• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Persediaan Bahan Baku Kedelai menurut Kebijakan Industri Tempe Samodra

a. Kebutuhan Bahan Baku Kedelai

Kuantitas pemesanan bahan baku tergantung pada jumlah kebutuhan bahan baku yang diperlukan oleh industri tempe samodra. Sehingga perlu diketahui jumlah kebutuhan bahan baku untuk menunjang proses produksi tempe samodra. Maka dari itu, diperoleh jumlah bahan baku yang optimal dalam penyediaannya.

Tabel 9. Total Penggunaan Bahan Baku Kedelai Kuning Impor di Industri Tempe Samodra Periode Produksi 2009-2011 Bulan Penggunaan Bahan Baku (kg)

2009 2010 2011 Januari 22.940,00 21.675,00 19.960,0 Februari 21.070,00 20.520,00 17.300,0 Maret 23.390,00 22.160,00 20.110,0 April 21.665,00 22.785,00 19.220,0 Mei 23.310,00 24.800,00 18.515,0 Juni 20.440,00 23.115,00 18.940,0 Juli 20.065,00 24.050,00 19.890,0 Agustus 20.870,00 23.100,00 18.670,0 September 10.986,00 22.590,00 19.670,0 Oktober 22.355,00 22.670,00 20.990,0 November 19.514,00 19.575,00 18.860,0 Desember 19.940,00 20.665,00 20.155,0 Total 246.545,00 267.705,00 232.280,0 Rata-rata 20.545,42 22.308,75 19.356,67 Sumber: Industri Tempe Samodra.

Seberapa besar penggunaan bahan baku kedelai impor harus diketahui oleh industri tempe samodra, agar dapat disesuaikan dengan kapasitas produksi dan jumlah bahan baku yang tersedia. Berdasarkan Tabel 9, penggunaan bahan baku kedelai kuning impor terbesar pada periode produksi 2010, yaitu sebesar 267.705 kg dengan rata-rata

68

commit to user

penggunaan sebesar 22.308,75 kg per bulan. Pada periode produksi 2011, penggunaan bahan baku kedelai kuning impor paling sedikit, yaitu sebesar 232.280 kg, dengan rata-rata penggunaan perbulan sebesar 19.356,67 kg. Data mengenai besarnya kebutuhan bahan baku bisa juga digunakan untuk menghitung seberapa sering dan jumlah bahan baku kedelai kuning impor akan dipesan oleh industri dari pemasok.

b. Frekuensi Pemesanan Bahan Baku Kedelai

Frekuensi pemesanan bahan baku kedelai kuning impor dilakukan sesuai dengan kebijakan tempe samodra. Frekuensi pemesanan tergantung pada jumlah kebutuhan kedelai kuning impor yang akan diproduksi. Mungkin terjadi apabila kebutuhan bahan baku banyak maka industri akan lebih sering memesan bahan baku. Atau ketika ketersediaan bahan baku pada supplier mengalami kendala, maka industri tempe samodra akan lebih sering melakukan pemesanan pada pedagang lainnya demi mendapatkan pasokan bahan baku kedelai. Industri tempe samodra mempunyai aturan sendiri dalam menetapkan berapa jumlah kedelai kuning impor yang dipesan dan kapan pemesanan dilakukan. Penetapan jumlah bahan baku kedelai yang dipesan disesuaikan dengan kapasitas simpan dan kapasitas produksi industri. Kapasitas penyimpanan kedelai kuning dalam gudang industri tempe samodra mencapai 8 ton. Sehingga tempe samodra mampu menyetok bahan baku dalam jumlah yang besar di dalam gudangnya. Kapasitas produksi tempe samodra bisa mencapai 800-850 kg perhari.

Pemesanan bahan baku dilakukan ketika jumlah bahan baku menipis, yaitu sekitar 30-40 karung sak kedelai yang berisi 50 kg persak dalam gudang. Berikut Tabel 10 yang menunjukan frekuensi pemesanan dan total pemesanan bahan baku kedelai kuning impor industri tempe samodra periode produksi tahun 2009-2011 :

