• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kriteria dalam Pemberian Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan Kredit Biasa Sesuai dengan pengertiannya maka dapat penulis simpulkan bahwa kredit

KEBIJAKAN PELAKSANAAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) DAN KREDIT BIASA

C. Kriteria dalam Pemberian Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan Kredit Biasa Sesuai dengan pengertiannya maka dapat penulis simpulkan bahwa kredit

merupakan suatu bentuk penyediaan dana oleh pihak bank kepada orang-perorangan ataupun badan hukum untuk keperluan konsumtif ataupun pengembangan usaha. Terdapat berbagai jenis dari kredit yang ada di Indonesia yang diklasifikasikan untuk mempermudah para pihak dalam melaksanakan kredit. Klasifikasi kredit biasa ini keseluruhannya merupakan bentuk kredit yang diperuntukkan untuk masyarakat. Berbeda halnya dengan Kredit Usaha Rakyat yang pelaksanaannya fokus kepada pengembangan usaha dan tidak dapat dipergunakan untuk keperluan konsumtif. Kredit Usaha Rakyat terdiri atas kredit Kredit Modal Kerja dan Kredit Investasi.

Dalam pelaksanaan kredit, baik kredit biasa maupun KUR harus memperhatikan prinsip kehati-hatian, hal ini dikarenakan penyediaan dana oleh bank wajib dilakukan berdasarkan prinsip kehati-hatian.80Prinsip kehati-hatian dikenal juga dengan Prudential Banking adalah suatu prinsip yang menegaskan bahwa bank dalam menjalankan kegiatan usaha baik dalam menghimpun terutama dalam penyaluran dana kepada masyarakat harus sangat berhati-hati. Tujuan dilakukannya prinsip kehati-hatian agar bank selalu dalam keadaan sehat menjalankan usahanya dengan baik dan mematuhi ketentuan-ketentuan dan norma-norma hukum yang berlaku di dunia perbankan.81

80

Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/2/PBI/2005 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum, Pasal 2 ayat 1

Prinsip kehati-hatian adalah prinsip keamanan maksimum atas suatu fasilitas kredit untuk menaati seluruh normatif pemberian

81

Admin, Hukum Perbankan Asas dan Prinsip Perbankan,

akses pada tanggal 7 April 2014, jam 8.27

kredit.82 Salah satu yang paling mendapat perhatian adalah mengenai kualitas kredit. Dalam pemberian kredit juga perlu diperhatikan kualitas kreditnya, dimana kualitas kredit dapat ditetapkan berdasarkan faktor penilaian sebagi berikut:83

1. Prospek Usaha

Penilaian terhadap prospek usaha meliputi penilaian terhadap komponen- komponen yang diantaranya:

a. Potensi pertumbuhan usaha

b. Kondisi pasar dan posisi debitur dalam persaingan c. Kualitas manajemen dan permasalahan tenaga kerja d. Dukungan dari grup atau afiliasi

e. Upaya yang dilakukan debitur dalam rangka memelihara lingkungan

hidup 2. Kinerja Debitur

Penilaian terhadap kinerja debitur meliputi penilaian terhadap komponen- konponen yang diantaranya:

a. Perolehan laba b. Struktur Permodalan

c. Arus Kas

d. Sensitivitas terhadap resiko pasar

3. Kemampuan membayar

Penilaian terhadap kemampuan membayar meliputi penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut:

82

Try Widiyono, Op.Cit, hal. 102 83

a. Ketepatan pembayaran pokok dan bunga

b. Ketersediaan dan keakuratan informasi keuangan debitur

c. Kelengkapan dokumentasi kredit

d. Kepatuhan terhadap perjanjian kredit

e. Kesesuaian penggunaan dana

f. Kewajaran sumber pembayaran kewajiban

Penetapan kualitas kredit dilakukan dengan mempertimbangkan materialitas dan signifikasi dari faktor penilaian dan komponen tersebut terhadap karakter debitur yang bersangkutan.84 Penilaian seperti ini diterapkan dalam pemberian kredit pada kredit biasa atau umum yang dikenal dalam dunia perbankan, namun dalam pemberian Kredit Usaha Rakyat (KUR) penetapan kredit hanya dapat didasarkan pada ketepatan pembayaran.85

Selain fasilitas kredit, yang juga perlu diperhatikan dalam pemberian kredit adalah jaminan atau agunan kredit. Jaminan atau agunan adalah jaminan tambahan yang diperlukan dalam pemberian fasilitas kredit. Dalam pasal 1 angka 23 Undang- undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan, angunan adalah jaminan tambahan yang diserahkan nasabah debitur kepada bank dalam rangka pemberian fasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah.86 Jaminan kredit berguna untuk:87

1. Memberikan hak dan kekuasaan kepada bank untuk mendapat pelunasan dari

agunan apabila debitur cidera janji

84

Drbanker, Kolektibilitas Kredit Kualitas Kredit Kolektibilitas Pinjaman,

2014, jam 9.10

85

Ibid 86

Muhammad Djumhada, Op.Cit, hal. 396 87

2. Menjamin agar debitur berperan serta dalam transaksi untuk membiayai usahanya sehingga kemungkinan untuk meninggalkan usaha atau proyeknya dengan merugikan diri sendiri atau perusahaan dapat dicegah

3. Memberikan dorongan kepada debitur untuk memenuhi janjinya, khususnya

mengenai pembayaran kembali sesuai dengan syarat-syarat yang telah disetujui.

