• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institut Pertanian Bogor

DAFTAR PUSTAKA

2.5. Analytic Network Process (ANP)

2.5.2 Prosedur ANP

Menurut Izik et at (2011) proses solusi ANP memiliki empat langkah utama yaitu:

1. Mengembangkan Struktur Model Keputusan

Pada langkah ini, masalah harus disusun dan model konseptual harus dibuat. Awalnya, komponen-komponen penting harus diidentifikasi. Elemen paling atas (cluster) didekomposisi menjadi sub-komponen dan atribut (node). ANP memungkinkan dependensi baik di dalam sebuah cluster (ketergantungan dalam) dan antar

cluster (ketergantungan luar) (Saaty dalam Izik et al, 2011). Masing-masing variabel pada setiap tingkat harus didefinisikan bersama dengan hubungannya dengan unsur-unsur lain dalam sistem.

2.Matriks Perbandingan Berpasangan dari Variabel yang Saling Terkait Pada ANP, perbandingan elemen berpasangan dalam setiap tingkat dilakukan terhadap kepentingan relatif untuk kriteria kontrol mereka. Matriks korelasi disusun berdasarkan skala rasio 1 - 9. Ketika penilaian dilakukan untuk sepasang, nilai timbal balik secara otomatis ditetapkan ke perbandingan terbalik dalam matriks. Setelah perbandingan berpasangan selesai, vektor yang sesuai dengan nilai eigen maksimum dari matriks yang dibangun dihitung dan vektor prioritas diperoleh. Nilai prioritas ditemukan dengan menormalkan vektor ini. Dalam proses penilaian, masalah dapat terjadi dalam konsistensi dari perbandingan berpasangan. Rasio konsistensi memberikan penilaian numerik dari seberapa besar evaluasi ini mungkin tidak konsisten. Jika rasio yang dihitung kurang dari 0.10, konsistensi dianggap memuaskan (Meade dalam Izik et al, 2011). 3. Penghitungan Supermatriks

Setelah perbandingan berpasangan selesai, supermatriks dihitung dalam 3 langkah:

a.Unweighted Supermatrix (supermatriks tanpa pembobotan), dibuat secara langsung dari semua prioritas lokal yang berasal dari perbandingan berpasangan antar elemen yang mempengaruhi satu sama lain;

b.Weighted Supermatrix (supermatriks berbobot), dihitung dengan mengalikan nilai dari supermatriks-tanpa-pembobotan dengan bobot cluster yang terkait;

c.Komposisi dari Limiting Supermatrix (Supermatriks terbatas), dibuat dengan memangkatkan supermatriks-berbobot sampai stabil. Stabilisasi dicapai ketika semua kolom dalam supermatriks yang sesuai untuk setiap node memiliki nilai yang sama.

Langkah-langkah ini dilakukan dalam software Super Decisions, yang merupakan paket perangkat lunak yang dikembangkan untuk aplikasi ANP. Setiap subnetwork, prosedur yang sama diterapkan dan alternatif diberi peringkat.

4. Bobot Kepentingan dari Clusters dan Nodes

Penentuan bobot kepentingan dari faktor penentu dengan menggunakan hasil supermatriks-terbatas dari model ANP. Prioritas keseluruhan dari setiap alternatif dihitung melalui proses sintesis. Hasil yang diperoleh dari masing-masing subnetwork disintesis untuk memperoleh prioritas keseluruhan dari alternatif.

2.5.3 Prinsip Dasar ANP

Seperti halnya AHP, ANP juga memiliki prinsip-prinsip dasar. Menurut Saaty dalam Susilo (2008) prinsip-prinsip dasar ANP juga ada tiga, yaitu dekomposisi, penilaian komparasi, dan komposisi hirarkis atau sintesis dari prioritas, sama seperti prinsip dasar AHP. Prinsip dekomposisi diterapkan untuk menstrukturkan masalah yang kompleks menjadi kerangka hirarki atau jaringan cluster, sub-cluster, sub-sub cluster, dan seterusnya. Dengan kata lain dekomposisi adalah memodelkan masalah ke dalam kerangka ANP. Prinsip penilaian komparasi diterapkan untuk membangun pairwise comparison

(perbandingan pasangan) dari semua kombinasi elemen-elemen dalam

cluster dilihat dari cluster induknya. Perbandingan pasangan ini digunakan untuk mendapatkan prioritas lokal dari elemen-elemen dalam cluster dengan prioritas global seluruh hirarki dan menjumlahkannya untuk menghasilkan prioritas global untuk elemen level terendah.

