• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

C. Hambatan-Hambatan Yang Dihadapi Puskesmas Batangtoru

Puskesmas Batangtoru adalah sebagai salah satu penyedia pelayanan publik bagi masyarakat yang sudah pasti mengalami kendala-kendala dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan di Puskesmas Batangtoru, diantaranya adalah :

Obat-obatan yang dibiayai oleh pemerintah terkadang dirasakan masih kurang oleh pihak puskesmas, dikarenakan membludaknya pasien yang melahirkan membuat pihak puskesmas harus mengeluarkan biayanya sendiri untuk menutupi kekurangan obat yang ada, seperti yang dikemukaan oleh dr. Rudi selaku kepala Puskesmas Batangtoru :

“ kalau obat-obatannya kurang kami biaya sendiri, kami beli sendiri ke kota karena pasien yang memeriksa kehamilannya banyak sekali disini” (wawancara, 27 Februari 2017)

2. Kompeten Bidan Yang Masih Kurang

Kompeten adalah kemampuan, keterampilan, penguasaan bidan terhadap pasien, sikap yang dilakukan bidan dalam melayani pasien. Dalam kenyataan dilapangan kompeten bidan di Puskesmas Batangtoru masih dikatakan kurang berhasil, kurang cekatan dalam mengambil keputusan menangani pasien, hal ini di ungkapan sendiri oleh dr. Rudi ( 39 tahun) selaku Kepala Puskesmas Batangtoru : “ kalau kendala dari pasien sih tidak ada malah mereka sangat antusias dalam mengikuti program BPJS ini, tapi kalau dari puskesmas ini pegawai sini kurang kompeten dalam melaksanakan tugas ”.(Wawancara, 27 Februari 2017)

3. Dana yang dicairkan oleh pemerintah dilakukan dalam tempo waktu yang tidak ditentukan, misalnya 3 bulan sekali, sampai 5 bulan sekali, seperti diterapkan oleh dr. Rudi ( 39 tahun) selaku kepala puskesmas :

“ Pembayaran yang kami dapat tidak langsung diberikan pemerintah kepada kami, namun berdasarkan ketentuan yang ada, pertama kami harus menyerahkan laporan bahwa kami telah membantu persalinan si ibu dan kemudian kami harus

menunggu untuk 3-5 bulan ke depan, untuk menerima pencairan dana BPJS persalinan.”(Wawancara, 27 Februari 2017)

4. Terkadang ada pasien yang mengalami kesulitan dalam melahirkan, ketika dibantu oleh bidan atau puskesmas dengan infus, dan kemudian puskesmas meminta bayaran kepada pasien, karena infus tidak termasuk dalam program BPJS persalinan pemerintah, pasien sering tidak terima, mereka mengatakan kalau BPJS persalinan gratis, tapi kenapa bayar, sehingga ada bidan yang dilaporkan ke LSM, dikarenakan hal tersebut, maka jika ada masalah dalam persalinan, Puskesmas Batangtoru langsung merujuk ke Rumah Sakit Umum Padangsidimpuan atau Rumah Sakit TNI Padangsidimpuan.

5. Membludaknya angka kelahiran karena adanya program BPJS persalinan, seperti diungkapkan dr. Rudi sebagai Kepala Puskesmas Batangtoru :

“ Karena biaya melahirkan yang gratis, masyarakat disini berlomba-lomba memperbanyak anak, apalagi mereka tahu kalau program ini program baru, sampai-sampai orang yang merantau dari daerah pulang kesini hanya untuk melahirkan.”(Wawancara, 27 Februari 2017)

6. Keramahan pegawai yang kurang, jika mereka tidak kenal dengan pasien, sikap mereka biasa saja, tidak ingin terlalu ramah tamah dengan orang yang tidak mereka kenal

BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang akuntabilitas pelayanan kesehatan masyarakat pada program BPJS persalinan di Puskesmas Batangtoru, maka dapat ditarik kesimpulan

Secara garis besar pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh pegawai puskesmas dikatakan biasa saja dan cukup baik, dalam penelitian ini diambil tiga indikator, diantaranya :

a. Akuntabilitas Kinerja Publik Dilihat Berdasarkan Proses

Jika dilihat pada indikator diatas kinerja yang dilakukan pegawai puskesmas dikatakan :

1. Cukup baik, dalam pelayanan yang dilakukan oleh pegawai tergolong cukup baik, sebagai upaya pegawai puskesmas dalam meningkatkan kesehatan pada ibu dan bayi, serta mengurangi tingkat kematian ibu dan bayi dengan turunnya program BPJS persalinan dari pemerintah ini. 2. Dalam prosesnya, antusias warga dalam program BPJS persalinan ini

sangat baik, sehingga masyarakat banyak yang mengikuti program BPJS di Puskesmas Batangtoru ini.

