• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hambatan dan Solusi Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan Kredit Biasa pada Bank Sumut Pusat

KEBIJAKAN PELAKSANAAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) DAN KREDIT BIASA

PERBANDINGAN PELAKSANAAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) DAN KREDIT BIASA

D. Hambatan dan Solusi Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan Kredit Biasa pada Bank Sumut Pusat

Dalam pelaksanaan kredit di perbankan, adakalanya terdapat hambatan-

hambatan yang memperngaruhi pelaksanaan kredit tersebut. Hambatan tersebut biasanya datang dari kedua pihak, yaitu pihak kreditur dan debitur. Sebelumnya, akan penulis kemukakan hak dan kewajiban dari debitur dan kreditur di Bank Sumut, yakni:118

1. Hak dan Kewajiban Kreditur

a. Hak Kreditur

Kreditur dalam hal ini adalah bank pelaksana kredit memiliki hak untuk menerima pengembalian kredit yang telah disalurkan kepada debitur baik melalui angsuran ataupun bentuk lain yang telah disepakati oleh kedua belah pihak.

b. Kewajiban Kreditur

Kreditur memiliki kewajiban untuk menyerahkan sejumlah uang kepada debitur sesuai dengan apa yang sebelumnya telah diperjanjikan.

2. Hak dan Kewajiban Debitur

a. Hak Debitur

Debitur memiliki hak untuk menerima sejumlah uang pinjaman dalam jumlah tertentu dan juga jangka waktu yang telah disepakati oleh

118

kedua belah pihak. Debitu juga memiliki hak untuk menentukan seperti apa pola angsuran yang harus dibayarkan kepada kreditur.

b. Kewajiban Debitur

Debitur memiliki kewajiban untuk mengembalikan pinjaman kredit yang telah diberikan oleh pihak Bank Sumut beserta dengan bunga yang telah ditentukan. Debitur juga memiliki kewajiban untuk mematuhi setiap peraturan yang telah disepakati dalam perjanjian kredit serta aturan yang ditetapkan

Hambatan yang mungkin terjadi bisa berasal dari kreditur sendiri. Kreditur dalam hal ini adalah bank pelaksana kredit. Baik dalam pelaksanaan kredit biasa maupun Kredit Usaha Rakyat pada Bank Sumut, perjanjian kredit adalah bentuk perjanjian yang dibuat sepihak oleh pihak kreditur. Hal ini menyebabkan ketidakseimbangan posisi antara kreditur dan debitur. Debitur menjadi pihak yang lebih lemah disini karena harus mengikuti setiap ketentuan baku yang terdapat pada perjanjian kredit tersebut. Sehingga terdapat unsur keterpaksaan pada debitur yang ingin mengajukan kredit pada bank.

Hambatan lain yang sering timbul pada saat pelaksanaan kredit adalah prosedur permohonan yang menurut sebagian calon debitur sulit untuk dipenuhi. Prosedur permohonan kredit dianggap sebagai suatu prosedur yang relatif sulit. Terutama pada saat harus melengkapi syarat-syarat untuk mengajukan kredit. Hal ini dikarenakan pada umumnya dokumen-dokumen yang diperlukan untuk melengkapi syarat kredit adalah dokumen yang baru hanya diperhatikan ketika calon debitur ingin mengajukan kredit. Sehingga calon debitur harus mengurus dokumen-

dokumen yang diperlukan tersebut melalui instansi-instansi lain yang ada hubungannya dengan dokumen yang diperlukan.

Selain itu, yang juga menjadi faktor penghambat pelaksanaan kredit di Bank Sumut adalah masalah waktu pemberian kredit yang cukup lama. Proses dari pengajuan kredit sampai pada pemberian kredit membutuhkan waktu yang relatif lama. Keputusan yang terlalu lama menyebabkan terhambatnya rencana yang telah dibuat oleh calon debitur dalam hal penggunaan uang pinjaman kredit tersebut. Hal ini menyebabkan rencana biaya pada saat permohonan kredit diajukan akan berbeda dengan penggunaan ketika kredit diberikan.

