• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik .1 Informan I .1 Informan I

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1Hasil Penelitian

4.1.1 Karakteristik .1 Informan I .1 Informan I

Nama : Bapak Rozak

Tempat Tanggal Lahir: Medan, 4 Mei 1960

Usia : 56 tahun

Pekerjaan : Pensiunan

Agama : Islam

Informan pertama dalam penelitian ini adalah Bapak Rozak, seorang pensiunan yang berumur 55 tahun. Ia lahir di Kota Medan pada tanggal 4 Mei 1960. Kini ia menetap di Medan bersama dengan istri dan anak bungsunya yang duduk di bangku kelas dua sekolah menengah atas (SMA). Sebelumnya ia pernah bekerja dan menetap di Jawa tengah, namun karena ia berpindah tugas ke Medan maka Pak Rozak dan keluarga pindah dan menetap di Medan. Bapak ini memiliki empat orang anak yang dimana tiga diantara anaknya berada di luar kota. Anak

pertamanya dan ketiganya adalah laki-laki yang kini sedang bekerjadi di luar kota. Sedangkan anaknya yang nomor dua adalah perempuan yang kini tinggal bersama suaminya di pulau Jawa.

Kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh Bapak Rozak ialah berbisnis sepeda tua di rumahnya. Pak Rozak menjual sepeda, onderdil sepeda tua, tas kulit, lampu sepeda, bel sepeda dan aksesoris-aksesoris sepeda lainnya. Barang-barang yang di jualnya ini berbentuk orderan yang harus di pesan terlebih dahulu.

“Kalau saya kan yang paling pertama saya pensiunan, yang kedua yah bisnis di bidang sepeda, perlengkapan-perlengkapan dan aksesoris, jadi kalau waktunya.. tidak mengikat pekerjaan”

Harga yang ia berikan untuk para pembeli bervariatif ada yang mulai dari ratusan ribu rupiah sampai jutaan ribu rupiah, harga yang diberikannya tergantung barang yang akan di beli serta originalitas dan kualitas barang tersebut.

“Ya... tergantung yaaa. Ada yang jenisnya golongan gold nah itu mahal, dibawahnya sikit itu silver ya tidak gitu mahal.. ada juga yang murah mulai dari delapan ratus ribuan gitu.. tapi umumnya sejutaan.. ya tergantung jenis-jenisnya lah”

Biasanya ia menjual sepeda tua dan perlengkapannya dari teman ke teman. Selain sibuk untuk menjalankan bisnis sepeda tua, ia juga sibuk mengikuti kegiatan-kegiatan yang ada di komunitas sepeda tua yang sedang ia geluti sekarang ini. Saat melakukan pengumpulan data peneliti bertemu beberapa kali dengan Bapak Rozak di dalam kegiatan bersepeda yang diadakan setiap minggu dan beberapa event seperti acara pelantikan ketua umum salah satu klub yang berada di naungan KOSTI Kota Medan dan acara April Seru yang diadakan di Grand Palladium. Dalam beberapa pernyataan juga ia menyatakan bahwa dia turut andil dalam mengikuti latihan yang dilakukan beberapa hari sebelum acara itu akan diselenggarakan.

Pada awalnya ia sangat menyukai sepak bola, namun kondisi fisik yang melemah karena usia yang semakin bertambah saat ini ia lebih memilih bersepeda. Selain itu sepeda merupakan olahraga yang baik untuk menjaga kebugaran tubuh di usianya yang sekarang.

“Dulu hobi saya itu sepak bola, tapi kan kalau sekarang ga mungkin.. banyak pertimbangannya kalau jatuh nanti bisa cedera.. memungkin cedera lebih besar di banding bersepeda..”

