• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORI

D. Hambatan Komunikasi

Herdiyan Maulana dan Gumgum Gumelar dengan mengutip berbagai perspektif tokoh megenai hambatan komunikasi, maka diperoleh formulasi bentuk hambatan komunikasi yaitu: 1) hambatan sosiologis, 2) hambatan fisik, 3) hambatan mekanis, 4) hambatan fisiologis, 5) hambatan Psikologis, dan 6) 73 Mohd. Hatta, Simbiotika Dakwah Islam, (Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2010) h. 97-99.

hambatan semantik.74 Untuk lebih jelasnya akan penulis uraikan sebagai berikut:

1. Hambatan Sosiologis

Proses komunikasi berlangsung dalam konteks situasional. Ini berarti bahwa komunikator harus memperhatikan situasi ketika komunikasi dilangsungkan, sebab situasi amat berpengaruh terhadap kelancaran komunikasi. Dalam kaitan ini, seorang sosiolog Jerman bernama Ferdinand Tonnies, dalam mengklasifikasikan kehidupan manusia dalam masyarakat menjadi dua jenis pergaulan yang ia namakan Gemeinschaft dan Gesellschaft. Gemeinschaft adalah pergaulan hidup yang bersifat pribadi, statis, dan tak rasional, seperti dalam kehidupan rumah tangga, sedangkan Gesellschaft adalah pergaulan hidup yang bersifat tak pribadi dan rasional, seperti pergaulan di kantor atau dalam organisasi.75

Berkomunikasi dalam Gemeinschaft seperti dengan istri atau anak, tidak akan menjumpai banyak hambatan karena sifatnya personal atau pribadi sehingga dapat dilakukan dengan santai. Berbeda dengan komunikasi Gesellschaft, seseorang yang bagaimanapun tingginya kedudukan yang ia jabat, ia akan menjadi bawahan orang lain. Seorang Kepala Desa mempunyai kekuasaan di daerahnya, tetapi ia harus tuduk kepada Camat, Camat akan lain sikapnya ketia ia berkomunikasi dengan Bupati atau Walikota, dan Bupati atau Walikota ketika berkomunikasi dengan Gubernur tidak akan sesantai tatkala menghadapi Camat, dan Gubernur akan membungkuk-bungkuk sewaktu berhadapan dengan Menteri dalam negeri, dan pada gilirannya menteri dalam negeri akan bersikap demikian ketika mengkomunikasikan keadaan daerahnya kepada Presiden.

Masyarakat terdiri dari berbagai golongan dan lapisan, yang menimbulkan perbedaan dalam situasi sosial, agama, ideologi, tingkat pendidikan,

74Ibid, h. 58-59.

tingkat kekayaan, dan sebagaimana kesemuannya dapat menjadi hambatan bagi kelancaran komunikasi. Manusia, meskipun satu sama lain sama dalam jenisnya sebagai makhluk berpikir (homo sapiens), tetapi ditakdirkan berbeda dalam banyak hal. Berbeda dalam postur, warna kulit, jarak sosial, dan kebudayaan,yang pada kelanjutannya berbeda dalam gaya hidup, norma, kebiasaan, dan bahasa. Hal inilah yang diungkapkan oleh Hafied Cangara sebagai rintangan status dan budaya dalam komunikasi.76

2. Hambatan Fisik

Hambatan fisik dapat dipahami sebagai bentuk hambatan dalam komunikasi yang sifatnya kongkrit. Hambatan ini wujudnya tampak dan secara umum dapat diukur. Hambatan fisik dapat mengganggu komunikasi yang efektif. Hambatan fisik termasuk di dalamnya kondisi lingkungan dan geografis, di manan hal-hal tersebut berdampak terhadap proses komunikasi yang sedang berlangsung.77

Hambatan fisik terjadi disebabkan oleh gangguan lingkungan terhadap proses berlangsungnya komunikasi. Contohnya adalah riuh orang-orang atau kebisingan lalu lintas, suara hujan atau petir dan lain-lain pada saat komunikator sedang menyampaikan pesannya kepada komunikan.