2.6. Landasan Matematik Penilaian Risiko

Menurut Halikas et al (2004) dalam Marimin dan Maghfiroh (2010), dua metode utama untuk mengukur risiko rantai pasok adalah metode pengukuran risiko berdasarkan pendapat pakar (bersifat subjektif) dan metode pengukuran risiko secara statistik (bersifat objektif). Menurut Hadiguna (2010), proses pengambilan keputusan yang melibatkan pendapat berbagai pakar menjadi sangat rumit jika setiap pendapat didasarkan pada kriteria jamak. Pengambilan keputusan tersebut dikenal dengan istilah Multi-Expert

(Person) Multi Criteria Decision Making atau ME-MCDM. Proses agregasi rating dan preferensi serta penggabungan pendapat dari setiap pakar

mendukung penyelesaian teknik ME-MCDM, sehingga penyelesaian yang dihasilkan adalah yang paling diterima oleh kelompok secara keseluruhan (Hadiguna, 2010)

Operasi agregasi kriteria adalah metode Order Weighted Average

(OWA). Operator OWA merupakan operator yang dapat dengan mudah menyesuaikan atau mengagresikan operator “dan” dan operator “atau” dalam persoalan ME-MCDM (Yager (1988) dalam Santoso (2005)). Operasi agregasi kriteria dirumuskan oleh Yager dalam Santoso (2005) yaitu:

dimana:

Pik = Nilai agregasi risiko dari penilai

I(qj) = Nilai kemungkinan terjadinya risiko (frekuensi)

NegI(qj)= Nilai negasi I (qj)

Pik(qj) = Nilai tingkat kekerasan risiko dari pendapat penilai (dampak)

v = Notasi maksimum

Rumus tersebut menunjukkan bahwa kriteria yang tingkat kepentingannya rendah mempunyai pengaruh yang kecil terhadap skor keseluruhan.

Bobot faktor nilai pengambil keputusan (pakar) dengan formula: QA (k) = Sb(k)

dimana:

QA = Bobot rata-rata penilai pada skala k

q = Jumlah skala penilai risiko (5) r = Jumlah penilai (pakar) (3)

Agregasi keputusan ahli dengan menggunakan operator Order Weighted Average (OWA) dirumuskan sebagai berikut:

dimana:

Pi = Nilai agregasi risiko

Qj = Bobot kelompok penilai

Bj = Pengurutan nilai dari besar ke kecil

^ = Notasi minimum

Pik=Min[NegI(qj)vPik(qj)]...(1) 

b(k)= Int [1 + k * ( q– 1) / r]……….……(2)

2.7. Penelitian Terdahulu

Santoso (2005) meneliti tentang Rekayasa Model Manajemen Risiko untuk Pengembangan Agroindustri Buah-buahan Secara Berkelanjutan. Penelitian ini membahas secara komprehensif manajemen risiko agroindustri buah-buahan khususnya mangga dengan mengkombinasikan berbagai teknik pengambilan keputusan kriteria majemuk. Hasil penelitian ini adalah sistem penunjang keputusan M-RISK, yang terdiri dari lima model utama yang membantu pengambil keputusan dalam pengembangan agroindustri buah-buahan. Model M-RISK dapat digunakan untuk menentukan prioritas produk agroindustri unggulan, menganalisis risiko dan merumuskan strategi manajemen risiko pengadaan bahan baku, pengolahan dan pemasaran produk agroindustri, merumuskan manajemen kelembagaan dan menganalisis kelayakan usaha agroindustri dengan berbagai skenario. Risiko yang tertinggi dari penelitian tersebut adalah aspek pengadaan bahan baku. Kaitan penelitian ini adalah sebagai referensi proses manajemen risiko dan teknik yang digunakan.

