• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

B. Hasil Analisis

1. Statistik Deskriptif

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software Ms. Excel 2013 dan Eviews 7 untuk mempercepat perolehan data hasil yang dapat menjelaskan variabel-variabel yang diteliti yaitu Islamic Social Reporting (ISR), profitabilitas (ROA), dan leverage (DAR) sebagai variabel independen serta Earning Response Coefficient (ERC) sebagai

variabel dependen pada tahun 2010 – 2013. Penjelasan masing-masing variabel independen dan variabel dependen dapat dilihat pada grafik pada halaman selanjutnya.

a. Islamic Social Reporting (ISR)

Gambar 4.1

Sumber : data diolah

Berdasarkan grafik di atas pada gambar 4.1 terlihat bahwa pengungkapan Islamic Social Reporting pada tahun 2010 – 2013 tertinggi dimiliki oleh PT. Astra Internasional Tbk. dengan skor indeks ISR sebesar 0,74 pada tahun 2013 dan terendah dimiliki oleh PT. Charoen Phokpand Tbk. dengan skor indeks ISR sebesar 0,48 pada tahun 2010. Pada grafik tersebut juga terlihat bahwa pengungkapan

Islamic Social Reporting mengalami peningkatan sepanjang tahun 0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9

Islamic Social Reporting

2013 yang berarti bahwa pada tahun 2013 perusahaan-perusahaan di

Jakarta Islamic Index sudah mulai meningkatkan pengungkapan tanggung jawab sosial secara islami. Namun pada tahun 2011, tingkat pengungkapan Islamic Social Reporting sempat mengalami penurunan dari tahun 2010 dan kembali mengalami peningkatan pada tahun 2012. Naik turunnya indeks pengungkapan ini terjadi karena ada perusahaan yang melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial secara islami dengan baik dan ada pula perusahaan yang melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial secara islami dengan sangat minim meskipun perusahaan tersebut dikategorikan sebagai perusahaan berbasis syariah. b. Profitabilitas (ROA)

Gambar 4.2

Sumber : data diolah 0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6

Return on Asset

Berdasarkan grafik di atas pada gambar 4.2 terlihat bahwa Return on Asset (ROA) sebagai proksi profitabilitas perusahaan di

Jakarta Islamic Index pada tahun 2010 – 2013 tertinggi dimiliki oleh PT. Unilever Tbk. sebesar 0,542 atau 54,2% pada tahun 2012 dan terendah dimiliki oleh PT. Lippo Karawaci Tbk sebesar 0,03 atau 3% pada tahun 2010. Pada grafik di atas juga terlihat bahwa dari tahun 2010 sampai tahun 2013 banyak perusahaan yang mengalami penurunan ROA, dan hanya pada tahun 2011 yang terdapat beberapa perusahaan di Jakarta Islamic Index yang sedikit mengalami kenaikan. Kenaikan dan penurunan ini wajar dialami oleh perusahaan karena terdapat banyak faktor yang mempengaruhi hal tersebut.

c. Leverage (DAR)

Gambar 4.3

Sumber : data diolah 0 1 2 3 4 5 6

Debt to Asset Ratio

Berdasarkan grafik di atas pada gambar 4.3 terlihat bahwa Debt to Asset Ratio (DAR) sebagai proksi leverage perusahaan di Jakarta Islamic Index pada tahun 2010 – 2013 tertinggi dimiliki oleh PT. Kalbe Farma Tbk. sebesar 5,210 atau 521% pada tahun 2013 dan terendah dimiliki oleh PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk sebesar 0,042 atau 4,2% pada tahun 2010. Pada grafik di atas juga terlihat bahwa rasio DAR dari tahun 2010 sampai tahun 2013 dari beberapa perusahaan, ada yang mengalami penurunan dan ada yang mengalami peningkatan dari tahun ke tahunnya. Hal ini tergantung pada kebijakan masing-masing perusahaan dalam memenuhi kebutuhan pendanaan di perusahaan tersebut.

d. Earning Response Coefficient (ERC) Gambar 4.4

Sumber : data diolah -1,5 -1 -0,5 0 0,5 1 1,5 2

Earning Response Coefficient

Berdasarkan grafik pada gambar 4.4 terlihat bahwa respon investor terhadap laba perusahaan yang ada di Jakarta Islamic Index

pada tahun 2010 – 2013 tertinggi dipegang oleh PT. Lippo Karawaci Tbk. sebesar 0,456 dan terendah dimiliki oleh PT. Astra Agro Lestari sebesar – 0,303. Pada grafik tersebut terlihat bahwa investor tidak selalu merespon perusahaan – perusahaan tersebut dengan baik, ada yang direspon positif oleh perusahaan dan ada pula yang direspon negatif oleh perusahaan. Hal ini tergantung dari bagaimana perusahaan itu memberikan informasi yang baik kepada publik mengenai kinerja perusahaannya.

2. Pemilihan Model Data Panel a. Uji Chow

Dalam memilih model mana yang terbaik antara model common effect dan fixed effect dilakukan uji Chow. Dalam melakukan uji Chow, dibuat hipotesis untuk selanjutnya diuji. Hipotesis tersebut adalah sebagai berikut:

Ho: Menggunakan model common effect

Ha: Menggunakan model fixed effect

Dasar penentuan model yang tepat adalah dengan melihat perbandingan nilai probabilitas F. Jika nilai probability F ≥ 0.05 artinya

Ho diterima, yang berarti model yang paling tepat digunakan adalah model common effect. Dan sebaliknya, jika nilai probability F < 0.05 artinya Ho ditolak, yang berarti model yang paling tepat digunakan adalah fixed effect, dan dilanjutkan dengan uji Hausman untuk memilih apakah menggunakan model fixed effect atau model random effect. Berikut hasil Uji Chow yang dilakukan pada penelitian ini :

Tabel 4.1 Model Common Effect

Sumber : data diolah

Dependent Variable: ERC Method: Panel Least Squares Date: 07/03/15 Time: 08:44 Sample: 2010 2013

Periods included: 4

Cross-sections included: 14

Total panel (balanced) observations: 56

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 0.096783 0.256609 0.377162 0.7076

ISR 0.075986 0.393755 0.192977 0.8477

ROA -0.629795 0.235322 -2.676314 0.0099

DAR -0.051215 0.035648 -1.436674 0.1568

R-squared 0.157963 Mean dependent bar -0.002902

Adjusted R-squared 0.109384 S.D. dependent bar 0.217294

S.E. of regression 0.205066 Akaike info criterion -0.262219

Sum squared resid 2.186711 Schwarz criterion -0.117551

Log likelihood 11.34213 Hannan-Quinn criter. -0.206131

F-statistic 3.251659 Durbin-Watson sitat 0.046362

Tabel 4.2 Model Fixed Effect

Dependent Variable: ERC Method: Panel Least Squares Date: 07/03/15 Time: 08:45 Sample: 2010 2013

Periods included: 4

Cross-sections included: 14

Total panel (balanced) observations: 56

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -0.002903 7.51E-17 -3.86E+13 0.0000

ISR 6.70E-16 1.04E-16 6.426103 0.0000

ROA 9.44E-17 9.36E-17 1.009249 0.3191

DAR 3.78E-18 6.72E-18 0.562515 0.5770

Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables)

R-squared 1.000000 Mean dependent bar -0.002902

Adjusted R-squared 1.000000 S.D. dependent bar 0.217294

S.E. of regression 2.58E+17 Akaike info criterion -73.31265

Sum squared resid 2.59E+32 Schwarz criterion -72.69781

Log likelihood 2069.754 Hannan-Quinn criter. -73.07428

F-statistic 2.45E+32 Durbin-Watson sitat 1.880615

Prob(F-statistic) 0.000000

Sumber : data diolah

Tabel 4.3 Hasil Uji Chow

Sumber : data diolah

Redundant Fixed Effects Tests Equation: Untitled

Test cross-section fixed effects

Effects Test Statistic d.f. Prob.

Cross-section F 0.995828 (13,40) 0.4729

Hasil output diatas menunjukkan nilai Prob = 0.4729 untuk

Cross section F, yang berarti nilainya lebih besar dari 0.05. Sehingga dapat disimpulkan model common effect lebih tepat digunakan daripada model fixed effect.

Dari hasil uji chow maka terpilihlah model common effect. Pada dasarnya model common effect sama seperti OLS dengan meminimumkan jumlah kuadrat, tetapi data yang digunakan bukan data

time series atau data cross section saja melainkan data panel yang diterapkan dalam bentuk pooled. Maka diperolehlah model persamaan sebagai berikut :

Keterangan :

Yit : Earning Response Coefficient β0 : Konstanta

β1, β2, β3 : Koefisien Regresi X1it : Islamic Social Reporting

X2it : Return on Asset

X3it : Debt to Asset Ratio

Ɛit : Error

b. Uji Hausman

Uji Hausman dilakukan untuk membandingkan model mana yang terbaik antara model fixed effect dan random effect. Dalam melakukan uji Hausman, dibuat pula hipotesis sebagai berikut:

Ho: Menggunakan model random effect

Ha: Menggunakan model fixed effect.

Dari hasil uji sebelumnya yaitu uji chow diperoleh hasil bahwa model yang tepat digunakan adalah model common effect, maka uji hausman tidak perlu dilakukan pada penelitian ini.

3. Uji Statistik

Setelah model estimasi data terpilih yaitu model common effect.

Maka selanjutnya dilakukan uji signifikansi dari model yang terpilih yaitu model common effect. Terdapat 3 uji signifikansi yang akan dilakukan yaitu uji koefisien determinasi, uji F, dan uji t yang dapat dianalisis dengan melihat tabel 4.4.

Tabel 4.4

Uji Signifikansi Model Common Effect

Sumber : data diolah a. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Nilai R2 mempunyai interval 0 sampai 1 ( 0 < R2 < 1). Semakin besar nilai R2 (mendekati 1), maka semakin baik hasil untuk model regresi tersebut, dan semakin mendekati 0, maka variabel independen secara keseluruhan tidak dapat menjelaskan variabel independen. Hasil output menunjukkan nilai Adjusted R Square pada model regresi adalah 0,109384 yang menunjukkan kemampuan variabel pengungkapan ISR, ROA, dan DAR dalam menjelaskan variabel ERC adalah sebesar

Dependent Variable: ERC Method: Panel Least Squares Date: 07/03/15 Time: 08:44 Sample: 2010 2013

Periods included: 4

Cross-sections included: 14

Total panel (balanced) observations: 56

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 0.096783 0.256609 0.377162 0.7076

ISR 0.075986 0.393755 0.192977 0.8477

ROA -0.629795 0.235322 -2.676314 0.0099

DAR -0.051215 0.035648 -1.436674 0.1568

R-squared 0.157963 Mean dependent bar -0.002902

Adjusted R-squared 0.109384 S.D. dependent bar 0.217294

S.E. of regression 0.205066 Akaike info criterion -0.262219

Sum squared resi 2.186711 Schwarz criterion -0.117551

Log likelihood 11.34213 Hannan-Quinn criter. -0.206131

F-statistic 3.251659 Durbin-Watson sitat 0.046362

10,9384% sedangkan sisanya sebesar 89,0616% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini.

b. Uji Simultan (Uji F)

Uji F statistik digunakan untuk melihat apakah variabel independen mampu secara bersama-sama (simultan) menjelaskan variabel dependen. Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria bila nilai Fhitung > daripada Ftabel atau tingkat signifikansinya lebih kecil

dari 5% ( α : 5 % = 0.05 ) maka hal ini menunjukkan bahwa Ho ditolak

dan Ha diterima, yang berarti bahwa variabel independen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen secara simultan.

Dari hasil output pada tabel 4.4, dapat dilihat bahwa nilai F hitung adalah 3,251659, dimana F tabel dengan df: α, (k-1), (n-k) atau 0.05, (4-1), (56-4) adalah 2,7826 yang berarti nilai F hitung > F tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Hasil menunjukkan bahwa variabel pengungkapan Islamic Social Reporting (ISR), profitabilitas (ROA), dan leverage (DAR) secara bersama- sama (simultan) berpengaruh terhadap variabel Earning Response Coefficient (ERC).

c. Uji Parsial (t)

Uji t bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh masing-masing variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen. Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria bila thitung

> ttabel atau signifikan t < α : 5% (0.05) maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang berarti terdapat pengaruh signifikan secara parsial variabel independen terhadap variabel dependen.

