• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hambatan Pelaksanaan Program Wajib Belajar 9 Tahun di Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Tegal Tahun 2011

C. Hambatan Pelaksanaan Program Wajib Belajar 9 Tahun

2. Hambatan Pelaksanaan Program Wajib Belajar 9 Tahun di Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Tegal Tahun 2011

Hasil penelitian tahun 2011 menunjukkan tingkat pendapatan orang tua di Kecamatan Kedungbanteng menurut penggolongan BPS dapat 97,15% digolongkan rendah yaitu kurang dari Rp 780.000,00/ bulan, artinya orang tua anak yang tidak sekolah dapat digolongkan pada masyarakat yang kurang beruntung dari segi ekonomi sebagai penopang bagi kelancaran pendidikan anak-anaknya. Pendapatan terendah yang dimiliki oleh orang tua adalah Rp 250.000,00 dan pendapatan tertinggi orang tua % adalah Rp 1.000.000,00. Rata-rata pendapatan yang diterima oleh orang tua adalah Rp 494.931,00.

Penghasilan orang tua hanya untuk memenuhi kebutuhan pokok saja (makan/ minum dan pakaian), sehingga tidak ada lagi alokasi dana untuk pendidikan anaknya. Fenomena tersebut, menunjukan anak tidak dapat

melanjutkan sekolah karena kekurangan biaya dalam memenuhi kebutuhan sekolahnya, misal: biaya untuk membeli buku dan peralatan belajar lainnya. Kondisi ini jelas memprihatinkan dan sebagai faktor penghambat tuntasnya wajib belajar 9 tahun yang tentu saja amat memerlukan perhatian dari berbagai kalangan yang bertanggung jawab terhadap sukses dan tuntasnya wajib belajar 9 tahun.

Tingkat pendidikan formal orang tua 45,84% pada tingkat SMP. Ijasah terakhir yang diperoleh orang tua rata-rata adalah berada di tingkat SMP dengan lamanya sekolah 14 tahun. Orang tua yang kurang pendidikan kurang mampu mempunyai gagasan jauh ke depan terhadap perkembangan dan tujuan anaknya. Sebaliknya kelompok orang tua yang berpendidikan mempunyai gagasan jauh ke depan terhadap kemajuan dan perkembangan anaknya. Pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh orang tua akan berpengaruh terhadap kelanjutan pendidikan anaknya. Karena hal tersebut akan menjadi dorongan dan motivasi anak untuk maju.

Tingkat pendidikan orang tua akan berpengaruh terhadap jenis mata pencaharian yang dilakukan oleh orang tua. Hal ini terbukti bahwa di Kecamatan Kedungbanteng jenis pekerjaan orang tua 65,28% adalah sebagai petani. Lahan penggunaannya tanah di Kecamatan Kedungbanteng dimanfaatkan sebagai lahan pertanian, sehingga hal tersebut berpengaruh terhadap mata pencaharian penduduk sekitar. Pekerjaan lain selain sebagai petani adalah orang tua 11,11% bekerja sebagai buruh dan 27,08% pedagang.

Keluarga adalah kelompok masyarakat terkecil yang terdiri dari suami, istri dan anak yang belum dewasa. Apabila salah satu dari unsur-unsur tersebut tidak ada, misal: ada ibu namun tidak ada ayah (baik karena meninggal atau bercerai), maka keluarga tersebut tidak bisa dikatakan sebagai keluarga yang utuh lagi. Ini disebut keutuhan keluarga secara stuktur. Disamping itu ada pula keutuhan dalam interaksi, yaitu adanya interaksi sosial yang wajar (harmonis).

Ketidakutuhan keluarga tentunya berpengaruh negatif bagi

perkembangan sosial seorang anak. Lingkungan keluarga memberikan sumbangan sebanyak 56,94%, dimana keluarga (48,62%) mempunyai anggapan bahwa pendidikan penting untuk masa depan anak. Berdasarkan hasil observasi bahwa bentuk rumah di daerah penelitian 61% memiliki kondisi rumah yang kurang baik. Kondisi tempat tinggal di daerah penelitian 80% rata-rata memiliki kondisi rumah yang kotor. Bentuk lingkungan 86% di daerah penelitian rata-rata adalah sebuah pedesaan.