Machfud dkk (2009), meneliti tentang Teknik Non Numeric ME- MCDM dan Sistem Pakar dalam Pengelolaan Risiko Mutu pada Agroindustri Minyak Sawit Kasar - Crude Palm Oil. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi sumber-sumber risiko mutu, menstrukturisasi sumber-sumber risiko mutu sebagai satu kesatuan dan merancang sistem penunjang keputusan untuk penilaian dan penanganan risiko penurunan mutu. Cakupan penelitian meliputi kebun, pabrik dan tangki timbun di pelabuhan. Sistem penunjang keputusan dapat digunakan untuk pengambilan keputusan secara berkelompok yang melibatkan manajer kebun, manajer pabrik, dan manajer utama. Sistem penunjang keputusan yang dihasilkan adalah SIRPO yang berguna sebagai media untuk membantu pengambil keputusan dalam mengelola risiko mutu. Sumber-sumber risiko mutu distrukturisasi dalam tiga tingkatan yaitu faktor-faktor pemicu, kegiatan kunci dan unit operasional. Penilaian risiko dilakukan untuk mendapatkan tingkat risiko pada kegiatan kunci, unit operasional dan keseluruhan serta memberikan rekomendasi penanganan risiko sesuai dengan skor risiko. Hasil penilaian risiko mutu

adalah kebun berisiko tinggi dan penanganan risiko difokuskan pada transportasi tandan buah segar. Implikasi dari penilaian risiko mutu adalah pentingnya peningkatan koordinasi yang efektif antara unit operasional sehingga penjaminan mutu menjadi tangggung jawab bersama. Penilaian risiko mutu menjadi ukuran yang berguna dalam meningkatkan efektifitas pengelolaan risiko mutu minyak sawit kasar.

Hadiguna (2010) meneliti tentang Perancangan Sistem Penunjang Keputusan Rantai Pasokan dan Penilaian Risiko Mutu pada Agroindustri Kelapa Sawit Kasar. Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan cara penilaian risiko operasional, merumuskan model matematik manajemen panen-angkut-olah dan mengahasilkan rancang bangun sistem penunjang keputusan yang berfungsi untuk pengelolaan risiko penurunan dan optimasi rantai pasokan minyak sawit kasar. Rancangan sistem penunjang keputusan yang dihasilkan bernama SIRPRO yang berguna untuk menganalisis risiko penurunan mutu dan optimasi rantai pasok. SPK dirancang dengan mengintegrasikan teknik optimasi dan mekanisme protokol atau rule base

sehingga mampu memberikan keluaran sesuai kebutuhan pengambil keputusan. Rancangan ini dimaksudkan untuk mengintegrasikan pengelolaan mutu dan optimasi rantai pasok. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah penilaian risiko mutu menggunakan teknik Non-Numeric Multi Expert-Multi Criteria Decision Making (ME-MCDM) dengan agregasi penilaian menggunakan teknik Order Weighted Average (OWA).

3.1.Kerangka Pemikiran Konseptual

PT Saung Mirwan melihat bahwa sayuran Edamame merupakan salah satu sayuran yang memiliki prospek yang cerah. Peluang pasar luar dan dalam negeri masih terbuka lebar karena di dalam negeri, komoditas ini masih terdengar awam. Komoditas ini sering diekspor ke luar negeri seperti Negara Jepang. Kondisi ini membuat, sayuran Edamame memiliki peluang untuk lebih dikenal oleh masyarakat Indonesia, yang mengakibatkan permintaan terhadap sayuran Edamame menunjukkan peningkatan.

