BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
C. Hasil Analisis Data Penelitian
Tabel 3
Tabel Analisa Subjek 1
I. Kesurupan secara umum
Aspek Pikiran Aspek Perasaan Aspek Perilaku
(+)Kesurupan tujuan utama dalam jathilan
I.PK (8-9)
(+)Kesurupan tujuan utama (jathilan
menjadi unik karena kesurupan) I.PK (13-16)
(+)Masyarakat tidak memandang buruk dari kesurupan yang dialami subjek I.PK (339-344)
(+)Sebelum dan sesudah kesurupan merasa senang, bisa
njathil dan kesurupan
merupakan suatu kebanggaan I.PR (315-328) (+)Sewaktu kesurupan tidak merasakan apapun karena saat kesurupan tidak sadar I.PR (315-328)
(+)Jika berbeban berat menjadi “plong” setelah kesurupan I.PR (352-360) (+)Kesurupan tidak berdampak buruk pada kehidupan harian I.PL (50- 58) (+)Sempat ditakuti oleh masyarakat namun perlahan kesurupan yang dialami subjek menjadi hal yang biasa dan tidak ditakuti lagi I.PL (293-300)
(+)Untuk melakukan berbagai hal menjadi lebih semangat I.PL (352-360)
II.Kesurupan yang tidak sesungguhnya (kesurupan pura-pura)
Aspek Pikiran Aspek Perasaan Aspek Perilaku
(+)Kesurupan pura- pura itu ada, kesurupan pura-pura itu hal yang tidak baik jadi seharusnya tidak dilakukan II.PK (61-67) (-)Subjek pernah melakukan kesurupan pura-pura karena sewaktu pentas memakan permen II.PK (72-80) (+)Merasa bingung saat melakukan kesurupan pura-pura II.PR (84-86) (+)Merasa bingung
dan salah tingkah jika tidak kesurupan
II.PR (102-105) (+)“Rikuh”
(sungkan), takut jika ada yang tau subjek melakukan kesurupan pura-pura II.PR (367-375)
(+)Tidak ada
dampak buruk pada kehidupan sosial II.PL (112-126) (+)Tidak ada dampak negatif, masyarakat menghargai profesi subjek II.PL (367-375) (+)Semakin
“rumaket” (erat) dan dekat satu sama lain
II.PL (377-380)
III. Kesurupan dalam kesatuan dalam kesenian jathilan
Aspek Pikiran Aspek Perasaan Aspek Perilaku
(+)Kesurupan dalam suatu kesenian jathilan merupakan suatu kesatuan III.PK (139-143) (+)Suatu pentas
jathilan menjadi seru
karena adanya kesurupan III.PK (139-143) (+)Kesurupan dan (N)Tidak ada perbedaan perasaan karena tidak ada tuntutan njathil harus kesurupan III.PR (170-177)
(+)Merasa bangga, puas dan senang jika kesurupan III.PR (386-398)
(+)Merasa minder dan
(+)Bisa memunculkan semangat baru untuk diri sendiri dan menambah
keakraban untuk kehidupan
bermasyarakat III.PL (180-190)
kesenian jathilan
adalah satu paket III.PK (147-149)
“mati gaya” jika tidak kesurupan III.PR (386-398)
IV.Motivasi yang mendorong penari jathilan sehingga tetap mau
njathil hingga kesurupan
Aspek Pikiran Aspek Perasaan Aspek Perilaku
(+)Kesurupan sebagai kebiasaan dan menjadi sebuah panggilan IV.PK (195-197) (+)Njathil hingga kesurupan karena memang suka njathil
dan sudah terbiasa
njathil IV.PK (202-207) (N)Perasaan biasa (kesurupan dirasakan sangat familiar sehingga menjadi tidak ada perasaan khusus) IV.PR (216-219)
(+)Merasa bangga jika kesurupan namun takut dikira sombong
jika terlalu
membanggakan kesurupan IV.PR (412-417)
(+)Jika sedang berbeban berat setelah kesurupan merasa “plong” IV.PR (232-239)
(+)Rasa tidak enak jika tidak ikut kesurupan IV.PR (202-207) (N)Tidak ada pengaruh bagi perilaku IV.PL (222-227) (+)Bisa semakin bersemangat dalam bekerja dan dalam hal lain IV.PL (232-239)