BULAN 2009 2010 2011 pemesanan (kali) Pemesanan (Kg) Kebutuhan (Kg) Stok (Kg) Pemesanan (Kg) Kebutuhan (Kg) Stok (Kg) Pemesanan (Kg) Kebutuhan (Kg) Stok (Kg) 2009 2010 2011 Januari 27.616 22.940 4.788 20.548 21.675 2.512 15.792 19.960 635 6 5 4 Februari 20.025 21.070 3.743 19.808 20.520 2.570 20.757 17.300 4.092 4 4 4 Maret 25.013 23.390 5.366 26.439 22.160 5.259 16.525 20.110 507 6 6 6 April 20.086 21.665 3.787 20.887 22.785 3.361 21.502 19.220 2.789 4 5 6 Mei 25.398 23.310 5.875 25.033 24.800 3.594 15.797 18.515 71 6 5 4 Juni 20.013 20.440 5.448 21.128 23.115 1.607 20.616 18.940 1.747 4 4 5 Juli 20.351 20.065 5.734 20.060 24.050 3.140 20.533 19.890 2.390 5 4 4 Agustus 20.231 20.870 5.095 24.996 23.100 4.206 20.226 18.670 3.946 4 5 4 September 10.069 10.986 4.178 20.706 22.590 2.322 15.878 19.670 52 2 6 6 Oktober 20.308 22.355 2.131 28.239 22.670 7.891 21.066 20.990 26 4 6 7 November 20.276 19.514 2.893 17.100 19.575 5.416 20.937 18.860 2.103 5 6 7 Desember 20.315 19.940 3.639 21.452 20.665 4.803 21.688 20.155 3.535 6 6 6 TOTAL 249.701 246.545 52.677 266.396 267.705 46.675 231.317 232.280 21.888 56 62 63 rata-rata 20.808 20.545 4.390 22.200 22.309 3.890 19.276 19.357 1.824 5 5 5 Sumber : Industri Tempe Samodra.

Berdasarkan Tabel 10, kuantitas pemesanan paling besar yang dilakukan tempe samodra adalah pada Tahun 2010, yaitu 62 kali dengan jumlah total pesanan 266.395,5 kg. Kuantitas pemesanan rata-rata pada Tahun 2010 sebesar 22.200 kg per bulan. Jumlah pemesanan yang besar ini terkait dengan jumlah kebutuhan produksi yang besar pula pada tahun ini.

70

.u

n

s.

a

c.

id

d

ig

ilib

.u

n

s.

a

c.

id

c

o

m

m

it

t

o

u

ser

Peningkatan produksi akan meningkatkan jumlah kebutuhan bakan baku, sehingga industri tempe samodra sering memesan bahan baku kepada supplier jika kebutuhan produksi meningkat. Jumlah terkecil pemesanan kedelai kuning impor sebesar 231.317 kg pada Tahun 2011 dengan frekeunsi pemesanan 63 kali sebesar 19.276 kg setiap bulan. Jumlah pemesanan yang banyak pada tahun 2011 dikarenakan kebutuhan kedelai impor di industri tempe samodra dipenuhi oleh Sun Ie dan Kopti. Sehingga diperlukan tingkat pemesanan yang lebih sering untuk mengingatkan pengurus Kopti untuk mengirim jatah kedelai impor.

Kebutuhan kedelai kuning impor yang tidak menentu, menyebabkan pemesanan kedelai yang tidak tetap juga. Pembelian bahan baku kedelai dilakukan sesuai dengan kebutuhan bahan baku di industri tempe samodra. tingkat pembelian dan pemesanan tidak dilakukan sesering mungkin dan sejarang mungkin. Hal ini dilakukan untuk menghemat biaya dan menjaga kualitas kedelai. Kebijakan frekuensi pemesanan kedelai kuning impor yang dilakukan tempe samodra adalah semakin banyak kebutuhan kedelai maka kuantitas pemesan semakin banyak pula, dan juga frekuensi pemesanan semakin banyak seiring dengan banyaknya jumlah pesanan kedelai kuning impor.

c. Biaya-biaya Persediaan Bahan Baku Kedelai

Sediaan yang diusahakan oleh suatu industri pasti mempunyai biaya yang menyertainya. Biaya persediaan bahan baku merupakan semua biaya yang menyertai bahan baku kedelai impor mulai dari pemesanan sampai penyimpanan kedelai kuning impor dalam gudang di industri tempe Samodra. Besarnya biaya disesuaikan dengan kebijakan yang ditetapkan dan kemampuan industri tempe samodra. Biaya-biaya persediaan bahan baku akan mempengaruhi besarnya biaya produksi total yang dikeluarkan oleh perusahaan. Biaya-biaya persediaan bahan baku kedelai meliputi :

1) Biaya Pemesanan (ordering cost)

Biaya pemesanan merupakan biaya yang muncul akibat kegiatan pemesanan yang dilakukan. Biaya pemesanan bahan baku kedelai impor di industri tempe samodra meliputi biaya telepon dan biaya bongkar angkut dari truk ke gudang penyimpanan. Biaya bongkar dan anngkut dari truk ke gudang dihitung setiap kali pengankutan barang datang. Biaya inilah yang dibebankan oleh pembeli. Berikut tabel yang menunjukan besarnya biaya pemesanan kedelai impor yang dilakukan industri tempe Samodra selama periode produksi 2009-2011.