Peningkatan produksi sayuran harus didukung dengan suatu sistem yang dapat mendukung produktivitas untuk mendapatkan keunggulan kompetitif. Sistem tersebut adalah manajemen rantai pasokan. Anggota rantai pasokan sayuran Edamame PT Saung Mirwan terdapat dua jenis anggota, yaitu anggota primer dan anggota sekunder. Anggota yang akan dilibatkan dalam penelitian ini adalah anggota primer. Anggota primer pada rantai

pasokan komoditas sayuran Edamame yang diintroduksi oleh PT Saung Mirwan adalah petani sayuran Edamame sebagai pemasok,

perusahaan atau PT Saung Mirwan sebagai pengolah, ritel sebagai konsumen. Manajemen rantai pasokan komoditas sayuran Edamame tidak menutup kemungkinan untuk mengatasi ketidakpastian kualitas dan kuantitas komoditas sayuran Edamame. Ketidakpastian terhadap sesuatu akan menjadi risiko yang dapat mengakibatkan kerugian usaha dalam mencapai keunggulan kompetitif untuk mempertahankan usaha komoditas sayuran Edamame. Penilaian risiko akan difokuskan kepada anggota primer rantai pasokan sayuran Edamame yang memiliki nilai prioritas yang paling tinggi. Risiko yang akan dikaji adalah risiko yang memiliki nilai prioritas paling tinggi diantara risiko operasional, risiko pemasaran, dan risiko keuangan. Risiko tersebut akan dianalisis dan dibentuk rancangan sistem penunjang keputusan risiko rantai pasokan komoditas sayuran Edamame yang diintroduksi oleh PT Saung Mirwan. Risiko yang telah dianalisis perlu dikelola dengan baik

untuk mencapai keunggulan kompetitif yang pada akhirnya membantu dalam keberlanjutan usaha. Keunggulan kompetitif yang dimaksud adalah keunggulan dalam hal kualitas dan biaya. Dengan adanya keunggulan kompetitif mampu menciptakan ketahanan dan keberlanjutan usaha komoditas sayuran Edamame PT Saung Mirwan. Diagram kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4.

Peluang permintaan sayuran Edamame yang terus meningkat

Peluang pasar yang sangat luas

Peningkatan produksi sayuran Edamame

Manajemen rantai pasokan sayuran Edamame PT Saung Mirwan: anggota primer

Ketidakpastian kualitas dan kuantitas sayuran Edamame

Penilaian risiko pada anggota rantai pasok sayuran Edamame PT Saung Mirwan yang memiliki nilai prioritas paling tinggi (nilai

prioritas paling tinggi dengan metode AHP dan ANP) 

Manajemen risiko yang memiliki nilai prioritas paling tinggi (AHP dan ANP)

Rancangan model sistem penunjang keputusan

Keunggulan kompetitif

Ketahanan usaha

3.2.Tahapan Penelitian

Berdasarkan Gambar 5, tahapan penelitian secara rinci terdiri dari: 1. Identifikasi minat penelitian dan pemilihan topik penelitian.

2. Studi pustaka dan diskusi.

3. Proposal penelitian yang meliputi pendahuluan, tinjauan pustaka, dan metodologi penelitian.

4. Ijin dan penjajakan penelitian merupakan kegiatan pra survey.

5. Pengumpulan data, baik data primer maupun data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara dengan bantuan kuesioner kepada anggota primer rantai pasokan sayuran Edamame yang diintroduksi oleh PT Saung Mirwan (petani Edamame sebagai pemasok, perusahaan atau PT Saung Mirwan sebagai pengolah, ritel sebagai konsumen). Wawancara dengan responden ahli bertujuan untuk melakukan penilaian risiko (risiko yang memiliki nilai prioritas paling tinggi) komoditas sayuran Edamame yang diintroduksi oleh PT Saung Mirwan.

6. Input data ke program SuperDecisions ANP version 2.0.8 dan Microsoft Excel 2007.

7. Pengolahan data primer identifikasi rantai pasokan sayuran Edamame dengan menggunakan analisis deskriptif. Menentukan prioritas dari anggota rantai pasok sayuran Edamame dalam manajemen risiko rantai pasok menggunakan metode Analytic Hierarchy Process dan Analytic Network Process. Pengolahan data primer identifikasi risiko rantai pasok sayuran Edamame dengan analisis deskriptif berdasarkan proses manajemen risiko (identifikasi risiko, pengukuran risiko, pemetaan risiko, pengolahan risiko atau penanganan risiko). Identifikasi risiko dan penanganan risiko menggunakan metode Non Numeric Multi Criteria Decision Making (MCDM), Order Weighted Average (OWA). Pengolahan data sekunder mengenai Edamame dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif.