(+)Semakin dekat dengan masyarakat
V.Dampak kesehatan dari kesurupan
Aspek Pikiran Aspek Perasaan Aspek Perilaku
(+)Njathil dan kesurupan rasanya “capek” namun bisa “rileks” dan “fresh”
V.PK (32-42) (+)Tidak mengalami gangguan pencernaan V.PK (250-251) (+)Tidak mengalami gangguan pencernaan V.PK (254-264) (+)Njathil dan kesurupan rasanya juga “capek” namun bisa “plong” dan “fresh” V.PK (180- 190)
(-)Njathil dan tidak
kesurupan rasanya “capek banget”
V.PK (32-42)
(-)Njathil dan tidak
kesurupan rasanya “capek banget”
V.PK (180-190) (-)Berdampak pada
kesehatan atau fisik yang menjadi muntah-
(+)Awalnya merasa takut, karna sudah menjadi kebiasaan maka perasaan takut tersebut hilang V.PR (272-275) (N)Tidak ada pengaruh dalam keseharian V.PL (305-307) (+)Njathil dan kesurupan dapat menjadikan penyemangat hidup V.PL (439-448) (+)Masyarakat menghargai profesi subjek V.PL (456-467) (+)Membuat semakin akrab karena kesurupan yang dialami subjek dan terbiasa “tulung tinulung” (bantu membantu) V.PL (456-467)
muntah V.PK (254-264)
(-)Merasa “lemes” dan “bleng” sebelum kesurupan V.PK (21-23)
Catatan: (+) untuk penilaian positif; (-) untuk penilaian negatif; dan (N)
untuk penilaian netral.
Pada tabel 3 terkait dengan konsep kesurupan secara umum, Fn meyakini dalam pikirannya bahwa kesurupan dalam kesenian jathilan
merupakan hal yang penting dan dijadikan tujuan utama dari serangkaian tarian jathilan. Fn meyakini bahwa kesenian jathilan menjadi sesuatu yang unik karena adanya fenomena kesurupan. Pemikiran tersebut disertai dengan perasaan yang dominan dirasakan oleh Fn yaitu senang dan bangga bisa
njathil hingga kesurupan. Fenomena kesurupan yang dialami Fn sempat
dipandang masyarakat sebagai suatu hal yang menakutkan namun lambat laun kesurupan yang dialaminya menjadi hal yang tidak lagi menakutkan karena masyarakat mulai terbiasa menjumpai Fn yang sering mengalami kesurupan dalam pentas kesenian jathilan. Paradigma dari masyarakat tersebut, membuat Fn semakin bersemangat dan bertanggung jawab atas profesi yang digelutinya. Dari kesurupan yang dialaminya, Fn mengaku menjadi lebih bersemangat dalam melakukan berbagai hal dalam kesehariannya dan dari berbagai hal yang terjadi pada fenomena kesurupan dalam pentas kesenian
Terkait dengan konsep kesurupan yang tidak sesungguhnya, Fn meyakini dalam pikirannya bahwa kesurupan pura-pura itu memang diyakini ada dan ia mengaku pernah melakukan kesurupan pura-pura. Fn meyakini bahwa kesurupan pura-pura tidak seharusnya dilakukan karena ia menganggap bahwa kesurupan pura-pura merupakan hal yang tidak baik. Jika dikaitkan dengan segi perasaan, Fn merasa bingung saat tidak mengalami kesurupan sewaktu pentas njathil. Fn melakukan kesurupan pura-pura untuk menutupi rasa sungkan dan salah tingkah. Fn takut jika penonton mengetahui bahwa ia tidak mengalami kesurupan yang sesungguhnya. Terlepas dari hal tersebut, ia mengaku tidak ada dampak buruk atau negatif pada kehidupan sosialnya. Masyarakat menghargai profesi Fn sebagai penari jathilan yang sering terlibat kesurupan, hal tersebut membuat rasa kekeluargaan Fn dengan masyarakat menjadi semakin dekat karena nilai “lebih” dari kesurupan yang dialami Fn.