Tabel 11. Biaya Pemesanan Kedelai Kuning Impor (Rp) per kg di Industri Tempe Samodra Tahun 2009-2011

Bulan TAHUN 2009 2010 2011 Telepon (Rp) biaya angkut (Rp) Telepon (Rp) biaya angkut (Rp) Telepon (Rp) biaya angkut (Rp) Januari 30.000 180.000 25.000 120.000 20.000 90.000 Februari 20.000 120.000 20.000 120.000 25.000 120.000 Maret 30.000 150.000 30.000 180.000 30.000 90.000 April 20.000 120.000 25.000 120.000 30.000 120.000 Mei 35.000 150.000 25.000 150.000 20.000 90.000 Juni 20.000 120.000 35.000 120.000 25.000 120.000 Juli 25.000 150.000 20.000 120.000 25.000 150.000 Agustus 20.000 120.000 25.000 150.000 20.000 120.000 September 10.000 60.000 30.000 120.000 65.000 90.000 Oktober 20.000 120.000 45.000 150.000 60.000 120.000 November 25.000 120.000 30.000 90.000 50.000 120.000 Desember 45.000 120.000 30.000 120.000 60.000 120.000 jumlah 300.000 1.530.000 340.000 1.560.000 430.000 1.350.000 rata-rata 25.000 127,500 28,333 130,000 35.833 112,500 TOTAL 1.830.000 1.900.000 1.780.000

Sumber : Industri Tempe Samodra.

Tabel 11 menunjukan biaya pemesanan yang dilakukan oleh industri tempe samodra dalam memesan bahan baku kedelai dari pedagang. Biaya pemesanan terbesar adalah pada periode produksi Tahun 2010, yaitu sebesar Rp 1.900.000,00 dengan biaya tiap kali

pesan sebesar Rp 30.645,16. Biaya pemesanan terkecil adalah pada periode produksi Tahun 2011, yaitu sebesar Rp 1.780.000,00 dengan biaya sebesar Rp 28.253,97 setiap kali pesan. Biaya pemesanan cenderung konstan dan tidak berubah. Biaya pemesanan berbanding lurus dengan frekuensi pesanan. Biaya pemesanan yang dilakukan industri tempe samodra meliputi biaya telepon dan biaya angkut. Biaya angkut ini dihitung untuk membayar tenaga kerja yang mengangkut kedelai kuning impor dari truk supplier Sun Ie ke gudang industri tempe samodra. Besarnya biaya yang dibayarkan adalah Rp30.000,00 setiap kali barang datang. Sehingga semakin sering bahan baku kedelai dipesan dan diantar dari supplier Sun Ie maka biaya angkut akan semakin besar pula.

2) Biaya Penyimpanan (carrying cost)

Biaya persediaan selain biaya pemesanan adalah biaya penyimpanan baha baku kedelai kuning impor. Biaya penyimpanan bahan baku kedelai impor yang ada di industri tempe samodra meliputi biaya tenaga kerja, biaya listrik penerangan, biaya bahan baku dan juga biaya penyusutan gudang. Berikut Tabel 12 mengenai biaya total penyimpanan kedelai kuning impor di industri tempe samodra:

BULAN 2009 2010 2011

listrik penyusutan biaya TK biaya bahan Listrik penyusutan biaya TK biaya bahan listrik penyusutan biaya TK biaya bahan

gudang baku (Rp) gudang baku (Rp) gudang baku (Rp)