Sedangkan hambatan yang datangnya dari debitur biasanya terkait dengan proses pengembalian uang pinjaman yang diberikan kreditur. Seringkali kredit yang disalurkan oleh bank tidak dapat dilakukan pembayaran atau diangsur oleh nasabah sesuai dengan perjanjian yang telah ditandatangani oleh bank dan nasabah. Pada hakekatnya dalam pelaksanaan kredit oleh bank tidak mungkin tanpa adanya kredit macet. Kredit macet akan menyebabkan kerugian pada bank khususnya menyangkut tingkat kesehatan bank. Hal-hal yang menjadi penyebab terjadinya kredit macet dibagi menjadi 2, yaitu:119

1. Faktor Intern

a. Analisis kurang tepat, sehingga tidak dapat memprediksi apa yang akan

terjadi dalam kurun waktu selama jangka waktu kredit. Misalnya, kredit diberikan tidak sesuai dengan kebutuhan, sehingga nasabah tidak mampu membayar angsuran yang melebihi kemampuan.

119

b. Adanya kolusi antara pejabat bank yang menangani kredit dan nasabah, sehingga bank memutuskan kredit yang tidak seharusnya diberikan. Misalnya, bank melakukan over taksasi terhadap nilai agunan.

c. Keterbatasan pengetahuan pejabat bank terhadap jenis usaha debitur,

sehingga tidak dapat melakukan analisis dengan tepat dan akurat.

d. Campur tangan terlalu besar dari pihak terkait, misalnya komisaris, direktur bank sehingga petugas tidak independen dalam memutuskan kredit.

e. Kelemahan dalam melakukan pembinaan dan monitoring kredit debitur.

2. Faktor Ekstern Bank

a. Unsur kesengajaan yang dilakukan oleh nasabah

i) Nasabah sengaja untuk tidak melakukan pembayaran angsuran kepada

bank, karena nasabah tidak memiliki kemauan dalam memenuhi kewajibannya.

ii) Debitu melakukan ekspansi terlalu besar, sehingga dana yang

dibutuhkan terlalu besar. Hal ini akan memiliki dampak terhadap keuangan perusahaan dalam memenuhi kebutuhan modal kerja.

iii) Penyelewengan yang dilakukan nasabah dengan menggunakan dana

kredit tersebut tidak sesuai dengan tujuan penggunaan. Misalnya dalam pengajuan kredit untuk investasi, ternyata dalam praktiknya setelah dana kredit dicairkan digunakan untuk modal kerja.

b. Unsur Ketidaksengajaan

i) Debitur mau melaksanakan kewajiban sesuai perjanjian, akan tetapi

kemampuan perusahaan sangat terbatas, sehingga tidak dapat membayar angsuran.

ii) Perusahaannya tidak dapat bersaing dengan pasar, sehingga volume penjualan menurun dan perusahaan rugi

iii) Perubahan kebijakan dan peraturan pemerintah yang berdampak pada

usaha debitur.

iv) Bencana alam yang dapat menyebabkan kerugian debitur.

Jika dilihat dari faktor-faktor penyebabnya, maka tidak dapat dikatakan bahwa kredit macet sepenuhnya karena kesalahan debitur yang tidak membayar pinjamannya. Kredit macet ternyata juga disebabkan karena kelalaian ketika pelaksanaan pemberian kredit. Kekurangtelitian serta minimnya profesionalisme yang dimiliki oleh pengelola bank juga turut menjadi penyebab terjadinya kredit macet sehingga dapat menimbulkan kerugian.

Untuk menentukan apakah kredit dikatakan macet didasarkan pada kolektabilitas kredit yaitu keadaan pembayaran pokok atau angsuran dan bunga kredit oleh debitur serta tingkat kemungkinan diterimanya kembali dana tersebut.120 Berdasarkan Surat Keputusan Direksi bank Indonesia Nomor 26/22/KEP/DIR dan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 26/4/BPPP tentang Kualitas Aktiva Produktif dan Pembentukan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif masing-masing tanggal 28 Mei 1993 membagi kriteria Kolektibilatas kredit menjadi 4 (empat) golongan, yaitu:121

1. Kredit Lancar, apabila memenuhi kriteria:

a. Pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga tepat

b. Memiliki mutasi rekening yang aktif

120

Noni Hardiyanti, Proses Penyelesaian Kredit Macet pada Bank Bukopin dengan Menggunakan jasa Balai Lelang Swasta (PT.Balai Lelang Sukses Mandiri di Medan), Universitas Sumatera Utara, 2012, hal. 45

121

c. Bagian dari kredit yang dijamin dengan agunan tunai (Cash Collateral) 2. Dalam Perhatian Khusus (Special Mention), yaitu apabila memenuhi kriteria:

a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang belum melampaui

90 (Sembilan puluh) hari b. Kadang-kadang terjadi cerukan c. Mutasi rekening relatif rendah

d. Jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan e. Didukung oleh pinjaman baru