Terkait dengan konsep kesurupan sebagai kesatuan dalam kesenian
jathilan, Fn memandang kesurupan dalam kesenian jathilan sebagai suatu
kesatuan atau satu paket. Fn meyakini bahwa dalam rangkaian pertunjukan
jathilan yang terdiri dari tarian-tarian, didalamnya juga terdapat prosesi
kesurupan. Dari segi perasaan, Fn merasa bangga, puas, dan senang jika mengalami kesurupan. Sebaliknya, ia merasa minder dan “mati gaya” jika tidak mengalami kesurupan. Dalam kaitannya dengan kehidupan sehari-hari, Fn mengaku bahwa fenomena kesurupan yang dialaminya bisa memunculkan
semangat baru untuk diri pribadi dan dapat menambah keakraban untuk kehidupan bermasyarakat.
Terkait dengan motivasi yang mendorong Fn sehingga tetap mau
njathil hingga kesurupan, Fn mengaku bahwa hal yang memotivasinya
sehingga tetap njathil hingga kesurupan karena adanya suatu panggilan yang menggerakkan dirinya untuk njathil hingga kesurupan. Njathil hingga kesurupan merupakan sebuah kebiasaan dan menjadi kegemarannya. Dari segi perasaan, Fn merasakan perasaan yang biasa karena kesurupan dirasakan sangat familiar sehingga menjadi tidak ada perasaan khusus. Di sisi lain, ia merasa bangga jika mengalami kesurupan. Perasaan bangga tersebut tidak begitu ditunjukkan oleh Fn karena adanya perasaan takut dianggap sombong oleh masyarakat. Terkadang perasaan tidak enak muncul didalam diri Fn ketika tidak mengalami kesurupan. Satu hal yang juga dirasa cukup menarik adalah ketika sedang berbeban berat, Fn merasakan adanya perasaan “plong” (lega) setelah mengalami kesurupan. Dari berbagai perasaan yang unik tersebut, Fn mengaku dapat semakin bersemangat dalam bekerja dan dalam hal lain serta menjadi semakin dekat dengan masyarakat.
Terkait dengan konsep aneka dampak kesehatan dari fenomena kesurupan, Fn meyakini dalam pikirannya bahwa dari fenomena kesurupan membuat badan terasa “capek” namun bisa membuat “rileks” (tenang, nyaman) , “fresh” (segar, semangat) , dan “plong” (lega). Fn juga mengaku tidak mengalami gangguan pencernaan sehubungan dengan berbagai hal yang dimakan saat kesurupan, seperti beling, dupa, dan kemenyan. Di sisi lain,
terkadang dari fenomena kesurupan yang dialami membuatnya menjadi muntah-muntah, “lemes”, dan “bleng” (tidak sadar). Dari aspek perasaan, Fn mengaku bahwa pada awalnya ia merasa takut untuk kesurupan. Namun, karena sudah menjadi kebiasaan maka lambat laun perasaan takut tersebut hilang. Dalam aspek perilaku, dampak kesehatan dari fenomena kesurupan yang dialami Fn yang sering memakan hal-hal yang ekstrim (tidak biasa), ternyata tidak berpengaruh buruk terhadap kesehariannya. Selain itu, masyarakat juga menghargai profesi Fn sebagai penari jathilan yang sering mengalami kesurupan, sehingga dapat menjadikan penyemangat hidup dan membuat Fn semakin akrab dengan masyarakat karena masyarakat menghargai kesurupan yang dialaminya sewaktu njathil.