Januari 4.247,10 6.500.000 930.000 128.464.000 4.247,10 6.000.000 900.000 173.759.805 4.247,10 5.500.000 900.000 164.869.600 Februari 3.963,96 6.500.000 840.000 117.992.000 3.963,96 6.000.000 810.000 164.500.632 3.963,96 5.500.000 840.000 142.898.000 Maret 4.388,67 6.500.000 930.000 130.984.000 4.388,67 6.000.000 930.000 177.647.856 4.388,67 5.500.000 930.000 166.108.600 April 4.247,10 6.500.000 900.000 121.324.000 4.247,10 6.000.000 900.000 182.658.231 4.247,10 5.500.000 900.000 158.757.200 Mei 4.388,67 6.500.000 930.000 130.536.000 4.388,67 6.000.000 930.000 198.811.680 4.388,67 5.500.000 900.000 152.933.900 Juni 4.247,10 6.500.000 900.000 114.464.000 4.247,10 6.000.000 900.000 185.303.709 4.247,10 5.500.000 870.000 156.444.400 Juli 4.388,67 6.500.000 900.000 112.364.000 4.388,67 6.000.000 930.000 192.799.230 4.388,67 5.500.000 900.000 164.291.400 Agustus 4.388,67 6.500.000 930.000 116.872.000 4.388,67 6.000.000 930.000 185.183.460 4.388,67 5.500.000 900.000 154.214.200 September 4.247,10 6.500.000 810.000 61.521.600 4.247,10 6.000.000 900.000 181.094.994 4.247,10 5.500.000 870.000 162.474.200 Oktober 4.388,67 6.500.000 930.000 125.188.000 4.388,67 6.000.000 930.000 181.736.322 4.388,67 5.500.000 870.000 173.377.400 November 4.247,10 6.500.000 840.000 109.278.400 4.247,10 6.000.000 810.000 156.924.945 4.247,10 5.500.000 840.000 155.783.600 Desember 4.388,67 6.500.000 930.000 111.664.000 4.388,67 6.000.000 810.000 165.663.039 4.388,67 5.500.000 900.000 166.480.300 jumlah 51.531,48 6.500.000 10.770.000 1.380.652.000 51.531,48 6.000.000 10.680.000 2.146.083.903 51.531,48 5.500.000 10.620.000 1.918.632.800 rata-rata 4.294,29 897.500 4.294,29 890.000 4.294,29 885.000 total 1.397.973.531,48 2.162.815.434,48 1.934.804.331,48

Sumber : Industri Tempe Samodra.

Biaya total penyimpanan kedelai kuning impor di industri tempe samodra meliputi biaya penyusutan gudang, listrik dan biaya

tenaga kerja serta biaya bahan baku. Berdasarkan Tabel 12, biaya total penyimpanan terkecil pada Tahun 2009, yaitu sebesar

74

.u

n

s.

a

c.

id

d

ig

ilib

.u

n

s.

a

c.

id

c

o

m

m

it

t

o

u

ser

yaitu sebesar Rp 1.397.973.531,48 dengan biaya simpan per kg sebesar Rp 8.329,62. Biaya total penyimpanan terbesar adalah pada periode produksi Tahun 2010, yaitu sebesar Rp 2.162.815.434,48 dengan biaya simpan per kg yang terbesar sebesar Rp 8.079,10. Hal ini dikarenakan jumlah persediaan yang besar pula di dalam gudang sehingga beban biaya per kg kedelai juga besar. Biaya simpan per kg kedelai impor tergantung pada jumlah kedelai impor yang ada di gudang. Biaya penyimpanan per kg bahan baku di gudang semakin besar jika jumlah persediaan bahan baku kedelai kuning impor di gudang besar. Jika jumlah bahan baku kedelai kuning impor dalam jumlah sedikit, maka beban biaya penyimpanan per kg menjadi kecil. d. Total Biaya Persediaan Bahan Baku Kedelai

Biaya pemesanan dan biaya penyimpanan merupakan komponen dari total biaya persediaan bahan baku kedelai kuning impor. Total biaya persediaan bahan baku kedelai kuning impor inilah yang bisa digunakan sebagai pertimbangan dalam efisiensi biaya persediaan bahan baku di industri tempe samodra. Berikut ini adalah tabel yang menunjukan total biaya persediaan kedelai kuning impor tahun 2009-2011.

Tabel 13. Total Biaya Persediaan Kedelai Kuning Impor (Rp) di Industri Tempe Samodra Tahun 2009-2011

periode biaya biaya total biaya biaya

persediaan per kg (Rp) produksi pemesanan (Rp) penyimpanan (Rp) persediaan (Rp) 2009 1.830.000 1.397.973.531 1.399.803.531 5.677,56 2010 1.900.000 2.162.815.434 2.164.713.679 8.085,90 2011 1.780.000 1.926.860.355 1.928.629.951 8.336,40 Sumber : Industri Tempe Samodra.

