Proses belajar yang dijalani siswa pada akhirnya akan terlihat dalam capaian hasil belajar siswa. Hasil belajar yang diperoleh siswa tersebut tidak hanya menjadi bahan evalusi bagi siswa yang bersangkutan saja tetapi dapat juga menjadi evaluasi bagi guru dan pihak sekolah.
a. Pengertian Hasil Belajar
Ada beberapa pendapat tentang pengertian hasil belajar. Menurut Khuluqo (2017: 7) hasil belajar ditandai dengan adanya “perubahan”, yaitu
commit to user
perubahan yang terjadi di dalam diri seseorang setelah melalui proses pembelajaran. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009: 3), hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar.
Menurut Sudjana (2012: 22), hasil belajar adalah kemampuan- kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Menurut Widoyoko (2014: 25), hasil belajar adalah berbagai perubahan yang terjadi pada diri siswa sebagai akibat kegiatan pembelajaran yang bersifat non- fisik seperti perubahan sikap, pengetahuan maupun kecakapan. Menurut Susanto (2013: 5), hasil belajar merupakan perubahan- perubahan yang terjadi pada diri peserta didik baik yang menyangkut ranah kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar. Berdasarkan pengertian tersebut dapat diartikan bahwa hasil belajar adalah pencapaian atau perubahan sikap, pengetahuan maupun kecakapan peserta didik yang diperoleh setelah melalui proses pembelajaran.
b. Hasil Belajar Ranah Pengetahuan
Disisi lain, ada beberapa pendapat juga tentang pengertian aspek pengetahuan atau kognitif. Menurut Sudaryono (2012: 43), ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan otak. Menurut Sudijono (2008: 49), ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Menurut Sukardi (2012: 75), domain kognitif merupakan proses pengetahuan yang lebih banyak didasarkan perkembangannya dari persepsi, introspeksi, atau memori siswa. Menurut Sudjana (2012: 22), ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Menurut syah (2013: 65), ranah kognitif adalah ranah kejiwaan yang berpusat di otak yang berhubungan dengan pemahaman, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesengajaan dan keyakinan. Maka dapat diartikan bahwa ranah kognitif mencakup segala upaya yang menyangkut aktivitas otak berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan
commit to user
evaluasi. Berdasarkan pengertian di atas, dapat dipahami bahwa hasil belajar kognitif merupakan pencapaian peserta didik yang diperoleh setelah melalui proses pembelajaran yang berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi yang perkembangannya lebih banyak didasarkan dari persepsi, introspeksi, atau ingatan siswa.
c. Hasil Belajar Ranah Sikap
Menurut Sudaryono (2012: 46), ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Menurut Sudjana (2012: 29), tipe hasil belajar afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman, kebiasaan belajar dan hubungan sosial. Menurut Sudijono (2008: 54), ciri- ciri hasil belajar afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku, seperti:
perhatiannya terhadap mata pelajaran, kedisiplinannya, motivasinya, rasa hormat pada guru. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009: 205), tujuan ranah afektif berhubungan dengan hierarki perhatian, sikap, penghargaan nilai, perasaan, dan emosi. Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat disintesiskan bahwa hasil belajar ranah sikap dapat diamati melalui sikap, motivasi, kebiasaan belajar dan cara bersosialisasi dengan guru dan teman sebayanya.
d. Hasil Belajar Ranah Keterampilan
Menurut Sudjana (2012: 30), hasil belajar psikomotorik tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Menurut Sudaryono (2012: 47), ranah keterampilan adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Menurut Suudijono (2008: 58), hasil belajar psikomotor sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif (memahami sesuatu) dan afektif (yang baru tampak dalam bentuk kecenderungan- kecenderungan untuk berperilaku). Menurut Dimyati dan
commit to user
Mudjiono (2009: 207), tujuan ranah psikomotorik berhubungan dengan keterampilan motorik, manipulasi benda atau kegiatan yang memerlukan koordinasi saraf dan koordinasi badan. Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat diartikan bahwa hasil belajar aspek keterampilan meliputi kecakapan dan kemampuan bertindak seseorang setelah menerima pengalaman belajar tertentu.
e. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Faktor- faktor yang mempengaruhi hasil belajar banyak jenisnya tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern dan ekstern yang mempengaruhi hasil belajar diantaranya sebagai berikut:
1) Faktor- faktor Intern
Menurut Slameto (2003: 54), faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Pengertian tersebut selaras dengan yang dikemukakan oleh Dimyati dan Mudjiono (2009: 238) yang menyatakan bahwa faktor intern merupakan faktor- faktor yang dialami dan dihayati oleh siswa. Menurut Baharuddin dan Wahyuni (2015: 23), faktor intern adalah faktor- faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat mempengaruhi hasil belajar. Berdasarkan pengertian tersebut maka faktor intern adalah faktor yang bersumber dari dalam diri seseorang yang dapat mempengaruhi hasil belajar.
Faktor- faktor intern yang mempengaruhi hasil belajar adalah sebagai berikut:
a) Faktor fisiologis
Menurut Baharuddin dan Wahyuni (2015: 23), faktor- faktor fisiologis adalah faktor- faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu yang meliputi kondisi tonus jasmani dan keadaan fungsi jasmani/ fisiologis. Menurut Syah (2013: 130), aspek fisiologis mencakup kondisi umum kesehatan jasmani dan organ- organ khusus seperti indera pendengar dan indera penglihatan. Menurut Slameto
commit to user
(2003: 54) dan Khuluqo (2017: 33), faktor fisiologis atau faktor jasmaniah mencakup faktor kesehatan dan cacat tubuh. Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat disintesiskan bahwa faktor fisiologis adalah kondisi kesehatan jasmani dan keadaan fungsi organ- organ tubuh yang berpengaruh terhadap proses maupun prestasi belajar siswa.
b) Faktor Psikologis
Menurut Buharuddin dan Wahyuni (2015: 24), faktor- faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat mempengaruhi proses belajar. Menurut Syah (2013: 131) faktor psikologis adalah faktor- faktor rohaniah yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan hasil belajar siswa. Ada beberapa faktor psikologis yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa, diantaranya adalah:
Kecerdasan/ inteligensi
Menurut Slameto (2003: 56), inteligensi merupakan kecakapan yang terdiri dari kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui atau menggunakan konsep yang abstrak dengan efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009: 245), intelegensi merupakan rangkuman kecakapan untuk dapat bertindak secara terarah, berpikir secara baik, dan bergaul dengan lingkungan secara efisien. Menurut Khuluqo (2017: 34), inteligensi (IQ) atau tingkat kecerdasan siswa sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar. Semakin tinggi kemampuan inteligensi siswa maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses demikian juga sebaliknya semakin rendah kemampuan inteligensi siswa maka semakin kecil peluangnya untuk memperoleh sukses. Menurut Baharuddin dan Wahyuni (2015: 24), kecerdasan diartikan sebagai kemampuan psiko- fisik dalam
commit to user
mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui cara yang tepat.
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disintesiskan bahwa kecerdasan atau inteligensi bukan hanya kemampuan otak saja melainkan juga kualitas organ- organ tubuh lainnya. Semakin tinggi kemampuan inteligensi siswa maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses demikian juga sebaliknya.
Motivasi
Menurut Syah (2013: 134), motivasi adalah keadaan internal organisme baik manusia ataupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Menurut Baharuddin dan Wahyuni (2015: 27), motivasi diartikan sebagai pengaruh kebutuhan- kebutuhan dan keinginan terhadap intensitas dan arah perilaku seseorang. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009: 239), motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses belajar.
Menurut Sutikno (2013: 69), motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas- aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan.
Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat dikatakan bahwa motivasi adalah dorongan seseorang untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu.
Sikap
Menurut Syah (2013: 132), sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara yang relatif tetap terhadap terhadap objek orang, barang, dan sebagainya baik positif maupun negatif. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009: 239), sikap merupakan kemampuan memberikan penilaian tentang sesuatu yang mengakibatkan terjadinya sikap menerima, menolak atau mengabaikan.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat diartikan bahwa sikap merupakan reaksi seseorang terhadap objek tertentu yang
commit to user
mengakibatkan terjadinya sikap menerima, menolak atau mengabaikan.
Minat
Menurut Khuluqo (2017: 35), minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh. Menurut Slameto (2003: 57), minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Pengertian lain mendefinisikan minat sebagai kecenderungan atau kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu (Syah, 2013: 133; Baharuddin dan Wahyuni, 2015: 29). Berdasarkan pengertian tersebut dapat disintesiskan bahwa minat adalah kecenderungan atau ketertarikan untuk melakukan sesuatu.
Bakat
Menurut Khuluqo (2017: 35), bakat merupakan kecakapan potensial yang bersifat khusus, yaitu khusus dalam suatu bidang atau kemampuan tertentu. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009: 247), bakat membuat seseorang lebih mudah dalam belajar dari pada orang yang tidak berbakat. Menurut Slameto (2003: 57), bakat adalah kemampuan untuk belajar yang baru akan terealisasi menjadi kecakapan sesudah belajar atau berlatih. Menurut Syah (2013: 133), bakat adalah kemampuan potensial untuk mencapai prestasi.
Menurut Baharuddin dan Wahyuni (2015: 31), bakat adalah kemampuan seseorang yang menjadi salah satu komponen yang diperlukan dalam proses belajar seseorang. Apabila bakat seseorang sesuai dengan bidang yang sedang dipelajarinya, maka bakat itu akan mendukung proses belajarnya sehingga kemungkinan besar ia akan berhasil. Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disintesiskan bahwa bakat adalah potensi kemampuan seseorang yang dapat menjadi kecakapan sesudah belajar atau berlatih.
commit to user
Kematangan
Menurut Khuluqo (2017: 36), kematangan adalah suatu fase dalam pertumbuhan seseorang saat alat- alat tubuh sudah siap untuk menerima kecakapan baru. Namun menurut Slameto (2003: 58), kematangan belum berarti anak dapat melaksanakan kegiatan terus menerus tanpa latihan. Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat disintesiskan bahwa kematangan adalah kondisi kesiapan seseorang untuk menerima kecakapan baru yang ditunjang dengan belajar atau latihan.
Kesiapan
Menurut Khuluqo (2017: 36), kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respon atau bereaksi. Menurut Slameto (2003: 59), kesediaan untuk memberi respon itu timbul dari dalam diri seseorang dan juga berhubungan dengan kematangan, karena kematangan berarti kesiapan untuk melaksanakan kecakapan.
Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat diartikan bahwa kesiapan merupakan kesediaan untuk berekasi yang berkaitan dengan kematangan seseorang.
Berdasarkan paparan di atas maka dapat disintesiskan bahwa faktor- faktor intern yang dapat mempengaruhi hasil belajar adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa yang meliputi faktor inteligensi, motivasi, sikap belajar, minat, bakat, kematangan dan kesiapan.
2) Faktor- faktor Ekstern
Menurut Khuluqo (2017: 37), faktor ekstern adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009: 247), faktor ekstern adalah faktor yang berasal dari lingkungan belajar siswa yang dapat mendorong atau menghambat proses belajar siswa.
