• Tidak ada hasil yang ditemukan

Baris 1 kolom 2 : Jika K dibandingkan L, maka K sedikit lebih penting/cukup penting dari L yaitu sebesar 3, artinya K moderat

3. Risiko Keuangan

4.2.5 Hasil Analytic Hierarchy Process (AHP )

Berdasarkan hasil kuesioner pakar dengan menggunakan

Analytic Hierarchy Process (AHP) diperolah perbandingan berpasangan antara tujuan utama sebagai kontrol dan kriteria (proses bisnis), akan dilihat yang memiliki pengaruh yang paling besar. Gambar 9 menunjukkan matriks dari perbandingan pasangan tersebut.

Hasil pengolahan prioritas adalah proses Plan (perencanaan) mempunyai nilai prioritas paling tinggi, yaitu sebesar 0.264 sehingga proses perencanaan memiliki pengaruh paling besar diantara keempat proses yang lain. Nilai CR sebesar 0.047 yang berarti penilaian dianggap konsisten, karena nilai CR < 0.1 (Gambar 10). Setelah menguji penilaian pada perbandingan berpasangan pada tujuan terhadap proses bisnis, maka dilakukan penilaian pada perbandingan berpasangan pada Plan terhadap risiko rantai pasok. Matriks

Gambar 8. Struktur Hierarki Penentukan Prioritas Dari Anggota Rantai Pasok Sayuran Edamame yang diintroduksi oleh PT Saung Mirwan Dalam Manajemen Risiko Rantai Pasokan 

Menentukan Prioritas dari Anggota Rantai Pasok Sayuran Edamame yang diintroduksi oleh PT Saung

Mirwan Dalam Manajemen Risiko Rantai Pasokan 

Plan (perencanaan) Source (pengadaan) Make (budidaya) Process (pengolahan) Deliver (pengiriman) Risiko Operasional Risiko Pemasaran Risiko Keuangan Petani PT Saung Mirwan Ritel

perbandingan berpasangan Plan terhadap risiko rantai pasok dan prioritas dan nilai CR dapat dilihat pada Gambar 11 dan Gambar 12.

Gambar 9. Perbandingan Berpasangan antara Tujuan dengan Proses Bisnis

Gambar 10. Prioritas dan Nilai CR dari Hasil Perbandingan Berpasangan antara Tujuan dengan Proses Bisnis

Hasil pengolahan prioritas adalah risiko operasional mempunyai nilai prioritas paling tinggi yaitu, sebesar 0.363 sehingga risiko operasional memiliki pengaruh paling besar atau penting diantara ketiga risiko lain terhadap Plan. Nilai CR sebesar 0.0005 yang berarti penilaian dianggap konsisten, karena nilai CR < 0.1 (Gambar 12). Setelah menguji penilaian pada perbandingan berpasangan pada Plan

terhadap risiko rantai pasok, maka dilakukan penilaian pada perbandingan berpasangan pada Source terhadap risiko rantai pasok. Matriks pembandingan berpasangan Source terhadap risiko rantai pasok dan prioritas dan nilai CR dapat dilihat pada Gambar 13 dan Gambar 14.

Gambar 11. Perbandingan Berpasangan antara Plan dengan Risiko Rantai Pasok

Gambar 12. Prioritas dan Nilai CR dari Hasil Perbandingan Berpasangan antara Plan dengan Risiko Rantai Pasok

Hasil pengolahan prioritas adalah risiko operasional mempunyai nilai prioritas paling tinggi, yaitu sebesar 0.610 sehingga risiko operasional memiliki pengaruh paling besar atau penting diantara ketiga risiko lain terhadap Source. Nilai CR sebesar 0.005 yang berarti penilaian dianggap konsisten, karena nilai CR < 0.1 (Gambar 14). Setelah menguji penilaian pada perbandingan berpasangan pada Source

terhadap risiko rantai pasok, maka dilakukan penilaian pada perbandingan berpasangan pada Make terhadap risiko rantai pasok.

Matriks perbandingan berpasangan Make terhadap risiko rantai pasok dan prioritas dan nilai CR dapat dilihat pada Gambar 15 dan Gambar 16.

