, direct investment reflects the aim of obtaining a lasting interest by a resident entity of one economy (direct investor) in an enterprise that is a resident in another economy (the direct investment enterprise). The “lasting interest” implies the existence of a long-term relationship between the direct investor and the direct investment enterprise and a significant degree of influence on the management of the latter.’40

Foreign Direct Investment (FDI) adalah investasi yang dilakukan oleh suatu perusahaan atau pelaku usaha di suatu negara ke perusahaan di negara lain.

Investor ini dapat berupa individu, badan usaha, maupun pemerintah. FDI dapat dilakukan dalam beberapa bentuk antara lainbranch operations, associates, subsidiaries, dan joint ventures.

Menurut OECD (Organization for Economic Cooperation and Development), branch dalam FDI adalah ‘any unincorporated direct investment enterprise in the host country fully owned by its direct investor.’ Branch operation artinya suatu perusahaan atau usaha di suatu negara membuka cabang di negara lain. Pembukaan cabang initidak berarti dibentuknya suatu entitas baru karena masih dalam bentuk usaha dan kepemilikan yang sama.

Associates adalah ketika investor asing memiliki saham antara 10% hingga 50% di suatu perusahaan.Apabila saham yang dimiliki dibawah 10% maka OECD mengkategorikannya sebagai investasi saham atau investasi tidak langsung.Subsidiaries adalah anak perusahaan.Investor asingnya disebut sebagai parent company atau holding company.FDI disebut sebagai subsidiaries apabila parent/holding company memiliki saham diatas 50%. Apabila saham yang dimiliki 100%, maka disebut sebagai wholly owned subsidiaries. Subsidiaries dan

40Maitena Duce. Definitions of Foreign Direct Investment (FDI):A Methodological Note.

Juli 2003.

parent/holding company merupakan dua entitas yang berbeda. Masing-masing perusahaan tunduk pada ketentuan hukum dimana mereka berada.

Joint Venture menurut OECD adalah:

‘A joint venture is a contractual agreement between two or more parties for the purpose of executing a business undertaking in which the parties agree to share in the profits and losses of the enterprise as well as the capital formation and contribution of operating inputs or costs. It is similar to a partnership, but typically differs in that there is generally no intention of a continuing relationship beyond the original purpose.’41 Joint venture adalah suatu bentuk transaksi bisnis dimana dua atau lebih pelaku usaha bersepakat untuk menyalurkan masing-masing sumber daya yang dimiliki dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu.Tujuan ini dari berupa suatu proyek, penelitian, atau tujuan bisnis lainnya.Sumber daya yang disalurkan dapat berupa teknologi, know-how, fasilitas, keahlian, manajemen, maupun modal.Masing-masing pihak haruslah berasal dari negara yang berbeda agar dapat dikategorikan sebagai FDI.

Joint venture dapat dilakukan dalam dua bentuk, yaitu contractual joint venture dan equity joint venture.Perbedaan mendasar antara kedua bentuk tersebut adalah dalam contractual joint venture, tidak dibentuk suatu entitas yang baru secara yuridis.Sedangkan dalam equity joint venture, dibentuk suatu entitas atau badan hukum yang baru dalam melaksanakan tujuannya. Harsh Pathak menguraikan ciri dari masing-masing joint venture, antara lain42:

‘The following are some of the features of a contractual joint venture:

41OECD.Glossary of Foreign Direct Investment Terms and Definitions.Diakses di https://www.oecd.org/daf/inv/investment-policy/2487495.pdf tanggal 8 November 2019 pukul 10.23.

42Harsh Pathak.A Perspective on Joint Venture: An International Business Expansion Strategy and Legal Implications with Specific Reference to India. Juridical Tribune.Vol 8.Issue 1.

March 2018. Hal. 131

i. Two or more parties have a common intention – of running a business venture;

ii. Each party brings some inputs;

iii. Both parties exercise some controls on the business venture;

iv. The relationship is not a transaction to transaction relationship but has a character of relatively longer duration.

Some of the features of an equity based joint venture are as follows:

i. There is an agreement to either create a new entity or for one of the parties to join into ownership of an existing entity;

ii. Shared ownership by the parties involved;

iii. Shared management of the jointly owned entity;

iv. Shared responsibilities regarding capital investment and other financing agreement;

v. Shared profit and losses according to the agreement.’

Joint venture dilaksanakan berdasarkan joint venture agreement.

Perjanjian ini mirip dengan perjanjian bisnis lainnya namun terdapat beberapa klausul tambahan antara lain43:

i. Assignments of leases or transfers of title to real estate;

ii. Licensing of use of patents or trademarks;

iii. Service agreements;

iv. Supply agreements;

v. Assignments of leases or transfer of title to production equipment;

vi. Marketing or distribution agreements;

vii. Purchase agreements relating to output of the joint venture;

viii. Financing commitments and agreements.