“... kita kan bersepeda untuk olahraga gitu yang dimana bersepeda itu kan olahraga rekreasi, olahraga seneng-seneng bukan olahraga yang.. yang apalah kita bilanglannya yang masa.. yang apa yang seperti ketentuan-ketentuan.. kompetisi gitu”

Kegiatan sepeda ini pun merupakan salah satu sarana nostalgia bagi Bapak Rozak untuk mengenang masa-masa saat ia masih sekolah dasar (SD) di Medan. Saat masih SD ia sering menggunakan sepeda untuk pergi ke sekolah atau pergi bermain-main bersama teman-teman. Hal ini lah yang menjadi alasan mengapa Pak Rozak sangat menyukai sepeda tua, selain sepeda tua menjadi sarana nostalgia, baginya sepeda tua juga merupakan salah satu budaya pada jaman dulu yang harus dilestarikan.

“Jadi disamping bersepeda kita juga melestarikan peninggalan -peninggalan zaman dulu jangan sampe punah gitu dan menularkan pada generasi muda agar dia lebih mencintai peninggalan-peninggalan tempo dulu kan termasuk cikal bakalnya naik motor juga kan kakek dan neneknya dulu naik sepeda gitu..”

Kesukaannya pada sepeda tua awalnya dilakukannya sendiri. Ia sudah menggunakan sepeda tua pada tahun 1989, ketika ia sudah menetap dan bekerja di Medan. Kegemarannya dalam bersepeda tua kini sudah menjadi kebiasaan yang dilakukannya sehari-hari. Biasanya setiap hari ia selalu bersepeda dengan sepeda tuanya lima kilometer atau minimal lima menit dalam waktu sehari. Baginya kegiatan bersepeda ini merupakan salah satu bentuk sikap untuk menjaga kelestarian alam. Baginya kegiatan bersepeda tua ini memiliki banyak hal positif seperti menjaga kelestarian alam, mengurangi penggunaan emisi yang berasal dari sumber daya alam, melestarikan budaya dan membiasakan diri untuk hidup sehat. Awalnya kegiatan bersepeda ini dilakukannya sendiri untuk pergi ke kantor atau berjalan-jalan di sekitar kota. Pada saat melakukan perjalanan bersepeda ternyata ia menemukan orang-orang yang juga menggunakan sepeda tua. Berawal dari situ ia menemukan adanya penyuka sepeda tua, dimulai dari sebuah pertemanan akhirnya ia membentuk sebuah klub sepeda tua.

Kegemaran terhadap sepeda tua ini tidak hanya sampai pada saat menggunakan sepedanya saja. Tetapi mengoleksi beberapa jenis sepeda tua dan bermacam-macam aksesoris sepeda tua adalah cara para pecinta sepeda tua menggemari sepeda tua ini. Bapak Rozak sendiri pun kini memiliki banyak sepeda tua, sejauh ini sudah ada 60 sepeda tua yang pernah ia miliki. Namun, untuk saat ini sepeda yang dimilikinya tinggal 14 sepeda tua dan satu diantara 14 sepeda tua itu adalah sepeda anak bungsunya, lain dari itu sudah ia perjual-belikan.

“Ada empat belass tuh di depan ada tuh diluar yang di dalam juga masih ada lagi.. jadi rumah isinya sepeda semua.. kalau yang ini punya yona sendiri”

“selama ini... udah.. adalah itu 60 sepeda”

“Cuma kalau yang sering di pake itu gazelle tahun lima dua sama fongers itu tahuun enam empat biasanya buat jalan jauh.. kalau di dalam kota aja radium tahun lima dua sama hercules yang tahun lima sembilan”

Selain alasan bisnis, ia memperjual belikan sepeda tua ini biasanya atas permintaan teman-teman atau menjualnya untuk membeli sepeda yang baru. Biasanya Bapak Rozak akan membeli sepeda sesuai dengan kualitas dan originalitas sepeda tersebut, selain hal itu juga ia akan melihat sepeda tua yang akan dibelinya berdasarkan merk dan tahun pembuatan sepeda.

Dari jual beli sepeda itulah yang akhirnya membawa ia dan teman-teman klubnya menemukan penyuka sepeda tua lainnya yang berada di luar dari Kota Medan. Terjalinnya komunikasi yang baik antar sesama penyuka sepeda tua, baik yang di luar klub bahkan di luar kota membuatnya banyak mengetahui informasi-informasi mengenai sepeda tua. Termasuk salah satunya adalah informasi-informasi mengenai adanya Komunitas Sepeda Tua Indonesia (KOSTI). Setelah mendapat informasi dari temannya yang berada di luar kota bahwa ada wadah untuk para penyuka sepeda tua di Indonesia, ia pun langsung mencari informasi mengenai komunitas tersebut melalui beberapa media massa dan juga internet.

