• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

2. Hasil Analisis FEDV Makroekonomi Indonesia

Berdasarkan hasil FEDV terhadap variabel makroekonomi yaitu pertumbuhan ekonomi, jumlah uang beredar, inflasi, dan pengangguran terbuka maka didapatkan hasil bahwa keempat variable makroekonomi tersebut dipengaruhi oleh penerbitan sukuk walau pengaruhnya masih kecil. Pengaruh penerbitan sukuk terbesar terdapat pada jumlah uang beredar.

Dari tabel 5.7 di bawah ditunjukkan bahwa pada awal periode pertumbuhan ekonomi hanya dipengaruhi oleh semua variabel kecuali inflasi dan jumlah uang beredar. Seiring berjalannya waktu, penerbitan sukuk semakin mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia walau pengaruhnya di bawah sepuluh persen. Hal ini berarti penerbitan sukuk dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Hal ini dikarenakan sukuk merupakan instrumen investasi halal dengan underlying asset sehingga memiliki risiko yang lebih rendah pada akhirnya diminati oleh

masyarakat. Sukuk juga digunakan pemerintah dan korporasi sebagai diversifikasi sumber pendanaan yang diperuntukkan dalam pembangunan infrastruktur dan ekspansi usaha.

Tabel 5.7. Hasil FEDV Ln PDB

Periode

(Bulan) LNSUKUK LNSBIS LNPT LNPDB LNM2 LNIHK

1 1.99504 20.63837 12.56362 64.80297 0 0 5 1.271213 9.525426 33.95923 38.78944 11.56381 4.890886 10 7.234616 14.80327 30.28379 33.89612 9.373487 4.408715 15 6.854482 15.62716 30.33562 34.93401 8.544773 3.703955 20 8.144033 17.26016 29.84761 33.94463 7.628846 3.174722 25 8.493098 18.05737 29.51854 33.94594 7.176308 2.808742 30 8.887105 18.71784 29.36869 33.70999 6.780558 2.535814 35 9.182653 19.23829 29.16143 33.60139 6.494378 2.321859 40 9.387908 19.61708 29.06058 33.50717 6.269622 2.157645 45 9.58119 19.94965 28.94124 33.42273 6.083628 2.021555 50 9.721186 20.20649 28.86329 33.36329 5.934329 1.911407

Dari tabel 5.8 di bawah ini ditunjukkan bahwa pada awal periode pengangguran terbuka hanya dipengaruhi oleh pengangguran itu sendiri, penerbitan sukuk, dan bonus SBIS. Seiring berjalannya waktu, penerbitan sukuk semakin memengaruhi pengangguran terbuka walau pengaruhnya di bawah 10 persen. Hal ini berarti penerbitan sukuk berdampak pada tingkat pengangguran suatu negara. Hal ini dikarenakan sukuk merupakan instrumen diversifikasi sumber pendanaan yang diperuntukkan dalam pembangunan infrastruktur dan ekspansi usaha. Pembangunan infrastruktur memerlukan tenaga kerja yang banyak. Perluasan usaha bertujuan untuk meningkatkan output dan produktivitas sehingga memerlukan tenaga kerja yang lebih banyak. Kedua hal ini juga dapat menyerap angka pengangguran.

Tabel 5.8. Hasil FEDV LnPT

Periode

(Bulan) LNSUKUK LNSBIS LNPT LNPDB LNM2 LNIHK

1 0.9604 1.809624 97.22998 0 0 0 10 3.047618 4.861352 74.66919 11.11991 1.022299 5.27963 15 4.233739 5.987098 68.13226 14.26395 0.441999 6.940947 20 4.874902 6.480372 65.60768 14.78981 0.287915 7.959327 25 5.098509 6.683004 64.48788 15.138 0.213378 8.379232 30 5.256141 6.814726 63.81906 15.3095 0.171831 8.628747 35 5.348885 6.894124 63.38827 15.4274 0.145051 8.796273 40 5.416365 6.951934 63.08899 15.50925 0.12632 8.907135 45 5.465466 6.993515 62.86749 15.56797 0.112669 8.992893 50 5.502904 7.025657 62.69894 15.61434 0.102132 9.056033