3. Kedisiplinan pegawai dilihat segi keterampilan, kemampuan pegawai dalam memeriksa pasien. Dalam kedisiplinan pegawai dalam program BPJS persalinan dikatakan cukup baik, seperti yang telah diungkapkan oleh beberapa responden yang telah diwawancarai beberapa waktu yang lalu.

b. Akuntabilitas Biaya Pelayanan Dipungut Sesuai Dengan Peraturan Perundang-Undangan

Dalam indikator berikut ini biaya pelayanan yang dilakukan oleh Puskesmas Batangtoru dikatakan :

1. Sangat murah karena biaya pemeriksaan dan kelahiran digratiskan oleh pemerintah, tanpa adanya pungutan-pungutan liar apapun oleh pihak puskesmas, semua biaya yang ada ditanggung oleh pemerintah.

2. Biaya transportasi untuk pasien rujukan tidak digratiskan oleh pemerintah.

c. Akuntabilitas Produk Pelayanan Publik, Persyaratan Teknis Dan Administratif

Dalam indikator ini, pelayanan kesehatan tidak terlepas dari pelayanan administrasi, diantaranya :

1. Pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh pihak Puskesmas Batangtoru dapat dikatakan cukup memuaskan pasien, pegawai Puskesmas memberikan prosedur penjelasan pengurusan surat-surat BPJS persalinan, memberitahukan apa-apa saja yang harus dibawa ketika ingin melakukan pemeriksaan dan kelahiran, yaitu dengan membawa KTP si ibu dan Kartu Keluarga.

Berdasarkan hal diatas maka penulis menyimpulkan akuntabilitas pelayanan kesehatan pada program BPJS persalinan dapat dikatakan cukup baik, hal ini dapat dilihat dalam kemampuan pegawai dalam memeriksa pasien, kemudian dilihat lagi dalam hal pengurusan surat-surat dan biaya pemeriksaan serta kelahiran yang dilakukan secara gratis oleh pemerintah, benar-benar

diterapkan oleh pihak Puskesmas Batangtoru, pengurusan surat-surat dilakukan secara tepat dengan memberitahu pasien tentang tata cara pemeriksaan, dan prosedur pemeriksaan terhadap pasien.

d. Hambatan-Hambatan Yang Dihadapi Puskesmas Batangtoru Dalam Memberikan Pelayanan BPJS Persalinan Kepada Masyarakat

Hambatan-hambatan yang dihadapi puskesmas Batangtoru dalam memberikan pelayanan BPJS persalinan kepada masyarakat adalah :

1. Obat-obatan yang masih kurang dibiayai sendiri oleh puskesmas tanpa adanya bantuan tambahan dari pemerintah.

2. Kompeten dari bidan yang masih kurang, kemampuan bidan dalam memeriksa pasien masih dikatakan biasa saja, kecepattanggapan bidan dalam mengambil keputusan tentang pasien masih lambat.

3. Dana untuk bidan yang membantu melahirkan dan memeriksa pasien BPJS persalinan dicairkan selama 3-5 bulan sekali.

4. Kurangnya pengetahuan pasien terhadap program BPJS persalinan yang dikeluarkan pemerintah.

5. Membludaknya angka kelahiran bayi, karena gratisnya biaya persalinan, masyarakat sepertinya berlomba-lomba melahirkan di Puskesmas

6. Keramahan pegawai yang tidak kenal dengan pasien biasa saja, hanya ingin beramah tamah dengan pasien yang mereka kenal saja.