Aksesibilitas merupakan suatu ukuran kemudahan lokasi tata guna lahan berinteraksi satu sama lainnya dengan melalui transportasi. Jarak dekatnya rumah ke sekolah mempengaruhi minat siswa untuk sekolah. Semakin dekat jarak antar daerah berarti semakin mudah kontal terjadi dan semakin mudah daerah itu mengalami kemajuan. Jarak yang ditempuh anak untuk sekolah 31,94% adalah 1 km-3km dan rata-rata kendaraan yang digunakan anak untuk berangkat sekolah didominasi oleh transportasi umum sehingga membutuhkan dana/ biaya untuk berangkat dan pulang sekolah. Transportasi umum yang melewati rumah lebih dari 3 jenis angkutan. Hasil

penelitian menyebutkan bahwa aksesibilitas memberikan sumbangan sebesar 61,35%, dimana di Kecamatan Kedungbanteng memiliki tingkat aksesibilitas yang rendah.

Faktor lain yang menghambat pelaksanaan program wajib belajar 9 tahun di Kecamatan kedungbanteng adalah karakteristik keluarga. Karakteristik keluarga memberikan sumbangan dalam hambatan pelaksanaan program wajib belajar 9 tahun. Besarnya jumlah keluarga di daerah ini tidak begitu berpengaruh terhadap kondisi anak untuk melanjutkan sekolah maupun tidak melanjutkan sekolah. Jumlah keluarga inti di Kecamatan Kedungbaneng adalah 6 orang. Semakin banyak tanggungan yang diemban oleh suatu keluarga maka semakin tinggi pengeluarannya dan semakin banyak kebutuhan yang harus dipenuhi. Kebutuhan tiap anggota keluarga berbeda, seperti: untuk kebutuhan sekolah maupun kebutuhan sehari-hari.

Hambatan dalam pelaksanaan wajib belajar 9 tahun di Kecamatan Kedungbanteng paling tinggi pada tingkat pendapatan sebesar 69,05% termasuk pada kriteria tinggi. Faktor penghambat tingkat kedua adalah tingkat pendidikan sebesar 66,77%, ketiga adalah jenis pekerjaan sebesar 65,28%. 63,87% lingkungan keluarga tingkat keempat pada faktor penghambat pelaksanaan program wajib belajar 9 tahun. Faktor penghambat pada tingkat kedua, ketiga dan keempat termasuk pada kriteria tinggi. Berbeda dengan tingkat kelima dan keenam termasuk pada kriteria rendah yaitu tingkat kelima 61,35% dan tingkat keenam 43,75%.

111 A. KESIMPULAN

Kesimpulan berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, sebagai berikut:

1. Pelaksanaan program wajib belajar 9 tahun di Kecamatan Kedungbanteng

selama 5 periode (tahun 2007-2011) mengalami kenaikan. Tingkat APK SD/MI dan SMP/ MTs mengalami kenaikan sebesar 15,86% dan tingkat APM SD/MI dan SMP/MTs mengalami kenaikan sebesar 9,99%.

2. Hambatan pelaksanaan program wajib belajar 9 tahun di Kecamatan

Kedungbanteng Kabupaten Tegal , antara lain: tingkat pendapatan orang tua tergolong rendah yaitu kurang dari Rp 780.000, 00 , tingkat pendidikan terakhir orang tua rata-rata di tingkat SMP, jenis pekerjaan orang tua mayoritas sebagai petani, keluarga mendukung anak untuk sekolah , waktu yang dibutuhkan anak untuk melakukan perjalanan dari rumah ke sekolah 19 menit dengan jarak tempuh 2 km , dan jumlah rata-rata keluarga inti adalah 6 orang

B. SARAN

Saran-saran yang diberikan berdasarkan kesimpulan dari penelitian, sebagai berikut:

1. Dinas Pendidikan diharapkan selalu menyediakan dana dalam

pemberian 1beasiswa bagi anak sekolah yang tidak mampu membiayai kebutuhan sekolah.

2. Sekolah lebih meningkatkan kegiatan mensosialisasikan kepada orang

tua siswa tentang adanya dana yang disiapkan oleh pemerintah untuk membantu orang tua yang tidak mampu membiayai anaknya unutk melanjutkan sekolah.

113

Ahmadi, Abu. 2007. Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: Rineka Cipta.

Arif, Ahmad. 2011. „Indonesia Diantara Dua Ironi Besar’. Dalam EKSPOnews.

dapat diunduh pada http://ahmadarif.eksponews.com/2009/04/24/

Indonesia DiantaraDuaIroniBesar / I. (15/11/11).

Bentri, Alwen. 2007. Efektivitas Pelaksanaan Wajib Belajar di Sumatra Barat.

Padang: Universitas Negeri Padang.

BKBPP. 2010. Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan.

Kedungbanteng: BKBPP.