Berdasarkan tabel 5.9 pada masa yang akan datang penerbitan sukuk berpengaruh terhadap inflasi. Pengaruh penerbitan sukuk ini terhadap inflasi menunjukkan tren yang menurun. Variabel yang mempunyai pengaruh paling besar terhadap inflasi justru variabel SBI sebagai instrumen yang paling utama dalam operasi pasar terbuka guna mengendalikan jumlah uang beredar yang pada akhirnya berpengaruh pada kenaikan atau penurunan inflasi.

Tabel 5.9. Hasil FEDV LnIHK

Periode

(Bulan) LNSUKUK LNSBIS LNPT LNPDB LNM2 LNIHK 1 10.93822 1.121842 1.446926 5.869115 0.442185 80.18171 10 6.014656 2.735415 5.259047 8.228232 0.275354 77.4873 15 5.930898 3.006964 4.725316 7.545221 0.267867 78.52373 20 5.653564 2.950121 4.756539 7.401189 0.223515 79.01507 25 5.573898 3.018511 4.568007 7.131851 0.21426 79.49347 30 5.493516 3.020669 4.536533 7.03571 0.196026 79.71755 35 5.441009 3.040446 4.466912 6.919156 0.18836 79.94412 40 5.402053 3.048443 4.4343 6.852947 0.179725 80.08253 45 5.369444 3.056854 4.400534 6.791073 0.174192 80.2079 50 5.344926 3.063235 4.376153 6.745298 0.169222 80.30117

Berdasarkan tabel 5.10 di bawah ini, di masa yang akan datang penerbitan sukuk berpengaruh terhadap jumlah uang beredar dengan porsi di bawah 30 persen. Pengaruh ini merupakan pengaruh yang terbesar di antara variabel makroekonomi lainnya. Pada awal periode pengaruh penerbitan sukuk hanya mencapai angka 4 persen namun mulai periode ke-5 porsi penerbitan sukuk terhadap jumlah uang beredar sebanyak 26 persen. Hal ini dikarenakan sukuk merupakan instrumen surat berharga yang menjadi salah satu bagian dari jumlah uang beredar di masyarakat. Penerbitan sukuk juga dapat digunakan digunakan oleh pemerintah dalam operasi pasar terbuka guna mengendalikan jumlah uang beredar pada masyarakat.

Tabel 5.10. Hasil FEDV LnM2

Period LNSUKUK LNSBIS LNPT LNPDB LNM2 LNIHK 1 4.238884 0.38445 6.893495 1.099903 87.38327 0 5 25.94036 2.372321 8.524277 6.107232 53.5949 3.460912 10 21.78175 1.299151 16.91574 12.12488 44.00536 3.873111 15 24.45792 1.015863 15.95301 11.14023 44.24642 3.186547 20 24.40165 0.83093 16.91466 11.75478 43.22969 2.868292 25 24.86718 0.730216 16.96555 11.61301 43.21938 2.604655 30 25.07395 0.649005 17.14946 11.70505 42.98098 2.441559 35 25.22523 0.596564 17.2571 11.70577 42.89751 2.317825 40 25.36601 0.552472 17.32905 11.72432 42.8058 2.222346 45 25.45235 0.519893 17.40092 11.73788 42.74 2.148955 50 25.53928 0.492423 17.447 11.74555 42.68779 2.087951 5.9. Pembahasan Keseluruhan

Berdasarkan hasil pembahasan secara keseluruhan menunjukkan bahwa pada jangka pendek penerbitan sukuk tidak dipengaruhi oleh seluruh variabel makroekonomi yang diamati. Pada jangka panjang penerbitan sukuk di Indonesia

dipengaruhi oleh indikator makroekonomi, yaitu pertumbuhan ekonomi, jumlah uang beredar, pengangguran terbuka, inflasi, dan bonus SBIS. Hal ini dikarenakan ketika perusahaan dan pemerintah menerbitkan sukuk akan disesuaikan dengan kondisi makroekonomi yang ada di Indonesia.