Pengujian secara parsial dilakukan dengan membandingkan nilai t hitung dengan t tabel. Dengan menggunakan uji t tabel dengan

signifikansi α = 0,05 , didapat t tabel dengan perhitungan berikut, α: df

= (n-k) atau 0.05; df= (56 - 4) adalah 2,006647. Dari t hitung yang diperoleh dari hasil perhitungan dengan menggunakan program Eviews 7, maka diperoleh hasil pengujian dengan membandingkan nilai t hitung dan nilai t tabel.

Berdasarkan tabel 4.4 di atas, variabel ISR memiliki nilai signifikansi sebesar 0,8477 dan nilai t hitung sebesar 0,192977. Terlihat bahwa nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 ( 0,8477 > 0,05) dan nilai t hitung lebih kecil dari t tabel ( 0,192977 < 2,006647) maka Ho diterima dan Ha1 ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa ISR tidak berpengaruh signifikan terhadap ERC secara parsial.

Tabel di atas juga menunjukkan bahwa ROA memiliki nilai signifikansi sebesar 0,0099 dan nilai t hitung sebesar 2,676314. Terlihat bahwa nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 ( 0,0099 < 0,05) dan nilai t hitung lebih besar dari t tabel (2,676314 > 2,006647) maka Ho ditolak dan Ha2 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa ROA sebagai

proksi profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap ERC secara parsial.

Pada tabel 4.4 terlihat DAR memiliki nilai signifikansi sebesar 0,1568 dan nilai t hitung sebesar 1,436674. Terlihat bahwa nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 ( 0,1568 > 0,05) dan nilai t hitung lebih kecil dari t tabel (1,436674 < 2,006647) maka Ho diterima dan Ha3 ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa DAR sebagai proksi

leverage tidakberpengaruh signifikan terhadap ERC secara parsial.

C. Interpretasi

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka secara rinci hasil pengujian dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Pengaruh Islamic Social Reporting terhadap Earning Response Coefficient

Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa nilai signifikansi variabel ISR 0,8477 > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa ISR tidak berpengaruh signifikan terhadap ERC. Tanda positif pada koefisien regresinya menunjukkan bahwa ISR memiliki hubungan positif dengan ERC yang artinya apabila terdapat peningkatan ISR maka nilai ERC akan ikut mengalami peningkatan. Dan begitu juga apabila ISR mengalami penurunan maka ERC juga akan ikut mengalami penurunan. Hal ini terjadi

dikarenakan dengan adanya peningkatan pengungkapan Islamic Social Reporting berarti akan meningkatkan image perusahaan berbasis syariah yang akan meningkatkan reputasi perusahaan tersebut sehingga akan menyebabkan meningkatnya perhatian masyarakat terhadap perusahaan tersebut. Hal ini akan berdampak kepada peningkatan reaksi investor terhadap laba yang dihasilkan perusahaan yang melakukan pengungkapan ISR karena investor beranggapan bahwa jika pengungkapan ISR meningkat maka akan meningkatkan konsumsi masyarakat khususnya masyarakat muslim terhadap produk yang dihasilkan perusahaan tersebut yang akan berdampak kepada peningkatan penjualan perusahaan sehingga laba akan bertambah. Dengan bertambahnya laba perusahaan maka investor akan semakin tertarik untuk menanamkan dananya di perusahaan tersebut, arrtinya nilai ERC mengalami peningkatan.

Namun, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengungkapan

Islamic Social Reporting tidak berpengaruh signifikan terhadap Earning Response Coefficient. Hal ini menunjukkan bahwa investor masih kurang percaya dengan informasi ISR yang diungkapkan perusahaan karena investor lebih berorientasi pada kinerja jangka pendek, sedangkan ISR lebih berorientasi pada kinerja jangka panjang, sehingga informasi ISR tidak direspon oleh investor dan tidak digunakan investor dalam pengambilan keputusan investasi. Masih sedikitnya aktivitas ISR yang

diungkapkan oleh perusahaan juga menjadi salah satu penyebab tidak signifikannya pengaruh pengungkapan ISR terhadap ERC.