Bintarto. 1979.Metode Analisa Geografi.Jakarta: LP3ES.

BPS. 2010. Kecamatan Kedungbanteng dalam Angka 2010. Tegal: BPS.

BPS. APK dan APM Menurut Provinsi Tahun 2003-2010. dapat diunduh pada

http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek=26

&notab=1 (14/11/11).

Diknas. 2003. Departemen Pendidikan Nasional Tentang Undang-Undang Sistem

P.endidikan Nasional. Jakarta: Diknas.

Depdikbud. 2006. Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun. Jakarta:

Direktur Pembinaan SMP.

Departemen Pendidikan Nasional. 2010. Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 47 Tahun 2008 Tentang Wajib Belajar 9 Tahun. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Dinas Dikpora. 2010. Dinas Dikpora Kabupaten Tegal. Tegal: Dinas Dikpora.

Dinas Dikpora. Dinas Dikpora Kecamatan Kedungbanteng. 2010.

Kedungbanteng: Dinas Dikpora.

Guntoro, Eko. 2009. APK dan APM. dapat diunduh pada

Handoko, Tamin Hani. 1997. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia.

Yogyakarta: UGM.

Hasbullah. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada.

Ihsan, Fuad. 1995. Dasar-dasar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Indraharti, Ferani. 2005. Faktor Faktor Penyebab Rendahnya Lulusan SMP Melanjutkan ke SMA Bagi Penduduk Desa Kemiriombo Kecamatan

Gemawang Kabupaten Temanggung. Skripsi. Semarang: FIS UNNES.

Miro, Fidel. 2005. Perencanaan Transportasi untuk Mahasiswa, Perencanaan

dan Praktisi. Jakarta: Erlangga.

Putra, Dwi. 2011. Ratusan Siswa SD di Kabupaten Tegal Tak Melanjutkan

Pendidikan. Suara Merdeka. dapat diunduh pada http://www.dwi_putra/data/docs/2011/Ratusan_Siswa_SD_di_Kabupaten_

Tegal_Tak_Melanjutkan_Pendidikan/I (20/03/11).

Rokhana, Ninik Asri. 2005. Skripsi: Hubungan Antara Pendapatan Keluarga Dan

Pola Asuh Gizi Dengan Status Gizi Anak Balita Di Betokan Demak.

Semarang: FIS UNNES.

Rismawati, Y. 2010. Faktor-faktor penyebab ketidaktuntasan program wajib belajar 9 tahun di kecamatan kaloran kabupaten temanggung tahun 2008.

Skripsi. Semarang: FIS UNNES

Saputro, P.A. 2009. Faktor-faktor penyebab anak usia sekolah tidak menyelesaikan pendidikan dasar (studi kasus di Desa Pesantren

Kecamatan Blado Kabupaten Batang). Skripsi. Semarang: FIS UNNES.

Subandiroso. 1987. Sosiologi Antropologi I. Klaten: Intan Pariwara.

Sugiyono. 2010. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sukardi. 2010. Kondisi Anak tidak dan atau Putus i.2 010.Jenjang Pendidikan

Dasar pada Masyarakat Marginal di NTB:ke Arah Percepatan penuntasan Wajib Belajar 9 Tahun disajikan pada Simposiom Nasional Penelitian dan Inovasi Pendidikan tanggal 3-5 Agustus 2010 dapat diunduh pada

http://www.puslitjak.org/data/docs/2010/makalah_kelompok/kel1/19-108_SUKARDI_ppt.pdf (12/02/11).

Sukirno, Sadono. 1996. Pengantar Teori Mikroekonomi. Jakarta: PT. Raja

Sumardi, Mulyanto dan Hans Dieter Evert. 1983. Sumber Pendapatan Kebutuhan Pokok dan Perilaku Menyimpang. Jakarta: Rajawali.

Sunarto, Kamanto. 1988. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Depdikbud.

Tamin, Ofyar. 2000. Perencanaan dan Pemodelan Transportasi. Bandung: ITB.

Tilaar. 2006. Standarisasi Pendidikan Nasional. Jakarta: Rineka Cipta.

Tim Pengembangan Ilmu Pendidikan UPI. 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan.

Bandung: PT. Imperial Bakti Utama.

Tim Redaksi NPM. 2009. Penuntasan Wajib Belajar 9 Tahun. Jakarta:

Depdikbud.

Usman, Husaini. 2010. Manajemen Teori, Praktik dan Riset Pendidikan Edisi

LAMPIRAN 1

METODE PENGUMPULAN DATA PELAKSANAAN PROGRAM WAJIB

Dokumen terkait