Berdasarkan Tabel 13, biaya total persediaan bahan baku kedelai kuning impor tahun 2010 merupakan total biaya persediaan yang paling besar apabila dibandingkan dengan tahun produksi yang lain. Hal ini terjadi karena jumlah pembelian kedelai yang banyak sehingga biaya total persediaan pun juga besar. Pada tahun 2009, total biaya

persediaan terhitung paling kecil karena persediaan ini dipengaruhi oleh harga kedelai impor pada tahun 2009 paling rendah yaitu sebesar Rp 5.600,00. Sedangkan pada Tahun 2011, jumlah pembelian bahan baku kedelai impor yang paling sedikit namun, harga kedelai pada tahun ini cukup tinggi, yaitu sebesar Rp 8.260,00 sehingga berpengaruh terhadap biaya persediaan per kg kedelai impor yang paling besar diantara tiga tahun periode produksi yang ada. Total biaya persediaan yang paling tinggi pada tahun 2010, yaitu sebesar Rp 2.164.713.679,00.

e. Persediaan pengaman (safety stock)

Persediaan pengaman (Safety stock) merupakan jumlah minimal persediaan kedelai impor yang selalu harus ada dalam gudang. Hal ini dilakukan agar tidak mengganggu kontinyuitas produksi tempe. Produksi tempe Samodra didasari oleh permintaan konsumen dan keteraturan produksi yang sudah dijalani selama 27 tahun. Industri tempe samodra sejauh ini belum menetapkan jumlah persediaan pengaman kedelai kuning impor dalam gudangnya.

f. Waktu Tunggu (Lead Time)

Waktu tunggu merupakan tenggang waktu yang diperlukan antara saat pemesanan bahan baku tersebut dilaksanakan dengan datangnya bahan baku yang dipesan tersebut. Apabila pemesanan bahan baku yang akan digunakan tidak memperhitungkan waktu tunggu, maka akan terjadi kekurangan bahan baku. Namun demikian, apabila dalam memperhitungkan waktu tunggu ini lebih dari yang semestinya diperlukan, maka yang terjadi akan ada penumpukan bahan baku, dan keadaan ini akan merugikan bagi industri. Kedatangan baku kedelai kuning impor ke gudang bergantung dari supplier yang mengirimkan kedelai impor tarjadi dalam tenggang waktu 1-4 hari setelah pemesanan. Sehingga industri tempe samodra belum bisa menentukan jarak antara pemesanan dan pengiriman bahan baku yang tepat.

g. Re Order Point (ROP)

Re order Point (ROP) merupakan titik persediaan bahan baku untuk memesan kembali bahan baku kedelai kuning impor kepada penyetok agar tidak mengganggu proses produksi tempe dimana dilakukan ketika persediaan pengaman di dalam gudang sama dengan nol. Industri tempe samodra belum menetapkan kapan titik pemesanan kembali kedelai kuning impor. Pemesanan kembali yang biasa dilakukan dengan melihat jumlah bahan baku di gudang. Ketika terlihat sedikit maka yang dilakukan oleh pemilik adalah mengingatkan kepada supplier mengenai pengiriman bahan baku. Tetap i terkadang supplier-nya yang melihat keadaan bahan baku di gudang penyimpanan industri tempe samodra.

2. Persediaan Bahan Baku Kedelai menurut Metode Economic Order Quantity (EOQ)

a. Jumlah Optimal Pemesanan, Frekuensi Pemesanan dan Total Biaya Persediaan yang Optimal menurut Metode Economic Order Quantity (EOQ)

Analisis pembelian bahan baku kedelai kuning impor yang optimal pada periode produksi 2009-2011 dengan menggunakan metode EOQ (Economic Order Quantity) di industri Tempe Samodra membutuhkandata persediaan bahan baku kedelai kuning impor yang dimiliki oleh industri tempe samodra pada periode produksi 2009-2011. Data-data yang digunakan antara lain jumlah bahan baku kedelai kuning impor yang dibutuhkan selama satu tahun (R), biaya pemesanan setiap kali pesan (S) dan biaya penyimpanan kedelai kuning impor per kg (C).

Tabel 14. Jumlah Penggunaan (R), Biaya Pemesanan per Pemesanan (S) dan Biaya Penyimpanan per Kg (C), Bahan Baku Kedelai Kuning Impor Periode Produksi 2009-2011

Periode produksi R (Kg) S (Rp) C (Rp)

2009 246.545 32.145,86 5.670,26

2010 267.705 29.354,84 8.079,10

2011 232.280 25.000,00 8.329,62

Sumber : Analisis Data Primer Tahun 2009-2011.

