• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil Belajar Biologi Dengan Tanpa Menggunakan Model

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

2. Hasil Belajar Biologi Dengan Tanpa Menggunakan Model

a. Pengertiaan hasil belajar

Setiap makhluk hidup pastilah mengalami suatu proses spesifik yang dinamakan belajar. Pengertian belajar menurut slameto dalam Syaiful Bahri Djamarah adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya.28

Seorang dinamakan telah belajar, apabila ia telah dapat melakukan sesuatu hal yang baru dan berbeda sebelum seseorang tersebut mengalami proses belajar. Sesuatu yang baru baik itu pola pikirnya maupun tingkah laku. Menurut Winkel, perubahan-perubahan itu dapat berupa suatu hasil yang baru atau pula penyempunaan terhadap hasil yang telah diperoleh29. Perubahan tersebut tidak disebabkan karena gangguan penyakitatau urat syaraf, melainkan perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh hasil latihan, ataupun karena kematangan. Perubahan tingkah laku terwujudkan dalam berbagai bentuk, baik dalam bentuk kognitif, afektif dan psikomotorik, itulah yang dikatakan hasil belajar.

       28

Syaiful bahri djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta:T.Rineka cipta, 2008), hal 13

29

Dari berbagai pendapat mengenai hasil belajar di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan perubahan baik dapat diamati berupa perilaku dan tidak bisa diamati (pengetahuan, kamatangan jiwa) yang terbagi menjadi tiga kelompok yaitu afektif, kognitif dan psikomotorik. Dalam proses pembelajaran hasil belajar dapat diartikan sebagai nilai akhir siswa yang diukur melalaui teknik-teknik evaluasi dan dapat digunakan sebagai tolak ukur seberapa besar materi dapat diserap oleh siswa.

b. Jenis-jenis hasil belajar

Menurut Gagne dalam Dahar penampilan-penampilan yang dapat diamati sebagai hasil belajar disebut sebagai kemampuan (capabilitis). Menurutnya, terdapat lima macam kemampuan, tiga di antaranya bersifat kognitif, satu bersifat afektif, dan satu lagi bersifat psikomotorik. Kelima kemampuan tersebut diantaranya: keterampilan intelektual, strategi kognitif, sikap, informasi verbal, dan keterampilan motorik30.

1) Keterampilan intelektual

Keterampilan intelektual memungkinkan seseorang berinteraksi dengan lingkungannya melalui penggunaan simbol-simbol atau gagasan-gagasan. Belajar keterampilan intelektual ini sudah dimulai sejak tingkatan pertama sekolah dasar atau bahkan sewaktu taman kanak-kanak dan dilanjutkan sesuai dengan perhatian dan kemampuan intelektual seseorang.

Selama bersekolah, banyak sekali jumlah keterampilan-keterampilan intelektual yang dipelajari seseorang. Keterampilan-keterampilan yang didapat melalui berbagai mata pelajaran yang dapat digolongkan berdasarkan tingkat kompleksitasnya.

Selama proses belajar inilah perkembangan intelektual seseorang dapat berubah. Semakin tinggi jenjang pendidikan dan semakin dewasa seseorang semakin banyak pula tantangan dan hambatan yang akan menjadi masalah. Oleh karena itu, untuk memecahkan masalah       

30

siswa memerlukan aturan-aturan yang tinggi, yaitu aturan-aturan yang kompleks. Demikian pula diperlukan aturan-aturan dan konsep-konsep terdefinisi. Untuk memperoleh aturan tersebut, siswa sudah harus belajar beberapa konsep konkret, dan untuk belajar konsep-konsep konkret ini, siswa harus menguasai diskriminasi-diskriminasi. 2) Strategi-strategi kognitif

Suatu macam keterampilan intelektual khusus yang mempunyai kepentingan tertentu bagi belajar dan berfikir ialah strategi kognitif. Dalam teori belajar modern, suatu strategi kognitif merupakan suatu proses kontrol, yaitu suatu proses internal yang digunakan siswa (orang yang belajar) untuk memilih dan mengubah cara-cara memberikan perhatian, belajar, mengingat, dan berfikir.

Strategi-strategi kognitif sesuai dengan fungsinya dapat dikelompokkan menjadi beberapa macam diantaranya: strategi menghafal (rehearsal strategies), strategi elaborasi, strategi pengaturan (organizing strategies), strategi metakognitif, dan strategi afektif.

3) Informasi verbal

Informasi verbal juga disebut dengan pengetahuan verbal, nama lain untuk pengetahuan verbal ini ialah pengetahuan deklaratif. Informasi verbal diperoleh sebagai hasil belajar di sekolah, dan juga dari kata-kata yang diucapkan orang, dari membaca, radio, televisi, dan media lainnya.

4) Sikap-sikap

Sikap merupakan pembawaan yang dapat dipelajari, dan dapat mempengaruhi perilaku seseorang terhadap benda-benda, kejadian-kejadian, atau makhluk-makhluk hidup lainnya. Sekelompok sikap yang penting ialah sikap-sikap kita terhadap orang lain.

Dalam pelajaran sains misalnya, sikap sosial ini dipelajari selama siswa melakukan percobaan di laboratorium. Antara lain disebutkan, selama memanaskan zat-zat dalam tabung reaksi hendaknya para

siswa jangan menghadapkan mulut tabung reaksi itu pada temannya, agar temannya jangan sampai kena percikan zat yang dipanaskan. Perlu diingat bahwa, suatu sikap dapat mempengaruhi perilaku khusus seseorang

5) Keterampilan-keterampilan motorik

Keterampilan-keterampilan motorik tidak hanya mencakup kegiatan-kegiatan fisik, melainkan juga kegiatan-kegiatan motorik yang digabung dengan keterampilan intelektual, misalnya membaca, menulis, memainkan sebuah instrumen musik, atau misalanya dalam pelajaran sains tentang cara menggunakan mikroskop, menggunakan neraca timbangan dan sebagainya.

c. Domain Dan Tingkatan Hierarkis Hasil Belajar

Domain hasil belajar adalah perilaku-perilaku kejiwaan yang akan diubah dalam proses pendidikan. Perilaku kejiwaan itu dibagi dalam tiga domain, yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotorik31. Hal itu senada dengan pendapat Bloom dalam Arikunto, terdapat tiga ranah yang merupakan hasil belajar diantaranya ranah kognitif (cognitive domain), ranah afektif (affective domain) dan ranah psikomotorik (psychomotor domain)32. Untuk tujuan pengukuran, ketiga domain dari hasil belajar tersebut disusun secara hirarkhis dalam tingkat-tingkat mulai tingkat terendah dan sederhana hingga tertinggi dan paling kompleks

1) Ranah kognitif (cognitive domain), ranah kognitif hasil belajar dibedakan dalam beberapa tingkat yaitu C1 mengenal/menghafal), C2 (pemahaman), C3 (penerapan), C4 (analisis), C5 (sintesis) dan C6 (evaluasi).

a) Hapalan atau pengetahuan (C1) mencakup ingatan akan hal-hal yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan. Hal-hal itu       

31

Purwanto, Tujuan Pendidikan dan Hasil Belajar: Domain Dan Taksonomi, (jurnal TEKNODIK, Departemen Pendidikan Nasional Pusat Teknologi Komunikasi Dan Informasi Pendidikan) diakses di http://www.pustekkom.go.id pada 10 september 2009 jam 14.00 WIB, hal 158 

32

Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), hal 117

dapat berupa fakta, konsep, prinsip, prinsip atau istilah sreta metode yang diketahui.

b) Pemahaman (C2) mencakup kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari. Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam menguraikan isi pokok dari suatu bacaan; mengubah data yang disajikan dalam bentuk tertentu ke dalam bentuk yang lain, seperti rumus matematika ke dalam kata-kata; membuat kecenderungan yang nanpak dalam data tertentu, seperti dalam grafik.

c) Penerapan (C3) meliputi kemampuan menggunakan prinsip, teori, hukum, aturan, maupun metode yang dipelajari pada situasi baru atau kongkrit.

d) Analisis (C4) meliputu kemampuan menganalisa atau merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian, sehingga struktur keseluruhan atau organisasinya dapat dipahami dengan baik. e) Sintesis (C5) meliputi kemampuan menemukan hubungan

yang unik, seperti mengkomunikasikan gagasan atau pengalaman dalam bentuk tulisan, gambar dan symbol ilmiah, kemampuan menyusun suatu rencana atau langkah-langkah operasional dari suatu tugas atau masalah yang diberikan, kemampuan mengabstraksi sejumlah besar fenomena, data, ataupun hasil observasi menjadi teori, proposisi, hipotesis, dan lain-lain

f) Evaluasi (C6) merupakan kemampuan, mencaup kemampuan untuk membentuk membentuk pandangan mengenai sesuatu atau beberapa hal, bersama dengan pertanggungjawaban pendapat ituyang berdasarkan kriteria tertentu. Kemampuan ini dinyatakan dalam pemberian penilaian terhadap sesuatu33.

      

2) Ranah afektif (affective domain), ranah afektif hasil belajar dibedakan menjadi: penerimaan, partisipasi, penilaian atau penentuan sikap, organisasi, pembentukan pola hidup.

a) Penerima dengan: mencakup kepekaan akan adanya suatu perangsang dan kesediaan untuk memperhatikan rangsangan itu, seperti buku pelajaran atau penjelasan yang diberikan oleh guru.

b) Partisipasi: mencakup kerelaan untuk memperhatikan secara aktif dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan.

c) Penilaiana atau penentuan sikap: mencakup kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap seseuatu dan membawa diri sesuai dengan penlilaian itu.

d) Organisasi mencakup kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan dalam kehidupan. e) Pembentukan pola hidup: mencakup kemampuan untuk

menghayati nilai-nilai sedemikian rupa, sehingga menjadi milik pribadi (internalisasi) dan menjadi pegangan nyata dan jelas dalam mengatur kehudupannya sendiri34.

3) Ranah psikomotorik (psychomotor domain), ranah psikomotorik hasil belajar dibedakan menjadi: persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks.

a) Persepsi: mencakup kemampuan untuk mengadakan diskriminasi yang tepat antara dua perangsang atau lebih, berdasarkan perbedaan antara ciri-ciri fisik yang khas pada masing-masing rangsangan.

b) Kesiapan: mencakup kemampuan untuk menempatkan dirinya dalam keadaan akan memulai suatu gerakan atau rangkaian gerakan.

       34

c) Gerakan terbimbing: mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak-gerik, sesuai dengan contoh yang diberikan (imitasi).

d) Gerakan yang terbiasa: mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak gerik dengan lancar, karena sudah dilatih secukupnya, tanpa memperhatikan lagi contoh yang diberikan.

e) Gerakan kompleks: mencakup kemampuan untuk melaksanakan suatu keterampilan, yang terdiri atas beberapa komponen, dengan lancar tepat, dan efisien35.

f) Penyesuaian pola gerakan: mencakup kemampuan untuk mengadakan perubahan dan menyesuaikan pola gerak-gerik dengan kondisi setempat atau dengan menunjukkan suatu taraf keterampilan yang telah mencapai kemahiran.

g) Kreativitas: mencakup kemampuan untuk melahirkan pola-pola gerak-gerik yang baru, seluruhnya atas dasar prakarsa dan inisiatif sendiri.

d. Faktor yang mempengaruhi hasil belajar

Hasil belajar siswa yang diperoleh siswa secara umum dipengaruhi dua faktor pertama yang pertama adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa (internal). Sedangkan yang kedua adalah faktor – faktor yang ada di luar diri siswa (eksternal) 36. Kedua faktor-faktor tersebut saling mempengaruhi dan berinteraksi satu sama lain dalam menghasilkan keluaran tertentu37.

1) Faktor internal a) Faktor fisiologis

Faktor fisiologis yang berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar adalah kondisi individual subjek didik sendiri. Termasuk       

35Winkel, Psikologi Pengajaran, (Jakarta: Grasindo, 1999), hal 249-250

36

Edi Sutarto, Moving Class Dan Motivasi Belajar Mempengaruhi Prestasi Belajar, diakses di http://www.al-izhar-jkt.sch.id/public/media/warta/386_moving%20class.pdf pada 12/09/2009 jam 13.30 WIB  

37

Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007) hal 106-107

ke dalam faktor ini adalah kesegaran jasmani dan kesehatan indra. Subjek didik yang berada dalam kondisi jasmani yang kurang segar tidak akan memiliki kesiapan yang memadai untuk memulai tindakan belajar38.

b) Faktor psikologis

Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran siswa. namun, diantara factor-faktor rohaniah yang dipandang yang dipandang esessial itu adalah tingkat kecerdasan/intelegensis siswa, sikap siswa, bakat siswa, minat siswa, dan motivasi siswa39.

