• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembelajaran Berdasarkan Masalah ( Problem Based

BAB II DESKRIPSI TEORETIS, KERANGKA PIKIR DAN PERUMUSAN

1. Pembelajaran Berdasarkan Masalah ( Problem Based

Sebelum menjelaskan pengertian model problem based instruction terlebih dahulu kita harus tahu pengertian dari model pembelajaran. Model pembelajaran menurut Soekamto dalam Trianto adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalamaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar9.

Sedangkan Arends menyatakan “The term teaching model refers to a particular approach to instruction that includes its goals, sintax, environment, and management system.” Istilah model pengajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk tujuannya, sintaksnya, lingkungannya dan system pengelolaannya10.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah kerangka dasar yang tersusun secara sistematis dan mencerminkan keseluruahan proses pembelajaran (tujuan, langkah-langkah pembelajaran, serta sistem pengolahannya).

Pembelajaran berdasarkan masalah telah dikenal pada saat John Dewey. Model ini sekarang mulai diangkat sebab ditinjau secara umum pembelajaran berdasarkan masalah menyajikan kepada siswa situasi

      

9 Trianto, model – model pembelajaran inovatif berorientasi konstruktivistik, (Jakarta: Prestasi Pustaka. 2007), hal 5

10Op.cit hal 5-6

masalah yang otentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada mereka untuk melakukan penyelidikan dan inkuiri11.

Menurut pandangan Dewey dalam Arends yang mendeskripsikan pandangan tentang pendidikan dengan sekolah sebagai cermin masyarakat yang lebih besar dan kelas akan menjadi laboratorium untuk penyelididikan dan pengatasan-masalah kehidupan nyata12. Pedagogi Dewey mendorong guru untuk melibatkan siswa di berbagai proyek berorientasi masalah dan membantu mereka menyelidiki berbagai masalah sosial dan intelektual penting.

Menurut Savery dalam Strobel dan Angela ditegaskan lagi pengertian pembelajaran berdasarkan masalah yaitu pendekatan instruksional (dan kurikuler) yang berpusat pada peserta didik yang memberdayakan peserta didik mengadakan penelitian, pengintegrasikan teori dan praktik, dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan untuk mengembangkan solusi untuk masalah yang ditetapkan13.

Sedangkan menurut Arends pengajaran berdasarkan masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang dirancang terutama untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berfikir, keterampilan menyelesaikan masalah, dan keterampilan intelektualnya; mempelajari peran orang dewasa dengan mengalaminya melalui berbagai situasi riil atau simulasi yang disimulasikan; dan menjadi pelajar yang mandiri dan otonom14.

Pendapat lain berasal dari Hmelo-Silver (2004) yang menjelaskan”

PBI as an instructional method in which students learn through facilitated problem solving that centerson a omplex problem that does

       11

Trianto, Model – Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta: Prestasi Pustaka. 2007), hal 67

12Arends, Learning To Teach, (penerjemah Helly Prajitno dan Sri Mulyantini), (Yogyakarta: Pustaka Pelajar . 2008), hal 46

13

Johannes Strobel and Angela Van Barneveld, When is PBL More Effective? A Meta-Synthesis of Meta-Analyses Comparing PBL to Conventional Classrooms, The Interdisciplinary Journal of Problem-based Learning, volume 3, no. 1, 2009, hal 46

14

Arends, Learning To Teach, (penerjemah Helly Prajitno dan Sri Mulyantini), (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), hal 43

not have a single correct answer15” PBL sebagai suatu metode instruksional di mana para siswa belajar mudahkan pemecahan masalah yang kompleks yang tidak mempunyai satu jawaban yang benar.

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa model

problem based instruction merupakan suatu model pembelajaran yang melatih siswa untuk memecahkan masalah yang benar-benar nyata, dan melatih kemampuan keterampilan kognitifnya sehingga pada akhirnya terbentuklah karakter siswa yang mandiri.

Model pembelajaran berbasis masalah juga dikenal dengan nama lain seperti project-based teaching (pembelajaran berbasis proyek),

experienced based education (pendidikan berdasarkan pengalaman),

authentic learning (belajar autentik), dan anchored instruction

(pembelajaran berakar pada kehidupan nyata)16.