Gambar 13.Perbandingan Berpasangan antara Source dengan Risiko Rantai Pasok

Gambar 14. Prioritas dan Nilai CR dari Hasil Perbandingan Berpasangan antara Source dengan Risiko Rantai Pasok

Hasil pengolahan prioritas adalah risiko operasional mempunyai nilai prioritas paling tinggi yaitu, sebesar 0.518 sehingga risiko operasional memiliki pengaruh paling besar atau penting diantara ketiga risiko lain terhadap Make. Nilai CR sebesar 0.010 yang berarti penilaian dianggap konsisten, karena nilai CR < 0.1 (Gambar 16). Setelah menguji penilaian pada perbandingan berpasangan pada Make

terhadap risiko rantai pasok, maka dilakukan penilaian pada perbandingan berpasangan pada Process terhadap risiko rantai pasok. Matriks perbandingan berpasangan Process terhadap risiko rantai pasok

dan prioritas dan nilai CR dapat dilihat pada Gambar 17 dan Gambar 18.

Gambar 15. Perbandingan Berpasangan antara Make dengan Risiko Rantai Pasok

Gambar 16. Prioritas dan Nilai CR dari Hasil Perbandingan Berpasangan antara Make dengan Risiko Rantai Pasok

Hasil pengolahan prioritas adalah risiko operasional mempunyai nilai prioritas paling tinggi, yaitu sebesar 0.365 sehingga risiko operasional memiliki pengaruh paling besar atau penting diantara ketiga risiko lain terhadap Process. Nilai CR sebesar 0.060 yang berarti penilaian dianggap konsisten, karena nilai CR < 0.1 (Gambar 18). Setelah menguji penilaian pada perbandingan berpasangan pada

Procces terhadap risiko rantai pasok, maka dilakukan penilaian pada perbandingan berpasangan pada Deliver terhadap risiko rantai pasok. Matriks perbandingan berpasangan Deliver terhadap risiko rantai pasok

dan prioritas dan nilai CR dapat dilihat pada Gambar 19 dan Gambar 20.

Gambar 17. Perbandingan Berpasangan antara Process dengan Risiko Rantai Pasok

Gambar 18. Prioritas dan Nilai CR dari Hasil Perbandingan Berpasangan antara Process dengan Risiko Rantai

Pasok

Hasil pengolahan prioritas adalah risiko operasional mempunyai nilai prioritas paling tinggi, yaitu sebesar 0.367 sehingga risiko operasional memiliki pengaruh paling besar atau penting diantara ketiga risiko lain terhadap Deliver. Nilai CR sebesar 0.016 yang berarti penilaian dianggap konsisten, karena nilai CR < 0.1 (Gambar 20). Setelah menguji penilaian pada perbandingan berpasangan pada Deliver

terhadap risiko rantai pasok, maka dilakukan penilaian pada perbandingan berpasangan pada Risiko Operasional terhadap anggota rantai pasok Sayuran Edamame. Matriks perbandingan berpasangan Risiko Operasional terhadap anggota rantai pasok Sayuran Edamame

dan prioritas dan nilai CR dapat dilihat pada Gambar 21 dan Gambar 22.

Gambar 19. Perbandingan Berpasangan antara Deliver dengan Risiko Rantai Pasok

Gambar 20. Prioritas dan Nilai CR dari Hasil Perbandingan Berpasangan antara Deliver dengan Risiko Rantai Pasok

Hasil pengolahan prioritas adalah PT Saung Mirwan mempunyai

nilai prioritas paling tinggi, yaitu sebesar 0.693 sehingga PT Saung Mirwan memiliki pengaruh paling besar atau penting diantara

ketiga anggota rantai pasok Sayuran Edamame. Nilai CR sebesar 0.036 yang berarti penilaian dianggap konsisten, karena nilai CR < 0.1 (Gambar 22). Setelah menguji penilaian pada perbandingan berpasangan pada Risiko Operasional terhadap anggota rantai pasok Sayuran Edamame, maka dilakukan penilaian pada perbandingan berpasangan pada Risiko Pemasaran terhadap anggota rantai pasok

Sayuran Edamame. Matriks perbandingan berpasangan Risiko Pemasaran terhadap anggota rantai pasok Sayuran Edamame dan prioritas dan nilai CR dapat dilihat pada Gambar 23 dan Gambar 24.