2) Faktor eksternal a) Faktor lingkungan

Faktor lingkungan, yang meliputi lingkungan alam dan lingkungan sosial (keluarga, sekolah dan masyarakat), juga perlu mendapat perhatian. Belajar dalam kondisi alam yang segar selalu lebih efektif dari pada sebaliknya. Demikian pula, belajar padapagi hari selalu memberikan hasil yang lebih baik dari pada sore hari. Sementara itu, lingkungan sosial yang hiruk pikuk, terlalu ramai, juga kurang kondisif bagi proses dan pencapaian hasil belajar yang optimal.

b) Instrumental

Yang termasuk factor instrumental adalah factor yang sengaja dirancang dan dimanipulasikan seperti: kurikulum, bahan pembelajaran, guru yang memberikan pengajaran, strategi,

       38

Imas Masitoh, Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar, diakses di http://biologi-staincrb.web.id/blog/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-proses-dan-hasil-belajar, pada 12/09/2009 jam 13.50 WIB 

39

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Ramaja Rosdakarya, 2008), hal 133

metode pembelajaran, sarana dan prasarana, serta manajemen yang berlaku di sekolah yang bersangkutan40.

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar di atas harus bisa diantisipasi oleh seorang guru sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik, pada akhirnya hasil belajaran dapat dioptimalisasikan.

e. Hasil belajar biologi

Biologi yang merupakan disiplin ilmu yang mempelajari makhluk hidup dalam pelaksanan pembelajarannya bukan hanya memahami konsep biologi semata-mata. Melainkan juga mengajar siswa berpikir melalui biologi sebagai keterampilan proses IPA, sehingga pemahaman siswa terhadap hakekat IPA menjadi utuh, baik IPA sebagai proses maupun sebagai produk. Proses berfikir inilah yang dinamankan belajar.

Pendidikan biologi dilihat dari dimensi isi atau produk harus mampu menanamkan kepada siswa untuk mengerti dan memahami secara luas tentang fakta, konsep, prinsip dan materi sebagai bukti adanya kekuasaan Allah SWT. Dimensi prosesnya adalah kemampuan mengembangkan keterampilan berpikir melalui pengamatan, pengklasifikasian, penafsiran, perencanaan, penelitian, dan pengkomunikasian dengan mengajukan pertanyaan. Sedangkan dimensi sikapnya ialah mampu menanamkan sikap ilmiah yang meliputi kejujuran, obyektif, menghargai pendapat/karya orang lain dan mampu menghadapi masalah lingkungan dengan menggunakan pengetahuan ilmiahnya. Hasil akhir dari biologi sebagai dimensi isi, dimensi produk, proses dan sikap yang bisa diperlihatkan inilah yang pada akhirnya dinamakan hasil belajar.

3. Penelitian Relevan

Telah kita ketahui diatas bahwa model problem based instruction

merupakan suatu model pembelajaran yang dirancang terutama untuk

       40

Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007) hal 107

membantu siswa mengembangkan keterampilan berfikir, keterampilan menyelesaikan masalah, dan keterampilan intelektualnya; mempelajari peran orang dewasa dengan mengalaminya melalui berbagai situasi riil atau simulasi yang disimulasikan; dan menjadi pelajar yang mandiri dan otonom41.

Dengan diterapkannya model problem based instruction dalam pembelajaran akan mendorong siswa untuk lebih aktif menggali informasi-informasi yang berkaitan dengan pelajarannya. Penerapan model problem based instruction yang mengedepankan proses pendidikan yang berpusat pada siswa (student centre) dan memfokuskan pada kebermaknaan akan mendorong siswa untuk lebih mengingat pelajaran yang telah dilakukan. Dengan demikian kemampuan berfikir setiap siswa dapat ditingkatkan secara perlahan-lahan.

Menurut berbagai penelitian yang dilakukan, penerapan model based instruction, hasil penelitian siklus pertama menunjukkan ada 60% siswa termasuk dalam kategori siswa aktif, dan dari 35 orang siswa, ada 26 orang siswa (74,29%) mencapai ketuntasan belajar. Berdasarkan temuan tersebut, dilakukan kegiatan pembelajaran siklus kedua. Hasil penelitian siklus kedua menunjukkan bahwa seluruh siswa telah dikategorikan sebagai siswa yang aktif dan ada 32 orang siswa (91,43%) mencapai ketuntasan belajar42.  

Penelitian lain yang dilakukan membuktikan bahwa keaktifan berfikir pada prasiklus sebesar 69,59% kemudian setelah dilakukan tindakan meningkat menjadi 78,60 % atau bisa dikatakan meningkat 9,01% dari keadaan semula43.

Semakin bertambahnya keaktifan siswa berarti pula semangat dan minat belajar siswa dengan model ini semakin meningkat pula. Bertambahnya minat belajar siswa akan mendorong rasa antusias siswa dalam pelajaran. Rasa antusias dalam belajar inilah yang memunculkan timbulnya minat dan       

41

Arends, Learning To Teach, (penerjemah Helly Prajitno dan Sri Mulyantini), (Yogyakarta: Pustaka Pelajar , 2008), hal 43

42Nurhayati Abbas dkk, Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Melalui Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah Dengan Penilaian Portofolio di SMPN 10 Kota Gorontalo. http://puslitjaknov.org/data/file/2008 diakses pada 25/01/2009 jam 20.00 WIB

43 Dema Wahyu Tursina, Upaya Meningkatkan Keaktifan Berfikir Siswa dalam Pembelajarn Biologi Melalui Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) Disertai Optimalisasi Penggunaan Media, Skripsi, (Universitas Negeri Surakarta, 2006)

motivasi dalam belajar. Minat dan motivasi belajar inilah yang kemudian akan membantu siswa untuk mencapai hasil pembelajaran yang maksimal, Sehingga pada akhirnya tujuan pembelajaran yang ditetapkan dapat tercapai secara optimal. Tujuan pembelajaran yang dimaksud dapat dimanifestasikan dalam sebuah hasil belajar.

A. Kerangka Pikir

Dalam proses belajar mengajar di kelas, cara seorang guru menyampaikan materi pelajaran sangat mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa. Untuk itu guru dituntut kreatifitasnya dalam menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara maksimal. Kreatifitas tersebut ditunjukkan dengan penerapan model-model pembelajaran yang mampu membangkitakan minat dan motivasi belajar siswa.

Salah satunya yaitu penerapan model problem based instruction (PBI). Model

problem based instruction ini merupakan model pembelajaran yang bersifat

student centre yang dirancang untuk mampu meningkatkan keterampilan berfikir dan keterampilan menyelesaikan masalah. Keterampilan berfikir yang dimaksud adalah adalah keterampilan berfikir tingkat tinggi.

Dengan itu, siswa dilatih untuk mampu berfikir lebih kompleks terhadap suatu hal dengan tidak melihat pada satu sudut saja melainkan melihat pada berbagai sudut. Untuk mencapai hal tersebut maka siswa didorong untuk lebih aktif melakukan usaha-usaha untuk mencapainya.

Selain itu, PBI juga mendorong siswa untuk mampu belajar mandiri. Belajar mandiri yang dimaksud ialah secara aktif dan kretif mengajukan pertanyaan terhadap suatu masalah yang dipelajari dan kemudian mencari berbagai informasi dari berbagai sumber untuk memecahkan masalah yang ada. Dengan belajar mandiri, siswa dilatih untuk self regulated terhadap dirinya sendiri. Sehingga mampu menciptakan siswa yang benar-benar mandiri dan pada akhirnya terciptalah pembelajar yang mandiri.

Dari hasil belajar mandiri yang diperoleh siswa terhadap pemecahan suatu masalah. Maka solusi dari masalah yang ada tidak langsung di pemerkan akan tetapi dikonsultasikan terlebih dahulu dalam kerja kelompok.

Kerja kelompok inilah yang kemudian disebut dengan kolaborasi. Kolaborasi inilah yang dapat melatih keterampilan sosial siswa untuk meniru peran orang dewasa. Kolaborasi tersebut ditunjukkan dengan melakukan kerjasama atau kerja kelompok, baik dalam melakukan observasi maupun dialog dalam pemecahan suatu masalah. Dalam kolaborasi inilah peran aktif siswa di dalam kelas ditingkatkan. Hal itu ditunjukkan dengan adanya berbagai argumen dan pendapat dari masing masing siswa.

Dengan adalanya kolaborasi maka suasana kelas menjadi semakin terbuka untuk tempat pertukaran ide ataupun solusi antara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya. Sehingga ide ataupun solusi yang tercipta merupakan pikiran bersama yang saling melengkapi kekurangan masing-masing siswa.