“Ya kosti tau dari informasi media gitu. Terutama dari media-media internet, dari media massa juga berita di tv juga kan ada

kegiatan-kegiatan mereka. Kita dapat info dari teman-teman yang sudah ada di jakarta sana, di jawa gitu, kita kan ada suka telfon atau apa.. ini lo ada kosti, kosti itu untuk menyatukan kita gitu.. untuk kita berorganisasi” Melihat visi dan misi KOSTI yang merupakan wadah untuk mempersatukan penyuka sepeda tua yang berada di seluruh nusantara. Bapak Rozak pun berniat mengikuti rangkaian kegiatan di KOSTI Pusat pada tahun 2009.

“Kita tertarik sama kosti itukan yang pertama kali ya dari tadi yaa visi dan misi dia itu apa tujuannya dan juga itu berkumpul dengan teman-teman dari seluruh daerah yaa dari seluruh kalau kita bilang ya dari sumatera utara”

Pada saat itu ia datang sebagai tamu peninjau dari Sumatera Utara karena pada saat itu KOSTI SUMUT dan KOSTI MEDAN belum ada. Selang empat tahun kemudian tepatnya pada tanggal 28 Januari 2013 akhirnya KOSTI SUMUT dibentuk sebagai cabang dari KOSTI Pusat untuk para penyuka sepeda tua yang berada di Sumatera Utara, yang kemudian juga merupakan payung dari klub-klub sepeda tua yang ada di Sumatera utrara. Kini sudah ada 33 klub sepeda tua yang bergabung di komunitas tersebut. Pada saat itu ia dipercayakan sebagai salah satu pengurus di komunitas ini sebagai ketua harian dalam komunitas tersebut.

Bapak Rozak selalu hadir dalam mengikuti setiap kegiatan yang ada di komunitas sepeda tua ini. Saat melakukan pengumpulan data peneliti bertemu dua kali dalam 2 event yaitu acara April Seru di Grand Palladium Mall dan acara pengangkatan salah satu ketua klub sepeda tua di kota Medan. Di luar dari itu juga ia mengaku selalu ikut serta dalam setiap kegiatan di komunitas sepeda tua tersebu tbaik itu event, formal maupun mingguan yang rutin dilakukan setiap hari minggu di pusat Kota Medan. kegiatan event yang dilakukannya seperti event budaya yang di selenggarakan oleh instansi pemerintahan, perusahaan-perusahaan dan event yang di selenggarakan di berbagai kampus di Kota Medan. Kegiatan formal yang diikuti olehnya yaitu seperti silaturrahmi nasional, kongres dan rapat-rapat kepengurusan.

“Kalau kegiatan kosti hampir seluruhnya kita ikutin termasuk yang di luar sumatera utara, jadi pertama dulu kunjungan ke aceh duaribu lima belas

eh dua ribuuu iya duaribu lima belas kita ke aceh. Dua ribu lima belas akhir kita buat acar di sini kan. Kalau kegiatan-kegiatan yang di luar sumatera itu termasuk di bali, di jawa semua kita ikuti, jawa timur, jawa barat, semua kita ikutin”

Selain itu ia juga aktif kegiatan beberapa dari KOSTI di luar kota medan seperti kunjungan ke beberapa kota yaitu, nias, aceh, bandung, jogja dan kota-kota lainnya. Keaktifannya dalam mengikuti kegiatan di komunitas ini juga sangat antusias ia ikuti. Bapak Rozak juga menyukseskan beberapa agenda yang ada di KOSTI Kota Medan dan beberapa agenda klub-klub yang berada di bawah KOSTI Kota Medan. Hal ini ditunjukkannya dengan mengikuti latihan-latihan untuk menyukseskan event-event besar di komunitas ini yang biasanya dilakukan setiap hari rabu dan jumat.

“Kalau kegiatan di kosti itu umumnya kan hari minggu ya hari libur. Cuman, persiapan-persiapannya itukan misalna kegiatan sebelum hari minggu udah ada atau misalnya kegiatan yang lebih besar itukan sebulan dua bluan sebelum.. sebelum kegiatan itu sudah rencakanan gitu”

Keaktifan dan antusiasnya dalam mengikuti setiap kegiatan, menjadikan ia cukup dikenal oleh banyak anggota-anggota di komunitas tersebut. Hal ini dikarenakan hubungan baik dan intens yang dilakukan nya dan beberapa anggota yang aktif dan rutin mengikuti kegiatan-kegiatan komunitas tersebut di sela-sela aktifitasnya sehari-hari. Di dalam komuitas tersebut adapun anggota yang dekat dan akrab dengannya. Bapak Rozak mengaku memiliki enam orang teman akrab yaitu Bapak Rusdi, Bapak Andi Surahman, Bapak Jimmy, Bapak Hadi Sukoco, Bapak Jul, Bapak Djaelani yang biasanya ia hubungi atau temui saat melakukan kegiatan bersepeda bersama. Namun, baginya tidak ada kedekatan khusus yang dimilikinya dengan anggota-anggota di komunitas tersebut, kedekatan itu merupakan hanya sebatas keakraban dalam komunitas itu saja, karena bagi ia setiap anggota yang berada di komunitas itu semua sama. Bahasa yang digunakan dalam setiap komunikasi yang ada di komunitas tersebut juga baginya biasa saja, tidak ada hal yang dikhususkan ketika menyebutkan sesuatu atau memanggil seseorang.

“Kalau teman akrab gitu ga ada ya... Paling ada beberapa yang dekat di komunitas itu Cuma lebih sering ngobrol aja tentang sepeda, selebihnya sih ngga ada. di luar pun ya kita biasa sajalaa..”

“Gada bahasa khusus yang.. istilahnya ga ada, ga kita pakai isti lah-istilah itu bahkan kita terapkan sendiri apapun ceritanya, tetap juga pakai namanya aja gitu may bapak atau apa. Kalau misalnya bung atau apa gitu jarang kita pake, ga ada kita pake itu.”

Dalam mengikuti setiap aktifitas bersepeda tiap minggu maupun biasanya Bapak Rozak sering memakai pakaian adat. Pakaian adat yang dipakainya biasa pakaian adat jawa seperti lurik atau kain warok dan beberapa aksesoris lainnya seperti kain jarik, blangkon dan lain-lain. Hal itu dilakukannya untuk menunjukkan rasa cinta terhadap budaya-budaya di Indonesia, sehingga baginya ia bisa menunjukkan rasa tersebut sambil bersepeda. Pakaian jawa ini juga ia pilih karena baginya pemakaian pakaian ini simple dan lebih enak dipakai dibanding pakaian adat yang lain.

“Kalau penampilan khususs.. biasanya kalau kegiatan saya sendiri itu saya sendiri lebih.. ke ini budaya jawa yaa. Budaya berpakaian jawa gitu. Contohnya seperti, apa namanya.. warok gitu yaa kalau bahasa jawa timurnya itu warok gitu..”

Namun untuk beberapa event tertentu ia juga menggunakan pakaian seperti militer, pekerja di perkebunan, veteran atau pakaian-pakaian yang seperti baju pada masa lampau sesuai dengan tema acara dari kegiatan tersebut. Bapak Rozak juga memilki penampilan khusus saat melakukan kegiatan formal komunitas tersebut, seperti kegiatan Kongres KOSTI Pusat.

“Ooo kalau kongres itukan kita sudah ada ketentuan-ketentuan dari panitia yang umumnya itu berpakaian rapi dan kemeja gitu yaa. Cuman sekarangkan udah ada baju kosti. Jadi setiap kongres itu kita harus pakai seragam kosti gitu karena kita sebagai pengurus harus mematuhi aturan-aturan itu gitu, aturan-aturan dari kosti.”

Pada kegiatan tersebut ia selaku seorang pengurus di KOSTI Sumut, ia diharuskan memakai pakaian seragam resmi dari KOSTI Pusat. Hal itu harus dilakukannya karena sudah tercantum dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga komunitas tersebut.

4.1.1.2 Informan II

Nama : Ibu Khairani

Tempat Tanggal Lahir: Medan, 2 Oktober 1961

Usia : 56 tahun

Pekerjaan : Asisten Rumah Tangga

Agama : Islam

Informan yang kedua adalah Ibu Khairani merupakan seorang ibu dari dua anak perempuan yang berprofesi sebagai asisten rumah tangga lepas. Ia lahir di Medan pada tanggal 2 Oktober 1961, kini ia sudah berumur 56 tahun. Suaminya merupakan seorang yang tidak memiliki pekerjaan tetap dan kedua anaknya kini sudah selesai sekolah dan kini sedang bekerja. Ibu Khairani dan keluarganya tinggal di daerah Tembung. Kegiatannya kini sebagai ibu rumah tangga dan bekerja sebagai asisten rumah yang pekerjaanya seperti mencuci baju dan menyetrika baju.

“Kegiatan ibu sehari-hari yaaa ibu rumah tanggalah sama bekerja” “Nyuci disini, jalan timor”

Selain itu ia juga sering melakukan perjalan dengan bersepeda atau berjalan kaki, kegiatan itu biasanya ia lakukan setelah selesai bekerja atau ketika memiliki waktu senggang. Hobi yang ia miliki adalah memasak karena memasak merupakan pekerjaan menyenangkan yang ia lakukan sehari-hari, selain itu ia juga menyukai kegiatan kumpul-kumpul bersama teman-temannya dan juga jalan-jalan.

“Hobi ibu yaa banyak.. masak ya hobi, joget ya hobi, naik sepeda ya hobi, ya gitu ya jalan-jalan hobii.. jalan-jalan naik sepeda. Gak hari minggu ibu juga naik sepeda sore, ya jalan-jalan aja.”

Hobi jalan-jalan yang sering ia lakukan biasanya ia lakukan sendiri dengan sepeda atau tanpa sepeda, dan tidak jarang juga ia sering berjalan-jalan bersama teman-temannya dengan menggunakan sepeda. Sepeda yang ia gunakan untuk bersepeda adalah jenis sepeda tua. Sepeda tua itu ia beli sebagai sarana transportasi dan juga sebagai alat untuk berolahraga. Pada awalnya ia memiliki dua sepeda yang biasa ia gunakan bersama anaknya, namun belakangan ini

anaknya jarang menggunakan sepeda tua itu karena sudah sibuk bekerja, sehingga salah satu dari sepeda itu ia jual karena sudah sangat jarang dipakai.

“Ada di bawah, satu. Satu ntek wes aku tak jual, ngga ada yang mainin. Anak ga mau mainin lagi”

Kesukaannya dengan kegiatan bersepeda ternyata tidak main-main. Ibu Khairani dan teman-temannya yang beberapa juga adalah tetangganya mengikuti salah satu klub sepeda tua. Nama klub sepeda tua itu bernama POS yang merupakan salah satu klub yang kini berada di bawah naungan KOSTI Kota Medan. Pada awalnya ia mengikuti kegiatan bersepeda ini karena ajakan temannya yang sering bersepeda dengannya. Ia sudah mengikuti kegiatan bersepeda tua di klub ini sejak tahun 2000.

“Ibukan sebelum di kosti ibu itu di klub, dari temen-temen klub, dari temen-temen sepeda. Ya sebelum masuk ke kosti kita kan udah dari klub sendiri jadi setelah itu terbentuklah kosti”

Namun pada saat itu KOSTI Sumut dengan KOSTI Kota Medan belum berdiri. Setelah sekian lama mengikuti kegiatan bersepeda akhirnya KOSTI di Sumut pun berdiri pada tahun 2013, ia pun langsung mengikuti beberapa kegiatan di komunitas tersebut. Awal mula tahu KOSTI juga ia tahu dari teman-teman klub sepeda, dan beberapa dari teman klub sepedanya menjadi anggota kepengurusan pertama di komunitas tersebut. Walaupun banyak teman-temannya yang merupakan pengurus di komunitas sepeda tua ini, ia tetap tidak ingin menjadi seorang pengurs. Baginya hadir dan datang di setiap acara atau kumpul-kumpul sudah membuatnya merasa senang sehingga ia tidak perlu terikat dengan menjadi salah satu pengurus di komunitas tersebut.