8. Merumuskan faktor-faktor risiko dan peubah penentu yang dibutuhkan dalam penilaian risiko rantai pasokan. Cara yang dilakukan melalui

wawancara dengan pakar. Faktor risiko akan distrukturisasi secara hirarki sehingga dapat menggambarkan keterkaitan antar faktor.

9. Merumuskan basis aturan untuk menerjemahkan hasil penilaian risiko. Rekomendasi yang berasal dari para ahli (pakar) dan pelaku usaha.

Kesimpulan dan saran Analisis deskriptif risiko Ijin dan penjajakan penelitian

Pengumpulan data Analisis anggota primer rantai pasokan Sayuran Edamame Analisis risiko

Identifikasi risiko dan penanganan risiko yang memiliki nilai prioritas paling tinggi pada anggota pimer yang

memiliki nilai prioritas paling tinggi

Penilaian pakar (Non Numeric

MCDM) dan Teknik agregasi OWA

Rancangan awal sistem penunjang keputusan Input data identifikasi risiko Identifikasi rantai pasokan Input data identifika si rantai pasok Analisis deskriptif Pengukuran probabilitas dan dampak risiko Pemetaan risiko

Gambar 5. Tahapan Penelitian

Identifikasi minat penelitian dan pemilihan topik penelitian

Pembuatan

rule base Studi pustaka dan diskusi

3.3. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan selama tiga bulan dimulai dari Bulan Desember 2011 - Februari 2012. Tempat penelitian dilaksanakan di Bogor, tepatnya di PT Saung Mirwan yang terletak di Desa Sukamanah, Kampung Pasir Muncang, Kecamatan Megamendung - Bogor, dengan objek penelitian adalah sayuran Edamame yang diintroduksi oleh PT Saung Mirwan.

Pemilihan tempat penelitian dilakukan secara sengaja karena PT Saung Mirwan merupakan perusahaan agribisnis yang memiliki banyak

pengalaman di bidang hortikultura, yaitu sayuran dan bunga. Selain itu, PT Saung Mirwan merupakan perusahaan yang telah memperkenalkan sayuran Edamame di sekitar Bogor dan sekitarnya. Sayuran Edamame dipilih

karena permintaan sayuran Edamame dalam tiga tahun terakhir (tahun 2009-2011) paling besar dibandingkan dengan Lettuce dan Ceysin

(keduanya merupakan komoditas yang diminta juga oleh pihak ritel), sayuran Edamame diproduksi secara rutin, dan merupakan komoditas utama PT Saung Mirwan di bidang ritel.

3.4.Jenis dan Metode Pengumpulan Data/Informasi

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari penelitian yang dilakukan. Data primer diperoleh dengan melakukan observasi, wawancara dengan bantuan kuesioner, dan wawancara secara langsung dengan anggota rantai pasokan komoditi sayuran Edamame. Data sekunder berupa studi pustaka dari data lain yang berkaitan dengan topik penelitian ini yang diperoleh dari jurnal, buku, website, disertasi, skripsi yang berhubungan dengan perkembangan sayuran Edamame, risiko rantai pasokan, manajemen risiko rantai pasokan sayuran Edamame, dan data penjualan sayuran Edamame periode tahun 2009 - 2011 pada PT Saung Mirwan.

Metode pengumpulan data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Observasi adalah salah satu instrumen pengumpulan data dengan cara pengamatan dan pencatatan secara teliti dan sistematis mengenai gejala-

gejala (fenomena) yang sedang diteliti. Obyek yang akan diamati adalah lahan sayuran Edamame, sayuran Edamame, proses budidaya sayuran Edamame.

