• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoretik

6. Hasil Belajar Biologi Siswa

Sejak bayi hingga dewasa manusia selalu belajar. Hal tersebut perlu karena sebagai individu harus menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Individu yang telah dewasa mempunyai pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, kegemaran dan sikap yang pembentukan dan pengembangannya terjadi melalui proses belajar. Belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan. Belajar berhubungan dengan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi ini, dimana perubahan tingkah laku tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan, respon pembawaan, kematangan atau keadaan-keadaan sesaat seseorang.

Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi karena siswa memperoleh sesuatu yang berada di lingkungan sekitar. Lingkungan yang dipelajari oleh siswa berupa keadaan alam, benda-benda, hewan, tumbuhan-tumbuhan, manusia, atau hal-hal lain yang dijadikan bahan ajar.9

Cronbach dalam Nana Syaodih Sukmadinata mengemukakan adanya tujuh unsur-unsur belajar, yaitu:10

Pertama, tujuan. Belajar dimulai karena adanya suatu tujuan yang ingin dicapai. Tujuan itu muncul untuk memenuhi suatu kebutuhan. Perbuatan belajar diarahkan kepada pencapaian sesuatu tujuan dan untuk memenuhi sesuatu kebutuhan. Sesuatu perbuatan belajar akan efisien apabila terarah kepada tujuan yang jelas dan berarti bagi individu.

9

Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT. Rineka Cipta. 2006), h. 7. 10

Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), h. 102.

Kedua, kesiapan. Untuk dapat melakukan perbuatan belajar dengan baik anak atau individu perlu memiliki kesiapan baik kesiapan fisik dan psikis, kesiapan yang berupa kematangan untuk melakukan sesuatu, maupun penguasaan pengetahuan dan kecakapan-kecakapan yang mendasarinya.

Ketiga, situasi. Kegiatan belajar berlangsung dalam situasi belajar. Dalam situasi belajar ini terlibat tempat, lingkungan sekitar, alat dan bahan yang dipelajari, orang-orang yang turut tersangkut dalam kegiatan belajar serta kondisi siswa yang belajar. Kelancaran dan hasil dari belajar banyak dipengaruhi oleh situasi ini, walaupun untuk individu dan pada waktu tertentu situasi aspek dari situasi belajar ini lebih dominan sedang pada individu atau waktu lain aspek lain berpengaruh.

Keempat, interpretasi. Dalam menghadapi situasi, individu mengadakan interpretasi, yaitu melihat hubungan diantara komponen-komponen situasi belajar, melihat makna dari hubungan tersebut dan menghubungkannya dengan kemungkinan pencapaian tujuan. Berdasarkan interpretasi tersebut mungkin individu sampai kepada kesimpulan dapat atau tidak dapat mencapai tujuan.

Kelima, respon. Berpegang kepada hasil dari interpretasi apakah individu munngkin mencapai tujuan yang diharapkan, maka ia memberikan respon. Respon ini mungkin berupa suatu usaha coba-coba (trial and error), atau usaha yang penuh perhitungan dan perencanaan atau pun ia menghentikan usahanya untuk mencapai tujuan tersebut.

Keenam, konsekuensi. Setiap usaha akan membawa hasil, akibat atau konsekuensi itu keberhasilan ataupun kegagalan, demikian juga dengan respons atau usaha belajar siswa. Apabila siswa berhasil dalam belajarnya, siswa akan merasa senang, puas, dan akan lebih meningkatkan semangatnya untuk melakukan usaha-usaha belajar berikutnya.

Ketujuh, reaksi terhadap kegagalan. Selain keberhasilan, kemungkinan lain yang diperoleh siswa dalam belajar adalah kegagalan. Peristiwa ini akan menimbulkan perasaan sedih dan kecewa. Reaksi siswa terhadap kegagalan dalam belajar bisa bermacam-macam. Kegagalan dapat menurunkan semangat dan

memperkecil usaha-usaha belajar selanjutnya. Tetapi, juga dapat sebaliknya, kegagalan membangkitkan semangat yang berlipat ganda untuk menebus dan menutupi kegagalan tersebut.11

Reber dalam kamus susunannya yang tergolong modern, Dictionary of Psychology membatasi belajar dengan dua macam definisi. Pertama, belajar adalah The Process of Acquiring Knowledge, yakni proses memperoleh pengetahuan. Kedua, A relarively permanent change in respons potentiality which occurs as a result of reinforced practice, yaitu suatu perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat.12 Jadi menurut Reber belajar adalah suatu proses memperoleh pengetahuan yang dapat mengubah kemampuan bereaksi seseorang yang bersifat permanen jika dilakukan dengan suatu latihan.

Belajar merupakan suatu proses yang benar-benar bersifat internal. Belajar merupakan suatu proses yang tidak dapat dilihat dengan nyata, proses itu terjadi di dalam diri seseorang yang sedang mengalami belajar. Menurut Good dan Brophy bukan tingkah laku yang nampak, tetapi terutama adalah prosesnya yang terjadi secara internal di dalam diri individu dalam usahanya memperoleh hubungan-hubungan baru.13

Hubungan-hubungan baru itu dapat berupa: antara perangsang-perangsang, antara reaksi-reaksi, atau antara perangsang-reaksi. Faktor-faktor penting yang sangat erat hubungannya dengan proses belajar ialah: kematangan, penyesuaian diri/adaptasi, menghafal/mengingat, pengertian, berpikir dan latihan.