“Ya seneng aja sih temen-temen banyak, ramah-ramah”

Kegiatan KOSTI yang ia ikuti pertama kali adalah ketika diselenggarakannya pertama kali silaturrahmi daerah para penyuka sepeda tua di Sumatera Utara yang pada saat itu di selenggarakan di kota Medan. Kesan yang ia dapat dalam acara itu adalah senang dapat bertemu dengan teman-teman baru sesama penyuka sepeda tua dari seluruh nusantara. Selain itu komunitas tersebut terlihat solidaritasnya. Hal-hal lain yang disenangi Ibu ini adalah kegiatan yang

dilakukan komunitas ini adalah kegiatan yang positif. Kegiatan-kegiatan tersebut seperti melakukan penggalangan dana kepada yang tidak mampu, penggalangan dana untuk korban bencana dan kegiatan positif lainnya.

“Ya kita di kosti ini juga positif kegiatannya.. ga cuma kumpul-kumpul aja.. kita juga kaya kemarin bantu orang sakit.. kita sendiri yang kumpulin dananya.. yakan bu, yang kemarin itu”

Dalam hubungannya dengan sesama anggota di komunitas tersebut, Ibu Khairani merasa tidak ada perbedaan antara anggota satu dengan lainnya, ia merasa tidak ada istilah khusus atau bahasa khusus yang digunakan saat berkomunikasi dengan anggota-anggota di komunitas tersebut. Walalupun didalam komunitas tersebut anggotanya memiliki latar belakang dan profesi yang berbeda-beda. Di dalam komunitas tersebut ia mengaku memiliki tiga teman dekat yaitu Ibu Vina, Ibu Ema dan Ibu. Kedekatan yang ia alami itu berawal dari teman-teman klub dan merupakan orang-orang yang tempat tinggalnya tidak jauh dari rumahnya. Sehingga mereka terbiasa untuk bersepeda bersama dari rumah ke tempat yang akan mereka tuju.

Saat bersepeda biasanya Ibu Khairani menggunakan baju olahraga biasa dengan beberapa aksesoris seperti kalung batu dan beberapa pin-pin yang disematkan di kaos olahraga tersebut, alasan ia menggunakan pakaian tersebut karena baginya lebih simple dan enak dipakai.

“Ya kalau MW (titik kumpul kegiatan bersepeda).. ya pakai baju olahraga biasa”

“Ya paling kalung, kalung batu. Ya biar canti ajaa. Oh iyaa pin”

Namun, dalam mengikuti beberapa kegiatan di KOSTI biasanya Ibu Khairani memilih kostum yang ia pakai sesuai dengan tema acara yang diselenggarakan. Pakaian-pakaian yang sering digunakan Ibu Khairani dalam kegiatan-kegiatan di komunitas tersebut biasanya pakaian adat seperti kebaya, atau pakaian jaman dulu seperti perempuan-perempuan Belanda pada masa itu.

“Oh ada! ginilah pakaian kartini kan gitu, karena hari kartini. Kalau disuruh pakai jadul ya noni belanda pake pakaian apa yaa.. yaa macem-macem.”

Ibu Khairani adalah orang termasuk percaya diri ketika memakai pakaian tersebut. Ia tidak terpengaruh terhadap pendapat orang lain ketika memakai pakaian-pakaian tersebut. Baginya merupakan kesenangan tersendiri bisa berpenampilan seperti itu saat bersepeda.

“Heran-heran lah ya, ya lucu ajalah hahaha. Orang itu ketawa ajalah, pakai sepeda kok pake pakaian itu”

“Ngga ada pengaruhnya yaa, enak aja.. he’eh senang-senang aja..” 4.1.1.3 Informan III

Nama : Bayu

Tempat Tanggal Lahir: Medan, 2 Oktober 1993

Dokumen terkait