MODEL AKHIR
F. Langkah-Langkah Penelitian
2. Hambatan terbatasnya sumber Belajar
a. Terbatasnya siswa yang memiliki buku paket sejarah b. Tidak tersedianya buku sumber sejarah yang mendukung
dalam pembelajaran sejarah
c. Tidak ada siswa yang memiliki buku sumber sejarah d. Banyak buku sumber sejarah yang sudah tidak layak pakai
2 2
121 3. Metode pembelajaran yang digunakan
a. Ceramah b. Tanya jawab c. Berdiskusi d. Pengalaman langsung 2 2 1 4. Bentuk evaluasi pembelajaran sejarah yang digunakan
a. Tes tertulis berbentuk pilihan ganda, isian, uraian dan menjodohkan
b. Tes lisan, dan tanya jawab c. Non tes (observasi) d. Perpaduan tes dan non tes
3 2
Berdasarkan tabel 3.6 di atas, diketahui bahwa pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan menunjukkan adanya keterbatasan dalam sumber belajar, yang pada umumnya hanya berasal dari penjelasan guru, dari papan tulis, dan hanya sekali waktu saja menggunakan sumber lain. Hambatan/ kendala yang dialami oleh guru adalah terbatasnya siswa yang memiliki buku paket sejarah, sehingga terkadang mempersulit guru ketika mengadakan pembelajaran. Hal inilah yang menyebabkan pembelajaran cenderung hanya menggunakan metode ceramah sebagai metode yang sering digunakan dan siswa menjadi pasif. Implikasinya yakni kurang berkembangnya keterampilan berpikir siswa, karena guru lebih berorientasi kepada pembelajaran yang bersifat tradisional.
Jika dibandingkan dengan hasil observasi di kelas, memang ditemukan hambatan seperti yang telah diuraikan oleh guru dalam angket yang telah diberikan sebelumnya kepada guru mata pelajaran sejarah. Keadaan kelas kurang mendukung terjadinya pembelajaran sejarah yang optimal, karena kurangnya buku sumber. Hanya beberapa siswa yang memiliki buku paket. Buku paket dari perpustakaan pun sudah kurang sesuai dengan kurikulum yang sedang berlangsung. Ada beberapa siswa yang memang memperhatikan penjelasan guru dengan baik, namun tidak jarang juga yang tampak mengantuk, kurang
122
memperhatikan dan terkesan acuh. Guru hanya sesekali melakukan tanya jawab dengan siswa, di sisi lain, siswa pun menunjukkan adanya kurangnya respon dalam menanggapi pertanyaan dari guru, sehingga komunikasi yang sering terjadi pada pembelajaran adalah komunikasi satu arah.
Pada umumnya, semua guru melakukan evaluasi pada akhir pembelajaran, dengan cara meminta siswa untuk mengerjakan LKS atau menyuruh siswa membaca materi untuk pertemuan berikutnya. Pada pertemuan berikutnya, terkadang guru lupa untuk mengaitkannya dengan materi sebelumnya dan tidak mengadakan tanya jawab, diskusi atau menyediakan suatu permasalahan yang harus diselesaikan siswa sehingga dapat merangsang keterampilan berpikir siswa. Guru cenderung menggunakan cara mengajar seperti pada pertemuan sebelumnya. Hal ini disebabkan karena hal tersebut sudah menjadi suatu kebiasaan dan membentuk sebuah pola. Pada akhirnya, siswa menjadi pihak yang terkena dampaknya, di satu sisi, pada dasarnya usia pada jenjang pendidikan menengah adalah tahapan di mana siswa sedang mengalami perkembangan, memiliki rasa ingin tahu yang besar dan sudah dapat diajak diskusi dan mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi.
Berdasarkan kajian di atas, maka di satu sisi guru cukup menguasai materi pembelajaran sejarah, namun belum dapat mengelola kelas dengan optimal. Oleh karena itu, seringkali keadaan ini menimbulkan pandangan pada diri siswa bahwa pembelajaran sejarah hanyalah pembelajaran yang kurang bermakna, karena kurang memberikan manfaat bagi kehidupan sehari-hari.
