• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.5 Kajian Produk Akhir

Penelitian ini menggunakan model penelitian pengembangan (Research

and Development). Produk penelitian pengembangan ini berupa media

pembelajaran video. Dalam video tersebut menampilkan materi mata pelajaran

IPA kelas VI SD tentang tata surya. Media pembelajaran video telah

dikembangkan sesuai dengan prosedur dan tujuan yang ingin dicapai dalam

penelitian ini, yaitu untuk mengetahui kualitas video sebagai media pembelajaran.

Apabila diketahui bahwa media pembelajaran video ini memiliki kualitas baik,

maka media pembelajaran tersebut dapat dimanfaatkan untuk menciptakan

suasana pembelajaran yang lebih bermakna bagi siswa kelas VI di SD N

Karangmloko 2 ketika belajar mata pelajaran IPA. Media pembelajaran video

didukung dengan teori perkembangan menurut Piaget, teori media pembelajaran,

teori video, hakikat IPA, dan teori tata surya.

Pengembangan produk tersebut hanya sampai pada tahap ujicoba

pemakaian, dengan artian media pembelajaran video telah tercipta saat peneliti

selesai melakukan tahap ujicoba pemakaian. Hal tersebut terjadi karena subjek

penelitian tidak memberikan komentar dan saran, mereka justru menyampaikan

keterangan bahwa video yang disaksikannya telah membantu memahami materi

tata surya pada mata pelajaran IPA. Dengan adanya media pembelajaran video ini,

para subjek mengaku bahwa mereka sangat senang dan tidak cepat bosan atau

lelah saat mengikuti kegiatan belajar mengajar IPA. Pengembangan produk ini

tidak sampai pada tahap produksi masal. Pembatasan tersebut dikarenakan

keterbatasan waktu dan beaya yang dialami oleh peneliti. Pengembangan media

pembelajaran video telah dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu mulai dari

tahap analisis kebutuhan, tahap pengembangan (mendesain produk), tahap

validasi oleh narasumber ahli, tahap revisi desain, tahap ujicoba produk, tahap

revisi produk, kemudian diakhiri dengan tahap ujicoba pemakaian.

Media pembelajaran yang berhasil dikembangkan oleh peneliti didasarkan

hasil penggalian potensi dan masalah serta hasil analisis kebutuhan. Penerapan

media pembelajaran video di sekolah ini sangatlah mudah. Kemudahan ini karena

sarana yang dimiliki oleh sekolah cukup lengkap. Sarana yang mendukung

penerapan media pembelajaran video berupa proyektor, layar proyektor, dan

pengeras suara. Sarana inilah yang kemudian disebut potensi oleh peneliti. Sarana

masalah. Salah satu masalah yang timbul di sekolah ini, yaitu belum bermaknanya

proses pembelajaran pada mata pelajaran IPA yang dialami oleh siswa kelas VI.

Setelah menggali potensi dan masalah yang ada ditempat ini, peneliti kemudian

melakukan kegiatan analisis kebutuhan dengan melibatkan 2 orang tenaga

pendidik dan 6 orang siswa kelas VI SD N Karangmloko 2. Kedua tenaga

pengajar dan 5 dari 6 orang siswa mengaku menghendaki adanya media

pembelajaran video yang kemudian akan dikembangkan oleh peneliti.

Produk yang dikembangkan berupa media pembelajaran video telah

berhasil didesain oleh peneliti dan kemudian didistribusikan kepada narasumber

ahli untuk dinilai. Desain produk yang dikembangkan oleh peneliti mendapatkan

nilai rata-rata dari narasumber ahli sebesar 2,94 dengan kualifikasi “baik”. Narasumber ahli menyimpulkan bahwa media pembelajaran ini layak untuk

digunakan / uji coba lapangan dengan revisi. Setelah direvisi, video pembelajaran

yang peneliti kembangkan mengalami beberapa perubahan sesuai saran yang

diberikan oleh tim ahli. Perubahan-perubahan tersebut antara lain ditambahkannya

pengisian suara sebagai narasi yang dilakukan oleh dua orang narator (pria dan

wanita), setiap narator mengisi suara secara bergantian. Video dibagi menjadi tiga

bagian, yaitu bagian awal, tengah, dan akhir. Bagian awal yang berisi judul dan

obyek sasaran video, nama penyusun, pencantuman standar kompetensi dan

kompetensi dasar sesuai kurikulum materi yang digunakan, serta tujuan dari

pemutaran video ini. Bagian inti tediri dari isi materi tata surya yang terdiri dari

sesi penayangan submateri atau sebelum pindah ke submateri berikutnya. Bagian

penutup berisikan daftar pustaka dalam pembuatan video ini.

Ketika melakukan ujicoba produk, peneliti melakukannya secara terbatas.

Peneliti hanya melibatkan sebagian kecil dari populasi yang ada, yaitu dengan

mengikutsertakan 9 orang siswa kelas VI sebagai subjek. Dalam ujicoba produk

ini, media pembelajaran video mendapatkan nilai rata-rata sebesar 3,2 dengan

kualifikasi “baik”. Saat melakukan wawancara pada tahap ini, seorang subjek mengaku merasa sedikit bosan. Kebosanan yang ia rasakan karena masih terdapat

gambar yang diulang-ulang dan meminta agar gambar tersebut tidak terlalu

banyak diulang. Sesuai masukan dari seorang subjek ini, maka peneliti kembali

melakukan revisi. Dalam melakukan revisi, peneliti mengurangi tampilan gambar

yang dirasa terlalu sering diulang. Suatu gambar tidak hanya mewakilkan satu

konten saja. Hal tersebut dilakukan oleh peneliti dengan pertimbangan suatu

gambar dapat mewakilkan beberapa konten materi. Setelah selesai melakukan

revisi ini, peneliti melakukan kegiatan ujicoba pemakaian dengan melibatkan

seluruh siswa kelas VI SD N Karangmloko 2 sebagai subjek. Pada tahap ini,

media pembelajaran video mendapatkan nilai rata-rata sebesar 3,26 dengan

kualifikasi “sangat baik”. Peneliti juga melakukan kegiatan wawancara dengan

tujuan mengetahui tanggapan siswa mengenai media pembelajaran yang baru saja

mereka saksikan. Semua narasumber mengaku bahwa video yang disaksikannya

telah mewujudkan kemudahan saat belajar materi tata surya dalam mata pelajaran

sebagai media pembelajaran dan merasa terbantu dalam memahami materi yang

disampaikan.

Produk yang berhasil dikembangkan peneliti berupa media pembelajaran

video dengan total durasi 23 menit 27 detik. Video pembelajaran dikemas dalam

bentuk digital video disc (DVD) yang diberi judul “Tata Surya”. Dalam video pembelajaran ini terdapat video, gambar (nyata dan animasi), narasi (teks dan

suara), backsound, dan soal latihan yang ditampilkan seusai sub materi selesai

disuguhkan. Dalam pelaksanaannya siswa diminta untuk menyaksikan video

dengan seksama, dilanjutan dengan menjawab soal latihan yang tercantum seusai

sub materi selesai diputarkan dan seterusnya sampai video ini selesai. Media

pembelajaran dalam bentuk video ini tentu saja sangat membantu bagi siswa yang

model belajarnya mengutamakan indera penglihatan sekaligus indera

pendengaran. Selain membentu siswa yang model belajarnya mengutamakan dua

indera (penglihatan sekaligus pendengaran), adanya suara dalam media

pembelajaran ini juga dapat membantu siswa yang model belajarnya

mengutamakan indera pendengaran tanpa mengutamakan indera penglihatan.

Dengan visualisasi yang nyata ataupun animasi dalam video ini juga akan

mempermudah bagi siswa yang mengutamakan indera penglihatan dalam prosesi

belajarnya. Bahkan bagi siswa kelas VI sekolah dasar yang masih membutuhkan

hal konkret dalam proses belajarnya akan sangat terbantu dengan adanya media

Dokumen terkait