• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Kebutuhan

4.1.3 Hasil Angket

Untuk mendapatkan data secara lebih lengkap setelah melakukan kegiatan

wawancara, peneliti mengadakan pendistribusian angket analisis kebutuhan siswa.

Angket analisis kebutuhan dikembangkan oleh peneliti berdasarkan langkah

berikut: (a) tinjauan pustaka, (b) merumuskan pernyataan, (c) uji keterbacaan dan

revisi, (d) distribusi angket ke siswa, dan (e) analisis hasil angket. Langkah

pertama yang dilakukan oleh peneliti pada tahap ini adalah melakukan tinjauan

pustaka tentang teori penyusunan angket, teori belajar dan teori media. Setelah

kebutuhan yang diperlukan oleh siswa dalam belajar di kelas. Langkah

selanjutnya, peneliti mulai menyusun pernyataan dalam suatu angket.

Pengembangan angket ini disusun berdasarkan teori yang telah dimodifikasi dari

Munadi (2013), Antinah (2010), Arsyad (2014), Riyana (2007), Piaget (1981),

Suharsimi (2005), Mardapi (2008), Sugiyono (2011) Herabudin (2010),

Samatowa (2011), Wonorahardjo (2010), Ward (2010), Hamalik (2007), Delphie

(2007), dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Tahun 2006 (KTSP 2006).

Pada tahap berikutnya peneliti melakukan uji keterbacaan setelah angket

analisis kebutuhan berhasil disusun. Uji keterbacaan ini dilakukan terhadap dosen

pembimbing. Pada saat melakukan uji keterbacaan dosen pembimbing tidak

terlalu banyak menemukan kesalahan mengenai isi dari angket analisis kebutuhan

ini, sedangkan revisi hanya terbatas pada kesalahan tanda baca dan penulisan

huruf. Setelah dirasa cukup baik dan pernyataan dalam angket mencakup hal yang

dibutuhkan siswa, maka hal selanjutnya yang dilakukan oleh peneliti ialah

pendistribusian angket analisis kebutuhan kepada 6 siswa yang juga menjadi

narasumber pada kegiatan wawancara siswa.

Pendistribusian angket analisis kebutuhan ini dilaksanakan pada tanggal

16 Januari 2014, bersamaan dengan jadwal wawancara siswa. Angket analisis

kebutuhan terdiri dari dua bagian. Pada bagian I, peneliti meyusun pernyataan

dengan tujuan untuk mengetahui lebih lanjut mengenai penggunaan media

pembelajaran dan metode mengajar oleh guru saat melaksanakan kegiatan belajar

mengajar mata pelajaran IPA. Sedangkan pada bagian II, peneliti menyusun

penggunaan media pembelajaran dalam bentuk video saat melaksanakan kegiatan

belajar mengajar mata pelajaran IPA. Semua responden mengisi butir pernyataan

tersebut dengan lengkap dan sesuai petunjuk.

Hasil angket analisis kebutuhan siswa pada bagian I menunjukkan bahwa,

semua responden mengatakan bahwa guru jarang menggunakan media

pembelajaran saat pembelajaran IPA di dalam maupun di luar kelas. Semua

responden juga menyatakan bahwa guru jarang menggunakan media pembelajaran

yang bermacam-macam, guru tidak pernah menggunakan video sebagai media

pembelajaran, dan keterlibatan siswa dalam penggunaan media pembelajaran saat

pembelajaran IPA di dalam maupun di luar kelas juga jarang dilakukan oleh guru.

Pernyataan selanjutnya menyebutkan bahwa hanya ada satu responden yang

menyatakaan bahwa guru meminta siswa untuk membawa media pembelajaran

dari luar sekolah untuk pelajaran IPA, sedangkan untuk kelima responden lainnya

menyatakan tidak pernah.

Dalam pernyataan selanjutnya peneliti menyusun pernyataan dengan

tujuan untuk mengetahui metode mengajar yang dilakukan oleh guru. Keempat

responden menyatakan bahwa guru sering menggunakan metode ceramah saat

mengajar dan kedua responden lainnya menyatakan bahwa guru selalu

menerapkan metode ceramah saat mengajar. Pada pernyataan mengenai sumber

belajar, kelima responden menyatakan bahwa guru sering meminta siswa untuk

membaca buku paket dan lembar kerja siswa saat kegiatan belajar mengajar mata

pelajaran IPA dan satu responden mengatakan selalu. Semua responden

menggunakan media pembelajaran. Tahap akhir angket analisis kebutuhan bagian

I ini, peneliti menyusun pernyataan mengenai model pemberian tugas dan

pekerjaan rumah oleh guru. Kelima responden menyatakan bahwa selalu guru

memberikan tugas, pekerjaan rumah, dan soal dari buku paket siswa dan lembar

kerja siswa, hanya satu responden yang menyatakan sering. Untuk pemberian

tugas, pekerjaan rumah, dan soal dari media pembelajaran yang digunakan,

keempat responden jarang menyatakan jarang dan kedua responden menyatakan

tidak pernah. Jumlah keterangan yang diberikan oleh siswa saat mengisi angket

analisis kebutuhan siswa bagian I dapat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.2. Hasil Angket Perspektif Siswa terhadap Pembelajaran yang Diberikan oleh Guru

No. Pernyataan Jumlah keterangan yang diberikan oleh siswa Tidak

pernah

Jarang Sering Selalu

1. Guru menggunakan media pembelajaran saat KBM mata pelajaran IPA di dalam maupun di luar kelas.

0 6 0 0

2. Guru menggunakan media pembelajaran yang bermacam-

0 6 0 0

macam saat KBM mata pelajaran IPA di dalam maupun di luar kelas.

3. Guru menggunakan media pembelajaran video saat KBM mata pelajaran IPA di dalam maupun di luar kelas.

6 0 0 0

4. Guru melibatkan siswa dalam penggunaan media pembelajaran mata pelajaran IPA.

0 6 0 0

5. Guru meminta siswa untuk membawa media pembelajaran dari luar sekolah untuk mata pelajaran IPA.

5 1 0 0

6. Guru berceramah saat memberikan materi mata

No. Pernyataan Jumlah keterangan yang diberikan oleh siswa Tidak

pernah

Jarang Sering Selalu

pelajaran IPA di dalam maupun di luar kelas.

7. Guru meminta siswa untuk membaca buku paket dan LKS saat KBM mata pelajaran IPA.

0 0 5 1

8. Guru meminta siswa untuk memahami materi dengan menggunakan media pembelajaran saat KBM mata pelajaran IPA.

0 6 0 0

9. Guru memberikan tugas, pekerjaan rumah (PR), dan soal dari buku paket siswa atau LKS pada mata pelajaran IPA.

0 0 1 5

10. Guru memberikan tugas, pekerjaan rumah (PR), dan soal dari media pembelajaran yang digunakan pada mata pelajaran IPA.

2 4 0 0

Hasil angket analisis kebutuhan siswa pada tahap II menunjukkan bahwa

semua responden membutuhkan media pembelajaran video. Lima responden

menginginkan adanya media pembelajaran video pada setiap materi mata

pelajaran IPA, sedangkan seorang responden tidak. Lima responden merasa lebih

mudah dalam memahami materi mata pelajaran IPA jika guru menerangkan

materi dengan media pembelajaran video, sedangkan seorang responden tidak.

Pada beberapa butir pernyataan selanjutnya, semua responden memiliki

jawaban yang sama. Kesamaan tersebut terletak pada butir pernyataan mengenai

kenyamanan yang dirasakan responden pada saat belajar mata pelajaran IPA jika

guru menggunakan media pembelajaran video. Adanya media pembelajaran video

pelajaran IPA di dalam maupun di luar kelas. Keenam responden juga

menyatakan bahwa media pembelajaran video tidak membuat mereka kesulitan

dalam memahami materi mata pelajaran IPA, tidak merasa jenuh, tidak merasa

cepat lelah, dan tidak merasa tidak berkonsentrasi saat mengikuti kegiatan belajar

mengajar mata pelajaran IPA di dalam dan di luar kelas.