Situasi komunikasi yang tidak menyenangkan seperti itu dapat diatasi komunikator dengan menghindarkannya jauh sebelum atau dengan mengatasinya pada saat ia sedang berkomunikasi. Untuk menghindarinya komunikator harus mengusahakan tempat komunikasi yang bebas dari gangguan suara lalu lintas atau kebisingan orang-orang seperti disebut tadi. Dalam menghadapi gangguan tersebut komunikator dapat melakukan kegiatan

76 Cangara, Pengantar Ilmu, h.156. 77Ibid., h. 60

tertentu, misalnya berhenti dahulu atau memperkeras suaranya.

Dalam kesehariannya, manusia tidak pernah terlepas dengan adanya komunikasi antar individu. Terjadinya komunikasi ini, tidak pelak lagi pastilah menimbulkan konsekuensi-konsekuensi yang dapat berpengaruh terhadap individu, dan di antaranya dari faktor demografis yang masuk ke dalam kategori hambatan fisik adalah kesesakan (crowding) dan kepadatan (density). Kepadatan dalam arti terlalu banyak orang atau benda-benda dalam suatu tempat, akan membuat individu merasa tidak nyaman, bahkan dapat mengakibatkan kecemasan.

Selain pengaruhnya terhadap kondisi fisiologis manusia seperti meningkatnya tekanan darah individu yang berada dalam kondisi kepadatan selama beberapa jam, kepadatan juga sangat berpengaruh terhadap kondisi psikologis baik komunikator maupun komunikan yaitu akan menurunkan daya konsentrasi atau perhatian terhadap sekeliling, penarikan diri, serta cenderung akan meningkatkan agresivitas.

Bentuk lain dari hambatan fisik adalah polusi. Polusi dapat berupa udara, air, atau suara. Selain berpengaruh terhadap gangguan kesehatan, polusi terutama polusi udara akan berpengaruh terhadap kondisi psikologis. Buruknya kualitas udara secara langsung dapat menurunkan kemampuan anak untuk berkonsentrasi dan daya ingatnya.78

3. Hambatan Mekanis

Hambatan mekanis dijumpai pada media yang dipergunakan dalam melancarkan komunikasi.79 Hafied Cangara menyebut hambatan ini dengan hambatan teknis yakni gangguan yang terjadi jika salah satu alat yang

78 Ibid.

digunakan dalam berkomunikasi mengalami gangguan, sehingga informasi yang ditransmisi melalui saluran mengalami kerusakan (channel noise).80

Banyak contoh yang dialami dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan hambatan mekanis ini, seperti suara telepon yang berisik, printout yang buram pada surat, suara yang hilang muncul pada pesawat radio, berita surat kabar yang sulit dicari sambungan kolomnya, gambar yang meliuk-liuk pada pesawat televisi, dan lain-lain.

Hambatan pada beberapa media tidak mungkin diatasi oleh komunikator, misalnya hambatan yang dijumpai pada surat kabar, radio, dan televisi. Tetapi pada beberapa media, komunikator dapat saja mengatasinya dengan mengambil sikap tertentu, misalnya ketika sedang menelpon terganggu oleh berisik, barangkali ia dapat mengulanginya beberapa saat kemudian. Begitu juga, surat yang printout nya buram dapat diatasi dengan di printout ulang.

4. Hambatan Fisiologis

Hambatan fisiologis mengacu pada gangguan yang berpusat pada kondisi proses mental manusia yang melakukan proses komunikasi, baik sebagai pengirim maupun penerima pesan. Kondisi tubuh yang tidak sedang berada pada kemampuan terbaiknya, di mana terjadi ketidak seimbangan metabolisme tubuh adalah salah satu bentuk contohnya. Kondisi-kondisi seperti mengantuk, lelah, sakit, lapar dan haus adalah salah satu bentuk tidak terjadinya keseimbangan dalam tubuh manusia.81

Bila merujuk pada proses individu mempersepsi pesan, maka hambatan fisiologis cenderung terjadi pada tahap awal yaitu tahap di mana individu dapat mengidentifikasi stimulus yang masuk ke dalam tubuh. Contoh

80Ibid.

gangguan fisiologis dalam proses komunikasi yaitu ketidakmampuan dalam mendengar. Gangguan dalam mendengar adalah salah satu bentuk hambatan fisiologis yang dapat terjadi pada setiap orang.

Hal ini dapat terjadi karena berbagai faktor, di antaranya gaya hidup yang tidak sehat, permasalahan genetis, kondisi medis tertentu seperti adanya infeksi atau faktor traumatik lainnya. Walaupun pada umumnya gangguan ini tidak menyebabkan gangguan mental emosional yang berat, beberapa fungsi seperti bicara dan penggunaan bahasa, perkembangan keterampilan sosial, dan pencapaian akademis berpotensi akan terganggu. Gangguan pendengaran ini, kemudian tidak hanya menyebabkan terhambatnya proses komunikasi, namun lebih jauh akan menurunkan kualitas komunikasi yang dilakukan individu dengan individu lainnya.

Contoh lain gangguan fisiologis yaitu gangguan bicara. Gangguan ini masih berakar pada kondisi medis tertentu pada penderitanya. Contoh gangguan bicara ini yaitu gagap dalam berbicara. Gagap adalah bentuk ketidaklancaran bicara yang memengaruhi proses komunikasi dan dicirikan dengan adanya pengulangan sebagian kata atau keseluruhan kata ketika penderitanya berbicara.

Kondisi lainnya yang merupakan contoh hambatan fisiologis dalam komunikasi yaitu gangguan penglihatan. Tingkat keparahan gangguan ini sangat berbeda pada tiap individu. Kehilangan penglihatan tidak selalu bermuara pada kebutaan, tetapi juga bisa dalam kesulitan dalam mengidentifikasi detail, pandangan menyempit, dan pandangan kabur. Terlepas dari berbagai jenis gangguan penglihatan, gangguan ini adalah sebuah hambatan bagi terciptanya sebuah komunikasi yang baik. Individu dengan gangguan penglihatan tidak mampu mengidentifikasi ekspresi mikro yang ditujukan lewat wajah dan bahasa tubuh misalnya, atau kesulitan mengenai

bagaimana mereka dalam mengenali lawan bicaranya.

5. Hambatan Psikologis

Proses komunikasi terjadi dengan dua cara, yaitu komunikasi secara verbal dan komunikasi secara nonverbal. Komunikasi dalam bentuk verbal dapat berupa penyampaian simbol-simbol antara satu pihak dengan pihak lainnya. Hal ini, termasuk di dalam proses interaksi interpersonal. Di dalam proses interaksi interpersonal ini, banyak hal yang dapat memengaruhi berlangsungnya proses ini.

Faktor psikologis sering kali menjadi hambatan dalam komunikasi. Hal ini umumnya disebabkan si komunikator sebelum melancarkan komunikasinya tidak mengkaji diri komunikan. Komunikasi sulit untuk berhasil apabila komunikan sedang sedih, bingung, marah, merasa kecewa, merasa iri hati, dan kondisi psikologis lainnya, juga jika komunikasi menaruh prasangka (prejudice) kepada komunikator.82

Prasangka merupakan salah satu hambatan berat bagi kegiatan komunikasi, karena orang yang berprasangka belum apa-apa sudah bersikap menentang komunikator. Pada orang yang bersikap prasangka, emosinya menyebabkan ia menarik kesimpulan tanpa menggunakan pikiran secara rasional. Emosi sering kali membutakan pikiran dan perasaan terhadap suatu fakta walaupun fakta tersebut jelas dan benar. Apalagi kalau prasangka itu sudah benar, seseorang tidak dapat lagi berpikir objektif, dan apa saja yang dilihat atau didengarnya selalu akan dinilai negatif.83

Dalam hubungan suami istri misalnya, hambatan psikologis merupakan gangguan komunikasi yang kerap terjadi dan ini yang menjadi awal ketidakharmonisan rumah tangga. Istri mengeluh, suami merasa disalahkan.