123
5.) Pandangan Guru dalam Pelaksanaan Pembelajaran Sejarah
Tabel 3.7
Pandangan Guru dalam Pelaksanaan Pembelajaran Sejarah
INDIKATOR 0 1 2 3 4
Menjelaskan tujuan terlebih dahulu kepada siswa pada kegiatan awal PBM 2 3
Memberikan gambaran umum mengenai materi yang akan dibahas 3 2
Memberikan apersepsi/ mengaitkan materi yang akan dibahas dengan pengetahuan awal siswa
1 3 1
Menjelaskan terlebih dahulu konsep atau istilah yang akan diajarkan 2 3
Memberikan contoh tentang konsep atau istilah yang sedang diajarkan 2 3
Menjelaskan materi sesuai dengan TPK 2 2 1
Menggunakan metode pengajaran sesuai dengan RPP 2 2 1
Menggunakan langkah-langkah pengajaran sesuai dengan RPP dan disesuaikan dengan alokasi waktu
1 2 2
Menggunakan sumber belajar sesuai dengan RPP 1 3
1
Menggunakan media belajar sesuai dengan RPP 1 3 1
Menanyakan kepada siswa mengenai gagasan utama mengenai materi yang diajarkan 3 2 Memberikan kesempatan kepada murid untuk mengadakan tanya jawab, atau berpendapat 2 3 Mengemukakan permasalahan untuk dijadikan pokok bahasan agar dicari pemecahan
masalahnya
2 2 1 Menanyakan persamaan atau perbedaan aspek yang terdapat dalam materi yang sedang
dibahas
3 2
Memberikan penguatan terhadap materi yang telah dibahas 2 2 1
Memberikan reward and punishment 3 2
Menggunakan penilaian/ evaluasi hasil belajar yang sesuai dengan RPP 2 3
Keterangan:
0 = jarang sekali dilakukan (antara 0 - 20 %) 1 = jarang dilakukan (antara 20.01 - 40%)
2 = kadang-kadang dilakukan (antara 40.01- 60%) 3 = sering dilakukan (antara 60.01 – 80 %) 4 = sering sekali dilakukan (antara 80.01-100%)
Berdasarkan tabel 3.7 tersebut, pada aspek-aspek kegiatan yang lebih spesifik, mengarah kepada bentuk model pembelajaran inkuiri, guru memberikan jawaban kadang-kadang dilakukan, yakni dilihat dari indikator a) memberikan apersepsi/ mengaitkan materi yang akan dibahas dengan pengetahuan awal siswa (3 orang cenderung kadang-kadang dilakukan,), b) memberikan kesempatan
124
kepada murid untuk mengadakan tanya jawab, atau berpendapat (3 orang menyatakan kadang-kadang melakukan), c) mengemukakan permasalahan kepada siswa untuk dijadikan pokok bahasan dan dicari pemecahan masalahnya (2 orang menyatakan kadang-kadang, 2 orang menjawab jarang melakukan).
Apabila jawaban guru pada angket, dibandingkan dengan hasil observasi di kelas, tampak ada sedikit perbedaan. Melalui observasi aktivitas kelas, terlihat bahwa hampir semua guru tidak menjelaskan tujuan pengajaran, hanya menuliskan topik/ materi yang akan dibahas saja. Berdasarkan hasil pra survei, hanya 2 orang guru yang menjelaskan tujuan pengajaran. Secara umum, materi yang diajarkan berasal dari buku pegangan siswa, bukan berasal dari tujuan yang sudah dicantumkan dalam TPK dalam RPP. Hal ini diketahui dari cara guru mengajar, terfokus kepada buku paket, tanpa mengadakan perluasan atau pendalaman materi. Cara pengajaran seperti itu, menunjukkan bahwa guru kurang siap dengan materi pengajaran, karena tampak guru membawa buku pegangan siswa dan sering membuka buku untuk melihat materi yang ada pada buku paket.
Pada awal pembelajaran, dan ketika proses pembelajaran berlangsung, guru menjelaskan konsep mengenai topik yang sedang dibahas, dan memberikan beberapa contoh yang sesuai dengan materi, namun hanya satu atau dua orang guru yang sudah tampak mampu mengemukakan masalah untuk dijadikan pokok bahasan untuk dicari pemecahan masalahnya oleh siswa. Usaha guru untuk memberikan stimulus kepada siswa sudah mulai tampak. Kendalanya adalah, banyak siswa yang masih enggan dan belum terbiasa untuk memberikan jawaban, dan kemampuan untuk mengemukakan pendapat masih perlu ditingkatkan lagi.