Model PBI ini, merupakan restrukturisasi dari model tadisional yang mendorong hubungan guru-siswa menjadi lebih aktif. Dalam pembelajaran ini peran guru hanya menyodorkan berbagai masalah, memberikan pertanyaan, dan memfasilitasi investigasi dan dialog. Masalah autentik dan bermakna yang diajukan oleh seorang guru kepada siswa berfungsi sebagai batu loncatan untuk inverstigasi dan penyelidikan.

Siswa dituntut untuk lebih aktif dalam mencari berbagai sumber informasi dari beberapa sumber sehingga mampu memecahkan masalah siswa dituntut untuk mampu mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang permasalahan,

b. Ciri-Ciri Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah

Model pembelajaran berdasarkan masalah mempunyai karakteristik yang berbeda dengan model pembelajaran yang lain. Karakteristik yang

      

15 John R. Savery, Overview Of Problem-Based Learning:Definitions And Distinctions, The Interdisciplinary Journal of Problem-based Learning, volume 1, no. 1, 2006, hal 12 

16 Muslimin Ibrahim dan M Nur, Pembelajaran Berdasarkan Masalah, (Surabaya: UNESA-University Press, 2001), hal 2

menjadi ciri dari model pembelajaran berdasarkan masalah menurut Ibrahim adalah17

1) Pengajuan masalah atau pertanyaan.

2) Berfokus pada keterkaitan antar disiplin ilmu (interdisipliner) 3) Penyelidikan yang autentik

4) Menghasilkan produk/karya dan memamerkannya 5) Kerjasama

Sedangkan menurut Arend terdapat 5 fitur-fitur khusus PBI, diantaranya adalah18:

1) Pertanyaan dan perangsang masalah. 2) Fokus interdisipliner

3) Investigasi autentik 4) Produk artefak dan exhibit

5) Kolaborasi

Dari beberapa pendapat mengenai ciri khusus PBI di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat 5 ciri khusus PBI yaitu:

1) Pengajuan masalah

Pembelajaran berdasarkan masalah bukan hanya sekedar mengorganisasikan pembelajaran di sekitar prinsip – prinsip atau keterampilan akademik tertentu, pembelajaran berdasarkan masalah mengorganisasikan pengajaran di sekitar pertanyaan dan masalah penting secara sosial penting dan secara pribadi bermakna untuk siswa.

Pemilihan masalah harus memenuhi beberapa kriteria yaitu didasarkan dengan situasi dunia nyata, menghasilkan multiple

hipotesis, melatih keterampilan dan pengetahuan memecahkan masalah dan memerlukan pemikiran kreatif, memerlukan keterampilan

       17

Muslimin Ibrahim dan M Nur, Pembelajaran Berdasarkan Masalah, (Surabaya: UNESA-University press. 2001), hal 5-6

18Arends, Learning To Teach, (penerjemah Helly Prajitno dan Sri Mulyantini), (Yogyakarta: Pustaka Pelajar , 2008), hal 42-43

dan pengetahuan yang mencakupi sasaran kurikulum dan terintegrasi serta berisi komponen-komponen berbagai disiplin19.

2) Berfokus pada keterkaitan interdisipliner

Meskipun pembelajaran berdasarkan masalah berpusat pada mata pelajaran tertentu (sains, matematika, ilmu – ilmu sosial) tetapi masalah yang diivestigasi dipilih karena solusinya menuntut siswa untuk menggali banyak subjek. Jadi dalam model ini, siswa dituntut untuk lebih aktif mencari informasi dari berbagai sumber dan mengintegrasikan informasi yang telah didapat dari semua disiplin yang berhubungan dengan pemahaman dan pemecahan masalah tertentu. Perluasan informasi yang cepat dapat mendukung timbulnya suatu suatu gagasan yang baru dan mendorong pengembangan disiplin baru20.

3) Penyelidikan yang autentik

Pembelajaran berdasarkan masalah mengharuskan siswa melakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah nyata. Siswa harus menganalisis dan mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis dan membuat ramalan, mengumpulkan dan menganalisis informasi, melakukan eksperimen (jika perlu), membuat referensi, dan merumuskan kesimpulan.