Adapun menurut Slameto (2003: 60) dan Khuluqo (2017: 37) faktor- faktor ekstern yang berpengaruh terhadap belajar secara umum
commit to user
dikelompokkan menjadi 3 faktor yaitu faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat. Adapun penjelasannya sebagai berikut:
a) Faktor keluarga
Menurut Khuluqo (2017: 37), faktor keluarga merupakan faktor yang sangat mempengaruhi hasil belajar siswa karena siswa lebih banyak berinteraksi di dalam keluarga dari pada di sekolah. Menurut Slameto (2003: 60), faktor keluarga akan memberikan pengaruh pada proses belajar siswa mulai dari cara orang tua mendidik anaknya, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan. Oleh karena itu sebaiknya keluarga dapat mengkondisikan situasi dan keadaan yang kondusif untuk belajar.
b) Faktor sekolah
Menurut Slameto (2003: 64), faktor sekolah adalah faktor- faktor yang berasal dari lingkungan sekolah yang mempengaruhi proses belajar siswa. Menurut Khuluqo (2017: 41), faktor- faktor sekolah yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa meliputi metode pembelajaran, kurikulum, hubungan antara guru dengan siswa, hubungan antara siswa dengan siswa, waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009), faktor sekolah yang dapat mempengaruhi proses belajar siswa diantaranya adalah guru, prasarana dan sarana pembelajaran, kurikulum sekolah, dan lingkungan sosial siswa di sekolah. Maka, sekolah sebagai tempat belajar siswa perlu dikondisikan sedemikian rupa agar siswa dapat belajar dengan baik.
c) Faktor masyarakat
Menurut Khuluqo (2017: 44), kehidupan masyarakat di sekitar lingkungan siswa merupakan salah satu faktor yang dapat berpengaruh terhadap hasil belajar anak. Jika lingkungannya baik, terdiri atas orang- orang terpelajar, berbudi pekerti baik maka akan berpengaruh baik pula terhadap siswa. Menurut Slameto (2003: 69), masyarakat juga
commit to user
turut andil memberikan pengaruh belajar siswa. Pengaruh tersebut terjadi karena keberadaan siswa dalam masyarakat mulai dari kegiatan siswa dalam masyarakat, teman bergaulnya dan bagaimana bentuk kehidupan di masyarakat.
Menurut Syah (2013: 135) dan Baharuddin dan Wahyuni (2015: 32) faktor ekstern digolongkan menjadi 2 yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan non sosial. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:
a) Lingkungan sosial
Menurut Syah (2013: 135), lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para tenaga kependidikan dan teman- teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa. Menurut Baharuddin dan Wahyuni (2015: 32) hubungan yang harmonis antara guru, tenaga kependidikan dan teman- teman sekelas dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar lebih baik di sekolah.
Selanjutnya menurut Baharuddin dan Wahyuni (2015: 33), kondisi lingkungan sosial masyarakat tempat tinggal siswa juga akan mempengaruhi belajar siswa. Menurut Syah (2013: 135), kondisi masyarakat di lingkungan kumuh yang serba kekurangan dan anak- anak penganggur akan membuat siswa kesulitan ketika membutuhkan teman berdiskusi atau meminjam alat belajar tertentu yang belum dimilikinya.
Tetapi menurut Baharuddin dan Wahyuni (2015: 33), lingkungan social keluarga sangat mempengaruhi kegiatan belajar. Menurut Syah (2013: 135), sifat- sifat orangtua, praktik pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga, dan demografi keluarga dapat memberi dampak baik atau buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai oleh siswa.
b) Lingkungan non sosial
Menurut Syah (2013: 135), faktor- faktor yang termasuk lingkungan non sosial ialah gedung sekolah dan letaknya, rumah
commit to user
tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat- alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa dipandang menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Menurut Baharuddin dan Wahyuni (2015: 33), faktor- faktor yang termasuk lingkungan non sosial adalah lingkungan alamiah, faktor instrumental dan faktor materi pelajaran.
Berdasarkan paparan di atas maka dapat disintesiskan bahwa faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari lingkungan siswa yang dapat berasal dari lingkungan sosial dan lingkungan non sosial siswa.
Lingkungan sosial siswa dapat berasal dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat sedangkan lingkungan non sosial siswa dapat berasal dari lingkungan alamiah, faktor instrumental dan faktor materi pelajaran.
f. Indikator Hasil Belajar Ranah Pengetahuan
Ada beberapa indikator hasil belajar ranah pengetahuan diantaranya adalah sebagai berikut:
1) Pengetahuan
Menurut Daryanto (2012: 103), pengetahuan adalah aspek yang paling dasar dalam taksonomi Bloom dan seringkali disebut aspek ingatan (recall). Menurut Sudaryono (2012: 43), pengetahuan yaitu kemampuan seseorang untuk mengingat atau mengenali kembali tentang nama, istilah, ide, gejala, rumus- rumus, dan sebagainya; mencakup ingatan yang meliputi fakta, kaidah, prinsip serta metode yang diketahui. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009: 26) mencakup kemampuan mengingat tentang hal- hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan yang berkenaan dengan fakta, peristiwa, pengertian, kaidah, teori, prinsip, atau metode. Menurut Sudjana (2012: 23), tipe hasil belajar pengetahuan termasuk ranah kognitif yang paling rendah tingkatannya. Namun, tipe hasil belajar ini menjadi prasyarat bagi tipe hasil belajar berikutnya. Hafal menjadi prasyarat bagi pemahaman.
commit to user
Berdasarkan pengertian di atas diketahui bahwa tipe hasil belajar pengetahuan merupakan tingkatan yang paling dasar dalam ranah kognitif yang mencakup kemampuan mengingat tentang hal- hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan khususnya yang berkenaan dengan fakta, peristiwa, pengertian, kaidah, teori, prinsip, atau metode.
2) Pemahaman
Menurut Farida (2017: 33), pemahaman merupakan proses kognitif yang berkaitan dengan mengkonstruk makna atau pengertian berdasarkan pengetahuan awal yang dimiliki, atau mengintegrasikan pengetahuan yang baru ke dalam skema yang telah ada dalam pemikiran siswa.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009: 27), pemahaman mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal yang dipelajari.
Menurut Sudaryono (2012: 44), pemahaman merupakan kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui atau diingat; mencakup kemampuan untuk menangkap makna dari arti materi yang dipelajari. Menurut Daryanto (2012: 106), pada kemampuan ini siswa dituntut memahami atau mengerti apa yang diajarkan, mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan dan dapat memanfaatkan isinya tanpa keharusan menghubungkannya dengan hal- hal lain. Menurut Sudjana (2012: 24) pemahaman adalah tipe hasil belajar yang lebih tinggi dari pengetahuan yang meliputi pemahaman terjemahan, penafsiran dan pemahaman ekstrapolasi.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disintesiskan bahwa pemahaman adalah tipe hasil belajar yang mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal yang dipelajari tanpa keharusan menghubungkannya dengan hal- hal lain.
3) Penerapan
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009: 27), penerapan mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru. Menurut Sudjana (2012: 25), penerapan atau aplikasi adalah penggunaan abstraksi (ide, teori, atau petunjuk teknis) pada situasi
commit to user
konkret atau situasi baru. Menurut Sudaryono (2012: 44), penerapan adalah kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide- ide umum, metode- metode, prinsip- prinsip, rumus- rumus, teori- teori dan sebagainya dala situasi yang baru dan konkret. Menurut Daryanto (2012: 109), situasi yang digunakan haruslah baru, karena jika tidak demikian maka kemampuan yang diukur bukan penerapan melainkan ingatan semata.
Berdasarkan pengertian di atas maka diketahui bahwa penerapan merupakan tipe hasil belajar kognitif yang mencakup kemampuan menerapkan abstraksi (ide, teori, atau petunjuk teknis) pada situasi yang konkret dan baru.
4) Analisis
Menurut Farida (2017: 45), analisis merupakan kemampuan untuk menguraikan suatu permasalahan atau objek ke unit-unitnya dan menentukan bagaimana saling keterkaitan antar unit- unit tersebut (melakukan analisis unit, hubungan dan pengorganisasian), sehingga struktur informasi dan hubungan antar komponen informasi tersebut menjadi jelas. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009: 27), analisis mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian- bagian sehingga struktur keseluruhannya dapat dipahami dengan baik. Menurut Sudaryono (2012: 45), analisis adalah kemampuan seseorang untuk menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian- bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan diantaranya. Menurut Daryanto (2012: 110), pada jenjang kemampuan analisis seseorang dituntut untuk dapat menguraikan suatu situasi atau keadaan tertentu ke dalam unsur- unsur atau komponen- komponen pembentuknya. Menurut Sudjana (2012: 27), analisis adalah usaha memilah suatu integritas menjadi unsur- unsur atau bagian- bagian sehingga jelas hierarkinya dan atau susunannya sehingga mempunyai pemahaman yang komprehensif.
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disintesiskan bahwa analisis adalah kemampuan sesorang dalam menguraikan suatu kesatuan
commit to user
ke dalam bagian- bagian sehingga menjadi lebih rinci agar jelas hierarkinya dan atau susunannya sehingga dapat dipahami hubungan antar bagian- bagian tersebut.
5) Sintesis
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009: 27), sintesis mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru. Menurut Sudaryono (2012: 45), sintesis adalah kemampuan berpikir yang merupakan kebalikan dari kemampuan analisis; mencakup kemampuan untuk membentuk suatu kesatuan atau pola yang baru, yang dinyatakan dengan membuat suatu rencana,yang menuntut adanya kriteria untuk menemukan pola dan struktur organisasi yang dimaksud. Menurut Sudjana (2012: 27), sintesis adalah penyatuan unsur- unsur atau bagian- bagian ke dalam bentuk menyeluruh. Menurut Daryanto (2012: 112), pada jenjang kemampuan sintesis seseorang dituntut untuk dapat menghasilkan sesuatu yang baru dengan jalan menggabungkan bebagai faktor yang ada.
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat diartikan bahwa sintesis mencakup kemampuan untuk membentuk suatu kesatuan atau pola yang baru dengan jalan menggabungkan bebagai faktor yang ada.
6) Evaluasi
Menurut Sudjana (2012: 28), evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara bekerja, pemecahan metode, dll. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009:
27), evaluasi mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu. Menurut Sudaryono (2012: 45), evaluasi merupakan kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap suatu situasi, nilai, atau ide; mencakup kemampuan untuk membentuk suatu pendapat mengenai sesuatu atau beberapa hal dan mempertanggungjawabkan pendapat itu berdasarkan kriteria tertentu, yang dinyatakan dengan kemampuan memberikan penilaian. Menurut Daryanto (2012: 113), pada jenjang kemampuan evaluasi seseorang
commit to user
dituntut untuk dapat mengevaluasi situasi, keadaan, pernyataan, atau konsep berdasarkan suatu kriteria tertentu.
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disintesiskan bahwa kemampuan evaluasi adalah jenjang berpikir yang paling tinggi dalam ranah kognitif. Evaluasi mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu dan mempertanggungjawabkan pendapat itu berdasarkan kriteria tertentu, yang dinyatakan dengan kemampuan memberikan penilaian.
g. Indikator Hasil Belajar Ranah Sikap
Beberapa hasil belajar ranah sikap yang dapat dikategorikan sebagai hasil belajar diantaranya adalah sebagai berikut:
1) Receiving/ attending
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009: 205), jenjang ini merupakan tingkat terendah tujuan ranah afektif berupa perhatian terhadap stimulasi secara pasif. Menurut Sudijono (2008: 54), receiving atau attending merupakan kemauan untuk memperhatikan suatu kegiatan atau
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009: 205), jenjang ini merupakan tingkat terendah tujuan ranah afektif berupa perhatian terhadap stimulasi secara pasif. Menurut Sudijono (2008: 54), receiving atau attending merupakan kemauan untuk memperhatikan suatu kegiatan atau