Ketika pertumbuhan ekonomi meningkat maka penerbitan sukuk juga akan mengalami peningkatan karena kondisi makro ekonomi domestik dalam keadaan baik. Ketika tingkat pengangguran terbuka dan inflasi mengalami kenaikan maka penerbitan sukuk akan mengalami penurunan yang diakibatkan kondisi makroekonomi domestik dalam keadaan tidak baik. Hal ini dikarenakan pemerintah dan korporasi selaku emiten akan melihat dan menyesuaikan jumlah sukuk yang diterbitkan dengan kondisi pasar yang terjadi. Ketika terjadi peningkatan angka pengangguran maka masyarakat mengalami penurunan standar hidup dan daya beli. Hal ini mengakibatkan kondisi pasar keuangan domestik akan memburuk. Ketika terjadi peningkatan harga-harga barang dan jasa (inflasi) maka daya beli masyarakat berkurang yang pada akhirnya kondisi pasar keuangan domestikpun akan memburuk. Ketika terjadi peningkatan pada jumlah uang beredar di masyarakat, pemerintah akan menerbitan sukuk sebagai salah satu instrumen yang digunakan dalam operasi pasar terbuka. Ketika terjadi penurunan bonus SBIS maka para emiten, baik korporasi maupun pemerintah akan mamanfaatkan hal ini untuk menerbitkan obligasi syariah. Hal ini dikarenakan dengan turunnya bonus SBIS maka dana yang dikeluarkan untuk membayar return obligasi syariah akan lebih rendah sehingga obligasi syariah yang diterbitkan menjadi bertambah.

Berdasarkan hasil Uji FEDV dan Uji Kausalitas Granger, pada masa yang akan datang penerbitan sukuk juga memiliki dampak terhadap pertumbuhan ekonomi, dan pengangguran dengan porsi kontribusi masing-masing sepuluh persen dan lima persen. Hal ini dikarenakan sukuk merupakan instrumen investasi yang diperuntukkan ke pembangunan infrastruktur dan sektor ril sehingga berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi dan pengangguran. Penerbitan sukuk tidak memengaruhi jumlah uang beredar dan inflasi karena sukuk merupakan surat berharga yang tidak dijadikan instumen pada operasi pasar tebuka oleh pemerintah untuk menarik peredaran uang yang ada di masyarakat. Namun penerbitan sukuk tetap berpotensi untuk memengaruhi jumlah uang beredar dan inflasi jika pemerintah menjadikan sukuk sebagai surat berharga yang dijadikan sebagai instrumen pada operasi pasar terbuka. Hasil FEDV ini juga menunjukkan butuh waktu yang cukup panjang bagi suatu variabel mikro yang baru tumbuh selama sepuluh tahun untuk dapat memengaruhi variable makro.

Ketika penerbitan sukuk mengalami guncangan yaitu pemerintah dan korporasi tidak lagi menerbitkan sukuk maka maka pengaruh yang berfluktuatif dirasakan seluruh variabel makroekonomi yang diamati. Semua indikator makroekonomi tersebut membutuhkan waktu yang agak lama untuk kembali stabil. Berbanding terbalik dengan hal tersebut, ketika terjadi guncangan pada kondisi makroekonomi di Indonesia, penerbitan sukuk relatif lebih cepat stabil dan tahan terhadap goncangan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 7.

Pada akhirnya kebijakan yang harus diambil pemerintah tentang penerbitan sukuk adalah pemerintah harus menjaga stabilitas kondisi makroekonomi Indonesia,

khususnya pertumbuhan ekonomi dan tingkat pengangguran terbuka karena kedua variabel inilah yang memiliki pengaruh paling besar terhadap penerbitan sukuk. Hal ini dikarenakan penerbitan sukuk dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan mengurangi jumlah tingkat pengangguran sehingga pemerintah juga harus memperbanyak nilai emisi sukuk dan menjaga stabilitasnya.