Build Operate Transfer projects (BOT projects) dapat dikatakan sebagai suatu bentuk dari FDI. BOT projects adalah suatu sistem pembiayaan (biasanya diterapkan dalam proyek pemerintah) berskala besar dalam studi kelayakan pengadaan barang dan peralatan, pembiayaan dan pembangunan serta pengoperasiannya, sekaligus juga penerimaan atau pendapatan yang timbul darinya diserahkan kepada pihak lain dan pihak lain ini dalam jangka waktu tertentu (jangka waktu konsesi) diberi hak pengoperasian dan memeliharanya serta untuk mengambil manfaat ekonominya guna menutup (sebagai ganti) biaya

43John.H.Willes. Op Cit. Hal.555

pembangunan proyek dan memperoleh keuntungan yang diharapkan.44 Sidney. M.

Levy memberi gambaran mengenai BOT projects yaitu:

‘The BOT Approach involves the assembling of private sponsors, usually a consortium of private companies, to finance, design, build, operate and maintain some form of revenue producing infrastructure project for a specific period. At the end of this concessionary period, when it has been estimated that all investment costs have been recouped from user fees and a profit turned, title to the project passes from the private consortium to the host government.’45

BOT projects umumnya melibatkan pihak-pihak yakni negara berkembang dengan perusahaan konstruksi yang besar. Proyek-proyek yang biasanya merupakan proyek besar seperti pembangunan bandara, pelabuhan, jalan tol, bendungan, dan sebagainya.Dalam pelaksanaannya, dapat diharuskan pembentukan suatu badan usaha baru, tergantung pada proyek dan para pihak yang terlibat.

d. Management Contracts

Aswathappa mengatakan bahwa ‘management contract is an arrangement in which one firm contracts with a foreign corporation or government to manage an entire project or undertaking for a specific period’.46Management contract adalah suatu transaksi dalam bisnis internasional dimana satu pihak melakukan pengelolaan terhadap bisnis atau usaha dari pihak lain yang berasal dari negara yang berbeda. Pengelolaan tersebut dapat dilakukan terhadap seluruh usaha pihak lain atau hanya bidang tertentu dari usaha tersebut. Para pihak melaksanakan management contract berdasarkan suatu perjanjian tertulis.Isi pokok dari

44 Felix O, Soebagjo, Laporan Akhir, Pengkajian Aspek Hukum Perjanjian Build Operate and Transfer, (Departemen Kehakiman RI: BPHN, 1993/1994), Hal.23.

45 Sidney M. Levy, “Build, Operate, Transfer: Paving the Way for Tomorrow’s Infrastructure”, (Canada: John Wiley & Sons, Inc., 1996), Hal. 16-17.

46Aswathappa.Op. Cit. Hal.13

perjanjian tersebut umumnya mengatur mengenai ruang lingkup pekerjaan, sistem pembayaran, dan jangka waktu perjanjian tersebut.

Management contract umumnya dilakukan apabila pelaku usaha tidak memiliki keahlian di bidang tertentu dalam usahanya namun ia ingin bidang tersebut ditangani oleh orang-orang yang ahli sehingga ia menyewa jasa pihak profesional untuk mengelolanya. Bentuk management contract yang umumnya dikenal adalah bisnis perhotelan.

e. Turnkey Operations

Turnkey operation adalah: ‘a product or service that is designed, supplied, built, or installed fully complete and ready to operate. The term implies that the end user just has to turn a key and start using the product or service.’47Secara sederhana, turnkey operation merupakan suatu transaksi bisnis dimana satu/lebih pihak (kontraktor) bertanggung jawab terhadap pembangunan suatu proyek mulai dari awal hingga siap jadi kemudian diserahkan kepada satu/lebih pihak lainnya (pembeli) untuk dioperasikan. Istilah lain yang digunakan adalah turnkey project atau turnkey contract.

Para pihak terikat dalam suatu perjanjian atau kontrak yang disebut turnkey contract.Adapun klausul utama yang terdapat dalam turnkey contract adalah:48

i. Design of the project ii. The Construction site

47Muhammad Syeduzzaman dkk.Benefit of Turnkey Projects in Bangladesh.International Journal of Engineering and Management Research.Vol.8. Issue 2. April 2018. Hal. 194.

48Global Negotiatior.What is a Turnkey Contract? Diakses di

http://globalnegotiator.com/files/Turnkey-contract.pdf tanggal 14 November 2019 pukul 10.02.

iii. Time for completion iv. Price and payments

v. Performance guarantees vi. The law governing the contract

Kewajiban utama pembeli dalam turnkey operation antara lain memberi akses kepada kontraktor ke lokasi pembangunan proyek, membantu kontraktor dalam memperoleh izin-izin untuk pembangunan proyek, serta melakukan pembayaran kepada kontraktor setelah proyek selesai. Kontraktor, setelah selesai dengan proyek, berkewajiban untuk memberi asistensi kepada pembeli mengenai bagaimana cara kerja proyek tersebut serta maintainance proyek tersebut.

Dokumen terkait