B. SARAN

Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan diatas maka dapat pula dikemukakan saran-saran :

a. Dalam indikator akuntabilitas kinerja publik berdasarkan proses

1. Akan lebih baik jika pegawai meningkatkan kedisiplinan dalam melayani pasien

2. Datang kepuskesmas sebelum jam buka puskesmas

3. Piket yang dilakukan lebih efektif lagi, sehingga pasien yang ingin melakukan persalinan lebih merasa nyaman.

4. Meningkatkan respon terhadap pasien, lebih menganggap pasien lebih penting dari masalah pribadi.

5. Meningkatkan kelengkapan peralatan di Puskesmas, agar pemeriksaan terhadap pasien tidak terhambat

b. Dalam produk pelayanan publik, persyaratan teknis dan adminisratif 1. Lebih meningkatkan pelayanan administrasi secara lebih cepat dan

akan lebih baik jika dilakukan tidak dengan cara manual namun dengan cara komputerisasi sehingga lebih efektif, misalnya penulisan nama pasien dengan cara komputerisasi

2. Menyusun nama pasien sesuai abjad sehingga memudahkan dalam mengambil data pasien.

3. Hendaknya menambah kompeten bidan dengan memberikan pelatihan kepada bidan dan pegawai agar lebih menguasai bidangnya.

4. Langsung merujuk pasien yang tidak bias ditangani di puskesmas. 5. Membatasi jumlah anak pada tiap keluarga, sehingga tidak ada

BAB II

METODE PENELITIAN

A. Bentuk Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Menurut Zuriah ( 2006: 47 ) penelitian dengan menggunakan metode deskriptif adalah penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta, atau kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat, mengenal sifat-sifat populasi atau daerah tertentu. Dalam penelitian deskriptif cenderung tidak perlu mencari atau menerangkan saling berhubungan dan menguji hipotesis.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Batangtoru, Kecamatan Batangtoru, Kabupaten Tapanuli Selatan.

C. Informan Penelitian

Menurut Sugiyono ( 2008 : 15 ) dalam sebuah penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi atau sampel. Populasi dalam penelitian kualitatif adalah social situation yang terdiri dari tempat, pelaku dan aktivitas yang saling bersinergis.

1. Informan kunci penelitian ini adalah dr. Rudi Iskandar sebagai kepala Puskemas Batangtoru

2. Informan tambahan penelitian ini adalah pasien BPJS persalinan pada Puskesmas Batangtoru

D. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam mengumpulkan data dapat dikelompokan menjadi dua macam dilihat dari klasifikasi sumbernya yakni :

1. Metode Pengumpulan Data Primer

Merupakan data yang langsung dari objek penelitian, terdiri dari :

a. Metode wawancara secara mendalam dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan sebanyaknya-banyaknya hingga diperoleh informasi yang rinci,

b. Metode kuesioner dengan menyebarkan daftar pertanyaan menyangkut penelitian pada responden penelitian, dan

c. Metode observasi dengan menggunakan pengamatan langsung terhadap fenomena yang terjadi dilapangan sesuai dengan focus penelitian.

2. Metode pengumpulan data sekunder

Merupakan data yang tidak secara langsung dari objek penelitian terdiri dari :

a. Penelitian Kepustakaan, Pengumpulan data melalui buku-buku, makalah, literature yang memiliki relevansi dengan masalah yang diteliti.

b. Studi dokumentasi, dengan cara mengkaji informasi yang bersumber dari dokumen-dokumen yang menyangkut dengan masalah penelitian.

E. Metode Analisis Data

Teknik analisa data dalam penelitian ini adalah teknik analisa data kualitatif. Menurut Moleong ( 2006:247), teknik analisa kualitatif dilakukan dilakukan dengan menyajikan data yang dimulai dengan menelaah seluruh data yang terkumpul, menyusunnya dalam satuan yang kemudian dikategorikan pada tahap berikutnya dan memeriksa keabsahan dan serta menafsirkannya dengan analisis dengan kemampuan daya nalar peneliti untuk membuat kesimpulan penelitian (Moleong, 2006 : 274). Menurut Miles dan Huberman (Sugiyono,2007:243), terdapat beberapa langkah yang harus dilalui dalam melakukan analisis data yaitu sebagai berikut :

1. Reduksi Data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

2. Penyajian Data

Setelah langkah pertama selesai, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan data dalam penelitian dengan teks yang bersifat naratif sehingga memudahkan peneliti memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami.

Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang ditemukan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten pada saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan merupakan karunia Tuhan yang sangat berharga dan merupakan salah satu hak dasar manusia, serta salah satu dari tiga faktor utama selain faktor pendidikan dan pendapatan yang menentukan indeks pembangunan sumberdaya manusia. Kesehatan adalah tanggung jawab bersama dari setiap individu, masyarakat, pemerintah dan swasta. Apapun peranan yang dimainkan pemerintah tanpa kesadaran individu dan masyarakat untuk secara mandiri menjaga kesehatan mereka hanya sedikit yang dapat dicapai. Perilaku yang sehat dan kemampuan masyarakat untuk memilih dan mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu sangat menentukan keberhasilan pembangunan kesehatan. Oleh karena itu, salah satu upaya kesehatan pokok atau misi sector kesehatan adalah mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat ( Syafrudin, 2009:32)

Sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang RI No. 36 th 2009 tentang kesehatan yaitu 5 dasar pertimbangan perlunya dibentuk Undang-Undang kesehatan yaitu pertama, kesehatan adalah hak asasi dan salah satu unsure kesejahteraan, kedua, prinsip kegiatan kesehatan yang nondiskriminatif, partisipatif dan berkelanjutan. Ketiga, kesehatan adalah investasi. Keempat, pembangunan kesehatan adalah tanggung jawab pemerintah dan masyarakat, dan yang kelima adalah tuntutan dan kebutuhan hokum dalam masyarakat. Dan dalam keputusan menteri kesehatan RI nomor 828/MENKES/SK/IX/2008 tentang standar pelayanan minimal bidang kesehatan dikabupaten/kota. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan

Sosial yang harus dilaksanakan pemerintah dan jajarannya. Pemerintah daerah (provinsi,kabupaten,kota) dipersilakan menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan berupa BPJS daerah, supaya semua warga Negara Indonesia memperoleh layanan kesehatan.

Menurut Sen (dalam Ismawan, 2000:102) penyebab kemiskinan dan keterbelakangan adalah persoalan aksesbilitas. Akibat keterbatasan dan ketiadaaan akses maka manusia mempunyai keterbatasan pilihan untuk mengembangkan hidupnya. Kecuali menjalankan apa yang terpaksa saat ini dapat dilakukan (bukan apa yang harus dilakukan). Dengan demikian manusia mempunyai keterbatasan dalam melakukan pilihan, akibat potensi manusia untuk mengembangkan hidupnya menjadi terhambat.

Dalam meningkatnya tingkat pendidikan dan keadaan sosial dalam masyarakat maka, meningkat pula kesadaran akan arti hidup sehat dan keadaan tersebut menyebabkan tuntutan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang bermutu, nyaman, dan berorientasi pada kepuasaan konsumen semakin mendesak dimana diperlukan kinerja pelayanan yang tinggi. Adapun proses pelayanan kesehatan berkaitan dengan ketersediaan sarana kesehatan.

Pembangunan kesehatan perlu terus dipacu dengan terus mengupayakan penurunan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB). System pelayanan kesehatan terus ditingkatkan. Hal ini diwujudkan dengan mendorong terbentuknya PUSKESMAS dalam rangka mendekatkan pelayanan kesehatan terutama untuk masyarakat yang tinggal dipedesaan. Peningkatan derajat kesehatan akan memberikan sumbangan nyata dalam meningkatkan daya saing bangsa yang sangat diperlukan dalam era globalisasi.

Pemerintah telah berusaha memenuhi kebutuhan masyarakat akan kesehatan dengan mendirikan Rumah Sakit dan Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKEMAS) diseluruh wilayah Indonesia. Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan disuatu wilayah kerja tertentu.

Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) :

a. Dalam rangka lebih meningkatkan pelaksanaan pemerintahan yang lebih berdaya guna, berhasil guna, bersih dan bertanggung jawab, dipandang perlu adanya pelaporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah untuk mengetahui kemampuannya dalam pencapaian visi,misi dan tujuan organisasi;

b. Untuk melaksanakan pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah perlu dikembangkan sistem pelaporan akuntabilitas kinerja yang mencakup indicator, metode, mekanisme, dan tata cara pelaporan kinerja instansi pemerintah;

c. Pelaksanaan dan pengembangan sistem pelaporan kinerja tersebut perlu diatur dalam suatu Instruksi Presiden.