4) Mampu menghasilkan suatu karya/produk yang akan dipamerkan

Problem based instruction ini, dalam pelaksanannya mengacu pada masalah, peserta didik diharapkan mampu membahas masalah-masalah yang nyata atau masalah-masalah yang hanya disimulasikan. Inti dari masalah yang diajukan kemudian dipelajari dan diorganisir bukan sebagai kumpulan topik-topik. Jadi, dari sini dapat dilihat hubungan timbal balik antara pengetahuan dan masalah yang diajukan. Dalam model ini, belajar dirangsang dari masalah dan kemudian diterapkan       

19

Preetha Ram, Problem-Based Learning in Undergraduate Education, Journal of Chemical Education, Vol.7 no 8 tahun 1999, hal 1122

20

John R. Savery, Overview of Problem-based Learning:Definitions and Distinctions, The Interdisciplinary Journal of Problem-based Learning, volume 1, no. 1 tahun 2006, hal 13

kembali ke masalah yang ada.21 Dari sinilah produk dari model ini diciptakan.

Produk itu dapat berupa laporan, model fisik, video, maupun program komputer. Hasil karya tersebut ditampilkan siswa didepan teman-temannya.

5) Kolaborasi

Pembelajaran berdasarkan masalah dicirikan oleh siswa yang bekerja sama satu dengan lainnya, paling sering secara berpasangan atau dalam kelompok kecil. Kerjasama diatara para siswa dilakukan setelah mencari berbagai informasi dan penelitian tentang masalah yang ditugaskan. Masing-masing anggota kelompok melaporkan sesuatu yang telah mereka temukan kepada anggota kelompok yang lain. Kemudian mereka kembali dan memeriksa informasi yang diperoleh untuk menghasilkan solusi resmi untuk masalah22.

Dalam kolaborasi ini mereka didorong untuk bekerja sama memberikan motivasi secara berkelanjutan, terlibat dalam tugas – tugas kompleks dan memperbanyak peluang untuk berbagi inkuiri dan dialog serta untuk mengembangkan keterampilan sosial dan keterampilan berfikir.

c. Tujuan Pembelajaran Berdasarkan Masalah

Pengajaran berdasarkan masalah tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak – banyaknya kepada siswa, akan tetapi sebaliknya. Menurut David H. Jonassen dan Woei Hung tujuan utama penggunaan pengajaran berdasarkan masalah adalah untuk meningkatkan aplikasi keterampilan berfikir siswa, keterampilan memecahkan masalah, dan keterampilan belajar mandiri

      

21 David H. Jonassen dan Woei Hung, All Problems are not Equal: Implications for Problem-Based Learning, The Interdisciplinary Journal of Problem-based Learning, volume 2, no. 2, tahun 2008, hal 15

22

Yusra L Visser, Effects of Problem-Based and Lecture-Based Instructional Strategies on Problem SolvingPerformance and Learner Attitudes in a High School Genetics Class, diakses di http://learndev.org/dl/aera-pbl-ylv.pdf pada 12/09/2009 jam 14.00 WIB, hal 4 

dengan mengharuskan mereka secara aktif mengartikulasikan, memahami dan memecahkan masalah-masalah23.

Sedangkan menurut Arends PBI dirancang untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berfikir, keterampilan menyelesaikan masalah dan keterampilan intelektulanya; mempelajarai peran orang dewasa dengan mengalaminya melalui berbagai situasi riil atau situasi yang disimulasikan; dan menjadi pelajar yang mandiri dan autonom24.

Dari beberapa pendapat mengenai tujuan dilaksanakan PBI di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan pokok dilaksanakannya PBI dalam proses pemelajaran adalah untuk melatih keterampilan intelektual siswa yaitu dengan melatih kemampuan berfikirnya melalui pemecahan suatu masalah dan mendorong siswa untuk lebih aktif dan kreatif dalam belajar mandiri.

d. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah

Pengajaran berdasarkan masalah terdiri dari 5 langkah utama yang dimulai dengan guru memperkenalkan siswa dengan suatu situasi masalah dan diakhiri dengan penyajian dan analisis hasil karya siswa. Kelima langkah – langkah tersebut, menurut Ibrahim dan M. Nur dapat dijelaskan pada tabel berikut ini25.