Berdasarkan Tabel 14 diketahui bahwa penggunaan bahan baku kedelai kuning impor tertinggi pada periode produksi 2010 yaitu sebesar 26.705 kg. Sedangkan penggunaan kedelai kuning impor terendah sebesar 232.280 kg pada periode produksi 2011. Besarnya biaya per pemesanan jumlahnya naik turun selama periode produksi 2009-2011. Biaya pemesanan rata-rata setiap kali pesan terbesar pada periode produksi Tahun 2009 yaitu sebesar Rp 32.145,86. Biaya penyimpanan bahan baku tertinggi terjadi pada periode produksi 2011 yaitu Rp 8.329,00 per kg dan terendah pada periode produksi 2009 yaitu sebesar Rp 5.670,26 per kg.

Besarnya biaya simpan per kg menunjukan besar kecilnya jumlah bahan baku yang disimpan di dalam gudang. Besarnya biaya simpan per kg pada Tahun 2009 paling rendah karena jumlah bahan baku dan harga bahan baku yang ada pada tahun ini juga cukup besar. Tahun 2009 biaya penyimpanan paling kecil karena harga bahan baku yang dipesan juga rendah, yaitu Rp 5.600,00 per kg. Hal ini mempengaruhi besarnya biaya penyimpanan bahan baku pada tahun ini.

Dari Tabel 14 mengenai jumlah bahan baku kedelai kuning impor yang dibutuhkan selama satu tahun (R), biaya pemesanan setiap kali pesan (S) dan biaya penyimpanan kedelai kuning impor per kg (C), maka bisa dianalisis jumlah pembelian bahan baku optimal setiap kali pesan, frekuensi pemesanan optimal dan biaya total minimal yang dikeluarkan selama periode produksi oleh industri tempe samodra.

berikut tabel mengenai analisis persediaan bahan baku dengan menggunakan metode Economic Order Quantity (EOQ):

Tabel 15. Jumlah Optimal Pemesanan, Frekuensi Pemesanan dan Total Biaya Persediaan Bahan Baku Kedelai Kuning Impor Periode Produksi 2009-2011 menurut Metode Economic Order Quantity ( EOQ)

Tahun Kuantitas Optimal Pemesanan (Kg)

Frekuensi

Pemesanan Biaya Persediaan

2009 1.671,88 148 Rp 1.390.131.964,51

2010 1.394,77 192 Rp 2.157.352.363,25

2011 1.180,81 197 Rp 1.928.468.460,45 Sumber : Analisis Data Primer Tahun 2009-2011.

Dari Tabel 15 diketahui bahwa jumlah pemesanan optimal setiap kali pemesanan untuk periode 2009 sebesar 1.671,88 kg dengan frekuensi pembelian dalam satu periode sebanyak 148 kali. Total biaya persediaan yang dikeluarkan pada periode produksi 2009 sebesar Rp 1.390.131.964,51. Kuantitas pemesanan optimal periode produksi 2010 sebesar 1.394,77 kg setiap kali pesan. Frekuensi pembelian dalam periode 2010 sebanyak 192 kali dengan total biaya persediaan yang dikeluarkan sebesar Rp 2.157.352.363,25. Kuantitas pemesanan optimal setiap kali pemesanan untuk periode 2011 sebesar 1.180,81 kg dengan frekuensi pembelian dalam satu periode sebanyak 197 kali dan total biaya persediaan yang dikeluarkan sebesar Rp 1.928.468.460,45.

b. Waktu Tunggu (Lead Time)

Waktu tunggu merupakan tenggang waktu antara pemesanan bahan baku kedelai kuning impor dengan waktu datangnya bahan baku yang dipesan. Waktu tunggu perlu diperhitungkan agar tidak menggangu jalannya proses produksi. Industri tempe samodra juga terdapat waktu tunggu beberapa hari untuk menunggu pesanannya sampai ke gudang. Tabel di bawah ini menunjukan perhitungan waktu tunggu di industri tempe samodra.