Pemerintah juga sebaiknya menjadikan sukuk sebagai instrumen pada operasi pasar terbuka guna mengurangi jumlah uang beredar di masyarakat yang pada akhirnya akan mengurangi inflasi. Hal ini dikarenakan berdasarkan hasil FEDV justru variabel jumlah uang beredarlah yang merasakan dampak paling besar akibat penerbitan sukuk.

BAB VI

PENUTUP

6.1. Kesimpulan

1. Dalam jangka pendek penerbitan sukuk dan indikator makroekonomi Indonesia yaitu pertumbuhan ekonomi, jumlah uang beredar, inflasi, pengangguran terbuka, dan bonus SBIS tidak saling memengaruhi.

2. Dalam jangka panjang penerbitan sukuk dipengaruhi secara positif oleh pertumbuhan ekonomi dan jumlah uang beredar. Penerbitan sukuk juga dipengaruhi secara negatif oleh inflasi, pengangguran terbuka, dan bonus SBIS. Berdasarkan uji FEDV, penerbitan sukuk juga memengaruhi pertumbuhan ekonomi, jumlah uang beredar, inflasi, dan pengangguran terbuka dengan porsi kontribusi antara lima persen sampai 26 persen. Kontribusi terbesar sukuk terdapat pada jumlah uang beredar.

3. Ketika terjadi guncangan pada penerbitan sukuk maka pengaruhnya dirasakan oleh pertumbuhan ekonomi, jumlah uang beredar, inflasi, pengangguran terbuka, suku bunga SBI, dan bonus SBIS. Butuh waktu antara 20 sampai 35 bulan bagi seluruh variabel makroekonomi Indonesia yang diamati untuk kembali stabil.

4. Ketika terjadi goncangan terhadap indikator makroekonomi di Indonesia, penerbitan sukuk relatif lebih tahan terhadap goncangan dan relatif lebih cepat kembali stabil pada periode 10 sampai 20 bulan.

5. Pemerintah harus menjaga stabilitas kondisi makroekonomi Indonesia, khususnya pertumbuhan ekonomi dan tingkat pengangguran terbuka. Pemerintah juga harus memperbanyak nilai emisi sukuk dan menjaga stabilitas penerbitan sukuk. Selain itu pemerintah juga sebaiknya menjadikan sukuk sebagai instrumen pada operasi pasar terbuka.

6.2. Saran

1. Para Emiten (pemerintah dan korporasi) sebaiknya menambahkan nilai emisi penerbitan sukuk serta menjaga stabilitas nilai emisi sukuk agar Indonesia dapat menjadi pusat pasar terbesar penerbitan sukuk di seluruh dunia. Pada akhirnya dapat memperbaiki kondisi makroekonomi Indonesia.

2. Para Investor (masyarakat dan lembaga keuangan) diharapkan lebih bijak dalam memilih instrumen investasi yang terjamin kehalalannya dan memiliki risiko yang lebih rendah. Obligasi Syariah (sukuk) dapat dijadikan pilihan intrumen untuk berinvestasi.

3. Pemerintah harus menjaga stabilitas variabel makroekonomi Indonesia, khususnya pertumbuhan ekonomi dan pengangguran terbuka karena kedua variabel ini yang paling besar pengaruhnya terhadap penerbitan sukuk di Indonesia.

4. Pemerintah sebaiknya menjadikan sukuk sebagai instrumen pada operasi pasar terbuka untuk menarik jumlah uang beredar yang pada akhirnya akan menurunkan inflasi.

5. Bapepam-LK sebaiknya mensosialisasikan faktor-faktor internal dan eksternal yang dapat memengaruhi penerbitan sukuk dan dampaknya terhadap indikator makroekonomi Indonesia, baik kepada para investor maupun para emiten. 6. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan menambah periode analisis agar

memperoleh hasil yang lebih akurat dan menambah jumlah variabel makroekonomi lainnya.

OLEH