2. Wawancara adalah pengumpulan data dengan bertanya jawab langsung antara petugas (peneliti) dengan responden. Wawancara dilakukan kepada petani sayuran Edamame, pemangku jabatan di PT Saung Mirwan (Direktur utama, Wakil Direktur, Manajer, Kepala Bagian), dan pihak ritel. Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang dibagikan kepada responden untuk diisi dan kemudian dikembalikan kepada peneliti. Kuesioner akan dibagikan kepada petani, pemangku jabatan di PT Saung Mirwan (Direktur utama, Wakil Direktur, Manajer, Kepala Bagian), dan pihak ritel. Kuesioner dibagi menjadi empat jenis, yaitu a. kuesioner untuk mengidentifikasi rantai pasokan sayuran Edamame yang diintroduksi oleh

PT.Saung Mirwan (untuk petani, PT Saung Mirwan, dan ritel), b. kuesioner untuk menentukan prioritas dari anggota rantai pasok sayuran

Edamame yang diintroduksi oleh PT Saung Mirwan dalam manajemen risiko rantai pasok, c. kuesioner untuk mengidentifikasi risiko rantai pasokan sayuran Edamame, dan d. kuesioner untuk penilaian risiko rantai pasokan sayuran Edamame.

a. Kuesioner Identifikasi Rantai Pasokan sayuran Edamame (petani, PT Saung Mirwan, dan ritel)

Kuesioner untuk petani berisi identitas responden, identitas usaha, dan aspek budaya. Identitas responden berisi pertanyaan yang berkaitan dengan data kepribadian responden yang terdiri dari nama, alamat (kecamatan dan desa), nomor telepon atau handphone yang dapat dihubungi, dan latar belakang pendidikan responden. Identitas usaha berisi pertanyaan yang berkaitan dengan usaha yang dilakukan atau yang dimiliki, dan kurun waktu lamanya menjalankan usaha. Aspek budidaya berisi pertanyaan-pertanyaan yang bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai pola budidaya, tahapan budidaya Edamame, sumber bibit yang diperoleh, sistem pemesanan bibit, mekanisme pembayaran bibit, kesesuaian tahapan budidaya Edamame

yang dilakukan dengan Good Agricultural Practise (GAP), dan gambaran mengenai hubungan antara petani Edamame dengan PT Saung Mirwan.

Kuesioner untuk pemangku jabatan PT Saung Mirwan hanya diberikan kepada bidang produksi dan komersial karena bidang tersebut yang memiliki hubungan langsung dengan topik penelitian. Divisi dari Bidang Produksi yang dilibatkan adalah Divisi kemitraan. Kuesioner untuk Divisi Kemitraan berisi identitas responden dan aspek kemitraan. Identitas responden berisi pertanyaan yang berkaitan dengan data kepribadian responden yang terdiri dari nama, alamat (kecamatan dan desa), nomor telepon atau handphone yang dapat dihubungi, latar belakang pendidikan responden, pekerjaan, dan jabatan. Aspek kemitraan berisi pertanyaan-pertanyaan yang bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai jenis dan bentuk kemitraan yang dilakukan dengan petani Edamame, tujuan kemitraan, sistem transaksi, risiko yang terjadi dalam menjalin kemitraan dengan petani Edamame, tahapan budidaya Edamame, sumber bibit yang diperoleh, gambaran mengenai hubungan kemitraan antara petani Edamame dengan PT Saung Mirwan, kesulitan dan cara mengatasi kesulitan dalam melakukan hubungan kemitraan dengan petani.

Divisi dari Bidang Komersial yang dilibatkan adalah Divisi pemasaran, pengemasan, dan pengadaan. Kuesioner untuk Divisi Pemasaran berisi identitas responden dan aspek pemasaran. Aspek pemasaran berisi pertanyaan-pertanyaan yang bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai tujuan pemasaran, bentuk kerjasama yang dilakukan dengan pihak ritel, bauran strategi pemasaran, bauran pemasaran, sistem pemesanan dan mekanisme pembayaran antara PT Saung Mirwan dengan pihak ritel, cara pendistribusian Edamame ke

ritel, gambaran mengenai hubungan kerjasama antara PT Saung Mirwan dengan pihak ritel, kesulitan dan cara mengatasi

Kuesioner untuk Divisi Pengemasan berisi identitas responden dan aspek pengemasan. Aspek pengemasan berisi pertanyaan- pertanyaan yang bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai

penanganan pascapanen Edamame, kemasan Edamame PT Saung Mirwan, proses pengemasan Edamame, kesulitan dan cara

mengatasi kesulitan dalam pengemasan Edamame pada PT Saung Mirwan.