Tabel 16. Perhitungan Waktu Tunggu (lead time) Di Industri Tempe Samodra Periode Produksi 2009-2011

Lead time Periode Produksi Jumlah (kali) Probabilitas (%) 2009 (kali) 2010 (kali) 2011 (kali) 1 hari 8 10 15 33 0,18 2 hari 6 13 13 32 0,18 3 hari 25 23 16 64 0,35 4 hari 17 16 19 52 0,29 jumlah 56 62 63 181 1,00

Sumber : Analisis Data Primer Tahun 2009-2011.

Berdasarkan Tabel 16, industri tempe samodra mengalami waktu tunggu antara 1-4 hari. Waktu tunggu yang paling sering dialami adalah 3 hari selama 64 kali dalam periode produksi 2009-2011 dengan probabilitas sebesar 0,35. Waktu tunggu 4 hari terjad i sebanyak 52 kali dengan probabilitas 0,29. Waktu tunggu 4 hari ini merupakan waktu tunggu tersering kedua setelah waktu tunggu 3 hari. Waktu tunggu yang paling sedikit terjadi pada periode produksi 2009-2011 adalah 2 hari dengan jumlah 32 kali. Namun probabilitasnya sama dengan waktu tunggu 1 hari, yaitu 0,18. Waktu tunggu yang paling menguntungkan bagi industri tempe samodra adalah waktu tunggu yang mempunyai probabilitas yang paling kecil, yaitu 1-2 hari. c. Persediaan Pengaman (Safety Stock)

Safety stock merupakan jumlah minimal bahan baku yang harus tersedia di dalam gudang penyimpanan. Safety stock diadakan bertujuan untuk menjaga kontinyuitas produksi agar tidak terjad i kekurangan bahan baku. Besarnya persediaan pengaman (safety stock) dipengaruhi oleh besarnya penggunaan bahan baku kedelai kuning impor setiap bulan. Besarnya safety stock bahan baku kedelai kuning impor optimal menurut metode Economic Order Quantity (EOQ) dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 17. Safety Stock Optimal Bahan Baku Kedelai Kuning Impor Periode Produksi 2009-2011

Standar Deviasi Safety Stock (Kg)

3530,973936 1,64 5.790,80

Sumber : Analisis Data Primer Tahun 2009-2011.

Tabel 17 menunjukan safety stock optimal bahan baku kedelai kuning impor yang seharusnya dilakukan oleh industri tempe samodra yaitu sebesar 5.790,80 kg. Perhitungan ini menggunakan asumsi standar deviasi untuk tiga periode produksi sebesar 3.530,97 sebesar 1,64.

Persediaan pengaman (safety stock) merupakan batas minimal bahan baku kedelai kuning yang harus selalu dimiliki oleh industri tempe samodra. Persediaan pengaman ini bermanfaat untuk mengantisipasi keterlambatan pengiriman bahan baku dan dapat menjaga kelancaran produksi tempe sehingga tidak ada permasalahan jumlah bahan baku yang diperlukan. Industri tempe samodra idealnya menerapkan dan menggunakan metode persediaan Economic Order Quantity (EOQ) pengaman sebesar 5.790,80 kg. Dengan jumlah persediaan pengaman bahan baku sebesar 5.790,80 kg, produksi industri tempe samodra tidak akan terganggu dengan keterlambatan datangnya bahan baku. Sehingga selama menunggu kedatangan bahan baku yang dipesan, industri tempe samodra bisa terus melakukan produksi.

d. Reorder Point (ROP)

Data yang didapat dari industri tempe samodra dianalisis untuk menghitung nilai reorder point bahan baku kedelai kuning impor. Hasil perhitungan mengenai reorder point pada bahan baku kedelai kuning impor adalah sebagai berikut :

Tabel 18. Reorder Point Bahan Baku Kedelai Kuning Impor Periode Produksi 2009-2011

Periode produksi Reorder point (Kg)

2009 7.399,4

2010 5.640,7

2011 4.334,5

Sumber : Analisis Data Primer Tahun 2009-2011.

Dari Tabel 18 dapat diketahui nilai reorder point bahan baku kedelai kuning impor periode produksi 2009-2011. Pada periode produksi 2009, industri tempe samodra harus melakukan pemesanan kembali pada saat persediaan bahan baku di gudang sebesar 7.399,4 kg. periode produksi 2010, pemesanan kembali harus dilakukan ketika persediaan bahan baku kedelai kuning impor di gudang sebesar 5.640,7 kg. Dan ketika jumlah persediaan di gudang sebesar 4.334,5 kg, maka industri tempe samodra harus melakukan pemesanan kembali pada periode produksi 2011.