Dalam suatu perjanjian kredit biasa yang ada pada bank, jaminan kredit adalah suatu kriteria yang harus ada karena fungsinya yang sangat penting. Seringkali proyek atau usaha-usaha yang feasible ditolak permohonannya karena tidak memberikan jaminan yang jelas. Jaminan kredit akan memberikan jaminan kepastian hukum kepada pihak perbankan bahwa kreditnya akan tetap kembali dengan cara mengeksekusi jaminan kredit perbankan.88 Jaminan atau agunan kredit dalam penjelasan Pasal 8 UU No. 10 tahun 1998 tentang Perubahan atas UU No. 7 tahun 1992 dibagi menjadi dua jenis yaitu agunan pokok dan agunan tambahan. Agunan pokok adalah barang, surat berharga atau garansi yang berkaitan langsung dengan objek yang dibiayai kredit yang bersangkutan seperti barang-barang yang dibeli dengan kredit yang dijaminkan, proyek-proyek yang dibiayain dengan kredit yang bersangkutan, sedangkan agunan tambahan adalah barang, surat berharga atau garansi yang tidak berkaitan langsung dengan objek yang dibiayai dengan kredit yang bersangkutan yang ditambah sebagai agunan.89

88

Ibid 89

Dalam pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat juga terdapat ketentuan mengenai jaminan atau agunan. Dimana agunan dalam Kredit Usaha Rakyat terdiri dari:90

1. Agunan Pokok

Kelayakan Usaha dan objek yang dibiayai

2. Agunan Tambahan

a. Sesuai dengan ketentuan pada bank pelaksana

b. Dalam hal diperlukan pengikatan, maka dilakukan sesuai dengan

ketentuan yang berlaku pada bank pelasana.

Berkaitan dengan agunan tambahan dijelaskan dalam Standar Operasional dan Prosedur Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat dijelaskan bahwa besarnya nilai agunan tambahan sesuai dengan ketentuan bank pemberi kredit/pembiayaan dan maksimal 50% dari jumlah kredit/pembiayaan yang disalurkan namun terhadap Kredit investasi tidak terlalu diperlukan agunan tambahan.91

Selain agunan atau jaminan, suku bunga juga merupakan karakteristik yang harus diperhatikan dalam kredit. Bunga dapat diartikan sebagai suatu harga yang harus dibayar kepada nasabah (yang memiliki simpanan) dengan yang harus dibayar oleh nasabah kepada bank (nasabah yang memperoleh pinjaman).92 Secara umum, terdapat dua macam bunga bank, diantaranya:93

1. Bunga Simpanan

90

Keputusan Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Selaku Ketua Pelaksana Komite Kebijakan Penjaminan Kredit/Pembiayaan Kepada Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi Nomor Kep-

01/D.I.M.EKON/01/2010 tentang Standar Operasional dan Prosedur Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat pada huruf E

91

Ibid, Bab II, hal. 10 92

Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Rajawali Press, Jakarta, 2008, hal. 131 93

Bunga yang diberikan sebagai rangsangan atau balas jasa bagi nasabah yang menyimpan uangnya di bank, misalnya: bunga tabungan, bunga deposito.

2. Bunga Pinjaman

Bunga yang harus diberikan kepada para peminjam atau harga yang harus dibayar oleh nasabah peminjam kepada bank, misalnya bunga kredit

Keduanya saling mempengaruhi dan merupakan komponen utama faktor biaya dan pendapatan bagi bank. Berkaitan dengan kredit, maka pembebanan atas suku bunga

kredit dibedakan atas setiap jenis kreditnya.94 Namun secara sederhana

penghitungan bunga kredit harus memperhatikan beberapa dasar, yaitu:95 1. Sifat usaha nasabah dan kinerjanya

2. Jumlah kredit dan jangka waktunya

3. Persaingan antar bank, yang tidak sama metode perhitungannya 4. Jenis kredit yang sesuai dengan sifat nasabah

Bank sebagai pelaksana kredit terlebih dahulu harus melakukan penghitungan atas Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) sebelum akhirnya menentukan besarnya suku bunga bank. Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) merupakan suku bunga terendah yang digunakan sebagai dasar bagi bank dalam penentuan suku bunga

kredit yang dikenakan kepada nasabah bank.96Penentuan atas SBDK sendiri

didasarkan atas beberapa komponen, diantaranya:97

1. Harga Pokok dana untuk kredit (HPDK)

2. Biaya overhead yang dikeluarkan bank dalam proses pemberian kredit

94

Ibid, hal. 137 95

Moh.Tjoekam, Perkreditan Bisnis Inti Bank Komersial Konsep Teknik dan Kasus, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1999, hal. 83

96

Ibid 97

3. Margin keuntungan (profit margin) yang ditetapkan untuk aktivitas pengreditan

Suku Bunga Dasar Kredit ini nantinya akan dijumlahkan dengan premi resiko sehingga didapatkan suku bunga kredit yang akan digunakan bank terhadap calon debitur. Penentuan seperti ini yang kemudian membuat suku bunga kredit tergantung pada jenis kreditnya.

BAB IV

PERBANDINGAN PELAKSANAAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR)