• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan media pembelajaran video pada mata pelajaran IPA materi tata surya kelas VI sekolah dasar.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan media pembelajaran video pada mata pelajaran IPA materi tata surya kelas VI sekolah dasar."

Copied!
327
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN VIDEO PADA MATA PELAJARAN IPA MATERI TATA SURYA

KELAS VI SEKOLAH DASAR

Oleh :

Felix Prastiyan Budi Sunarno NIM : 111134227 Universitas Sanata Dharma

Belum maksimalnya pembelajaran yang diberikan oleh guru telah menyebabkan siswa kelas VI di SD N Karangmloko 2 merasakan pembelajaran yang kurang bermakna. Hal ini merupakan salah satu faktor penyebab belum mampunya seorang siswa memahami materi secara maksimal. Berdasarkan latar belakang masalah ini, dikembangkanlah produk yang berupa media pembelajaran video pada mata pelajaran IPA materi tata surya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prosedur pengembangan dan kualitas media pembelajaran video pada mata pelajaran IPA materi tata surya kelas VI SD N Karangmloko 2.

Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan (Research and

Development atau R&D) yang meliputi potensi dan masalah, pengumpulan data,

desain produk, validasi desain, revisi desain, ujicoba produk, revisi produk, ujicoba pemakaian, revisi produk, dan pengkajian produk akhir. Penilaian desain produk ini melibatkan tim ahli yang terdiri dari 2 ahli media pembelajaran, 2 ahli materi IPA, kepala sekolah dan seorang guru kelas VI SD N Karangmloko 2. Pada tahap ujicoba produk dan ujicoba pemakaian melibatkan siswa kelas VI SD N Karangmloko 2 sebagai subjek penelitian.

Berdasarkan penilaian dari tim ahli, produk yang dikembangkan oleh peneliti mendapatkan nilai rata-rata 2,94 dengan kualifikasi baik. Nilai rata-rata yang diberikan 9 orang siswa sebagai pengguna terhadap kualitas media pembelajaran video pada tahap ujicoba produk sebesar 3,2 dengan kualifikasi baik, serta 20 orang siswa pada tahap ujicoba pemakaian sebesar 3,26 dengan kualifikasi sangat baik. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran video sebagai produk yang dikembangkan mempunyai kualitas sangat baik.

(2)

ABSTRACT

DEVELOPING VIDEO LEARNING MEDIA FOR THE SOLAR SYSTEM MATERIAL IN SCIENCE

SUBJECT FOR THE SIXTH GRADE OF ELEMENTARY SCHOOL

By :

Felix Prastiyan Budi Sunarno Student Number : 111134227 Sanata Dharma University

Inadequate learning given by the teachers made the sixth grade students of SD N Karangmloko 2 experienced the less meaningful learning. It becomes one of the factors that caused less understanding of the material for the students. Based on the background of the problem, the researcher developed a product in a form of video learning media for the solar system material in science subject. This research has purposes to find out the development procedure and the quality of video learning media for the solar system in science subject for the six grade of SD N Karangmloko 2.

This type of research was a development research (Research and Development or R&D) that includes problem and potential, data gathering, product design, design validation, design revision, testing product, revision product, trial usage, revision product, and final product assessment. This product design assessment involved experts team consists of 2 experts in learning media, 2 experts in science material, headmaster, and one teacher from sixth grade class of SD N Karangmloko 2. In this trial product and trial usage steps involved the six grade students of SD N Karangmloko 2 as the research subject.

Based on the assessment of the experts team, the product which is developed by the researcher got 2.94 for the average with good qualification. The average which was given by 9 students as the user toward the quality of video learning media in the trial product step was 3.2 with good qualification and 20 students in the trial usage step was 3.26 with very good qualification. Thus, it can be concluded that video learning media as the product which is developed by the researcher had very good quality.

(3)

i

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN VIDEO

PADA MATA PELAJARAN IPA MATERI TATA SURYA

KELAS VI SEKOLAH DASAR

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Felix Prastiyan Budi Sunarno

NIM: 111134227

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(4)
(5)
(6)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini dengan tulus saya persembahkan kepada:

1.

Tuhan Yesus Kristus, Bunda Maria, Bapa Yusuf yang memberi

rencana terindah dan segala mujizat-Nya.

2.

Kedua orang tua tercinta, Bapak Sunarno dan Ibu M.Y. Dwi

Karnaningsih yang telah memberikan semangat, doa, kasih

sayang, dan segala ketulusannya sehingga peneliti dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

3.

Simbah Kakung Kromorejo, Alm. Simbah Putri Sani, Alm. Pak

Tuo A. Wakidi Hadiwiyono, Simbok R. Mukiyem, Alm.

4.

Kakakku tercinta Vincentius Krisna Adi Sunarno yang telah

memberikan dukungan dan semangat.

5.

The Special One Raras Ganita yang selalu membantu,

mendukung, dan memberikan motivasi.

6.

Almamaterku Universitas Sanata Dharma.

7.

Associazione Sportiva Roma dan para Romanisti.

8.

Tokoh-tokoh yang saya teladani dalam kebaikan hidup (Santo

Felix,

Romo

Soegijapranata,

Romo

Sanjaja,

Romo

Mangunwijaya, Romo Drost, Marsekal Muda Adisoetjipto, Ki

Hadjar Dewantara, Brigadir Jenderal Slamet Rijadi).

(7)
(8)
(9)
(10)

viii ABSTRAK

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN VIDEO PADA MATA PELAJARAN IPA MATERI TATA SURYA

KELAS VI SEKOLAH DASAR

Oleh :

Felix Prastiyan Budi Sunarno NIM : 111134227 Universitas Sanata Dharma

Belum maksimalnya pembelajaran yang diberikan oleh guru telah menyebabkan siswa kelas VI di SD N Karangmloko 2 merasakan pembelajaran yang kurang bermakna. Hal ini merupakan salah satu faktor penyebab belum mampunya seorang siswa memahami materi secara maksimal. Berdasarkan latar belakang masalah ini, dikembangkanlah produk yang berupa media pembelajaran video pada mata pelajaran IPA materi tata surya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prosedur pengembangan dan kualitas media pembelajaran video pada mata pelajaran IPA materi tata surya kelas VI SD N Karangmloko 2.

Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan (Research and

Development atau R&D) yang meliputi potensi dan masalah, pengumpulan data,

desain produk, validasi desain, revisi desain, ujicoba produk, revisi produk, ujicoba pemakaian, revisi produk, dan pengkajian produk akhir. Penilaian desain produk ini melibatkan tim ahli yang terdiri dari 2 ahli media pembelajaran, 2 ahli materi IPA, kepala sekolah dan seorang guru kelas VI SD N Karangmloko 2. Pada tahap ujicoba produk dan ujicoba pemakaian melibatkan siswa kelas VI SD N Karangmloko 2 sebagai subjek penelitian.

Berdasarkan penilaian dari tim ahli, produk yang dikembangkan oleh peneliti mendapatkan nilai rata-rata 2,94 dengan kualifikasi baik. Nilai rata-rata yang diberikan 9 orang siswa sebagai pengguna terhadap kualitas media pembelajaran video pada tahap ujicoba produk sebesar 3,2 dengan kualifikasi baik, serta 20 orang siswa pada tahap ujicoba pemakaian sebesar 3,26 dengan kualifikasi sangat baik. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran video sebagai produk yang dikembangkan mempunyai kualitas sangat baik.

(11)

ix

ABSTRACT

DEVELOPING VIDEO LEARNING MEDIA FOR THE SOLAR SYSTEM MATERIAL IN SCIENCE

SUBJECT FOR THE SIXTH GRADE OF ELEMENTARY SCHOOL

By :

Felix Prastiyan Budi Sunarno Student Number : 111134227 Sanata Dharma University

Inadequate learning given by the teachers made the sixth grade students of SD N Karangmloko 2 experienced the less meaningful learning. It becomes one of the factors that caused less understanding of the material for the students. Based on the background of the problem, the researcher developed a product in a form of video learning media for the solar system material in science subject. This research has purposes to find out the development procedure and the quality of video learning media for the solar system in science subject for the six grade of SD N Karangmloko 2.

This type of research was a development research (Research and Development or R&D) that includes problem and potential, data gathering, product design, design validation, design revision, testing product, revision product, trial usage, revision product, and final product assessment. This product design assessment involved experts team consists of 2 experts in learning media, 2 experts in science material, headmaster, and one teacher from sixth grade class of SD N Karangmloko 2. In this trial product and trial usage steps involved the six grade students of SD N Karangmloko 2 as the research subject.

Based on the assessment of the experts team, the product which is developed by the researcher got 2.94 for the average with good qualification. The average which was given by 9 students as the user toward the quality of video learning media in the trial product step was 3.2 with good qualification and 20 students in the trial usage step was 3.26 with very good qualification. Thus, it can be concluded that video learning media as the product which is developed by the researcher had very good quality.

(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan roh

kudus dalam pendampingan, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Pengembangan Media Pembelajaran Video Pada Mata Pelajaran IPA Materi Tata Surya Kelas VI Sekolah Dasar”. Skripsi ini disusun dengan tujuan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi

Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Sanata Dharma.

Peneliti menyadari bahwa ada banyak pihak yang telah membantu,

mendukung, serta membimbing peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh

karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma.

2. G. Ari Nugrahanta, S.J., S.S., B.S.T., M.A. Ketua Program Studi

Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma, dan Dosen

Pembimbing I, terima kasih atas waktu, bimbingan serta masukan yang

telah diberikan kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. selaku Wakil Ketua Program Studi

Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.

4. Agnes Herlina Dwi H., S.Si., M.T., M.Sc. Dosen Pembimbing II, yang

telah sabar dalam memberikan bimbingan, dukungan serta masukan bagi

peneliti dalam penyusunan skripsi ini.

5. Seluruh dosen dan staf karyawan PGSD Universitas Sanata Dharma yang

telah memberikan ilmu pengetahuan selama perkuliahan serta membantu

dalam mempersiapkan penelitian.

6. Para validator yang telah memberikan masukan bagi peneliti dalam

pelaksanaan validasi perangkat penelitian.

7. Hatri Andari, S.Pd.SD. Kepala SD Negeri Karangmloko 2 yang telah

(13)
(14)

xii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR GAMBAR ... xix

DAFTAR LAMPIRAN ... xx

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Batasan Masalah... 5

1.3 Rumusan Masalah ... 6

(15)

xiii

Halaman

1.5 Manfaat Penelitian ... 7

1.6 Spesifikasi Produk ... 8

1.7 Definisi Operasional... 9

BAB II LANDASAN TEORI ... 10

2.1 Kajian Pustaka ... 10

2.1.1 Media Pembelajaran ... 10

2.1.1.1 Pengertian media pembelajaran ... 10

2.1.1.2 Manfaat media pembelajaran ... 11

2.1.1.3 Klasifikasi media membelajaran ... 13

2.1.2 Media Pembelajaran Video ... 21

2.1.2.1 Video sebagai media pembelajaran ... 21

2.1.2.2 Keunggulan video sebagai media pembelajaran ... 23

2.1.3 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) ... 25

2.1.3.1 Hakikat ilmu pengetahuan alam (IPA) ... 25

2.1.3.2 Pendidikan ilmu pengetahuan alam (IPA) di sekolah dasar ... 27

2.1.4 Tata Surya ... 30

2.1.5 Karakteristik Siswa Sekolah Dasar Kelas VI ... 33

2.2 Penelitian yang Relevan ... 35

2.3 Kerangka Berpikir ... 40

2.4 Pertanyaan Penelitian ... 42

BAB III METODE PENELITIAN... 43

(16)

xiv

Halaman

3.2 Setting Penelitian ... 44

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 44

3.2.2 Subjek Penelitian ... 44

3.2.3 Objek Penelitian ... 45

3.2.4 Waktu Penelitian ... 45

3.3 Prosedur Pengembangan ... 45

3.3.1 Potensi dan Masalah ... 46

3.3.2 Pengumpulan Data ... 47

3.3.3 Desain Produk ... 47

3.3.4 Validasi Desain ... 48

3.3.5 Revisi Desain ... 48

3.3.6 Ujicoba Produk ... 49

3.3.7 Revisi Produk ... 49

3.3.8 Ujicoba Pemakaian... 50

3.3.9 Revisi Produk ... 50

3.3.10 Produk Akhir ... 51

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 51

3.5 Instrumen Penelitian... 53

3.6 Teknik Analisis Data ... 61

3.7 Kualifikasi Penilaian ... 63

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 65

(17)

xv

Halaman

4.1.1 Hasil Observasi ... 66

4.1.2 Hasil Wawancara ... 68

4.1.3 Hasil Angket ... 75

4.2 Desain Produk Awal ... 82

4.3 Validasi Desain ... 85

4.3.1 Data Validasi Ahli ... 85

4.3.2 Deskripsi Data Validasi Ahli ... 86

4.3.3 Revisi Desain ... 88

4.4 Ujicoba Lapangan ... 93

4.4.1 Data Validasi Ujicoba Produk ... 93

4.4.2 Deskripsi Data Validasi Ujicoba Produk ... 94

4.4.3 Revisi Produk ... 96

4.4.4 Data Validasi Ujicoba Pemakaian ... 99

4.4.5 Deskripsi Data Validasi Ujicoba Pemakaian ... 101

4.5 Kajian Produk Akhir ... 102

4.6 Pembahasan ... 107

4.6.1 Kelebihan Produk ... 110

4.6.2 Kelemahan Produk ... 111

BAB V PENUTUP ... 112

5.1 Kesimpulan ... 112

5.2 Keterbatasan Penelitian ... 113

(18)

xvi

Halaman

DAFTAR REFERENSI ... 114

(19)

xvii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1. Panduan Observasi Kelas ... 53

Tabel 3.2. Instrumen Wawancara Analisis Kebutuhan terhadap Pengajar ... 54

Tabel 3.3. Intrumen Wawancara Analisis Kebutuhan terhadap Siswa ... 55

Tabel 3.4. Angket Perspektif Siswa terhadap Pembelajaran yang Diberikan oleh Guru ... 55

Tabel 3.5. Angket Perspektif Siswa terhadap Media Pembelajaran Video ... 56

Tabel 3.6. Instrumen Penilaian Kualitas Media Pembelajaran oleh Narasumber Ahli ... 58

Tabel 3.7. Instrumen Penilaian Media Pembelajaran Video oleh Siswa ... 60

Tabel 3.8. Panduan Wawancara Siswa dalam Menilai Media Pembelajaran Video ... 61

Tabel 3.9. Kategori Penilaian Produk Media Pembelajaran ... 63

Tabel 3.10. Keterangan Kualifikasi Nilai dari Responden... 64

Tabel 4.1. Hasil Observasi Kelas ... 66

Tabel 4.2. Hasil Angket Perspektif Siswa terhadap Pembelajaran yang Diberikan oleh Guru ... 78

Tabel 4.3. Hasil Angket Perspektif Siswa terhadap Media Pembelajaran Video ... 81

Tabel 4.4. Hasil Perhitungan dari Tim Ahli ... 85

(20)

xviii

Halaman

Tabel 4.6. Hasil Revisi Desain ... 89

Tabel 4.7. Hasil Perhitungan pada Tahap Ujicoba Produk. ... 94

Tabel 4.8. Hasil Revisi Produk ... 98

(21)

xix

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Literature Map dari Penelitian Terdahulu ... 38

Gambar 3.1. Langkah-Langkah Penggunaan Metode Research and Development (R&D) ... 44

Gambar 3.2. Model Pengembangan ... 46

Gambar 4.1. Salah satu gambar pada bagian awal video ... 89

Gambar 4.2. Salah satu gambar pada bagian tengah (inti) video ... 89

Gambar 4.3. Salah satu gambar pada bagian akhir video ... 89

Gambar 4.4. Bintang senja ... 90

Gambar 4.5. Planet Mars ... 90

Gambar 4.6. Salah satu soal latihan dalam video ... 91

Gambar 4.7. Sistem tata surya ... 97

Gambar 4.8. Sistem tata surya mewakili konten jarak matahari ke Yupiter ... 98

Gambar 4.9. Sistem tata surya mewakili konten jarak matahari ke Saturnus ... 98

Gambar 4.10. Sistem tata surya mewakili konten jarak matahari ke Uranus ... 98

Gambar 4.11. Sistem tata surya mewakili konten jarak matahari ke Neptunus.... 99

Gambar 4.12. Visualisasi jarak matahari ke Yupiter ... 98

Gambar 4.13. Visualisasi jarak matahari ke Saturnus ... 98

Gambar 4.14. Visualisasi jarak matahari ke Uranus ... 98

(22)

xx

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian ... 117

Lampiran 2. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 118

Lampiran 3. Lembar Observasi Kelas ... 119

Lampiran 4. Instrumen Wawancara Analisis Kebutuhan terhadap Pengajar ... 120

Lampiran 5. Intrumen Wawancara Analisis Kebutuhan terhadap Siswa ... 121

Lampiran 6. Angket Analisis Kebutuhan Siswa ... 122

Lampiran 7. Penilaian Desain Produk Oleh Narasumber Ahli ... 143

Lampiran 8. Hasil Penilaian Desain Produk Oleh Salah Satu Narasumber Ahli

Setelah Revisi Desain ... 177

Lampiran 9. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran pada Ujicoba Produk ... 182

Lampiran 10. Hasil Pekerjaan Siswa Pada Ujicoba Produk ... 206

Lampiran 11. Hasil Penilaian Media Pembelajaran Video oleh Siswa pada

Ujicoba Produk ... 211

Lampiran 12. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran pada Ujicoba Pemakaian .... 231

Lampiran 13. Hasil Pekerjaan Siswa pada Ujicoba Pemakaia ... 255

Lampiran 14. Hasil Penilaian Media Pembelajaran Video oleh Siswa pada

Ujicoba Pemakaian ... 260

Lampiran 15. Hasil Perhitungan pada Tahap Ujicoba Pemakaian ... 302

Lampiran 16. Dokumentasi ... 303

(23)

1 BAB I

PENDAHULUAN

Dalam pendahuluan ini akan dikaji latar belakang masalah, batasan

masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, spesifikasi

produk, dan defenisi operasional.

1.1 Latar Belakang Masalah

Sumaji (2003: 31) menyebutkan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

atau sains (dalam arti sempit) sebagai disiplin ilmu terdiri atas physical sciences

dan life sciences. Termasuk physical sciences adalah ilmu-ilmu astronomi, kimia,

geologi, mineralogi, meteorologi, dan fisika; sedangkan life sciences meliputi

ilmu biologi, zoologi, dan fisiologi. IPA (sains) berupaya membangkitkan minat

manusia agar mau meningkatkan kecerdasan dan pemahamannya tentang alam

seisinya yang penuh dengan rahasia yang tak ada habis-habisnya. Dalam lingkup

pendidikan formal manusia mulai mempelajari ilmu tersebut sejak memasuki

taman kanak-kanak hingga ia tumbuh dewasa dan masuk perguruan tinggi. Ilmu

alam yang diajarkan kepada seseorang di taman kanak-kanak hingga perguruan

tinggi memilki tingkatannya sendiri-sendiri dan telah disesuaikan dengan usia

perkembangan manusia.

Pada tahapan Sekolah Dasar (SD), IPA mulai diajarkan sejak anak berada

di bangku kelas I, hingga akhirnya siswa berada pada tingkat akhir SD (kelas VI).

Dalam klasifikasi pendidikan ini, para pendidik memberikan bahan ajar

pengetahuan alam yang sifatnya berada di luar bumi atau yang kerap disebut

(24)

menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006,

terdapat kompetensi dasar mendeskripsikan sistem tata surya dan posisi

penyusunan tata surya.

Piaget (dalam Suparno 2001: 88), menyebutkan bahwa tahap operasi

formal (formal operations) merupakan tahap terakhir dalam perkembangan

kognitif. Ini terjadi pada umur sekitar 11 atau 12 tahun ke atas. Pada tahap ini,

seorang remaja sudah dapat berpikir logis, berpikir dengan pemikiran teoretis

formal berdasarkan proposisi-proposisi dan hipotesis, dan dapat mengambil

kesimpulan lepas dari apa yang dapat diamati saat itu. Siswa kelas VI SD rata-rata

juga berada dalam tahapan tersebut, pada usia ini mereka sudah mampu berpikir

secara abstrak dalam memahami ilmu yang diberikan kepadanya. Namun dalam

kenyataan di lapangan banyak siswa kelas VI SD yang masih membutuhkan hal

konkret untuk memahami suatu materi walaupun usia mereka sudah berada di

tahap operasi formal. Dari pihak pendidik, guru dituntut untuk menemukan teknis

pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan anak agar pembelajaran

dapat berlangsung dengan baik. Kenyataan di lapangan justru guru yang masih

kesulitan untuk menemukan teknis pembelajaran yang tepat, hal ini dibuktikan

dengan masih terdapat kegiatan belajar mengajar yang belum bermakna bagi

siswa. Belum maksimalnya kegiatan belajar mengajar ini merupakan salah satu

faktor penyebab belum mampunya seorang siswa dalam memahami materi secara

maksimal.

Contoh kasus di atas tengah dialami oleh siswa kelas VI di SD N

(25)

kegiatan wawancara bersama guru kelas pada pertengahan bulan November 2014,

ditemukan bahwa guru masih menggunakan model pembelajaran secara

konvensional saat mengajar mata pelajaran IPA. Guru jarang untuk memberikan

gambaran secara nyata (media pembelajaran). Kegiatan belajar mengajar seperti

ini merupakan salah satu contoh penyebab pembelajaran menjadi belum bermakna

bagi siswa. Hal ini menjadi dasar pemikiran peneliti untuk menciptakan media

pembelajaran yang lebih konkret demi membantu memecahkan masalah yang saat

ini terjadi.

Untuk merealisasikan gagasan tersebut, peneliti terlebih dahulu harus

menganalisis kebutuhan siswa melalui wawancara dan pengisian angket yang

dilakukan pada pertengahan bulan Januari 2014. Kegiatan ini melibatkan 6 orang

siswa kelas VI, yang mengaku bahwa guru jarang sekali menggunakan media

pembelajaran yang inovatif saat membawakan materi mata pelajaran IPA.

Keenam narasumber ini secara tersirat menginginkan suatu hal yang dapat

mengatasi suatu masalah yang mereka rasakan saat ini. Kegiatan ini memunculkan

ide untuk mengadakan media pembelajaran video pada mata pelajaran IPA.

Sebagian besar siswa tersebut menginginkan materi tata surya dikemas dalam

bentuk media pembelajaran video. Para narasumber meyakini bahwa melalui

video, mereka dapat menjumpai atau menemui materi secara lebih nyata di mana

selama ini mereka merasakan kesulitan untuk menjumpainya secara langsung.

Peneliti juga melakukan wawancara kepada kepala sekolah SD N

Karangmloko 2 pada pertengahan bulan Januari 2015. Wawancara ini membahas

(26)

memaparkan bahwa sampai saat ini masih banyak para tenaga pengajar yang

belum mengoptimalkan peranan suatu media pembelajaran dan cenderung

menggunakan model pengajaran konvensional. Kepala sekolah justru memberi

pengakuan bahwa guru di sekolah ini akan menggunakan media pembelajaran jika

beliau-beliau dinilai dalam kemampuan mengajarnya.

Untuk mengkonfirmasi keterangan dari 6 orang siswa saat melakukan

kegiatan analisis kebutuhan siswa, peneliti mengajukan pertanyaan kepada kedua

tenaga pengajar ini dalam waktu yang bersamaan. Pertanyaan yang dilontarkan

peneliti mengenai ketersediaan sarana yang dimiliki sekolah untuk mendukung

pengadaan media pembelajaran video pada mata pelajaran IPA di kelas VI. Kedua

narasumber ini menyebutkan bahwa sekolah ini memiliki sarana yang cukup

lengkap untuk mendukung pengadaan media pembelajaran video (proyektor,

pengeras suara, komputer jinjing atau laptop, dan layar proyektor). Berkat

kelengkapan sarana pendukung dan tanggapan positif yang berikan oleh para

tenaga pengajar ini, maka beliau-beliau menyetujui pengadaan video sebagai

media pembelajaran mata pelajaran IPA.

Pemilihan materi dari para tenaga pengajar tersebut ternyata mengerucut

pada materi tata surya, hal ini senada dengan jawaban dari 6 siswa yang telah

diwawancarai sebelumnnya. Kepala sekolah dan guru kelas VI turut memberi

argumen tambahan masing-masing. Kepala sekolah menuturkan bahwa media

pembelajaran video sangat diperlukan untuk memperjelas materi yang diberikan

kepada siswa dan membuat mereka tidak cepat jenuh saat mengikuti kegiatan

(27)

tata surya sangat tepat, beliau memandang melalui media pembelajaran tersebut

diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas.

Berdasarkan hasil wawancara kepada kepala sekolah, guru kelas VI, dan 6

orang siswa di atas, peneliti memandang perlu adanya video sebagai media

pembelajaran mata pelajaran IPA kelas VI di sekolah dasar. Pengadaan video

sebagai media pembelajaran ini diharapkan mampu menciptakan suasana

pembelajaran yang lebih bermakna pada mata pelajaran IPA kelas VI di lingkup

sekolah dasar. Pengembangan media pembelajaran video semakin selaras dengan

hasil penggalian potensi di SD N Karangmloko 2, yang sekaligus sebagai sampel

dalam penelitian ini. Potensi tersebut berupa adanya sarana yang mendukung

penggunaan media pembelajaran dalam bentuk video di sekolah ini, yaitu:

proyektor, pengeras suara, komputer jinjing atau laptop, dan layar proyektor.

Sebelum mengetahui apakah media pembelajaran tersebut dapat membantu dalam

memecahkan masalah selama ini, peneliti terlebih dahulu harus mengetahui

kualitas video sebagai media pembelajaran. Kualitas media pembelajaran yang

akan disusun peneliti harus dibuktikan secara rasional, sehingga media yang baru

tercipta ini mempunyai dasar dan dapat dipertanggungjawabkan keberadaannya.

Dengan demikian peneliti akan melakukan penelitian dengan judul

“Pengembangan Media Pembelajaran Video pada Mata Pelajaran IPA Materi Tata

Surya Kelas VI Sekolah Dasar.

1.2 Batasan Masalah

Sehubungan dengan keterbatasan waktu dan biaya, peneliti membatasi

(28)

ini adalah bahwa materi yang disajikan dalam video sebagai media pembelajaran

yang dikembangkan difokuskan pada:

1.2.1 Standar Kompetensi/Kompetensi Dasar tentang Bumi dan Alam Semesta.

Standar Kompetensi: Bumi dan Alam Semesta

9. Memahami matahari sebagai pusat tata surya dan interaksi bumi dalam tata

surya

Kompetensi Dasar: 9.1 Mendeskripsikan sistem tata surya dan posisi penyusun

tata surya.

1.2.2 Dalam penelitian ini produk yang akan dikembangkan adalah media

pembelajaran video dengan materi tata surya.

1.2.3 Subjeknya yaitu kelas VI SD N Karangmloko 2 tahun ajaran 2014/2015.

1.3 Rumusan Masalah

1.3.1 Bagaimanakah prosedur pengembangan media pembelajaran video pada

mata pelajaran IPA materi tata surya kelas VI SD N Karangmloko 2 ?

1.3.2 Bagaimanakah kualitas media pembelajaran video pada mata pelajaran

IPA materi tata surya kelas VI SD N Karangmloko 2 ?

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Mengembangkan media pembelajaran video pada mata pelajaran IPA

materi tata surya kelas VI SD N Karangmloko 2.

1.4.2 Mengetahui kualitas media pembelajaran video pada mata pelajaran IPA

(29)

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoretis

1.5.1.1 Sebagai sumbangan pemikiran dalam dunia pendidikan dan ilmu

pengetahuan pada umumnya, serta dunia pendidikan sekolah dasar pada

khususnya terutama dalam hal penggunaan video sebagai media pembelajaran.

1.5.1.2 Sebagai bahan referensi bagi peneliti-peneliti lain yang ingin

memajukan dunia pendidikan sekolah dasar kelas atas melalui pengembangan

video sebagai media pembelajaran.

1.5.2 Manfaat Praktis

1.5.2.1 Bagi Siswa

1.5.2.1.1 Melalui penelitian pengembangan ini siswa mendapatkan fasilitas

belajar yang baru, yaitu berupa media pembelajaran video.

1.5.2.1.2 Dengan adanya fasilitas belajar baru tersebut, diharapkan siswa kelas

VI akan merasa senang dalam mengikuti berbagai kegiatan pembelajaran di

sekolah dan semakin siap dalam menghadapi ujian nasional dan ujian sekolah.

1.5.2.2 Bagi Guru

1.5.2.2.1 Untuk menambah pengetahuan mengenai pemberian materi tata surya

dengan menggunakan media pembelajaran video dalam meningkatkan

pemahaman materi tersebut bagi siswa kelas VI sekolah dasar.

1.5.2.2.2 Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran sehingga menjadi

(30)

1.6 Spesifikasi Produk

1.6.1 Media pembelajaran ini berbentuk video yang dikembangkan atas dasar

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan tahun 2006 dengan standar kompetensi 9.

Memahami matahari sebagai pusat tata surya dan interaksi bumi dalam tata surya.

Kompetensi dasar 9.1 Mendeskripsikan sistem tata surya dan posisi penyusun tata

surya.

1.6.2 Media pembelajaran video ini berisikan materi tata surya pada mata

pelajaran IPA kelas VI SD dan diberi judul “Tata Surya” dengan durasi 20 menit.

1.6.3 Media pembelajaran video ini juga menampilkan gambar diam dan gambar

bergerak yang dituangkan dalam wujud nyata maupun animasi. Selain itu, video

pembelajaran ini juga menampilkan narasi dalam bentuk teks dan suara.

1.6.4 Untuk menciptkan media pembelajaran tersebut diperlukan perangkat

lunak Audacity, Movie Maker dan Corel VideoStudio Pro X6.

1.6.5 Media pembelajaran video kemudian dikemas dalam bentuk digital video

disc (DVD) dengan format MP4 Video (.mp4) dengan ukuran 800 MB (mega bite). Untuk memutar media pembelajaran dalam bentuk video ini diperlukan personal computer (PC) dengan kapasitas sistem random access memory (RAM)

512 MB (mega bite).

1.6.6 Media dalam bentuk video ini dapat dimanfaatkan secara lebih luas dengan

bantuan proyektor (projector) yang kemudian diproyeksikan dalam layar

proyektor sehingga dapat dilihat bersama. Untuk menunjang dalam hal audio

diperlukan pengeras suara atau speaker active dengan demikian subjek dapat

(31)

1.7 Defenisi Operasional

1.7.1 Media pembelajaran adalah seperangkat alat yang berfungsi untuk

mempermudah penyampaian dan pemahaman materi oleh guru kepada siswa

melalui replika dengan memanfaatkan indera.

1.7.2 Media pembelajaran video adalah media pembelajaran yang menyuguhkan

audio dan visual dalam suatu layar, keduanya berjalan bersamaan karena adanya

teknologi yang pengirimannya memiliki sinyal elektronik yang dapat memberikan

pengetahuan kepada siswa.

1.7.3 Mata pelajaran IPA adalah bidang ilmu pasti yang mempelajari kejadian,

kenampakan, keragaman, dan perubahan yang terjadi di alam semesta.

1.7.4 Materi tata surya adalah pengetahuan mengenai rangkaian benda langit

yang terdiri dari bintang, planet, satelit, komet, meteoroid, planetoid, dan benda

langit lain, di mana terdapat suatu bintang sebagai pusat dari rangkaian tata surya

tersebut.

1.7.5 Siswa kelas VI sekolah dasar adalah pembelajar yang berada dalam tahap

akhir pendidikan dasar, rata-rata berumur 11-12 tahun sehingga mampu berpikir

secara abstrak dengan mempertimbangkan akal sehat dan rasional serta bertepatan

(32)

10 BAB II

LANDASAN TEORI

Dalam landasan teori ini akan mengkaji tentang kajian pustaka, penelitian

yang relevan, kerangka berpikir, dan pertanyaan penelitian.

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Media Pembelajaran

2.1.1.1 Pengertian media pembelajaran

Munadi (2013: 7-8) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah

segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber

secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif di mana

penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif. Antinah

(2010: 5) menambahkan bahwa media pembelajaran adalah setiap orang, bahan,

alat, atau peristiwa yang dapat menciptakan kondisi yang memungkinkan

pembelajar untuk menerima pengetahuan, ketrampilan, dan sikap. Sementara itu

Susilana (2007: 206) meyimpulkan bahwa (a) media pembelajaran merupakan

wadah dari pesan, (b) materi yang ingin disampaikan adalah pesan pembelajaran,

(c) tujuan yang ingin dicapai ialah proses pembelajaran. Selanjutnya penggunaan

media secara kreatif akan memperbesar kemungkinan bagi siswa untuk belajar

lebih banyak, menerapkan apa yang dipelajarinya lebih baik, dan meningkatkan

penampilan dalam melakukan ketrampilan sesuai dengan yang menjadi tujuan

pembelajaran. Dari beberapa pendapat tersebut, media pembelajaran dalam

penelitian ini diartikan sebagai suatu alat peraga, sarana, prasarana, alat bantu, dan

(33)

untuk memahami materi yang diajarkan oleh dosen dan guru sebagai pemberi.

Media pembelajaran ini mempunyai fungsi untuk mengkonkretkan pikiran para

mahasiswa dan siswa sebagai penerima. Jadi media pembelajaran telah dijadikan

sebagai jembatan dalam membantu mahasiswa dan siswa untuk belajar demi

meningkatkan prestasi belajarnya karena kegiatan pembelajaran menjadi lebih

kreatif dan efektif, terutama bagi siswa SD yang dirasa kesusahan jika harus

berpikir secara abstrak.

2.1.1.2 Manfaat media pembelajaran

Kustandi dan Sutjipto (2011: 21) menerangkan bahwa penggunaan media

pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran akan sangat membantu

efektivitas proses pembelajaran dan penyampaian pesan atau isi pelajaran pada

saat itu. Di samping itu, media pembelajaran juga dapat membantu siswa

meningkatkan pemahaman, menyajikan data, memadatkan informasi, serta

membangkitkan motivasi dan minat siswa dalam belajar. Secara umum,

kedudukan media dalam sistem pembelajaran adalah: (a) alat bantu; (b) alat

penyalur pesan; (c) alat penguatan atau reinforcement; dan (d) wakil guru dalam

menyampaikan informasi secara lebih teliti, jelas, dan menarik. Arsyad (2014: 19)

mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar

mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan

motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa

pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Sementara itu Sudjana dan Rivai (2011: 2)

(34)

1. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat

menumbuhkan motivasi belajar.

2. Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami

oleh para siswa dan memungkinkannya siswa menguasai dan mencapai tujuan

pembelajaran.

3. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikatif verbal

melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru

tidak kehabisan tenaga, apalagi bila guru mengajar untuk setiap jam pelajaran.

4. Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya

mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati,

melakukan, mendemonstrasikan, dan lain-lain.

Arsyad (2014: 29-30) menambahkan bahwa beberapa manfaat praktis dari

penggunaan media pembelajaran di dalam proses belajar mengajar sebagai

berikut:

1. Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi

sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar.

2. Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak

sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung

antara siswa dan lingkungannya, dan kemungkinan siswa untuk belajar

sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya.

3. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan waktu.

4. Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa

(35)

terjadinya interaksi langsung dengan guru, masyarakat, dan lingkungannya

misalnya melalui karyawisata, kunjungan-kunjungan ke museum atau kebun

binatang.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan manfaat

dari media pembelajaran yaitu untuk membantu siswa dalam memahami materi

yang diberikan oleh guru karena media pembelajaran tersebut bersifat

memperjelas materi ajar. Media pembelajaran juga menjadi jalan pintas bagi guru

untuk memberikan suatu materi yang sifatnya terbatas oleh indera, ruang, dan

waktu sehingga melalui media pembelajaran ini siswa dapat mengetahui dan

memahami materi sesuai kenyataan yang terjadi. Media pembelajaran mampu

memberikan suasana baru bagi siswa sehingga memberikan dampak positif bagi

siswa maupun guru. Siswa menjadi lebih semangat lagi dalam proses belajarnya

karena guru tidak mengajar secara monoton. Dapat menumbuhkan minat belajar

siswa sehingga prestasi belajarnya juga akan meningkat. Guru menjadi terbantu

dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar jika menggunakan media

pembelajaran karena dapat menghemat tenaga dan mampu memberikan motivasi

baru bagi siswa untuk tetap belajar.

2.1.1.3 Klasifikasi media pembelajaran

Antinah (2010: 2) mengklasifikasikan media pembelajaran menjadi 3

yaitu: (1) media visual yang terdiri media visual tidak diproyeksikan dan media

visual yang diproyeksikan, (2) media audio, dan (3) media audio visual. Munandi

(2013: 54) menjelaskan bahwa media pembelajaran yang melibatkan indera

(36)

yang melibatkan indera penglihatan (mata) saja kita sebut sebagai media visual,

dan media pembelajaran yang melibatkan keduanya dalam satu proses

pembelajaran kita sebut sebagai media audio visual. Kemudian, bila dalam proses

pembelajaran tersebut melibatkan banyak indera dalam arti tidak hanya telinga

dan mata saja maka yang demikian itu kita namakan sebagai multimedia. Dengan

demikian, media dalam proses pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi 4

kelompok besar, yakni media audio, media visual, media audio visual, dan

multimedia. Sementara itu berdasarkan pengembangan teknologi, Arsyad (2014:

31) dapat mengelompokkan media pembelajaran ke dalam 4 kelompok, yaitu: (1)

media hasil teknologi cetak, (2) media hasil teknologi audio visual, (3) media

hasil teknologi yang berdasarkan komputer, dan (4) media hasil gabungan

teknologi cetak dan komputer. Dari beberapa pengelompokan media pembelajaran

yang dikemukakan di atas, Sukiman (2012: 46-47) menyimpulkan bahwa hingga

saat ini belum terdapat suatu kesepakatan tentang klasifikasi (sistem taksonomi)

media pembelajaran yang baku. Dengan kata lain, belum ada taksonomi media

pembelajaran yang berlaku umum dan mencakup segala aspeknya, terutama untuk

suatu sistem instruksional (pembelajaran). Atau memang tidak akan pernah ada

suatu sistem klasifikasi atau pengelompokan yang sahih dan berlaku umum.

Meskipun demikian, apa pun dan bagaimanapun cara yang ditempuh dalam

mengklasifikasikan media pembelajaran, semuanya itu memberikan informasi

tentang spesifikasi media yang sangat perlu kita ketahui. Pengelompokan media

pembelajaran yang sudah ada pada saat ini dapat memperjelas perbedaan tujuan

(37)

memilih media pembelajaran yang sesuai untuk suatu pembelajaran tertentu.

Berdasarkan keterangan yang dijabarkan oleh Sukiman (2012: 46-47), dalam

penelitian ini hanya akan mengkaji media pembelajaran dalam 3 kelompok, yaitu:

media pembelajaran visual, media pembelajaran audio, dan media pembelajaran

audio visual.

Sufanti (2010: 69) mengemukakan bahwa media pembelajaran visual

sering disebut media pandang. Media ini dapat dihayati oleh peserta didik dengan

cara dipandang. Indera penglihatan merupakan indera yang paling penting dalam

pemanfaatan media ini oleh peserta didik. Media pembelajaran visual adalah

media yang terbagi menjadi 2, yaitu: yang diproyeksikan dan tidak diproyeksikan.

Media visual yang diproyeksikan adalah media yang penggunaannya

menggunakan proyektor dan layar untuk memproyeksikan perangkat lunaknya.

Sebaliknya media yang tidak diproyeksikan tidak menggunakan proyektor atau

layar dan cenderung praktis karena tidak menggunakan perangkat-perangkat lain

dalam penggunaannya. Arsyad (2014: 89) mengemukakan bahwa media

pembelajaran visual (image atau perumpamaan) memegang peran yang sangat

penting dalam proses belajar. Media pembelajaran visual dapat memperlancar

pemahaman (misalnya melalui elaborasi, struktur, dan organisasi) dan

memperkuat ingatan. Media pembelajaran visual dapat pula menumbuhkan minat

siswa dan dapat memberikan hubungan antara isi materi pelajaran dengan dunia

nyata. Agar menjadi efektif media pembelajaran visual sebaiknya ditempatkan

pada konteks yang bermakna dan siswa harus berinteraksi dengan visual (image)

(38)

visual bisa berupa: (a) gambar representasi seperti gambar, lukisan atau foto yang

menunjukkan bagaimana tampaknya sesuatu benda; (b) diagram yang melukiskan

hubungan-hubungan konsep, organisasi, dan struktur isi material; (c) peta yang

menunjukkan hubungan-hubungan ruang antara unsur-unsur dalam isi materi; (d)

grafik seperti tabel, grafik, dan chart (bagan) yang menyajikan gambaran/kecenderungan data atau antar hubungan seperangkat gambar atau

angka-angka. Sukiman (2012: 85) juga menjelaskan bahwa media pembelajaran

berbasis visual adalah media pembelajaran yang menyalurkan pesan lewat indera

pandang/penglihatan. Secara umum media pembelajaran berbasis visual dalam

pembahasan ini dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu media grafis dan

media cetak. Media grafis antara lain meliputi media foto, gambar, sketsa, bagan,

grafik, papan tulis, flannel dan buletin, poster dan kartun, peta dan globe. Media

cetak meliputi transparasi (OHP) dan modul.