Tabel 2.1 Sintaks pengajaran berdasarkan masalah menurut Ibrahim

Tahap Tingkah Laku Guru

Tahap-1 Orientasi siswa pada

masalah

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena atau demonstrasi atau cerita untuk memunculkan masalah,

      

23David H. Jonassen dan Woei Hung, All Problems are not Equal : Implications for Problem-Based Learning, The Interdisciplinary Journal of Problem-based Learning, volume 2, no. 2, tahun 2008, hal 15

24Arends, Learning To Teach, (penerjemah Helly Prajitno dan Sri Mulyantini), (Yogyakarta: Pustaka Pelajar , 2008), hal 43

25

Muslimin Ibrahim dan M Nur, Pembelajaran Berdasarkan Masalah, (Surabaya: UNESA-University press, 2001), hal 13

memotivasi siswa untuk telibat dalam pemecahan masalah yang dipilih

Tahap-2 Mengorganisasi siswa

untuk belajar

Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut

Tahap-3 Membimbing

penyelidikan individual maupun

kelompok

Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.

Tahap-4 Mengembangkan dan

menyajikan hasil karya

Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.

Tahap-5 Menganalisis dan mengevaluasi proses

pemecahan masalah

Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses – proses yang mereka gunakan.

Kelima langkah langkah tersebut serupa dengan pendapat Arends yang digambarkan dalam tabel berikut ini26

Tabel 2.2 Sintaks pengajaran berdasarkan masalah menurut Arends

Tahap Tingkah Laku Guru

Fase-1

Memberikan orientasi tentang permasalahannya

kepada siswa

Guru membahas tujuan pelajaran, mendeskripsikan berbagai kebutuhan logistik penting, dan memotivasi siswa untuk terlibat dalam kegiatan mengatasi-masalah

fase-2 Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan       

26Arends, Learning To Teach, (penerjemah Helly Prajitno dan Sri Mulyantini), (Yogyakarta: Pustaka Pelajar , 2008), hal 57

Mengorganisasi siswa untuk meneliti

mengorganisasikan tugas-tugas belajar yang terkait dengan permasalahannya.

fase-3

membantu investigasi mandiri dan kelompok

Guru mendorong siswa untuk mendapatkan informasi yang tepat, melaksanakan eksperimen, dan mencari penjelasan serta solusi

fase-4

mengembangkan dan mempresentasikan artefak dan exhibit

Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan artefak-artefak yang tepat, seperti laporan, rekaman video, dan model- modelp, dan membantu mereka untuk menyampaikannya kepada orang lain Fase-5

Menganalisis dan mengevaluasi proses

mengatas masalah

Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi terhadap investigasinya dan proses-proses yang mereka gunakan.

Dari berberapa sintaks pembelajaran berdasarkan masalah diatas dapat disimpulkan bahwa sintaks pembelajaran berdasarkan masalah terbagi ke dalam lima tahapan. Kelima tahapan tersebut dideskripsikan sebagai berikut:

Tabel 2.3 Sintaks Pengajaran Berdasarkan Masalah

Tahap Tingkah Laku Guru Caranya

Tahap-1 Memperkenalkan

siswa pada suatu masalah

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan

segala sesuatu fenomena atau kejadian untuk dijadikan sebagai masalah

, mendorong siswa memecahkan masalah

yang telah dipilih

Guru menyajikan suatu masalah dengan

menggunakan kejadian yang mencengangkan yang menimbulkan misteri dan suatu keinginan untuk memecahkan masalah tersebut, misalnya: demonstrasi air yang mengalir ke atas atau

kejadian yang

menggambarkan masalah kehidupan nyata seperti polusi Tahap-2 Mengorganisasikan siswa untuk melakukan penelitian

Guru membantuk siswa untuk mengelompokkan tugas-tugas belajar yang berkaitan dengan permasalahan

Guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok yang beranggotakan 4-5 orang dengan memperhatikan kemapuan, etnis dan jenis kelamin.