Dari proses belajar inilah diharapkan timbul kesan kebermaknaan dalam diri setiap siswa. Kesan kebermaknaan ini begitu penting, karena materi pelajaran yang telah dipelajari akan selalau diingat oleh siswa karena mampu disimpan dalam memori jangka panjang mereka. Dengan kebermaknaan ini diharapkan dapat membangkitkan minat dan motivasi siswa. Pada akhirnya hasil belajar yang diperoleh pada masing-masing siswa akan meningkat.

B. Perumusan Hipotesis

Berdasarkan landasan teori dan kerangka pikir yang telah dijelaskan, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa.

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir 

Kebermaknaan dalam pembelajaran

Meningkatkan minat dan motivasi belajar

i

Hasil belajar siswa meningkat Keterampilan berpikir tingkat

tinggi

Ditemukannya solusi dari berbagai hal

Mendorong kolaborasi dengan orang lain

Mendorong observasi dan dialog dengan pihak lain

Mengajukan pertanyaan dan mencari solusi untuk berbagai

masalah riil

Self regulated dan mendorong siswa menjadi pembelajar

mandiri Keterampilan berfikir dan

keterampilan mengatasi masalah

Perilaku dan keterampilan sosial sesuai peran orang dewasa

Keterampilan untuk belajar secara mandiri

Model PBI

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh model

Problem Based Instruction (PBI) terhadap hasil belajar siswa kelas X SMA Negeri 6 Tangerang Selatan. Diharapkan penelitian ini bisa menjadi referensi bagi guru sebagai salah satu model pembelajaran yang efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran secara optimal.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester 2 tahun ajaran 2009/2010 di SMU Negeri 6 Tangerang Selatan.

C. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperimen atau eksperimen semu. Jenis desain yang dipakai adalah nonrandomized control group pre-test post-test design atau pre-test post-test grup kontrol tidak secara random.

Dalam desain ini Peneliti menggunakan dua kelas dengan kemampuan kelas yang setara.

Dua kelas tersebut dibagi menjadi dua, kelompok satu dinamakan kelompok eksperimen dan kelompok yang lain dinamakan kelompok kontrol. Kedua kelompok, baik eksperimen maupun kontrol setelah mendapat perlakuan yang berbeda kemudian dibandingkan, kendati kelompok tersebut dipilih dan ditempatkan tanpa melalui randomisasi44. Meskipun terdapat kelompok kontrol, akan tetapi kelompok kontrol tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksaan eksperimen45.

      

44Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan: Kuantitatif Dan Kualitatif, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008), hal 102

45

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2007) hal 114

Secara umum desain penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:

Tabel 3.1 Desain Pre-test dan Post-test Kelompok Kontrol Tanpa Acak

Kelompok Pre-test Perlakuan Post-test

E Y1 X Y2 K Y1 - Y2 Sumber:46 Keterangan: E = Kelompok eksperimen K = Kelompok kontrol

Y1 = Hasil pretest siswa kelompok eksperimen

Y2 = Hasil pretest siswa kelompok kontrol

X = Perlakuan siswa pada kelas eksperimen dengan menggunakan PBI

Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa sampel dibedakan menjadi dua kelompok yaitu, kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pada awal pelajaran, kedua kelompok tersebut diberikan beberapa soal pre-test yang sama dan pada materi yang sama. Pre-test di sini berfungsi sebagai tolak ukur, sejauh mana pemahaman dan persiapan awal terhadap materi yang akan disampaikan.

Kemudian, proses pembelajaran dimulai dengan menerapkan perlakuan (model pembelajaran). Untuk kelompok eksperimen (E), sistem pembelajaran menggunakan model Problem Based Instruction (PBI) sedangkan untuk kelompok kontrol diajar dengan menggunakan metode konvensional.

Sebagai evaluasi pemahaman siswa terhadap proses pembelajaran yang telah dilaksanakan, maka guru memberikan soal post-test yang sama pada masing – masing kelompok. Soal post-test tersebut sama dengan soal pre-test, hal itu dilakukan supaya pengetahuan – pengetahuan awal dalam menjawab soal–soal

pre-test yang belum dimengerti oleh siswa dapat di fahami selama proses       

46 Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal 186

pembelajaran berlangsung. Pada akhirnya siswa–siswa dapat menjawab soal–soal

post-test yang mirip dengan pre-test tersebut. Hasil post-test inilah yang secara umum disebut sebagai hasil belajar siswa.

Peningkatan hasil test (dari pre-test dan post-test) dari masing-masing kelas

Dokumen terkait