Tabel 4
Tabel Analisa Subjek 2
I. Kesurupan secara umum
Aspek Pikiran Aspek Perasaan Aspek Perilaku
(+)Kesurupan
melibatkan kinerja alam bawah sadar I.PK (23-27)
(+)Kesurupan di
Kepuh tidak
direkayasa dan beda dengan jathilan-
jathilan yang lain
(jathilan-jathilan (N)Sebelum kesurupan merasa biasa-biasa saja I.PR (70-73) (+)Sebelum kesurupan merasa senang, tidak ada perasaan takut dan susah I.PR (94- 102) (+)Bisa menghibur masyarakat I.PL (136-138) (+)Lingkungan sekitar mendukung profesi subjek I.PL (140-153) (+)Menjadi semakin akrab dengan “tonggo teparo”
yang lain makan makanan yang enak- enak saat kesurupan namun tidak terjadi untuk di Kepuh)
I.PK (36-49)
(+)Merokok dalam kesurupan merupakan adegan kesurupan yang direkayasa dan hal tersebut tidak terjadi di Kepuh
I.PK (55-64)
(+)Setelah kesurupan merasa biasa saja dan tidak ada perasaan takut I.PR (105- 113)
(+)Suatu kebanggaan karena bisa ikut
njathil I.PR (131-
134)
(+)Seorang yang kesurupan tidak ada perasaan malu I.PR (17-21) (+)Saat kesurupan tidak merasakan apapun, hilang kesadaran I.PR (79-84) (tetangga sekitar) dan menjadikan penyemangat I.PL (140-153)
II. Kesurupan yang tidak sesungguhnya (kesurupan pura-pura)
Aspek Pikiran Aspek Perasaan Aspek Perilaku
(+)Subjek belum pernah mengalami kesurupan pura-pura,
njathil selama
sembilan tahun selalu mengalami kesurupan yang sesungguhnya
II.PK (157-162) (+)Kesurupan pura-
pura itu ada. Yang
(+)Selama sembilan tahun njathil merasa senang, tidak terbebani oleh hal apapun, yang ada hanya perasaan senang karena sejak kecil sudah mengalir darah seni dari orangtua II.PR
(+)Semangat kerja selalu ada walau terasa lelah setelah kesurupan II.PL (224-244)
(+)Ada sebagian kecil orang yang fanatik dengan
agama dan
melakukan kesurupan pura-pura itu hanya orang-orang yang tidak punya nyali dan kesurupan yang makan-makanan enak itu kesurupan yang direkayasa (kesurupan yang sekedar mencari sensasi) II.PK (164-181)
(197-210) subjek bersekutu
dengan setan namun keakraban subjek dengan masyarakat justru bertambah
II.PL (224-244)
III. Kesurupan dalam kesatuan dalam kesenian jathilan
Aspek Pikiran Aspek Perasaan Aspek Perilaku
(+)Kesurupan dalam
jathilan merupakan
satu kesatuan dan ciri khas jathilan tersebut terletak pada peristiwa kesurupan
III.PK (249-254)
(+)Merasa senang dan bangga terhadap peristiwa kesurupan yang dialami III.PR (273-275)
(+)Merasa bangga selama sembilan tahun
njathil dan tidak
pernah mengalami kesurupan pura-pura
III.PR (281-302) (-)Setelah tersadar sari
kesurupan merasa bingung beberapa saat (seperti terbangun dari tidur) III.PR (265- 274) (+)Menjadi semakin akrab dengan masyarakat III.PL (281-302) (+)Menjadi sering berkumpul bersama masyarakat sehingga dapat memunculkan semangat III.PL (281-302)
IV. Motivasi yang mendorong penari jathilan sehingga tetap mau
njathil hingga kesurupan
Aspek Pikiran Aspek Perasaan Aspek Perilaku
(+)Njathil hingga
kesurupan
merupakan sebuah hobi dan keinginan untuk melestarikan kebudayaan Jawa IV.PK (306-318) (+)Merasa bangga karena dengan njathil hingga
kesurupan juga dapat melestarikan kebudayaan Jawa IV.PR (324-329) (+)Masyarakat banyak yang mendukung profesi subjek sehingga dapat menjadi penyemangat IV.PL (335-351)
V.Dampak kesehatan dari kesurupan
Aspek Pikiran Aspek Perasaan Aspek Perilaku
(+)Tidak ada dampak yang membahayakan untuk kesehataan V.PK (363-366) (-)Adegan dalam
kesurupan membuat badan lecet dan terasa perih V.PK (30-35) (-)Setelah njathil
badan terasa “capek”
V.PK (219-221)
(+)Tidak merasa takut terhadap kondisi kesehatan maka subjek tidak pernah memeriksakan
kesehatannya ke dokter V.PR (368- 379)
(+)Tidak merasa takut terhadap kondisi kesehatan V.PR (386-387)
(+)Merasa bangga dan tidak punya rasa takut terhadap adegan kesurupan yang dialami V.PR (+)Bisa menambah keakraban dengan masyarakat V.PL (408-414)
(392-394)
Catatan: (+) untuk penilaian positif; (-) untuk penilaian negatif; dan (N)
untuk penilaian netral.