125
Evaluasi dilakukan pada proses dan hasil pembelajaran dengan memberikan sejumlah pertanyaan yang dapat memancing siswa untuk berperan aktif dalam aktivitas pembelajaran, namun pertanyaan-pertanyaan yang dimunculkan, kurang menunjukkan adanya bentuk pertanyaan yang mengarah pada pertanyaan model inkuiri untuk meningkatkan keterampilan berpikir.
6.) Pelajaran yang tidak Disenangi Siswa
Dari hasil temuan di atas, kita lihat hasil angket tentang pandangan siswa mengenai pembelajaran sejarah, yang dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.8
Pelajaran yang tidak Disenangi Siswa
Jumlah siswa a. Agama b. PPKn c. Bahasa Indonesia d. IPA e. Matematika f. IPS 4 12 18 7 37 32 Jumlah 110
Dari tabel 3.10 di atas, mata pelajaran IPS, termasuk sejarah, menempati urutan ke dua (29,09%) yang merupakan pelajaran yang tidak disenangi siswa.
7.) Persepsi Siswa Terhadap Pelajaran Sejarah
Adapun persepsi siswa mengenai pelajaran sejarah di SMA dapat digambarkan dalam bentuk tabel di bawah ini.
Tabel 3.9
Persepsi Siswa Terhadap Pelajaran Sejarah
Jumlah siswa a. Banyak bercerita tentang tokoh dan peristiwa pada masa lalu
b. Banyak tempat-tempat bersejarah yang dapat dikunjungi c. Memperkenalkan perjalanan sejarah yang ada di dunia
d. Sebagai bekal pengetahuan dan mendapatkan manfaat pelajaran bagi masa sekarang dengan masa yang akan datang.
67 9 26
8
126
Pada tabel 3.9 tersebut, pada umumnya, siswa menganggap bahwa sejarah hanya merupakan pelajaran yang bercerita mengenai tokoh dan peristiwa pada masa lalu. Ini diketahui dari 110 responden yang menjawab demikian. Hanya 8 orang yang berpendapat bahwa mata pelajaran sejarah sebagai bekal pengetahuan dan mendapatkan manfaat pelajaran bagi masa sekarang dengan masa yang akan datang, sedangkan 67 orang (60,91%) mengemukakan anyak bercerita tentang tokoh dan peristiwa pada masa lalu.
8.) Alasan tidak Menyenangi Pelajaran Sejarah
Alasan tidak menyenangi pelajaran di atas, diantaranya tampak dalam tabel 3.10 seperti di bawah ini.
Tabel 3.10
Alasan tidak Menyenangi Pelajaran Sejarah
Jumlah siswa a. Banyak menghafal angka, tahun, nama orang dan tempat
b. Banyak istilah-istilah yang kurang dimengerti c. Ceritanya membingungkan
d. Tidak mendapatkan manfaat bagi bagi kehidupan sehari-hari
49 29 8 24
Jumlah 110
Merujuk pada tabel 3.10 di atas, alasan tidak menyenangi pelajaran sejarah adalah banyak menghafal angka, tahun, nama orang, tempat merupakan alasan yang menempati urutan pertama. Ini menunjukkan jumlah yang cukup banyak, terbukti dari 110 orang responden, 49 orang siswa (44,55%) yang menjawab demikian. Selain itu, alasan lain adalah karena banyak istilah-istilah yang kurang dimengerti dan tidak mendapatkan manfaat bagi bagi kehidupan sehari-hari.
127
9.) Persepsi Siswa Mengenai Belajar Sejarah
Persepsi siswa tentang pembelajaran sejarah tampak pada tabel berikut.
Tabel 3.11
Persepsi Siswa Mengenai Belajar Sejarah
Jumlah siswa a. Kurang menyenangkan karena guru lebih banyak
menerangkan dan siswa mendengarkan b. Cukup menyenangkan karena gurunya baik
c. Cukup menyenangkan karena menggunakan berbagai macam metode
d. Menyenangkan, karena materinya memancing rasa ingin tahu dan selalu dihubungkan dengan masalah yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. 62 29 14 5 Jumlah 110
Tabel 3.11 ini diketahui secara umum persepsi siswa mengenai pelajaran sejarah. Mereka beranggapan bahwa pelajaran tersebut sulit dimengerti dan pembelajarannya kurang menyenangkan serta terlalu banyak hafalannya. Sebanyak 62 responden (56,36%) menyatakan bahwa pelajaran sejarah merupakan pelajaran yang kurang menyenangkan karena guru lebih banyak menerangkan dan siswa mendengarkan. Ada 29 orang siswa (26,36%) yang menyatakan bahwa pembelajaran sejarah adalah pembelajaran yang menyenangkan, namun dengan alasan yang cukup subjektif, yaitu gurunya baik.
128
10.) Pendapat siswa tentang Cara Mengajar Guru
Di bawah ini kita lihat cara mengajar guru di kelas dari pendapat siswa.
Tabel 3.12
Pendapat siswa tentang Cara Mengajar Guru
Jumlah siswa a. Guru jarang menjelaskan materi
b. Guru menjelaskan teori dan materinya saja c. Guru terlalu banyak memberikan contoh, sehingga
membingungkan siswa
d. Guru memperlihatkan gambar, tabel atau bagan untuk mendorong rasa ingin tahu dan menjelaskan teori serta menghubungkannya dengan contoh yang relevan pada masa kini 9 72 8 21 Jumlah 110
Dari tabel 3.12 tersebut, diperoleh gambaran bahwa secara umum, guru sejarah hanya menjelaskan teori dan meterinya saja. Model pembelajaran ke arah inkuiri sudah mulai muncul, terbukti dari 21 orang responden (19,10%) yang menyatakan bahwa guru menjelaskan teori dan memperlihatkan gambar, tabel atau bagan untuk mendorong rasa ingin tahu dan mencoba menjelaskan teori, mendorong rasa ingin tahu dan menjelaskan teori serta menghubungkannya dengan contoh yang relevan pada masa kini.
Pembelajaran sejarah di kelas X SMA yang selama ini dilaksanakan oleh guru menunjukkan bahwa guru kurang terampil dalam menciptakan kegiatan belajar mengajar yang menyenangkan di kelas, dan kurangnya keterampilan serta kreativitas guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran sejarah. Oleh sebab itu, ditawarkan alternatif dalam menyelesaikan masalah tersebut, yaitu dengan memperkenalkan dan mengembangkan model pembelajaran inkuiri kepada guru, sehingga diharapkan kualitas proses dan hasil pembelajaran dapat ditingkatkan.
129
11.) Harapan Siswa terhadap Cara Mengajar Guru
Di bawah ini digambarkan harapan siswa terhadp cara guru mengajar.
Tabel 3.13
Harapan Siswa terhadap Cara Mengajar Guru
Jumlah siswa a. Ceramah, mendengarkan cerita dari guru
b. Membaca dan mengerjakan LKS c. Tanya jawab, berdiskusi, inkuiri d. Mengunjungi tempat di luar sekolah
11 14 63 22
Jumlah 110
Dari tabel 3.13 dapat kita lihat bahwa sebagian besar siswa (57,27%) mengharapkan pembelajaran yang bersifat student oriented, seperti tanya jawab, berdiskusi, inkuiri. Dengan demikian, ini merupakan kajian penting bagi guru karena ini menunjukkan keinginan siswa agar guru dapat mengelola pembelajaran dengan baik, sehingga diperoleh suatu pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan.
12.) Harapan Siswa Mengenai Pembelajaran Inkuiri
Berikut ini harapan dan pendapat siswa mengenai pembelajaran inkuiri.
Tabel 3.14
Harapan Siswa Mengenai Pembelajaran Inkuiri
Jumlah siswa a. Sangat perlu, untuk meningkatkan keterampilan berpikir dan
dapat menyelesaikan permasalahan sehari-hari
b. Perlu, agar lebih mudah dimengerti dan tidak membosankan c. Kurang perlu, karena sejarah hanya mempelajari peristiwa
pada masa lalu
d. Tidak perlu, karena saya kurang menyukai pelajaran sejarah
35 49 17 9
Jumlah 110
Data pada tabel 3.14 tersebut mengindikasikan perlunya peningkatan keterampilan berpikir melalui pembelajaran inkuiri agar dapat menyelesaikan permasalahan sehari-hari. Sebagian besar siswa (44,54%) menjawab sangat perlu mengaitkan pembelajaran sejarah dengan permasalahan, baik masalah yang
130
berhubungan dengan materi sejarah itu sendiri maupun masalah yang berhubungan dengan lingkungan sekitar yang bertujuan untuk mengkaitkan keterampilan berpikir dan dapat menyelesaikan permasalahan sehari-hari dan agar lebih mudah dimengerti sehingga pembelajaran sejarah tidak membosankan.
b. Kemampuan dan aktivitas belajar siswa
Gambaran mengenai kemampuan dan aktivitas belajar siswa didapatkan melalui instrumen angket yang telah disebarkan kepada siswa kelas X dari SMA yang telah dipilih sebagai sampel pada studi pendahuluan dan melalui observasi kegiatan kelas. Seluruh angket yang disebarkan berjumlah 110, dan angket tersebut dikembalikan oleh seluruh siswa.
1.) Pendapat Siswa mengenai Tujuan Bersekolah
Pertanyaan tentang pendapat siswa mengenai aktivitas bersekolah didapat melalui jawaban berikut pada tabel 3.17.
Tabel 3.15
Pendapat Siswa mengenai Tujuan Bersekolah
Jumlah siswa a. Mengikuti keinginan orang tua
b. Supaya mendapatkan ilmu dan pengetahuan c. Agar dapat melanjutkan ke perguruan tinggi d. Agar mendapatkan teman banyak
15 61 22 12
Jumlah 110
Dari tabel 3.15 di atas, diketahui bahwa pada umumnya tujuan bersekolah adalah supaya mendapatkan ilmu dan pengetahuan, dibuktikan dengan 61 orang (55,45%) yang menjawab demikian, 22 orang bertujuan untuk melanjutkan ke perguruan tinggi (20%) sedangkan sebagian siswa lainnya, yang berjumlah 15 orang siswa (13,64%) menjawab bahwa tujuan bersekolah adalah untuk mengikuti keinginan orang tua, artinya, ada beberapa siswa yang bersekolah karena terpaksa,
131
bukan berasal dari kesadaran siswa sendiri, melainkan berasal dari tuntutan dan keinginan orang tua.
2). Pendapat Siswa mengenai Aktivitas Bersekolah
Di bawah ini, digambarkan pendapat siswa mengenai aktivitas bersekolah.
Tabel 3.16
Pendapat Siswa mengenai Aktivitas Bersekolah
Jumlah siswa a. Menyenangkan, karena mendapat ilmu dan mendapat teman
b. Menyenangkan, karena dapat melanjutkan cita-cita c. Biasa saja, karena tidak ada yang berkesan
d. Tidak menyenangkan, karena terlalu banyak materi yang harus dipelajari, dan banyak teman yang mengganggu.
33 67 10 -
Jumlah 110
Dari data 3.16 di atas, diketahui bahwa pada umumnya aktivitas bersekolah adalah agar dapat melanjutkan cita-cita, dibuktikan dengan 67 orang (60,91%) yang menjawab demikian, sedangkan sebagian siswa lainnya, yang berjumlah 33 orang siswa (30%) menjawab bahwa tujuan bersekolah adalah untuk mendapatkan ilmu dan mendapatkan teman. Siswa juga memberikan jawaban atas pertanyaan tentang aktivitas belajar siswa di luar sekolah.
3.) Aktivitas Belajar Siswa di Rumah
Jawaban siswa/ responden berhubungan dengan aktivitas belajarsiswa di rumah dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 3.17
Aktivitas Belajar Siswa di Rumah
Jumlah siswa a. Kurang dari 1 jam
b. Antara 1-2 jam c. Lebih dari 2 jam d. Tidak tentu 19 41 7 43 Jumlah 110
132
Dari hasil jawaban siswa yang ditunjukkan tabel 3.17, pada umumnya siswa belajar secara tidak menentu (39,09%), maksudnya adalah, kemungkinan siswa bisa belajar kurang dari satu jam, 1-2 jam atau mungkin lebih dari dua jam. Data menunjukkan 19 orang (17,27%) belajar di rumah kurang dari dua jam, antara 1-2 jam (37,27%), tergantung dari tuntutan tugas yang diminta oleh guru. Dengan demikian, jawaban belajar di rumah, sangat erat kaitannya dengan pekerjaan rumah (PR). Jadi, jika guru tidak memberikan PR atau tugas, maka aktivitas belajar siswa di rumah pun berkurang.
4.) Pendapat Siswa yang menyenangi Pembelajaran Sejarah
Mengenai pelajaran sejarah, diperoleh sejumlah data mengenai alasan disenangi atau tidaknya pelajaran sejarah di SMA kelas X. Di bawah akan diuraikan terhadap pernyataan tersebut.
Tabel 3.18
Pendapat Siswa yang menyenangi Pembelajaran Sejarah
Jumlah siswa a. Banyak bercerita tentang tokoh dan peristiwa pada masa lalu
b. Banyak tempat-tempat bersejarah yang dapat dikunjungi c. Memperkenalkan perjalanan sejarah yang ada di dunia d. Sebagai bekal pengetahuan dan mendapatkan manfaat
pelajaran bagi masa sekarang dengan masa yang akan datang.
35 16 33 26
Jumlah 110
Dari data pada tabel 3.18 yang diperoleh, sebagian besar siswa masih berpandangan bahwa mereka menyenangi pembelajaran sejarah hanya sebatas pada cerita tentang tokoh dan peristiwa pada masa lalu. Jawaban ini diberikan oleh 35 orang siswa (31, 82%), namun sudah mulai tampak adanya pemahaman siswa mengenai alasan mereka menyenangi pembalajaran sejarah, yang diberikan oleh 26 orang siswa (23,64%), yaitu sebagai bekal pengetahuan dan mendapatkan manfaat pelajaran bagi masa sekarang dengan masa yang akan datang. Artinya,
133
keadaan ini akan memberikan kesempatan dan keleluasaan bagi guru untuk mengembangkan kreativitasnya agar pembelajaran sejarah dapat dikaitkan dengan kebutuhan, diantaranya dengan cara merangsang keterampilan berpikir yaitu dengan menyodorkan permasalahan-permasalahan yang harus diselesaikan oleh siswa melalui langkah-langkah tertentu, diantaranya dapat diambil dari lingkungan yang paling dekat dengan siswa.
5). Pendapat Siswa yang Tidak Menyenangi Pembelajaran Sejarah
Berbagai pendapat yang dikemukakan siswa mengenai alasan siswa tidak menyenangi pembelajaran sejarah.
Tabel 3.19
Pendapat Siswa yang Tidak Menyenangi Pembelajaran Sejarah
Jumlah siswa a. Banyak menghafal angka, tahun, nama orang dan tempat
b. Banyak istilah-istilah yang kurang dimengerti c. Ceritanya membingungkan
d. Tidak mendapatkan manfaat bagi bagi kehidupan sehari-hari
49 29 8 24
Jumlah 110
Merujuk pada data tabel 3.19 di atas, alasan tidak menyenangi pelajaran sejarah adalah banyak menghafal angka, tahun, nama orang, dan tempat merupakan alasan yang menempati urutan pertama. Ini menunjukkan jumlah yang cukup banyak, terbukti dari 110 orang responden, 49 orang siswa (44,54%) yang menjawab demikian. Alasan lainnya adalah karena banyak istilah-istilah yang kurang dimengerti dan tidak mendapatkan manfaat bagi bagi kehidupan sehari-hari. Dari jawaban yang dikemukakan siswa dari data yang diperoleh, maka dapat dilihat bahwa suatu pembelajaran yang baik dan menyenangkan jika adanya keterkaitan antara aspek guru, siswa dan lingkungan sekitar.
134 c. Kemampuan dan kinerja Guru
Gambaran mengenai kemampuan, kinerja guru dan pandangan terhadap pembelajaran sejarah, hubungannya dengan keterampilan berpikir diperoleh melalui sejumlah pertanyaan, yang dikembangkan dalam instrumen angket, baik angket yang diberikan kepada guru maupun yang diberikan kepada siswa.
1.) Tujuan guru mengajar
Pertanyaan pertama adalah mengenai tujuan guru mengajar.
Tabel 3.20
Tujuan Guru Mengajar
Jumlah Guru a. tugas rutin sehari-hari, yakni menyelesaikan materi
b. proses mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa c. sebagai sarana dalam mendapatkan penghasilan
d. tanggung jawab profesi secara moril dan mengubah perilaku siswa ke arah yang lebih baik
- 2 - 3
Jumlah 5
Berdasarkan jawaban yang diberikan, seperti tampak pada tabel 3.20, diketahui tiga orang guru cenderung berpandangan bahwa tugas mengajar sebagai tanggung jawab profesi secara moril dan mengubah perilaku siswa ke arah yang lebih baik. Dari data tersebut, maka dapat ditarik suatu pemahaman bahwa guru sudah mulai memahami bahwa tugas mengajar bukan hanya sekedar proses mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa, namun juga mendidik.
135
2.) Pandangan Guru Mengenai Tugas Mengajar
Tabel 3.21
Pandangan Guru Mengenai Tugas Mengajar
Jumlah Guru a. Mengajar adalah panggilan hati, dapat dilakukan siapa pun
b. Mengajar dapat dilakukan siapa pun asalkan menguasai materi pelajaran
c. Mengajar hanya bisa dilakukan oleh orang yang memiliki sertifikat sebagai pendidik
d. Mengajar memerlukan keahlian khusus, hanya mampu dilakukan oleh orang yang memiliki latar belakang pendidikan keguruan dan memiliki sertifikat sebagai pendidik
- 2 1 2
Jumlah 5
Berdasarkan data pada tabel 3.21, guru memberikan jawaban yang berbeda antara satu terhadap yang lain. Ada guru yang berpandangan bahwa mengajar dapat dilakukan siapa pun asalkan menguasai materi pelajaran. Dari pendapat tersebut, dapat dipahami bahwa guru ini belum memahami tugas mengajar. Satu orang memberikan jawaban bahwa mengajar hanya bisa dilakukan oleh orang yang memiliki sertifikat sebagai pendidik, dan dua orang guru lainnya memberikan pendapatnya bahwa mengajar memerlukan keahlian khusus, hanya mampu dilakukan oleh orang yang memiliki latar belakang pendidikan keguruan dan memiliki sertifikat sebagai pendidik. Perbedaan ini berakibat pada pemahaman mereka mengenai tujuan mengajar, dan pada implementasinya di kelas, juga berpengaruh pada kemauan dan kemampuan untuk meningkatkan kreativitas dalam mengajar.
3.) Pandangan Guru Terhadap Pelajaran Sejarah di SMA
Untuk mengkaji mengenai pandangan tentang pelajaran sejarah , tujuan sejarah di SMA dan model pembelajaran yang cocok diterapkan untuk pembelajaran sejarah di SMA, dapat dilihat pada tabel berikut.
136
Tabel 3.22
Pandangan Guru Terhadap Pelajaran Sejarah di SMA
Jumlah Guru a. Mata pelajaran yang memiliki materi terlalu banyak untuk
disampaikan kepada siswa
b. Alokasi waktu yang tidak sesuai dengan beban materi yang terlalu banyak
c. Dianggap sebagai mata pelajaran yang sepele, karena tidak bermanfaat
d. Dapat menanamkan nilai positif bagi murid dan memberikan manfaat bagi kehidupan sehari-hari.
2 3 - -
Jumlah 5
Dari tabel 3.22 tersebut, pandangan guru terhadap pelajaran sejarah merupakan suatu beban dan data yang diperoleh merupakan permasalahan yang dihadapi guru dalam pembelajaran sejarah di SMA. Mereka berasumsi bahwa mata pelajaran sejarah merupakan mata pelajaran yang memiliki materi terlalu banyak untuk disampaikan kepada siswa, di sisi lain alokasi waktu yang tersedia tidak sesuai dengan beban materi yang terlalu banyak. Tidak heran jika terkadang guru hanya mengejar ketercapaian materi dan tujuan berdasarkan apa yang telah ada dalam rencana pembelajaran, tanpa memperhatikan kebutuhan siswa itu sendiri, termasuk perkembangan mental, fisik dan perkembangan kognitifnya.