• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hambatan Saat Melakukan Kegiatan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1Hasil Penelitian

4.1.3 Hambatan Saat Melakukan Kegiatan

Ada beberapa yang menjadi hambatan dalam mengikuti setiap kegiatan yang ada di komunitas sepeda tau ini. Hambatan tersebut merupakan hambatan yang yang dikarenakan individu dari anggota tersebut. Hambatan individu tersebut dapat dibagi menjadi dua yaitu hambatan financial dan Hambatan waktu.

Hambatan finansial merupakan hambatan yang terjadi karena faktor keuangan. Setiap kegiatan di komunitas sepeda ini biasanya mereka menggunakan dana pribadi untuk dapat mengikuti kegiatan-kegiatan yang ada di komunitas ini. Dari hasil penelitian ini dapat ditemukannya informan-informan yang memiliki hambatn finansial saat melakukan kegiatan di komunitas tersebut. Seperti Bayu yang memiliki hambatan finansial ketika ingin melakukan kegiatan bersepeda. namun hambatan ini ia temukan saat ingin mengikuti kegiatan-kegiatan yang ada di luar kota.

“Paling kendala kita Cuma di finansial aja kadang, kalo pas event keluar kota atau cemana pas hari ha nya. Dana kurang mencukupi, soalnya itu dana pribadi gitu”

Sama halnya dengan informan lainnya yaitu Bapak Rozak, ia memiliki hambatan finansial ketika ingin mengikuti mengikuti kegiatan yang ada di luar kota. Namun selain hal tersebut ia juga merasa memiliki hambatan saat melakukan kegiatan yang berada di dalam kota.

“... yang korban materi gitu yang udah jelas kalau kesana kemari pakai ongkos. Ya namanya kosti itu beridir bukan karena adanya istilah pendapatan yang setipa bulannya itu.. ada masuk gitu yakan. Ini kan swadaya, swadaya dari anggota...”

Hambatan waktu biasanya dimiliki oleh orang-orang yang memiliki kegiatan yang dapat mengikat seperti pekerjaan dan hubungan keluarga. Sulitnya membagi waktu antara kegiatan bersepeda tua dengan membagi waktu antara pekerjaan dan keluarga. Hal ini merupakan hambatan anggota komunitas ini untuk selalu ikut dalam setiap kegiatan yang ada di komunitas ini. Seperti informan

dalam penelitian ini yaitu Marwan yang harus membagi waktu antara kegiatan di komunitas tersebut dengan waktu bekerja dan waktu bersama keluarga.

“Yaa kalau bagi waktu antara kerja dan keluarga. Yaa paling penting keluarga.. jangan sampai.. gara-gara kegiatan ini jadi lupa keluarga” “kan jugaa kerja kadang lembur gitu ngga pulang-pulang”

Sama halnya dengan Dila, ia memiliki hambatan untuk mengikuti kegiatan di komunitas ini karena pekerjaannya saat ini memiliki waktu yang tidak dapat ditentukan.

“Cuman karena kerjaan pun relawan, kadang hari minggu pun masuk. Itulah yang membuat saya ga ajak lagi gitu. Karena setiap hari minggu kerja juga”

Tabel IV

Hambatan Saat Melakukan Kegiatan Informan Bapak

Rozak

Ibu Khairani

Bayu Marwan Dila

Hambatan finansial Merasa memiliki hambatan finansial saat ingin mengikuti kegiatan bersepeda Tidak merasa memiliki hambatan finansial Merasa memiliki hambatan finansial saat ingin mengikuti kegiatan bersepeda Tidak merasa memiliki hambatan finansial Tidak merasa memiliki hambatan finansial Hambatan waktu Tidak merasa memiliki hambatan waktu Tidak merasa memiliki hambatan waktu Tidak merasa memiliki hambatan waktu Memiliki hambatan saat membagi waktu untuk kegiatan di Memiliki hambatan saat membagi waktu untuk kegiatan di

komunitas, kuliah dan pekerjaan komunitas, pekerjaan dan waktu bersama keluarga Sumber : dari hasil pengamatan dan wawancara

4.2 Pembahasan

Dari hasil analisis pengamatan dan wawancara peneliti dari informan pertama hingga informan keempat, maka peneliti membuat pembahasan sesuai dengan tujuan penelitian sebagai berikut :

4.2.1 Karakteristik

Berdasarkan hasil penelitian, dapa diketahui adanya karakteristik yang beraneka ragam meliputi bebera hal yaitu usia, pekerjaan, tahun menggunakan speeda tua dan alasan mengikuti kegiatan di komunitas tersebut. dari empat hal tersebut dapat dilihat bahwa latar belakang yang dimiliki dari kelima informan dalam penelitian ini beragam. Ada yang masih muda seperti informan Bayu yang berumur 22 tahun, Dila yang berumur 21 tahun dan Marwan yang berusia 33 tahun. Ada juga yang sudah tua seperti Bapak Rozak yang berumur 56 tahun dan Ibu Khairani yang berumur 56. Pekerjaan yang dimiliki juga beragam seperti Pak Rozak yang kini sudah pensiunan, Bayu yang belum mendapatkan pekerjaan, Ibu Khairani yang kini bekerja sebagai Asisten Rumah Tangga, Marwan yang bekerja sebagai arsitek dan Dila yang masih kuliah di universitas.