Pada tabel 4 terkait dengan konsep kesurupan secara umum, Pt meyakini dalam pikirannya bahwa fenomena kesurupan melibatkan kinerja alam bawah sadar. Dalam artian segala sesuatu yang dilakukan selama mengalami kesurupan sepenuhnya tidak disadarinya. Menurut Pt, kesurupan di Dusun Kepuh berbeda dengan kesurupan yang ada dijathilan lain. Kesurupan di Dusun Kepuh tidaklah direkayasa, semua berjalan dengan
natural. Pt menuturkan bahwa adegan seperti merokok dan makan makanan
yang enak-enak saat kesurupan merupakan kesurupan yang direkayasa dan hal tersebut tidak terjadi di Dusun Kepuh. Pada aspek perasaan, Pt mengaku sebelum dan sesudah kesurupan ia merasa senang dan tidak ada perasaan takut. Walaupun saat kesurupan ia mengalami hilang kesadaran dan tidak merasa malu atas apa yang dilakukan, Pt tetap merasa bangga bisa njathil
hingga kesurupan. Dalam kaitannya dengan kehidupan bermasyarakat, Pt merasa profesinya didukung oleh masyarakat sekitar. Kesenian jathilan yang melibatkan kesurupan dapat menghibur masyarakat. Selain itu, kegiatan
njathil hingga kesurupan dapat menjadikan penyemangat hidup bagi Pt dan
dapat menambah keakraban dengan masyarakat.
Terkait dengan konsep kesurupan yang tidak sesungguhnya, Pt mengaku bahwa selama sembilan tahun njathil selalu mengalami kesurupan yang sesungguhnya. Pt meyakini dalam pikirannya bahwa kesurupan pura-
pura itu memang ada, kesurupan pura-pura hanya dilakukan oleh orang-orang yang tidak punya nyali dan kesurupan yang memakan makanan enak itu adalah kesurupan yang direkayasa atau kesurupan yang sekedar mencari sensasi. Dari segi perasaan, Pt mengaku bahwa ia tidak merasa terbebani oleh hal apapun dan ia merasa senang menekuni profesi penari jathilan karena darah seni telah mengalir sejak kecil dari orangtuanya. Dari aspek perilaku, setelah mengalami kesurupan Pt sering mengalami kelelahan, walaupun begitu ia menuturkan bahwa semangat kerja dalam dirinya selalu ada. Di sisi lain, ada sebagian kecil orang yang fanatik dengan agama dan menganggap profesi Pt bersekutu dengan setan, namun hal tersebut tidaklah menjadi penghalang dan tidak menyurutkan niatnya untuk tetap njathil hingga kesurupan. Selain itu, keakraban Pt dengan masyarakat justru bertambah.
Terkait dengan konsep kesurupan sebagai kesatuan dalam kesenian
jathilan, Pt memandang bahwa kesurupan dalam jathilan merupakan satu
kesatuan dan ciri khas jathilan tersebut terletak pada fenomena kesurupan. Dari aspek perasaan, Pt mengaku bahwa setelah tersadar dari kesurupan Pt merasa bingung beberapa saat (seperti terbangun dari tidur). Namun demikan, ia merasa senang dan bangga karena selama sembilan tahun njathil tidak pernah melakukan kesurupan pura-pura. Dalam aspek perilaku, Pt mengaku bahwa dengan kegiatan njathil hingga kesurupan yang telah dilakukan, menjadikannya semakin akrab dan semakin dihargai oleh masyarakat.
Terkait dengan motivasi yang mendorong Pt tetap mau njathil hingga kesurupan, Pt meyakini dalam pikirannya bahwa kegiatan njathil hingga
kesurupan merupakan sebuah hobi dan keinginan untuk melestarikan kebudayaan Jawa. Dalam aspek perasaan, Pt merasa bangga karena dengan
njathil hingga kesurupan dapat menyalurkan hobi sekaligus melestarikan
kebudayaan Jawa. Hal tersebut didukung oleh keadaan dimana masyarakat sekitar juga menghargai profesi Pt sebagai penari jathilan sehingga dukungan tersebut menjadi penyemangat hidup baginya.