Namun sampai saat ini usaha pemerintah dalam memenuhi kebutuhan masyarakat akan kesehatan belum dapat memenuhi harapan masyarakat. Banyak anggota masyarakat yang mengeluh dan merasa tidak puas dengan pelayanan yang diberikan oleh puskesmas milik pemerintah, baik itu dari segi pemeriksaan yang kurang diperhatikan oleh petugas kesehatan, lama waktu pelayanan,

keterampilan petugas, sarana/fasilitas, serta waktu tunggu untuk mendapatkan pelayanan.

Salah satu kendala penting untuk mengakses persalinan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan adalah keterbatasan dan ketidaktersediaan biaya sehingga diperlukan kebijakan terobosan untuk meningkatkan persalinan yang ditolong tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan melalui kebijakan yang disebut Jaminan persalinan. Jaminan persalinan di maksudkan untuk menghilangkan hambatan financial bagi ibu hamil mendapatkan jaminan dalam persalinan

Berikut adalah kutipan masalah BPJS di Indonesia:

Dalam rangka upaya peningkatan taraf dan kualitas hidup yang lebih baik, kesehatan harus dijaga sejak bayi masih berada dalam kandungan. Kehamilan menjadi berita gembira pada pasangan yang baru menikah atau yang sudah menginginkan keturunan. Tentu dalam menjalani kehamilan, ibu hamil harus mempersiapkan segala sesuatunya termasuk rutin dalam memeriksa kondisi kehamilan. Nah, dengan adanya program pemerintah tentang Jaminan Kesehatan Nasional atau disingkat JKN, melalui Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS Kesehatan) ibu hamil yang akan periksa kehamilan bisa menggunakan

kartu BPJS kesehatan.

Dari kutipan diatas dijelaskan bahwa kesehatan pada bayi dan ibu hamil sangatlah penting. Salah satu upaya pencegahan kematian bayi dan ibu adalah melakukan persalinan yang ditolong tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan.

Salah satu faktor penting adalah perlunya meningkatkan akses masyarakat terhadap persalinan yang sehat dengan cara memberikan kemudahan pembiayaan kepada seluruh ibu hamil yang belum memiliki kartu BPJS kesehatan. Kartu BPJS ini diberikan kepada semua ibu hamil agar dapat mengakses pelayanan pemeriksaan kehamilan (antenatal care / ANC) untuk menjaga kesehatan dan keselamatan ibu dan bayi, persalinan, pemeriksaan bayi baru lahir, pemeriksaan pasca persalinan (postnatal care / PNC) terutama selama nifas awal selama 7 hari setelah melahirkan, dan pelayanan KB.

Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor KEP/26/M.PAN/2/2004 tentang petunjuk teknis transparansi dan akuntabilitas dalam penyelenggaraan pelayanan public, menjelaskan bagaimana transparansi dan akuntabilitas yang merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan secara utuh oleh setiap instansi dan unit pelayanan instansi pemerintah sesuai dengan tugas dan fungsinya belum juga dapat dilaksanakan menyeluruh. Karena pelaksanaan transparansi dan akuntabilitas dalam penyelenggaraan pelayanan publik akan meningkatkan kinerja pelayanan public. Transparansi dan akuntabilitas harus dilaksanakan pada seluruh aspek manajemen pelayanan publik, meliputi kebijakan, perencanaan, pelaksanaan, pengawasan/pengendalian, dan laporan hasil kinerjanya. Transparansi dan akuntabilitas hendaknya dimulai dari proses perencanaan pengembangan pelayanan publik karena sangat terkait dengan kepastian berusaha bagi investor baik dalam negeri maupun luar negeri, serta kepastian pelayanan bagi masyarakat umum yang memerlukan dan yang berhak atas pelayanan.

Belum adanya sosialalisasi yang baik ditingkat masyarakat, tentang adanya BPJS dan adanya perbedaan persepsi pemahaman tentang adanya layananan kesehatan persalinan, baik ditingkat petugas kesehatan maupun pada masyarakat pengguna, misalnya tentang pelayanan persalinan di rumah sakit serta keengganan penyedia layanan kesehatan untuk melakukan kerjasama BPJS, antara lain alasan biaya klaim yang dianggap relative kecil, dibandingkan tarif yang berlakukan. Kesulitan taknis klaim, apabila ibu hamil datang berkunjung untuk pertama kali, tidak pada awal kehamilannya, atau ibu hamil yang berpindah-pindah tempat periksa karena ketidaktahuannya.