Hal yang menarik terdapat pada pernyataan yang menyatakan bahwa

empat responden merasa tidak dapat memahami materi mata pelajaran IPA tanpa

menggunakan media pembelajaran video, sedangkan dua responden lainnya

menyatakan bahwa mereka dapat memahami materi mata pelajaran IPA tanpa

menggunakan media pembelajaran video. Dari pernyataan tersebut peneliti

mendapatkan kesimpulan bahwa siswa yang mengaku merasa tidak dapat

memahami materi mata pelajaran IPA tanpa menggunakan media pembelajaran

video, dikarenakan kebutuhan siswa yang berbeda-beda dalam memahami materi.

Siswa semacam ini membutuhkan pemikiran yang sifatnya lebih konkret, dengan

kata lain siswa dapat memahami materi pelajaran jika mereka sudah menjumpai

materi secara langsung di lapangan. Dalam menjumpai materi secara langsung

terkadang guru dan siswa masih terbatasi oleh indera dan waktu. Untuk mengatasi

masalah tersebut dibutuhkan suatu media yang bersifat audio visual. Jumlah

keterangan yang diberikan oleh siswa saat mengisi angket analisis kebutuhan

Tabel 4.3. Hasil Angket Perspektif Siswa terhadap Media Pembelajaran Video

No. Pernyataan Jumlah keterangan yang diberikan oleh siswa

Ya Tidak 1. Apakah kamu menyukai media pembelajaran

dalam bentuk video?

6 0

2. Apakah kamu menginginkan adanya media pembelajaran video pada setiap materi mata pelajaran IPA?

5 1

3. Apakah kamu merasa lebih mudah dalam memahami materi mata pelajaran IPA jika guru menerangkan materi dengan media pembelajaran video?

5 1

4. Apakah kamu merasa nyaman dalam belajar mata pelajaran IPA jika guru menggunakan media pembelajaran video?

6 0

5. Apakah dengan adanya media pembelajaran video, kamu dapat lebih berkonsentrasi dalam belajar mata pelajaran IPA di dalam maupun luar kelas?

6 0

6. Apakah media pembelajaran video membuatmu kesulitan dalam memahami materi mata

pelajaran IPA?

0 6

7. Apakah media pembelajaran video akan membuatmu merasa jenuh dalam mengikuti KBM mata pelajaran IPA di dalam maupun di luar kelas?

0 6

8. Apakah media pembelajaran video membuatmu merasa cepat lelah saat mengikuti KBM mata pelajaran IPA di dalam maupun di luar kelas?

0 6

9. Apakah media pembelajaran video membuatmu menjadi tidak berkonsentrasi saat mengikuti KBM mata pelajaran IPA di dalam maupun luar kelas?

0 6

10. Apakah kamu merasa dapat memahami materi mata pelajaran IPA tanpa menggunakan media pembelajaran video?

2 4

Melalui kegiatan analisis kebutuhan, peneliti menyadari bahwa memang

perlu adanya video sebagai media pembelajaran untuk membantu masalah yang

menerapkan media pembelajaran tersebut guna membantu mengatasi masalah

yang tengah terjadi, peneliti harus mengetahui kualitas produk yang akan

disusunnya. Pengkajian kualitas ini sangat dibutuhkan, karena pada dasarnya

media pembelajaran yang baik diprediksi mampu mengatasi masalah dalam

pembelajaran di sekolah. Untuk mencapai tujuan tersebut peneliti diwajibkan

untuk melakukannya secara rasional. Tahap demi tahap dilakukan peneliti guna

mendapatkan produk yang mempunyai dasar dan dapat dipertanggungjawabkan

keberadaannya.

Dokumen terkait