Terkait dengan konsep aneka dampak kesehatan dari fenomena kesurupan, Pt menuturkan bahwa adegan dalam kesurupan membuat badan lecet, terasa perih dan membuat badan terasa “capek”. Meski begitu, Pt mengaku tidak ada dampak yang membahayakan bagi kesehatannya. Dalam aspek perasaan, Pt merasa bangga dan tidak punya rasa takut terhadap kondisi kesehatan setelah melakukan adegan kesurupan. Oleh karena itu, ia tidak pernah memeriksakan kondisi kesehatan ke dokter. Melihat dari aspek perilaku, Pt mengaku bahwa dari kegiatan njathil hingga kesurupan yang dilakukannya justru dapat menambah keakraban dengan masyarakat.
Tabel 5
Tabel Analisa Subjek 3
I. Kesurupan secara umum
Aspek Pikiran Aspek Perasaan Aspek Perilaku
(+)Kesurupan sebuah hal yang wajar
I.PK (6-12) (+)Kesurupan
(+)Sebelum dan setelah kesurupan merasa senang dan tidak ada perasaan
(+)Berdampak positif karena bisa menambah
merupakan suatu hal yang sakral I.PK (16-25)
(+)Kesurupan di Kepuh kesurupan yang sesungguhnya dan tidak direkayasa
I.PK (16-25) (+)Saat kesurupan
pikiran kosong dan dalam kondisi tidak sadar sehingga tidak mengetahui apa yang terjadi pada diri sendiri I.PK (6-12)
takut I.PR (32-38) (+)Saat kesurupan
tidak merasakan apapun karena tidak sadar I.PR (32-38)
masyarakat dan bisa menghibur
masyarakat I.PL (61-69)
(-)Berdampak dalam hal ekonomi (kinerja
subjek yang
menurun selama satu sampai dua hari sehingga pendapatan berkurang karena badan masih terasa lelah) I.PL (44- 57)
II. Kesurupan yang tidak sesungguhnya (kesurupan pura-pura)
Aspek Pikiran Aspek Perasaan Aspek Perilaku
(+)Kesurupan pura- pura itu kesurupan yang salah II.PK (72-82)
(-)Banyak grup
jathilan ditempat lain yang melibatkan kesurupan yang pura- pura II.PK (72-82) (-)Subjek pernah
melakukan kesurupan pura-pura karena sewaktu njathil
(+)Merasa minder dan malu jika melakukan kesurupan pura-pura maka subjek berusaha agar kepura-puraan kesurupan tersebut tidak diketahui penonton II.PR (112-127)
(+)Merasa malu jika melakukan kesurupan pura-pura II.PR (140-153) (+)Tidak berdampak buruk dalam keseharian II.PL (130-136) (+)Hubungan subjek dan masyarakat menjadi semakin dekat karena sering bertemu diacara
jathilan II.PL
sedang banyak pikiran dan kurang fokus dalam menari II.PK (103-109)
III. Kesurupan dalam kesatuan dalam kesenian jathilan
Aspek Pikiran Aspek Perasaan Aspek Perilaku
(+)Tujuan njathil hingga kesurupan untuk menghibur penonton III.PK (158-172) (+)Sesepuh pawang mengusahakan agar penari bisa kesurupan namun kesurupan tersebut tidak diharuskan terjadi terutama untuk penari perempuan III.PK (176-190) (+)Kesurupan diharapakan dapat menghibur penonton III.PK (176-190) (+)Tidak ada tujuan
negatif dari kegiatan kesurupan III.PK (176-190)
(+)Tidak diharuskan mengalami
(+)Dengan kesurupan merasa senang dan tidak ada perasaan sedih III.PR (250- 267)
(+)Merasa senang bisa njathil hingga kesurupan III.PR (296-302)
(+)Njathil dan
kesurupan membuat badan “capek” dan kinerja menjadi kurang maksimal namun tetep merasa senang III.PR (296-302) (+)Saat kesurupan tidak merasakan apapun III.PR (218-222) (+)Saat kesurupan tidak merasakan apapun, berada dalam
(+)Persatuan dan keakraban dengan masyarakat semakin terjalin kuat III.PL (176-190) (+)Belajar melatih kekompakan dengan para penari dan penonton III.PL (176-190) (+)Tidak berdampak buruk untuk keseharian III.PL (288-292) (+)Apapun yang terjadi saat pentas