Sementara itu Sudjana dan Rivai (2011: 129) menjelaskan bahwa yang

dimaksud dari media pembelajaran audio adalah bahan yang mengandung pesan

dalam bentuk auditif (pita suara atau piringan suara), yang dapat merangsang

pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa, sehingga terjadi proses belajar

mengajar. Hal ini senada dengan yang dikemukakan oleh Susilana dan Riyana

(2009: 198) bahwa media audio dapat diartikan sebagai bahan pembelajaran yang

disajikan dalam bentuk auditif yang dapat mempengaruhi pemikiran pembelajar

untuk berpikir, merasakan, memperhatikan, dan menciptakan minat siswa

sehingga terjadi proses belajar mengajar. Penggunaan media audio untuk

(39)

bahasa. Sadiman, dkk (2008: 49) juga menyebutkan bahwa media pembelajaran

audio berkaitan dengan indera pendengaran. Pesan yang disampaikan dituangkan

ke dalam lambang-lambang auditif, baik verbal (ke dalam kata-kata/bahasa lisan)

maupun non verbal. Ada beberapa jenis media pembelajaran yang dapat

dikelompokkan dalam media audio, antara lain radio, alat perekam pita magnetik,

piringan hitam, dan laboratorium bahasa. Sudjana dan Rivai (2011: 129-130)

kembali menjelaskan bahwa karakteristik media pembelajaran audio umumnya

berhubungan dengan segala kegiatan melatih ketrampilan yang berhubungan

dengan aspek-aspek ketrampilan mendengarkan. Pemanfaatan media

pembelajaran audio dalam pengajaran terutama digunakan dalam:

1. Pengajaran music literary (pembacaan sajak), dan kegiatan dokumentasi.

2. Pengajaran bahasa asing, apakah secara audio ataupun secara audio visual.

3. Pengajaran melalui radio atau radio pendidikan.

4. Paket-paket belajar untuk berbagai jenis materi, yang memungkinkan siswa

dapat melatih daya penafsirannya dalam suatu bidang studi.

Menurut Abdulhak dan Darmawan (2013: 84) media pembelajaran audio

visual pada hakikatnya adalah suatu representasi penyajian realitas, terutama

melalui indera penglihatan dan pendengaran yang bertujuan untuk

mempertunjukkan pengalaman-pengalaman pendidikan yang nyata kepada siswa.

Cara ini dianggap lebih tepat, cepat, dan mudah dibandingkan dengan melalui

pembicaraan, pemikiran, dan cerita mengenai pengalaman pendidikan. Abdulhak

dan Darmawan (2013: 85-87) juga menyebutkan bahwa jenis-jenis media

(40)

televisi, tape atau video cassette, laboratorium, dan komputer. Arsyad (2014: 32)

mengemukakan bahwa pengajaran melalui audio visual jelas bercirikan

pemakaian perangkat keras selama proses belajar, seperti mesin proyektor film,

tape recorder, dan proyektor visual yang lebar. Jadi pengajaran melalui audio

visual adalah produksi dan pengunaan materi yang penyerapannya melalui

pandangan dan pendengaran serta tidak seluruhnya tergantung kepada

pemahaman kata pemahaman atau simbol-simbol yang serupa. Arsyad (2014: 29)

menambahkan bahwa media pembelajaran ini dapat mengatasi keterbatasan

indera, ruang dan waktu. Objek atau benda yang terlalu besar untuk ditampilkan

di ruang kelas dapat diganti dengan gambar, foto, slide, realita, film, video, radio,

atau model. Sementara itu Kustandi dan Sutjipto (2011: 30) memaparkan bahwa

media pembelajaran audio visual merupakan cara menghasilkan atau

menyampaikan materi dengan menggunakan mesin-mesin mekanis dan

elektronik, untuk menyajikan pesan-pesan audio visual. Ciri-ciri utama media

pembelajaran audio visual adalah sebagai berikut: (a) bersifat linear, (b)

menyajikan visualisasi yang dinamis, (c) digunakan dengan cara yang telah

ditetapkan sebelumnya oleh perancang atau pembuatnya, (d) merupakan

representasi fisik dari gagasan riil atau gagasan abstrak, (e) dikembangkan

menurut prinsip psikologi behaviorisme dan kognitif, dan (f) umumnya

berorientasi kepada guru, dengan tingkat keterlibatan interaktif siswa yang rendah.

Dari paparan para ahli di atas peneliti dapat menyebutkan bahwa media

pembelajaran terbagi menjadi 3 bagian, yaitu: (1) media visual yang telah terbagi

(41)

dalam penggunaannya misalnya proyektor dan layar, serta yang tidak

diproyeksikan atau dapat dilihat secara langsung). Contoh dari media

pembelajaran visual yang diproyeksikan adalah slide, foto dan gambar dalam

format jpg. Poster, brosur, selebaran, model, gambar dan foto yang sudah tercetak

merupakan contoh dari media pembelajaran visual yang tidak diproyeksikan atau

dapat dilihat secara langsung untuk dapat dinikmatinya. (2) media audio yang

dapat dijadikan sebagai media pembelajaran adalah media pembelajaran dalam

wujud suara. Dapat digunakan melalui alat bantu indera pendengaran dengan cara

didengarkan. Contoh media pembelajaran audio adalah kaset, rekaman suara,

radio, dan laboratorium bahasa. (3) media audio visual atau yang kerap disebut

dengan media pendengaran dan penglihatan. Dapat dinikmati dengan bantuan alat

yang menggabungkan kedua dari alat media visual (gambar, foto, model, dan

teks) dan media audio (rekaman suara dan radio). Media pembelajaran audio

visual dapat kita jumpai dalam wujud realita, video dan film, dimana dalam

penggunaan media pembelajaran ini melibatkan indera penglihatan dan indera

pendengaran dengan sajian yang dinamis. Media pembelajaran yang telah terbagi

menjadi 3 hal ini membantu para pengajar maupun pembelajar dalam memberikan

dan memahami materi yang terbataskan oleh ruang dan waktu serta indera yang

dimiliki oleh manusia.

Secara keseluruhan, media pembelajaran dalam penelitian ini diartikan

sebagai suatu alat atau seperangkat alat yang menjadi jembatan bagi para

pembelajar sebagai penerima untuk memahami materi pelajaran dari para

(42)

pengajar dan pembelajar sehingga kegiatan tersebut menjadi lebih bermakna

karena tercipta suasana yang kreatif dan efektif, terutama bagi golongan

pembelajar yang memiliki keterbatasan dalam berpikir secara abstrak. Media

pembelajaran memiliki manfaat untuk mengkonkretkan suatu hal sehingga materi

dengan mudah dipahami oleh pembelajar. Media pembelajaran juga dapat

mengatasi materi pelajaran yang sifatnya sulit ditemui secara langsung karena

keterbatasan indera, ruang, dan waktu dengan demikian media pembelajaran

mampu membantu tugas pengajar dalam menyajikan materi pelajaran kepada para

pembelajar. Manfaat lain yaitu media pembelajaran dapat menciptakan suasana

positif berupa minat dan semangat pembelajar saat melaksanakan proses belajar

sehingga prestasinya juga diharapkan akan meningkat. Media pembelajaran

diklasifikasikan ke dalam 3 bagian, yaitu: (1) media pembelajaran visual yang

mengirimkan materi melalui aspek pengamatan. Media visual telah terbagi

menjadi 2 bagian (media visual yang diproyeksikan atau menggunakan alat bantu

dalam penggunaannya misalnya proyektor dan layar, serta yang tidak

diproyeksikan atau dapat diamati secara langsung). (2) media pembelajaran audio

yang menyampaikan materi pelajaran dalam wujud suara. (3) media pembelajaran

audio visual atau yang kerap disebut dengan media pendengaran dan penglihatan.

Dapat menyampikan materi pelajaran dengan bantuan alat yang menggabungkan

(43)

2.1.2 Media Pembelajaran Video

2.1.2.1 Video sebagai media pembelajaran

Wind (2014: 1) mengemukakan bahwa video adalah teknologi pengiriman

sinyal elektronik dari gambar bergerak. Aplikasi umum dari video adalah televisi,

tetapi penggunaan video saat ini tidak terbatas pada pertelevisian. Video

merambah juga ilmu pengetahuan, teknik, produksi, dan keamanan. Sementara

Binanto (2014: 179) video adalah teknologi pemrosesan sinyal elektronik yang

mewakilkan gambar bergerak. Aplikasi umum dari video adalah televisi. Video

juga dapat digunakan dalam aplikasi teknik, keilmuan, produksi, dan keamanan.