Gambar 21. Perbandingan Berpasangan antara Risiko Operasional terhadap anggota rantai pasok Sayuran Edamame

Gambar 22. Prioritas dan Nilai CR dari Hasil Perbandingan Berpasangan antara Risiko Operasional terhadap

anggota rantai pasok Sayuran Edamame

Hasil pengolahan prioritas adalah PT Saung Mirwan mempunyai

nilai prioritas paling tinggi, yaitu sebesar 0.436 sehingga PT Saung Mirwan memiliki pengaruh paling besar atau penting diantara

ketiga anggota rantai pasok Sayuran Edamame. Nilai CR sebesar 0.087 yang berarti penilaian dianggap konsisten, karena nilai CR < 0.1 (Gambar 24). Setelah menguji penilaian pada perbandingan berpasangan pada Risiko Pemasaran terhadap anggota rantai pasok Sayuran Edamame, maka dilakukan penilaian pada perbandingan berpasangan pada Risiko Keuangan terhadap anggota rantai pasok

Sayuran Edamame. Matriks perbandingan berpasangan Risiko Keuangan terhadap anggota rantai pasok Sayuran Edamame dan prioritas dan nilai CR dapat dilihat pada Gambar 25 dan Gambar 26.

Gambar 23. Perbandingan Berpasangan antara Risiko Pemasaran terhadap anggota rantai pasok Sayuran Edamame

Gambar 24. Prioritas dan Nilai CR dari Hasil Perbandingan Berpasangan antara Risiko Pemasaran terhadap anggota rantai pasok Sayuran Edamame

Hasil pengolahan prioritas adalah PT Saung Mirwan mempunyai

nilai prioritas paling tinggi, yaitu sebesar 0.446 sehingga PT Saung Mirwan memiliki pengaruh paling besar atau penting diantara

ketiga anggota rantai pasok Sayuran Edamame. Nilai CR sebesar 0.087 yang berarti penilaian dianggap konsisten karena nilai CR < 0.1 (Gambar 26).

Gambar 25. Perbandingan Berpasangan antara Risiko Keuangan terhadap anggota rantai pasok Sayuran Edamame

Gambar 26. Prioritas dan Nilai CR dari Hasil Perbandingan Berpasangan antara Risiko Keuangan terhadap

anggota rantai pasok Sayuran Edamame

Prioritas akhir AHP terbesar pada proses bisnis adalah pada proses Plan (perencanaan) yaitu sebesar 0,264, pada risiko rantai pasok adalah risiko operasional yaitu sebesar 0.454, dan pada anggota rantai pasok sayuran Edamame adalah PT Saung Mirwan yaitu sebesar 0,556 (Tabel 5). Hasil sintesis AHP dapat dilihat pada Gambar 27.

Setelah dilakukan penilaian prioritas dengan mengggunakan kemudian Analytic Hierarchy Process (AHP), kemudian dilakukan penilaian prioritas dengan mengggunakan Analytic Network Process

(ANP). Penilaian prioritas dengan mengggunakan Analytic Network Process (ANP) bertujuan untuk melihat apakah prioritas yang dihasilkan dengan menggunakan Analytic Hierarchy Process (AHP) sama dengan prioritas yang dihasilkan dengan mengggunakan Analytic Network Process (ANP).

Tabel 5. Prioritas akhir AHP Keterangan Normalized by cluster Limiting PROSES BISNIS 1. Plan 0.26413 0.088043 2. Source 0.24070 0.080233 3. Make 0.19908 0.066359 4. Process 0.20469 0.068230 5. Deliver 0.09141 0.030469

RISIKO RANTAI PASOK

1. Risiko Operasional 0.45410 0.151366

2. Risiko Pemasaran 0.21750 0.072501

3. Risiko Keuangan 0.32840 0.109466

ANGGOTA RANTAI PASOK

1. Petani 0.22492 0.074972

2. PT Saung Mirwan 0.55592 0.185306

3. Ritel 0.21917 0.073055

Gambar 27. Sintesis prioritas Anggota Rantai Pasok pada AHP 4.2.6 Kerangka Umum ANP

ANP terdiri dari dua bagian. Bagian pertama adalah jaringan dari kriteria dan subkriteria yang mengontrol interaksi. Bagian kedua adalah pengaruh diantara elemen dan cluster. Gambar 28 menunjukkan kerangka umum dari ANP. Jaringan ini terdiri dari tiga cluster tanpa tujuan karena pada ANP tidak ada tujuan. Tiga cluster tersebut yaitu: proses bisnis, risiko rantai pasok, dan anggota rantai pasok. Cluster

proses bisnis terdiri dari lima elemen, cluster risiko rantai pasok terdiri dari tiga elemen, dan cluster anggota rantai pasok terdiri dari tiga elemen.

Gambar 28. Kerangka Umum ANP Pengukuran Bobot Anggota Rantai Pasok