Guru menyediakan waktu untuk menetapkan subtopik-subtopik yang spesifik, tugas-tugas penyelidikan, dan jadwal waktu kemudian membantu siswa menentukan subtropik mana yang akan mereka selidiki Tahap-3 Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok

Guru mengarahkan siswa untuk memperoleh informasi yang berhubungan dengan masalah, mendorong untuk melakukan eksperimen, mencari penjelasan dan solusi terhadap masalah

Guru membantu siswa mengumpulkan informasi dari berbagai sumber, dan mengajukan pertanyaan untuk membuat para siswa memikirkan tentang masalah dan jenis-jenis informasi yang dibutuhkan untuk pemecahan masalah.

Guru mengajarkan siswa

bagaimana menjadi penyelidik yang aktif dan

bagaimana menggunakan metode yang sesuai untuk masalah yang mereka pelajari.

Selain itu juga, guru hendaknya mangajarkan etika penyelidikan yang benar.

Tahap-4 Mengembangkan

dan menyajikan hasil karya yang

diperoleh

Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video dan menyajikannya kepada siswa yang lain

Guru mengorganisasikan pemeran untuk memamerkan dan mempublikasikan hasil karya siswa tersebut

Tahap-5 Menganalisis dan

mengevaluasi proses pembelajaran

Guru membantu siswa untuk melakukan evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses – proses yang mereka gunakan.

Guru meminta siswa untuk melakukan rekonstruksi pemikiran dan aktivitas mereka selama tahap-tahap pelajaran yang mereka lewati. Kapan mereka pertama kali memperoleh pemahaman yang jelas tentang situasi masalah? Kapan mereka merasa yakin dalam pemecahan tertentu? Dan sebagainya.

e. Implementasi Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah

Pada saat pelaksanaan model pembelajaran ini, guru disarankan tiak berorientasi pada modelnya saja. Akan tetapi, guru melihat jalan fikiran yang disampaikan siswa untuk mengeluarkan pendapat mereka, dan

sekali-kali guru tidak boleh tidak menghargai pendapat siswa, sekalipun pendapat yang disampaikan tersebut tidak sesuai atau salah menurut guru27. Hal itu merupakan suatu penghargaan yang harus dilakukan guru, supaya siswa merasa bahwa pendapat mereka itu dianggap oleh orang lain. Dengan demikian para siswa akan terdorong untuk lebih aktif mengemukakan pendapatnya.

Pelaksanaan model pembelajaran berdasarkan masalah meliputi beberapa kegiatan berikut ini.

1) Kegiatan Pendahuluan

Pada kegitan ini guru mengingatkan siswa tentang materi pelajaran yang lalu, memotivasi siswa, menyampaikan tujuan pembelajaran, dan menjelaskan model pembelajaran yang akan dijalani.

2) Kegiatan Inti

Guru bersama siswa membahas konsep atau teori yang diperlukan dalam kegiatan pemecahan masalah dan membahas soal-soal yang belum tuntas. Selanjutnya guru melaksanakan pembelajaran sesuai tahapan pembelajaran berdasarkan masalah.

Tahap I: Memperkenalkan siswa pada suatu masalah

Pada kegiatan ini guru mengajukan masalah dan meminta siswa untuk mencermati masalah tersebut. Selanjutnya guru meminta siswa untuk mengemukakan teori dan ide yang dapat digunakan dalam memecahkan masalah tersebut.

Guru perlu menyajikan situasi masalah dengan hati-hati atau denga prosedur yang jelas untuk melibatkan siswa dalam identifikasi masalah. Situasi masalah yang disampaikan haruslah semenarik dan setepat mungkin. Biasanya dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk melihat, merasakan, dan menyentuh sesuatu dapat memunculkan ketertarikan dan motivasi inkuiri. Seringkali       

27

Martinis Yamin, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, (Ciputat: Gaung Persada Press, 2005), hal. 74

menggunakan kejadian-kejadian yang tak terduga (suatu masalah di mana hasilnya di luar harapan dan mencengangkan) dapat menggugah siswa.