Dari pendapat para ahli di atas, video dalam penelitian ini diartikan

sebagai tampilan dari gambar yang bergerak dengan bantuan dari sinyal

elektronik. Video juga diartikan sebagai tampilan dari gambar yang bergerak dan

suara yang timbul berjalan bersamaan dengan bergeraknya gambar tersebut,

sesuai dengan kaidah dari dunia pertelevisian saat ini yang menampilkan gambar

bergerak dengan munculnya suara secara bersamaan. Di mana saat ini video telah

merambah ke berbagai hal (teknik, keilmuan, produksi, dan keamanan) dari hal

sebelumnya yaitu dunia pertelevisian.

Sementara itu Riyana (2007: 5) mengemukakan bahwa media video

pembelajaran adalah media yang menyajikan audio dan visual yang berisi

pesan-pesan pembelajaran baik yang berisi konsep, prinsip, prosedur, teori aplikasi

pengetahuan untuk membantu pemahaman terhadap suatu materi pembelajaran.

Video merupakan bahan pembelajaran tampak dengar (audio visual) yang dapat

(44)

dengar kerena unsur dengar (audio) dan unsur visual/video (tampak) dapat

disajikan serentak. Munandi (2013: 113-114) media pembelajaran audio visual ini

dapat dibagi menjadi dua jenis. Jenis pertama, dilengkapi fungsi peralatan suara

dan gambar dalam satu unit, dinamakan media pembelajaran audio visual murni,

seperti film gerak (movie) bersuara, televisi, dan video. Jenis kedua adalah media

pembelajaran audio visual tidak murni yakni apa yang kita kenal dengan slide,

opaque, OHP, dan peralatan visual lainnya bila diberi unsur suara dari rekaman

kaset yang dimanfaatkan secara bersamaan dalam satu waktu atau satu proses

pembelajaran. Sadiman, dkk (2008: 74) menambahkan bahwa video sebagai

media audio visual yang menampilkan gambar gerak sekaligus suara, semakin

lama semakin populer dalam masyarakat kita. Pesan yang disajikan bisa bersifat

fakta (kejadian/peristiwa penting, berita) maupun fiktif (seperti misalnya cerita),

bisa bersifat informatif, edukatif, maupun intruksional.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dalam penelitian ini video dapat

dijadikan sebagai media pembelajaran karena video yang tergolong dalam media

audio visual murni. Di mana dinikmati dengan dipandang dan didengarkan dalam

satu unit, dapat menjadi solusi untuk memberikan gambaran secara nyata melalui

tayangan dari video itu sendiri tanpa harus mencapai keadaan yang sesungguhnya.

Video dijadikan sebagai media belajar di sekolah karena dapat diselipkan

unsur-unsur materi pelajaran dengan pemberian narasi yang dapat membantu

pemahaman dalam menjelaskan materi pelajaran yang digambarkan atau

(45)

2.1.2.2 Keunggulan video sebagai media pembelajaran

Daryanto (2010: 90) mengemukakan bahwa keuntungan menggunakan

media video antara lain: ukuran tampilan video sangat fleksibel dan dapat diatur

sesuai kebutuhan, video merupakan bahan ajar non cetak yang kaya informasi dan

lugas karena dapat sampai kehadapan siswa secara langsung, dan video

menambah suatu dimensi baru terhadap pembelajaran. Sadiman, dkk (2008: 74)

menambahkan bahwa kelebihan video pembelajaran antara lain:

1. Dapat menarik perhatian untuk periode-periode yang singkat dari rangsangan

luar lainnya.

2. Dengan alat perekam pita video sejumlah besar penonton dapat memperoleh

informasi dari ahli-ahli atau spesialis.

3. Demonstrasi yang sulit bisa dipersiapkan dan direkam sebelumnya, sehingga

pada waktu mengajar guru bisa memusatkan perhatian pada penyajiannya.

4. Menghemat waktu dan rekaman dapat diputar berulang-ulang.

5. Kamera TV bisa mengamati lebih dekat objek yang sedang bergerak atau objek

yang berbahaya seperti harimau.

6. Keras lemah suara yang ada bisa diatur dan disesuaikan bila akan disisipkan

komentar yang akan didengar.

7. Gambar proyeksi bisa “dibekukan” untuk diamati dengan seksama. Guru bisa

mengatur di mana dia akan menghentikan gerakan gambar tersebut, kontrol

(46)

Sementara itu Riyana (2007: 11) manfaat dari video pembelajaran akan

timbul jika dalam pengembangan dan pembuatannya harus mempertimbangkan

kriteria sebagai berikut:

1. Tipe Materi

Media video cocok untuk materi pelajaran yang bersifat menggambarkan

suatu proses tertentu, sebuah alur demonstrasi, sebuah konsep atau

mendeskripsikan sesuatu. Misalnya bagaimana membuat cake yang benar,

bagaimana membuat pola pakaian, proses metabolisme tubuh, dan lain-lain.

2. Durasi waktu

Media video memiliki durasi yang lebih singkat yaitu sekitar 20-40 menit

berbeda dengan film yang pada umumnya berdurasi antara 2-3,5 jam. Mengingat

kemampuan daya ingat dan kemampuan berkonsentrasi manusia yang cukup

terbatas antara 15-20 menit, menjadikan media video mampu memberikan

keunggulan dibandingkan dengan film.

Dari pendapat kedua ahli di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa

media pembelajaran dalam bentuk video mempunyai keunggulan yang dapat

dilihat bersama-sama oleh guru dan siswa. Pengaturannya dapat kita atur sesuai

dengan kebutuhan dan bersifat non cetak sehingga memiliki informasi yang lebih

luas. Media video merupakan media yang cocok untuk menggambarkan sesuatu

yang sulit dijangkau oleh siswa bahkan guru karena keterbatasan indera, ruang

dan waktu, bahkan teknologi untuk dapat mempelajarinya langsung di lapangan,

semisal materi tata surya. Video juga mempunyai keunggulan dibandingkan suatu

(47)

memakan waktu berjam-jam, sehingga kemampuan mengingat atau memahami

yang dimiliki manusia (terutama siswa SD) dapat diatasi.

Secara keseluruhan, media pembelajaran video dalam penelitian ini

tergolong dalam kategori media audio visual murni karena menyajikan aspek

penglihatan (visual) dengan dipadukan aspek pendengaran (audio). Dikatakan

media pembelajaran video karena terselip unsur materi pelajaran di mana para

pembelajar menerima materi yang terkandung di dalamnya dengan cara dipandang

dan didengarkan dalam satu unit. Dibutuhkan bantuan sinyal elektronik untuk

menampilkan gambar yang bergerak. Media pembelajaran video memiliki

keunggulan dalam menyajikan materi yang sifatnya sulit dijangkau oleh pengajar

dan pembelajar karena keterbatasan indera, ruang, dan waktu. Media

pembelajaran ini terkemas dalam bentuk piringan pita, sehingga mudah dalam

penyimpanannya. Video memiliki durasi relatif singkat (20-40 menit), sangat

sesuai dengan daya ingat manusia. Media pembelajaran ini juga dapat

dioperasikan dengan menyesuaikan kebutuhan ketika melakukan penyampaian

materi atau demonstrasi.

2.1.3 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

2.1.3.1 Hakikat ilmu pengetahuan alam (IPA)

Herabudin (2010: 102) menjelaskan bahwa ilmu alamiah sering disebut

ilmu pengetahuan alam atau ilmu kealaman, yang dalam bahasa Inggris disebut

natural science atau disingkat science. Ilmu ini merupakan ilmu pengetahuan

yang mengkaji gejala-gejala alam semesta, termasuk bumi sehingga terbentuk

(48)

konsep-konsep dan prinsip-prinsip dasar yang esensial. Nash (dalam Samatowa

2011: 3) menyatakan bahwa ilmu pengetahuan alam itu adalah suatu cara atau

metode untuk mengamati alam. Nash juga menjelaskan bahwa cara ilmu

pengetahuan alam mengamati dunia ini bersifat analisis, lengkap, cermat serta

menghubungkannya antara suatu fenomena dengan fenomena lain, sehingga

keluhurannnya membentuk suatu perspektif yang baru tentang objek yang

diamatinya.