Selain itu masing-masing dari kelima informan memulai bersepeda tua yang bervariatif. Seperti Bapak Rozak yang sudah mulai bersepeda tua saat ia sudah berkerja di tahun 1989, selanjutnya Ibu Khairani yang mulai bersepeda tua pada tahun 2010, selanjutnya Marwan yang memutuskan untuk menggunakan sepeda tua pada tahun 2012, sedangkan Bayu dan Dila yang mulai bersepeda tua sejak SMA yaitu pada tahun 2011.

Alasan kelima informan untuk mengikuti kegiatan di komunitas ini juga berbeda-beda ada yang dimulai dari kemauannya sendiri seperti Bapak Rozak, Bayu dan marwan. Selain itu, informan lainnya mengikuti kegiatan bersepeda karena ajakan dari orang lain. Seperti Ibu Khairati yang memutuskan ikut kegiatan bersepeda karena diajak oleh temannya, sedangkan Dila mengikuti kegiatan bersepeda di komunitas tersebut karena ajakan ibunya..

4.2.1 Makna Penggunaan Simbol

Berdasarkan dari hasil penelitian, dapat diketahui ada simbol-simbol yang menonjol dalam setiap kegiatan di komunitas ini. Simbol yang di temukan dalam penelitian ini meliputi dua hal yaitu verbal dan non verbal. Dalam penelitian ini simbol-simbol yang di temukan ada tiga yang paling menonjol yaitu: (1). Sepeda, (2). Atribut, dan (3). Bahasa.

1. Kepemilikan sepeda

Kepemilikan sepeda merupakan jenis simbol yang bersifat nonverbal Sepeda tua merupakan salah satu simbol yang paling menonjol di dalam setiap kegiatan komunitas ini. Namun dalam jenisnya sepeda tua ini memiliki beberapa spesifikasi, seperti tahun pembuatan sepeda, jenis sepeda, merek sepeda, kelengkapan sepeda, originalitas sepeda dan bahkan sejarah dari sepeda itu sendiri.

Berdasarkan keragaman jenis sepeda tua tersebut, maka sepeda – sepeda tersebut, dapat digolongkan atau diberi kelas yang menunjukkan perbedaan “kualitas atau status simbol”. Karakteristik yang menunjukkan kelas sepeda tersebut tidaklah eksak atau konkrit sepenuhnya, namun secara umum karakteristik sepeda tersebut dapat digunakan untuk mementukan 3 kelas atau golongan sepeda, yaitu:

(1) Kelas atau Golongan Gold (2) Golongan Silver

(3) Golongan Bronze

Golongan-golongan inilah yang kemudian bisa menjadi sebuah kebanggaan tersendiri bagi pemiliknya.

Dari kelima informan dalam penelitian ini hanya tiga informan mengetahui jenis dan spesifikasi sepeda yang ia miliki, yaitu Bapak Rozak, Bayu dan Marwan. Ketiga informan yang mengetahui hal tersebut pada dasarnya memiliki rasa kepemilikan atau kepedulian lebih besar di banding yang tidak mengetahui, inilah yang mendorong rasa kebanggaannya terhadap kepemilikan sepeda tersebut. Nilai penggunaan sepeda bagi ketiga informan ini memiliki arti lebih dari sekedar alat transportasi atau alat untuk melakukan kegiatan berolahraga. Sedangkan informan lainnya yaitu Ibu Khairani dan Dila kurang mengetahui hal-hal tersebut. Kedua informan ini pada dasarnya memiliki tingkat kepemilikikan atau kepedulian yang sangat minim dibandingkan dengan informan yang mengetahui hal tersebut. Nilai penggunaan sepeda pada kedua informan ini tidak begitu memiliki makna yang berarti. Namun penggunaan sepeda ini bagi kedua informan ini, bisa dapat diartikan sebagai alat untuk berkumpul dan mersakan euphoria dari setiap kegiatan di komunitas sepeda ini.

2. Atribut yang digunakan

Atribut yang digunakan saat melakukan kegiatan di komunitas sepeda ini yang sangat menonjol adalah pakaian dan aksesoris. Hal ini dikarenakan setiap mengadakan suatu kegiatan, biasanya anggota-anggota dari komunitas ini akan menggunakan kostum-kostum yang sudah ditentukan. Kostum yang mereka akan mereka gunakan disesuaikan dengan tema acara yang akan diselenggarakan. pakaian-pakaian yang umumnya mereka pakai adalah pakaian tradisional yang meliputi dari berbagai suku dan juga pakaian zaman dulu seperti jadul (zaman dulu), pahlawan dan musuh pada zaman dulu.