Kuesioner untuk Divisi Pengadaan berisi identitas responden dan aspek pengadaan. Aspek pengadaan berisi pertanyaan-pertanyaan yang bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai pemasok Edamame, pendistribusian Edamame dari pemasok ke PT Saung Mirwan, sistem pengadaan Edamame yang selama ini dilakukan, sistem pemesanan dan mekanisme pembayaran Edamame antara petani ke PT Saung Mirwan, gambaran mengenai hubungan kerjasama antara PT Saung Mirwan dengan pemasok Edamame, permasalahan dan cara mengatasi permasalahan dalam pengadaan Edamame pada PT Saung Mirwan selama ini.

Kuesioner untuk ritel berisi identitas responden, identitas usaha, aspek pemasaran, aspek kemitraan, aspek pengadaan, dan aspek pengemasan. Identitas responden berisi pertanyaan yang berkaitan dengan data kepribadian responden yang terdiri dari nama, alamat (kecamatan dan desa), nomor telepon atau handphone yang dapat dihubungi, jenis kelamin, umur responden, latar belakang pendidikan responden, pekerjaan, dan jabatan. Identitas usaha berisi pertanyaan yang berkaitan dengan profil perusahaan (nama perusahaan, alamat perusahaan, bentuk perusahaan, visi dan misi perusahaan) dan kegiatan perusahaan.

Aspek pemasaran berisi pertanyaan-pertanyaan yang bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai tujuan pemasaran, bentuk kerjasama yang dilakukan antara pihak ritel dengan PT Saung Mirwan, bauran strategi pemasaran, bauran pemasaran, dan pendapat pihak ritel mengenai kualitas Edamame PT Saung Mirwan.

Aspek kemitraan berisi pertanyaan-pertanyaan yang bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai jenis dan bentuk kemitraan yang dilakukan dengan PT Saung Mirwan, tujuan kemitraan, sistem transaksi, risiko yang terjadi dalam menjalin kemitraan dengan PT Saung Mirwan, gambaran mengenai hubungan kemitraan antara pihak ritel dengan PT Saung Mirwan, kesulitan dan cara mengatasi

kesulitan dalam melakukan hubungan kemitraan dengan PT Saung Mirwan.

Aspek pengadaan berisi pertanyaan-pertanyaan yang bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai pemasok Edamame, sistem pengadaan Edamame yang selama ini dilakukan, permasalahan dan cara mengatasi permasalahan dalam pengadaan Edamame pada ritel. Aspek pengemasan berisi pertanyaan-pertanyaan yang bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai pendapat ritel tentang kualitas pengemasan Edamame PT Saung Mirwan.

b. Kuesioner untuk menentukan prioritas dari anggota rantai pasok sayuran Edamame.

Kuesioner untuk menentukan prioritas dari anggota rantai pasok sayuran Edamame dalam manajemen risiko rantai pasok ditujukkan kepada PT Saung Mirwan, terdiri dari identitas responden dan penentuan prioritas dari anggota rantai pasok sayuran Edamame PT Saung Mirwan dalam manajemen risiko rantai pasok.

c. Kuesioner Identifikasi Risiko Rantai Pasokan sayuran Edamame yang diintroduksi oleh PT Saung Mirwan

Kuesioner identifikasi risiko ditujukkan kepada PT Saung Mirwan terdiri dari identitas responden dan risiko. Identitas

responden berisi pertanyaan yang berkaitan dengan data kepribadian responden yang terdiri dari nama, alamat (kecamatan dan desa), nomor telepon atau handphone yang dapat dihubungi, jenis kelamin, umur responden, latar belakang pendidikan responden, pekerjaan, dan jabatan.