3. Analisis Perbandingan Efisiensi Persediaan Bahan Baku antara Kebijakan Industri Tempe Samodra dengan Perhitungan Metode

Economic Order Quantity (EOQ)

Setiap perusahaan selalu menginginkan untuk memperoleh keuntungan yang besar dari usahanya dengan biaya produksi seminimal mungkin. Masing-masing perusahaan mempunyai kebijakan sendiri-sendiri untuk memperoleh keuntungan yang diinginkan. Kebijakan yang diterapkan mulai dari pengendalian persediaan bahan baku, produksi dan pemasaran. Dalam hal pengendalian bahan baku, perusahaan akan memilih dan menerapkan kebijakan yang dirasa cocok dan tepat sesuai dengan keinginan perusahaan. Semua kebijakan yang diterapkan tentunya ada yang efisien namun ada juga yang tidak efisien dalam pengelolaannya.

Industri tempe samodra mempunyai kebijakan dan aturan sendiri dalam mengelola persediaan bahan baku kedelai impor. Sebenarnya ada beberapa teknik atau metode yang dapat diterapkan dalm mengelola

persediaan bahan baku, diantaranya metode Economic Order Quantity (EOQ). Untuk dapat mengetahui metode mana yang lebih efisien dalam penyediaan bahan baku, maka diperlukan perbandingan antara penyediaan bahan baku menurut kebijakan perusahaan dan penyediaan menurut perhitungan metode Economic Order Quantity (EOQ). Perbandingan tersebut dapat dilihat pada Tabel 19 sebagai berikut : Tabel 19. Perbandingan Kuantitas Pemesanan Perbandingan Kuantitas

Pembelian Bahan Baku Kedelai Impor Antara Kebijakan Industri Tempe Samodra dengan Metode Economic Order Quantity (EOQ) Periode 2009 – 2011

Periode Kuantitas Pemesanan (Kg) Selisih Produksi Tempe Samodra Metode EOQ (Kg)

2009 4.896,10 1.671,88 3.224,22

2010 5.122,99 1.394,77 3.728,22

2011 5.507,55 1.180,81 4.326,74

Sumber : Analisis Data Primer Tahun 2009-2011.

Tabel 19 merupakan tabel yang menampilkan perbandingan kuantitas pemesanan perbandingan kuantitas pembelian bahan baku kedelai impor antara industri tempe samodra dengan Metode Economic Order Quantity (EOQ) Periode 2009 – 2011. Berdasarkan Tabel 18, selisih kuantitas pembelian bahan baku kedelai antara kebijakan industri tempe samodra dengan metode Economic Order Quantity (EOQ) terkecil terjadi pada periode produksi 2009 yaitu 3.224,22 kg, sedangkan selisih terbesar terjadi pada periode produksi 2011 yaitu 4.326,74 kg. Selisih kuantitas pembelian bahan baku kedelai impor antara kebijakan industri tempe samodra dengan metode Economic Order Quantity (EOQ) terjadi pada periode produksi 2010 sebesar 3.728,22 kg.

Selain perbandingan besarnya kuantitas pesanan bahan baku kedelai impor, perbandingan frekuensi pemesanan juga dilakukan dalam analisis. Perbandingan frekuensi pemesanan bahan baku kedelai dilakukan dengan membandingkan besarnya frekuensi pemesanan yang dilakukan oleh industri tempe samodra dengan hasil perhitungan dengan menggunakan metode EOQ. Berikut tabel mengenai hasil perbandingan

frekuensi pemesanan pembelian bahan baku kedelai impor antara industri tempe samodra dengan metode Economic Order Quantity (EOQ) periode 2009 – 2011.

Tabel 20. Perbandingan Frekuensi Pemesanan Pembelian Bahan Baku Kedelai Impor antara Industri Tempe Samodra dengan Metode Economic Order Quantity (EOQ) Periode 2009 – 2011

Periode Frekuensi Pemesanan (kali) Selisih Produksi Tempe Samodra Metode EOQ (kali)

2009 56 147 91

2010 62 192 130

2011 63 197 134

Sumber : Analisis Data Primer Tahun 2009-2011.

Menurut Tabel 20, frekuensi pemesanan antara kebijakan tempe samodra dan metode EOQ mempunyai perbedaan yang besar. Terlihat bahwa perhitungan EOQ menghasilkan angka pemesanan yang leb ih besar daripada perhitungan kebijakan industri tempe samodra. Selisih

Dokumen terkait