Pakaian yang mereka gunakan ini memiliki arti atau makna tersendiri bagi yang memakainya ataupun yang melihatnya. Misalnya pakaian tradisional yang mereka pakai ketika mengadakan acara yang bertemakan seni dan budaya. Dalam acara itu banyak yang memakai pakaian tradisional sebagai bentuk dari upaya

mereka untuk menunjukkan suatu upaya melestarikan budaya yang ada di Indonesia. Kegiatan seperti ini biasanya mereka lakukan dengan beberapa aksi teatrikal dan juga touring. Sehingga akan banyak orang yang melihat mereka menggunakan pakaian seperti itu dengan sepeda tua. Baju tradisional yang mereka gunakan ini juga untuk mengingatkan pemakainya atau yang melihat untuk selalu ingat kesenian dan budaya yang kita miliki.

Selain itu juga mereka menggunakan pakaian seperti seorang penjajah, seorang pahlawan di masa lampau atau pakaian-pakaian yang terlihat seperti zaman dulu. Biasanya pakaian ini digunakan di hari-hari besar Indonesia sepeti hari kemerdekaan, hari pahlawan dan hari-hari besar lainnya. Pakaian ini mereka pakai untuk mengenang sejarah-sejarah yang terjadi di Indonesia. Selain itu pakaian ini juga digunakan sebagai media bernostalgia bagi orang-orang tua yang hidup di masa lampau.

Namun hasil wawancara dari kelima informan tidak terlalu menyinggung makna dari pemakaian atribut tersebut. Pemahaman yang dimiliki oleh kelima informan mengenai makna dari pakaian tersebut tidak spesifik atau bersifat umum. Contohnya seperti mengetahui makna dari warna pakaian, model pakaian atau motif pakaian tersebut. Pakaian tersebut umumnya bagi kelima informan merupakan sebagai alat untuk mengekspresikan sesuatu, misalnya seperti penggunaan pakaian tradisional yang digunakan sebagai alat untuk menunjukkan kembali budaya-budaya, pakaian seperti zaman dulu yang digunakan sebagai alat nostalgia untuk mengenang kejadian masa lalu atau menjadi alat untuk mengingat kembali sejarah yang dapat mendorong rasa nasionalisme.

3. Bahasa yang digunakan

Dalam setiap kegiatan yang dilakukan komunitas ini biasanya anggota-anggota dari komunitas ini menggunakan Bahasa Indonesia. Namun, sering juga terdengar bahwa mereka cenderung menggunakan bahasa selain dari Bahasa Indonesia, yaitu bahasa Jawa. Kecenderungan mereka menggunakan bahasa Jawa karena didalam komunitas tersebut memiliki lebih banyak anggota yang bersuku Jawa, selain itu di luar mereka yang bersuku Jawa juga mampu memahami dan

berbicara dengan bahasa Jawa. Itulah sebabnya mengapa mereka lebih cenderung menggunakan bahasa Jawa.

Namun, ada faktor lain yang menjadi alasan kecenderungan mereka yang menggunakan bahasa jawa saat kegiatan bersepeda di komunitas sepeda tua ini. Hal ini ditarik dari asal-usul sepeda itu sendiri. Awalnya sepeda tua itu digunakan oleh orang-orang yanga ada di pulau Jawa. Mengingat dataran pulau Sumatera yang memiliki banyak bukit sehingga jarang penduduknya pada zaman dahulu menggunakan sepeda sebagai laat transportasi. Pada umumnya yang mengunakan sepeda tua ini merupakan seorang pekerja yang ada di perkebunan. Pekerja ini merupaka seorang kuli kontrak yang di kirim dari pulau Jawa oleh Belanda pada masa penjajahan dulu. Mereka mengirim beberapa pekerja ke pulau-pulau lain seperti salah satunya pulau Sumatera. Setiap melakukan pekerjaannya kuli kontrak ini difasilitasi sepeda sebagai sarana transportasi. Karena transmigrasi yang dilakukan oleh kuli kontrak ini membuat populasi orang Jawa di Sumatera Utara meningkat sehingga terjadinya pembauran budaya. Sebab dari itulah mengapa pada umumnya yang menggunakan sepeda tua itu menggunakan bahasa Jawa apabila ditarik dari sisi sejahrahnya.

Namun arti dibalik makna ini sebenarnya tidak banyak orang yang menyadari. Apa bahasa yang digunakan disetiap kegiatan dan apa makna dari bahasa tersebut. Hal itu dikarenakan kurangnya kesadaran dari memaknai simbol-simbol yang ada disekitar mereka. Sehingga mereka kurang memaknai arti dari simbol tersebut.

Sesuai dengan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa simbol adalah sesuatu yang digunakan untuk menunjukkan sesuatu lainnya, berdasarkan kesepakatan sekelompok orang, lambang meliputi kata-kata (pesan verbal), perilaku non verbal dan objek yang maknanya disepakati bersama (Mulyana, 2010:92). Dari tiga simbol yang ditemukan dalam penelitian ini dapat diartikan bahwa, setiap simbol memiliki makna yang berbeda-beda bagi yang menggunakan atau memakaianya. Hal ini dikarenakan simbol bekerja dengan cara yang lebih kompleks, yaitu dengan membolehkan seseorang untuk berpikir mengenai suatu instrumen pikiran.

Dokumen terkait