Tahap II: Mengorganisasikan siswa untuk melakukan penelitian

Pada tahap ini guru membagi siswa ke dalam kelompok yang bervariasi, masing-masing kelompok beranggotakan 4 – 5 orang. Pembagian kelompok dengan memperhatikan kemampuan, etnis, dan jenis kelamin. Jika terdapat perbedaan kelompok, guru dapat memberikan tanda pada kelompok itu. Pembagian kelompok dapat pula dilakukan berdasarkan kesepakatan bersama antar siswa dengan guru. Selama tahap pelajaran ini guru seharusnya mebekali siswa dengan alasan yang kuat tentang mengapa siswa dikelompokkan seperti itu.

Setelah siswa diorientasikan kepada situasi masalah dan telah membentuk kelompok studi, guru dan siswa harus menyediakan waktu yang cukup untuk menetapkan subtopik-subtopik yang spesifik, tugas-tugas penyelidikan, dan jadwal waktu.

Untuk beberapa proyek tugas perencanaan utama adalah akan membagi situasi masalah lebih umum menjadi subtropik-subtropik yang sesuai kemudian membantu siswa menentukan subtropik mana yang akan mereka selidiki.

Tahap III: Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok

Pada tahap ini, siswa melakukan penyelidikan atau pemecahan masalah secara bebas dalam kelompoknya. Guru bertugas mendorong siswa mengumpulkan data dan melaksanakan eksperimen aktual hingga mereka benar-benar mengerti dimensi situasi permasalahannya. Tujuan dari kegiatan ini adalah agar siswa mampu mengumpulkan informasi yang cukup yang diperlukan untuk mengembangkan dan menyusun ide-ide mereka sendiri.

Pada tahapan ini, kegiatan guru yaitu dengan membantu siswa mengumpulkan informasi dari berbagai sumber, dan mengajukan pertanyaan untuk membuat para siswa memikirkan tentang masalah dan jenis-jenis informasi yang dibutuhkan untuk sampai kepada pemecahan masalah.

Guru harus mengajarkan kepada bagaimana menjadi penyelidik yang aktif dan bagaimana menggunakan metode yang sesuai untuk masalah yang mereka pelajari. Selain itu juga, guru hendaknya mangajarkan etika penyelidikan yang benar.

Tahap IV: Mengembangkan dan menyajikan hasil karya yang diperoleh

Tahap penyelidikan diikuti dengan dengan menciptakan suatu karya dan pameran. Karya disini lebih dari sekedar laporan tertulis, akan tetapi cakupannya lebih luas seperti videotape yang menunjukkan situasi masalah dan pemecahan yang diusulkan. Baik tidaknya atau kecanggihan karya ini bergantung pada umur dan kemampuan siswa.

Setelah karya dikembangkan, guru mengorganisasikan pemeran untuk memamerkan dan mempublikasikan hasil karya siswa tersebut. Pameran ini seharusnya melibatkan-siswa, guru, orang tua, dan lain-lain. Pemeran ini memiliki arti penting lainnya yaitu selain untuk memamerkan hasil-hasil kerja siswa, juga sebagai penutup dari proyek berdasarkan masalah tersebut.

Tahap V: Menganalisis dan mengevaluasi prospes pembelajaran

Pada tahap ini, guru membantu siswa menganalisis dan mengevaluasi proses berpikir mereka tentang pemecahan masalah yang telah dikerjakan. Sementara itu siswa menyusun kembali hasil pemikiran dan kegiatan yang dilampaui pada setiap tahap penyelesaian masalah.

Cara guru pada tahapan ini yaitu dengan meminta siswa untuk melakukan rekonstruksi pemikiran dan aktivitas mereka selama

tahap-tahap pelajaran yang mereka lewati. Kapan mereka pertama kali memperoleh pemahaman yang jelas tentang situasi masalah? Kapan mereka merasa yakin dalam pemecahan tertentu? Mengapa mereka dapat menerima beberapa penjelasan lebih dahulu daripada yang lainnya? Mengapa mereka menolak beberapa penjelasan? Mengapa mereka mengadopsi pemecahan final mereka? Apakah mereka akan melakukan secara berbeda di waktu yang akan datang?

3) Penutup

Pada akhir pembelajaran guru bersama siswa menyimpulkan hasil pembelajaran yang telah dilakukan dan memberikan soal-soal untuk dikerjakan di rumah.

Dokumen terkait