3. Kurang lancer (Substandard), yaitu apabila memenuhi kriteria:

a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui

90 (Sembilan puluh) hari b. Sering terjadi cerukan

c. Frekuensi mutasi rekening relatif rendah

d. Terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan lebih dari 90

(Sembilan puluh) hari

e. Terdapat indikasi masalah keuangan yang dihadapi debitur

f. Dokumentasi pinjaman yang lemah

4. Diragukan (Doubtful), yaitu apabila memenuhi kriteria:

a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui

180 (seratus delapan puluh) hari

b. Terjadi cerukan yang bersifat permanen

c. Terjadi wanprestasi lebih dari 180 (seratus delapan puluh) hari d. Terjadi kapitalisasi bunga

e. Dokumentasi hukum yang lemah baik untuk perjanjian kredit maupun pengikatan jaminan

5. Kredit macet, apabila memenuhi kriteria:

a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui

270 (dua ratus tujuh puluh) hari

b. Kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru

c. Dari segi hukum maupun kondisi pasar, jaminan tidak dapat dicairkan pada nilai wajar.

Setelah mengetahui apa saja yang menjadi hambatan pelaksanaan kredit, baik pada kredit biasa maupun KUR tentunya perlu diketahui solusi pemecahan atas setiap hambatan tersebut. Untuk hambatan-hambatan yang timbul dari kreditur, maka menurut pihak Bank Sumut selaku pelaksana kredit perlu adanya perbaikan dalam pelaksanaan kredit tersebut. Misalnya saja terkait dengan klausula baku dalam perjanjian kreditnya, pada Bank Sumut perjanjian kredit dibuat dihadapan notaris sehingga diharapkan klausula-klausula yang dibuat dalam perjanjian kredit tidak hanya menguntungkan pihak Bank Sumut saja namun juga memberikan kepuasan calon debitur terhadap perjanjian kredit tersebut. Begitu pula dengan hambatan lain seperti masalah kelengkapan dokumen serta waktu pemberian kredit, menurut pihak Bank Sumut, perlu diberikan pelayanan yang lebih baik pada calon debitur dalam hal pelengkapan dokumen. Bank Sumut dalam praktik pelaksanaan kreditnya selalu meminta agar calon debitur melengkapi dokumen yang memang sesuai dan dibutuhkan untuk memperlancar pelaksanaan kredit dan biasanya pihak Bank Sumut memberikan bantuan melalui penjelasan bagaimana agar calon debitur dapat dengan mudah melengkapi dokumen-dokumen yang dibutuhkan. Untuk waktu

pemberian kredit, pihak bank sumut selalu berupaya melakukan yang terbaik agar pemberian kredit dapat dengan cepat diproses. Hal ini juga tergantung dari ketepatan calon debitur dalam melengkapi dokumen-dokumen kredit yang dibutuhkan. Bank Sumut selalu melakukan upaya untuk peningkatan ilmu dan keterampilan dari petugas-petugasnya agar dapat memberikan pelayanan terbaik.122

Sedangkan dalam menyelesaikan kredit macet, pihak Bank Sumut akan melakukan perbaikan secara internal terlebih dahulu mencari sumber permasalahannya. Apabila masih dimungkinkan dilakukan penyelamatan terhadap suatu kredit, maka pihak Bank Sumut akan segera menetapkan langkah strategis menjadi strategi penyelesaian kredit yang dapat dilakukan dengan:123

1. Terlebih dahulu pihak Bank akan melakukan negosiasi dengan debitur. Bank

Sumut dapat melakukan penguasaan terhadap hasil usaha seluruh/sebagian, sewa barang agunan, mencarikan mitra usaha yang berjalan baik.

2. Pengambilalihan manajemen perusahaan dimana pihak bank bersama dengan

nasabah mencari perusahaan yang mampu mengambilalih, baik berupa anak angkat, join venture, aliansi, akuisisi dan merger.

3. Penyerahan hak penagihan piutang kepada badan-badan resmi, yang secara

yuridis berhak menagih piutang, seperti Panitia Urusan Piutang Negara (PUPN), pengadilan negeri, Badan Arbitrase Nasional (BAN) dan lain-lain

4. Debitu macet dinyatakan pailit karena insolvency atau bangkrut, penagihannya dapat diajukan kepada Balai Harta Peninggalan (BHP), dimana kedudukan bank

122

Hasil Wawancara dengan Bapak Robert Hutagaol, Devisis Kredit, tanggal 17 April 2014 123

dapat sebagai kreditur preferent. Dalam hal ini bank diberi hak untuk menjual secara lelang sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

BAB V