2. Pengaruh Profitabilitas terhadap Earning Response Coefficient

Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa nilai signifikansi ROA sebagai proksi profitabilitas adalah 0,0099 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap ERC. Tanda negatif pada koefisien regresinya menunjukkan bahwa profitabilitas memiliki hubungan negatif. Hasil Penelitian ini berbeda dari penelitian Kusumawardhani dan Nugroho (2010) yang menemukan bahwa profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap ERC yang artinya perusahaan dengan profitabilitas tinggi akan memiliki koefisien respon laba yang tinggi pula. Perbedaan hasil penelitian ini disebabkan karena pada tahun 2013, perusahaan yang menjadi objek penelitian banyak yang mengalami penurunan laba cukup drastis, hal ini disebabkan karena tingginya tingkat inflasi. Namun, meskipun ROA yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba bersih mengalami penurunan, ternyata investor tetap mau melakukan investasi pada perusahaan tersebut. Hal ini disebabkan karena investor menilai bahwa meskipun laba saat ini mengalami penurunan namun kebutuhan akan komoditas sumber daya alam tetap diperlukan oleh masyarakat sehingga

investor memprediksikan laba dan return yang akan datang akan membaik. Selain itu, investor-investor di Indonesia memiliki tipe yang cenderung tidak panik terhadap kondisi yang sedang terjadi. Jadi, meskipun ROA sebagai proksi profitabilitas mengalami penurunan, investor cenderung berinvestasi di perusahaan tersebut dan berharap kondisi perusahaan akan semakin membaik yang berdampak pada peningkatan laba perusahaan. Hasil penelitian ini mirip dengan penelitian yang dilakukan oleh Cheng dan Christiawan (2010 ) yang juga menemukan bahwa ROE yang merupakan salah satu jenis rasio profitabilitas berpengaruh negatif signifikan terhadap reaksi investor.

3. Pengaruh Leverage terhadap Earning Response Coefficient

Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa nilai signifikansi DAR sebagai proksi leverage adalah 0,1568 > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa leverage berpengaruh signifikan terhadap ERC. Tanda negatif pada koefisien regresinya menunjukkan bahwa leverage memiliki hubungan negatif dengan ERC yang artinya apabila terjadi peningkatan leverage maka nilai ERC akan mengalami penurunan. Dan begitu juga apabila

leverage mengalami penurunan maka ERC juga akan mengalami peningkatan. Hal ini terjadi dikarenakan leverage yang tinggi berarti sebuah perusahaan memiliki utang yang lebih besar dibandingkan aset

perusahaan, sehingga laba akan mengalir lebih banyak kepada kreditur dibandingkan pemegang saham. Maka informasi terhadap pengumuman laba akan direaksi lebih cepat oleh kreditur, namun direspon negatif oleh pemegang saham karena investor beranggapan bahwa perusahaan lebih mengutamakan pembayaran utang dari pada pembayaran dividen. Oleh karena itu laba yang dihasilkan perusahaan digunakan untuk pembayaran bunga atas pinjaman perusahaan tersebut dan semakin tingginya leverage

dikhawatirkan perusahaan tidak mampu menutupi utang-utangnya dengan aktiva yang dimilikinya.

Namun hasil penelitian ini menunjukkan bahwa leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap ERC. Hasil ini menunjukkan bahwa perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi tidak selalu berpotensi mengalami kebangkrutan karena dengan penggunaan hutang dapat memberikan manfaat berupa perlindungan pajak. Hal ini disebabkan karena pembayaran bunga merupakan pengurangan pajak, sehingga laba yang diperoleh investor akan lebih besar. Perusahaan menggunakan leverage

dengan tujuan agar keuntungan yang diperoleh lebih besar daripada biaya aset dan sumber dananya, dengan demikian akan meningkatkan keuntungan pemegang saham. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Delvira dan Nelvirita (2013) yang menemukan bahwa leverage

89

Dokumen terkait