Samatowa (2011: 3) mengemukakan bahwa ilmu pengetahuan membahas

tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis yang didasarkan pada

hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia. Sementara itu

Wonorahardjo (2010: 11) menambahkan bahwa ilmu pengetahuan alam (IPA)

sering disebut dengan singkatan sebagai sains. Sains (Inggris: science) berasal dari

kata latin “scientia” yang berarti (1) pengetahuan tentang, atau tahu tentang; (2)

pengetahuan, pengertian, paham yang benar dan mendalam. Selanjutnya makna

ilmu atau science mengalami perluasan. Dalam perkembangannya sains

digunakan merujuk ke pengetahuan mengenai alam dan mempunyai objek alam

dan gejala-gejala alam yang sering digolongkan sebagai ilmu alam (natural

science). Ilmu alam atau sains sifatnya lebih pasti karena gejala yang diamati

relatif nyata dan terukur. Karenanya ilmu alam sering disebut ilmu pasti atau ilmu

eksakta.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dalam penelitian ini peneliti

mengartikan bahwa sains digunakan untuk menyebut ilmu pengetahuan alam

(49)

dari kata latin, yaitu scientia. Selanjutnya sains digunakan untuk menyebut ilmu

yang mempelajari alam semesta dengan segala isinya (natural science). IPA

merupakan ilmu yang berkaitan dengan peristiwa atau gejala alam dan segala

sesuatu hal yang terkandung di dalamnya dengan bersifat alamiah. Terstruktur

secara sistematis dan terdiri dari susunan yang teratur. Pengetahuan ini tersusun

dalam satu sistem dan saling berkaitan antara satu hal dengan hal yang lainnya.

Ilmu ini bersifat pasti atau eksakta karena pada dasarnya mempunyai pemikiran

yang rasional dan objektif.

2.1.3.2Pendidikan ilmu pengetahuan alam (IPA) di sekolah dasar

Samatowa (2011: 3-4) menjelaskan bahwa ada berbagai alasan yang

menyebabkan satu mata pelajaran itu dimasukkan ke dalam kurikulum suatu

sekolah. Alasan itu dapat digolongkan menjadi empat golongan yakni: a) bahwa

ilmu pengetahuan alam berfaedah bagi suatu bangsa, b) bila diajarkan ilmu

pengetahuan alam menurut cara yang tepat, maka ilmu pengetahuan alam

merupakan suatu mata pelajaran yang memberikan kesempatan berpikir kritis, c)

bila ilmu pengetahuan alam diajarkan melalui percobaan-percobaan yang

dilakukan sendiri oleh anak, maka ilmu pengetahuan alam tidaklah merupakan

mata pelajaran yang bersifat hafalan belaka, d) mata pelajaran ini mempunyai

nilai-nilai pendidikan yaitu mempunyai potensi yang dapat membentuk

kepribadian anak secara keseluruhan. Ilmu pengetahuan alam melatih anak dalam

(50)

Sementara itu dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Tahun 2006

(KTSP 2006). Mata pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki

kemampuan sebagai berikut:

1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa

berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.

2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang

bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya

hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan

masyarakat.

4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,

memecahkan masalah dan membuat keputusan.

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan

melestarikan lingkungan alam.

6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya

sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar

untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

Ward (2010: 17) mengemukakan bahwa agar pembelajaran menjadi

efektif, pembelajar perlu dilibatkan dalam seluruh proses, termasuk seluruh

keputusan perencanaan dan penilaian. Paolo dan Marten (dalam Samatowa 2011:

5), menyebutkan bahwa pengajaran ilmu pengetahuan alam yang paling tepat

(51)

ketrampilan-ketrampilan proses ilmu pengetahuan alam dan yang perlu

dimodifikasikan sesuai dengan tahap perkembanagn kognitifnya. Berikut ini

adalah ketrampilan proses sains: (1) mengamati, (2) mencoba memahami apa

yang diamati, (3) mempergunakan pengetahuan baru untuk meramal apa yang

terjadi, (4) menguji ramalan-ramalan di bawah kondisi-kondisi untuk melihat

apakah ramalan tersebut benar. Samatowa (2011: 6) menambahkan bahwa dalam

ilmu pengetahuan alam anak-anak dan kita harus tetap bersikap skeptis sehingga

kita selalu siap memodifikasi model-model yang kita punyai tentang alam ini

sejalan dengan penemuan-penemuan baru yang kita dapatkan.

Berdasarkan pendapat dari para ahli dan tujuan pemberian mata pelajaran

ilmu pengetahuan alam di SD/MI seperti yang dijelaskan pada Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan Tahun 2006 (KTSP 2006), peneliti memandang bahwa mata

pelajaran tersebut memang sangat tepat jika diberikan kepada anak sejak mereka

berada dalam usia sekolah dasar. Dalam penelitian ini peneliti berpendapat bahwa

guru harus dituntut untuk lebih kreatif dan aktif dalam memberikan bahan ajar

mata pelajaran ilmu pengetahuan alam. Dengan menjadi fasilitator yang baik,

tentu guru dapat menciptakan pembelajaran yang bermakna karena mampu

melibatkan siswa dalam setiap proses pembelajaran. Apabila guru berperan secara

maksimal sebagai seorang fasilitator bagi siswanya di sekolah maupun luar

sekolah, tentu diharapkan siswa tersebut tumbuh menjadi pelajar dan kemudian

menjadi manusia yang mempunyai pengaruh positif dalam memanfaatkan,

mengelola, dan melestarikan lingkungan alam disekitarnya sehingga bermanfaat

(52)

manusia dewasa mempunyai konsep dan pemikiran rasional serta tetap taat

kepada Sang Pencipta tanpa melanggar perintah-Nya ketika memanfaatkan alam.

2.1.4 Tata Surya

Berdasarkan paparan yang dijelaskan oleh Admiranto (2013: 7-12) ilmu

astronomi telah dipelajari terdahulu oleh beberapa bangsa seperti bangsa Mesir,

Babilonia, Tiongkok, Yunani sejak jaman dahulu mempelajari tentang

benda-benda langit dan pergerakannya. Thales dari Miletus (sekitar 629 – 555 SM) yang

sering disebut sebagai filsuf Yunani dan astronom pertama telah berhasil

mengembangkan metoda survey dan trigonometri untuk diterapkan dalam

memahami benda-benda langit serta memberikan gambaran tentang alam semesta

secara akal sehat (tanpa bersifat supernatural). Tokoh lain setelah Thales adalah

Pythagoras (580-500 SM) mengembangkan gagasan bahwa alam semesta

mengikuti hukum yang bersifat kuantitatif.

Pythagoras menyatakan bahwa masing-masing benda langit, yakni bulan,

matahari, bumi, dan planet-planet, terletak pada bola-bola konsentris (sepusat)

yang berputar mengitari pusat alam semesta (api semesta). Setelah Pythagoras,

tokoh-tokoh lain yang berperan dalam perkembangan kosmologi Yunani Kuno

adalah Plato, Eudoxus, dan Aristoteles. Plato berpendapat bahwa lingkaran dan

bola adalah bentuk geometri paling sempurna. Oleh sebab itu, ia berpendirian

bahwa semua benda langit bergerak dalam lintasan berbentuk lingkaran karena

mereka semua diciptakan oleh makhluk paling sempurna, Tuhan. Menurutnya,

semua benda langit bergerak mengitari bumi yang bulat dalam lintasan berbentuk

Gambar

Tabel 4.6.
Gambar 2.1. Literature Map dari Penelitian Terdahulu
Gambar 3.2. Model Pengembangan
Tabel 3.1. Lembar Observasi Kelas Aspek yang Diamati
+7

Referensi

Dokumen terkait

berkat dan rahmat- Nya, sehingga skripsi yang berjudul “ PENGEMBANGAN MEDIA KARTU DOMINO MODIFIKASI PADA MATA PELAJARAN IPA UNTUK MATERI STRUKTUR AKAR DAN BATANG

Tujuan pengembangan dari penelitian ini adalah untuk: (1) Mengetahui tahapan pengembangan media video pembelajaran pada mata pelajaran Ilmu Gizi dengan materi

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan produk multimedia pembelajaran interaktif pada mata pelajaran IPA materi pengenalan struktur bumi yang layak digunakan untuk

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan produk multimedia pembelajaran yang layak pada mata pelajaran IPA materi sistem tata surya kelas VI Sekolah Dasar Negeri

Penelitian ini bertujuan untuk: 1 mengetahui langkah-langkah pengembangan media pembelajaran Berbasis Web Offline Pada Mata Pelajaran IPA Materi Bumi dan Gerakannya Kelas VI MI

Berdasarkan proses dan hasil dari pengembangan media video pembelajaran terhadap hasil belajar IPA siswa kelas IV Sekolah Dasar dengan materi alat indera

Namun setelah memahami media flashcard yang dikembangkan sehingga membuat seluruh guru setuju bahwa media flashcard ini penting dibuatkan media flashcard IPA pada materi tata surya

Pengembangan Media Video Animasi Pembelajaran Berbasis Powtoon Pada Kelas 2 Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Disd.. Pengaruh Penggunaan