82Ibid, h. 63.

Akibatnya, suami malas berbicara kepada istri, atau istri merasa dia berbicara tidak ditanggapi oleh suami. Akhirnya komunikasi antara mereka menjadi buntu.

Jika istri atau suami tidak mau lagi mengutarakan apa yang menjadi keberatan atau masalah mereka, mereka tidak akan bisa saling mengetahui isi pikiran masing-masing. Ditambah kesibukan bekerja, sering menyebabkan pasangan suami istri tidak punya waktu untuk saling berkomunikasi karena kelelahan. Faktor kelelahan ini, kerap membuat emosi seseorang menjadi tak terkendali. Saat tubuh lelah dan stres, cenderung komunikasi yang dilakukan seseorang kepada orang lain dalam nada emosi marah dan kadang dilebih-lebihkan atau berbicara tidak sesuai fakta.

6. Hambatan Semantik

Faktor semantik menyangkut bahasa yang digunakan komunikator sebagai alat untuk menyalurkan pikiran dan perasaannya kepada komunikan. Demi kelancaran komunikasinya, komunikator harus benar-benar memperhatikan gangguan semantik ini, salah ucap atau salah tulis dapat menimbulkan salah pengertian atau salah tafsir, yang pada gilirannya bisa menimbulkan salah komunikasi.84

Hambatan semantik dalam komunikasi dapat disebabkan kadang-kadang karena komunikator yang terlalu cepat berbicara sehingga pikiran dan perasaan belum mantap terformulasikan, kata-kata sudah terlanjur dilontarkan, maksudnya mau mengatakan keledai, yang terlontar kedele. Kadang-kadang juga disebabkan karena tulisan yang kurang jelas dan sulit untuk dibaca, akibatnya menimbulkan salah pengertian dan salah tafsir.85

84 Cangara, Pengantar Ilmu, h.154.

Sebab lain hambatan semantik adalah aspek antropologis, yakni kata-kata yang sama bunyi dan tulisannya, tetapi memiliki makna yang berbeda. “Atos” dalam bahasa Sunda, tidak sama maknanya dengan “atos” dalam bahasa Jawa. Atos dalam bahasa Sunda maknanya “sudah”, tetapi dalam bahasa Jawa maknanya “keras” “Cokot” dalam bahasa Sunda, tidak sama maknanya dengan “cokot” dalam bahasa Jawa. Cokot dalam bahasa Sunda maknanya “ambil” tetapi dalam bahasa Jawa maknanya “gigit”, dan masih banyak lagi kata-kata yang sama bunyi dan tulisannya, tetapi maknanya berbeda.86

Salah komunikasi atau mis communication, adakalanya disebabkan oleh pemilihan kata yang tidak tepat, kata-kata yang sifatnya konotatif. Dalam komunikasi bahasa yang sebaiknya digunakan adalah kata-kata yang denotatif. Kalau terpaksa juga menggunakan kata-kata yang konotatif, seyogianya dijelaskan apa yang dimaksudkan sebenarnya, sehingga tidak terjadi salah tafsir. Kata-kata yang bersifat denotatif, adalah yang mengandung makna sebagaimana tercantum dalam kamus, dan diterima secara umum oleh kebanyakan orang yang sama dalam kebudayaan dan bahasanya, Kata-kata yang mempunyai pengertian konotatif, adalah yang mengandung makna emosional atau evaluatif disebabkan oleh latar belakang kehidupan dan pengalaman seseorang.87