Masalah yang terjadi sekarang adalah pelayanan BPJS persalinan belum bisa di akses oleh warga Negara dengan baik. Pelayanan publik dibidang kesehatan itu yaitu BPJS persalinan yang terjadi saat ini belum memenuhi standar pelayanan publik yang baik bagi warga, akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan sangat terbatas, masyarakat belum bisa mendapatkan pelayanan BPJS persalinan disemua fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan pemerintah dikarenakan belum semua fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan pemerintah membuka layanan jaminan persalinan yang seharusnya sudah menjadi kewajiban dalam pemenuhan hak warga Negara dalam bidang kesehatan. Pelayanan publik BPJS persalinan juga belum menerapkan prinsip responsivitas terhadap kebutuhan masyarakat

Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS) sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat strategis dalam mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat.

Puskesmas Batangtoru adalah puskesmas yang terletak di Kecamatan Batangtoru, Kabupaten Tapanuli Selatan, untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal dan memuaskan bagi pasien melalui upaya kesehatan perlu adanya pelayanan yang baik diberikan oleh pegawai di Puskesmas Batangtoru tersebut, oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan memilih judul “Akuntabilitas Pelayanan Kesehatan Masyarakat pada Program BPJS Kesehatan dalam melayani Persalinan ( Studi Kasus Pada Puskesmas Kecamatan Batangtoru Kabupaten Tapanuli Selatan)”.

B. Rumusan Masalah

Pada dasarnya penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan data yang antara lain dapat digunakan untuk memecahkan masalah. Kedudukan masalah yang akan diteliti sangat sentral dalam suatu penelitian. Oleh karena itu, pemilihan masalah penelitian haruslah dipertimbangkan secara sungguh-sungguh ( Faisal, 2007:37 )

Perumusan masalah dalam penelitian yang saya miliki adalah :

1. Bagaimana akuntabilitas pelayanan kesehatan masyarakat pada program BPJS Kesehatan dalam melayani Persalinan di Puskesmas Kecamatan Batangtoru Kabupaten Tapanuli Selatan ?

2. Apa hambatan yang dihadapi dalam menjalankan akuntabilitas program BPJS Kesehatan dalam melayani Persalinan di Puskesmas Kecamatan Batangtoru Kabupaten Tapanuli Selatan ?

C. Tujuan Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan tentunya mempunyai sasaran yang hendak dicapai atau apa yang menjadi tujuan penelitian tentunya jelas diketahui sebelumnya, suatu riset khusus dalam ilmu pengetahuan empiris pada umumnya bertujuan untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu ilmu pengetahuan itu sendiri.

Tujuan dari penelitian ini adalah menjawab perumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, yakni :

1. Untuk mengetahui Bagaimana Akuntabilitas Pelayanan Kesehatan Masyarakat pada Program BPJS Kesehatan dalam melayani persalinan di Puskesmas Batangtoru Kecamatan Batangtoru, Kabupaten Tapanuli Selatan

2. Untuk mengetahui apa saja hambatan yang dihadapi dalam melakukan akuntabilitas pelayanan kesehatan pada Program BPJS Kesehatan dalam melayani Persalinan di Puskesmas Batangtoru Kecamatan Batangtoru, Kabupaten Tapanuli Selatan

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Manfaat secara ilmiah

Penelitian ini bermanfaat bagi penelitian dalam kemampuan mengembangkan kemampuan menulis karya ilmiah dan menambah pengetahuan ilmiah pada studi Administrasi Negara dalam kaitannya dengan akuntabilitas pelayanan kesehatan masyarakat pada program BPJS.

2. Manfaat secara praktis

Secara praktis penelitian ini dapat menjadi masukan bagi pemerintah atau lembaga-lembaga lain yang membutuhkan serta menjadi acuan dalam meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

3. Manfaat secara akademis

Sebagai suatu tahapan untuk melatih dan mengembangkan kemampuan berfikir dan menuangkannya dalam bentuk karya ilmiah dan sebagai syarat untuk menyesuaikan studi Strata-1 di Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. E. Kerangka Teori

Kerangka teori adalah bagian dari penelitian, tempat peneliti memberikan penjelasan tentang hal-hal yang berhubungan dengan variabel pokok, sub pokok,

Dokumen terkait