njathil, kehidupan
bermasyarakat tetap berjalan dengan baik
III.PL (303-310) (+)Kebersamaan
semakin erat karena
jathilan Kepuh
kesurupan, kesurupan yang dipaksakan merupakan kesurupan yang pura-pura III.PK (192-213) (+)Kesurupan dalam kesenian jathilan bukan merupakan suatu keharusan III.PK (158-172) (-)Kesurupan dalam kesenian jathilan
merupakan hal yang terpisah-pisah (bukan suatu kesatuan) III.PK (192-213)
kondisi tidak sadar III.PR (244-249) (+)Merasa minder saat melakukan kesurupan pura-pura III.PR (270-271) (+)Jika tidak kesurupan merasa malu dan minder bahkan sampai pertunjukan berakhir perasaan malu dan minder tersebut tetap ada III.PR (278- 286)
warga Kepuh III.PL (303-310)
IV. Motivasi yang mendorong penari jathilan sehingga tetap mau
njathil hingga kesurupan
Aspek Pikiran Aspek Perasaan Aspek Perilaku
(+)Berawal dari penasaran dan ingin tau rasanya kesurupan
IV.PK (315-327)
(+)Njathil hingga
kesurupan merupakan
suatu bentuk
tanggungjawab terhadap profesi yang dilakoni subjek IV.PK (315-327)
(+)Merasa senang dan bangga saat kesurupan
IV.PR (353-380) (+)Merasa bangga dan
senang jika bisa mengalami kesurupan
IV.PR (389-392) (+)Merasa malu dan
minder saat melakukan kesurupan pura-pura IV.PR (+)Lebih percaya diri untuk “srawung” (bersosialisasi) dengan masyarakat dan mempererat tali silaturahmi IV.PL (418-426)
(+)Dampak positif= dengan masyarakat menjadi semakin
(+)Njathil hingga kesurupan karena ingin menunjukkan rasa tanggungjawab sebagai anggota kelompok jathilan di Kepuh IV.PK (663-667)
(+)Berawal dari rasa penasaran ingin merasakan kesurupan dan sekarang menganggap kesurupan dalam kesenian jathilan sebagai suatu tanggungjawab dan kewajiban sebagai seorang penari jathilan IV.PK (332-350)
(353-380) akrab, bisa kenal dengan penonton setempat dimana subjek pentas
IV.PL (430-477) (-)Dampak negatif=
kadang ribut dengan penonton jika saat kesurupan
melakukan hal-hal yang tidak berkenan dihati penonton
IV.PL (430-477) (-)Masalah menjadi
panjang jika sudah terpancing emosi. Tiga-empat hari masalah baru dapat selesai (menjadi tidak akur) IV.PL (503-513)
V.Dampak kesehatan dari kesurupan
Aspek Pikiran Aspek Perasaan Aspek Perilaku
(+)Njathil dan kesurupan membuat badan “capek” dan kinerja menjadi kurang maksimal namun tetep merasa senang V.PK (296-
(+)Saat kesurupan sebatas makan menyan atau kembang tidaklah ada perasaan apapun V.PR (569- 577)
(+)Merasa takut walau
(+)Masyarakat mendukung apa yang dilakukan subjek dan dapat menambah
solodaritas antar masyarakat V.PL
302)
(+)Berdampak buruk untuk kesehatan karena kesurupan makan makanan yang ekstrim namun kondisi kesehatan subjek baik-baik saja
V.PK (517-545) (-)Merasa “capek”
setelah kesurupan
V.PK (44-57)
(-)Kondisi fisik menjadi lelah setelah kesurupan V.PK (683-693)
sebenarnya tidak perlu
takut karena
kesurupan yang dialami subjek tidak berdampak buruk untuk kesehatan subjek V.PR (582- 587)
(+)Merasa bangga jika kesurupan makan beling V.PR (412- 613)
(+)Makan beling saat kesurupan merupakan suatu kebanggan karena belum tentu semua penari dapat melakukan hal tersebut V.PR (614-618)
(+)Tidak ada perasaan yang menonjol, tidak membuat sombong
V.PR (619-624) (+)Merasa lelah dan
jadi malas bekerja namun tetap menjadi