Para ahli mencoba membuat kategori jenis-jenis belajar yang dikenal dengan taksonomi belajar salah satu yang terkenal adalah taksonomi yang disusun oleh Benyamin S. Bloom. Tujuan pendidikan dapat dirumuskan pada tiga tingkatan, pertama, tujuan umum pendidikan yang menentukan perlu tidaknya suatu program diadakan. Kedua, tujuan yang didasarkan atas tingkah laku, yang dimaksud

11

Nana Syaodih Sukmadinata, op.cit., h. 157. 12

Muhibbin syah, Psikologi Pendidikan: dengan pendekatan baru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), h. 91.

berhasilnya pendidikan dalam bentuk tingkah laku yang dimaksud dengan taksonomi. Ketiga, tujuan yang lebih jelas yang dirumuskan secara operasional. Kaum behavioris berpendapat bahwa taksonomi yang dikemukakan oleh Bloom dan kawan-kawan adalah bersifat mental.14 Taksonomi ini merupakan kriteria yang dapat digunakan oleh guru untuk mengevaluasikan mutu tujuannya. Salah satu manfaat taksonomi adalah bahwa guru didorong untuk bertanya adakah ia menekankan segi tertentu atau tidak.

Taksonomi Bloom terdiri dari tiga kategori yaitu yang dikenal sebagai domain atau ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik. Yang dimaksud dengan ranah-ranah ini oleh Bloom adalah perilaku-perilaku yang memang diniatkan untuk ditunjukkan oleh peserta didik atau pelajar dalam cara-cara tertentu, misalnya bagaimana siswa berpikir (kognitif), bagaimana siswa bersikap dan rasakan sesuatu (afektif), dan bagaimana siswa berbuat (psikomotorik). Dalam mengukur kemampuan seorang siswa maka para guru harus memperhatikan ketiga ranah tersebut.

Ranah kognitif memiliki enam taraf mulai pengetahuan sampai evaluasi. a) Menghapal mencakup ingatan dan pengenalan,

b) Pemahaman mencakup interpretasi, pemberian contoh, klarifikasi, meringkas, menyimpulkan, membandingkan, menjelaskan,

c) Aplikasi mencakup melakukan, implementasi,

d) Analisis mencakup membedakan, mengorganisasikan dan memberikan atribut, e) Mengevaluasi mencakup pengecekan, memberi kritik,

f) Mencipta mencakup membengkitkan, merencanakan, memproduksi.15 Ranah Afektif dibagi menjadi lima taraf, yaitu:

a) Memperhatikan, taraf ini mengenai kepekaan siswa terhadap fenomena-fenomena dan perangsang-perangsang tertentu, yaitu menyangkut kesediaan siswa untuk memperhatikannya,

14 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Yogyakarta: Bumi Aksara, 2002), h. 115.

15

Amirul Hadi. Dkk, Teknik Mengajar Secara Sistematis, Terj. dari Systematic Instruction

b) Merespons, pada taraf ini siswa memiliki motivasi yang cukup untuk merespons, c) Menghayati nilai, siswa sudah menghayati nilai tertentu,

d) Mengorganisasikan, siswa menghadapi situasi yang mengandung lebih dari satu nilai.

e) Memperhatikan nilai atau seperangkat nilai, siswa sudah dapat digolongkan sebagai orang yang memegang nilai atau seperangkat nilai tertentu.16

Ranah Psikomotorik, meliputi hal-hal:

a) Persepsi, langkahnya melakukan kegiatan yang bersifat motoris ialah menyadari objek, sifat atau hubungan-hubungan melalui indera,

b) Persiapan, kesiapan untuk melakukan suatu tindakan atau bereaksi terhadap suatu kejadian

c) Respon terbimbing, pada tahap ini penekanan pada kemampuan-kemampuan yang merupakan bagian dari keterampilan yang lebih kompleks,

d) Respon mekanis, siswa sudah yakin akan kemampuannya dan sedikit banyak terampil melakukan suatu perbuatan,

e) Respon kompleks, taraf ini individu dapat melakukan perpuatan motoris yang dianggap kompleks, karena pola gerakan yang dituntut sudah kompleks.17

Seseorang di dalam kehidupan sehari-hari tidak dapat berbuat tanpa melibatkan pikiran dan perasaan walaupun kecil porsinya. Setiap orang merespon dalam berbagai bentuk aktivitas sebagai makhluk yang utuh. Kategori jenis belajar ini disusun untuk menentukan cara-cara pendidik mengevaluasi hasil belajar untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan pembelajaran yang mereka lakukan

b. Hasil Belajar Biologi

Belajar dihasilkan oleh berbagai macam tingkah laku yang berlainan seperti pengetahuan, sikap, keterampilan, kemampuan, informasi, dan nilai. Berbagai macam tingkah laku yang berlainan inilah yang disebut kapabilitas sebagai hasil belajar.

16

Ibid., h. 31-32. 17

Perubahan dalam menunjukkan kinerja (perilaku) berarti belajar menentukan semua keterampilan, pengetahuan dan sikap yang juga didapat oleh setiap siswa dari proses belajarnya.

Secara umum hasil pembelajaran dapat dikategorisasi menjadi tiga (3) indikator, yaitu: (1) efektivitas pembelajaran, yang biasanya diukur dari tingkat keberhasilan (prestasi) siswa dari berbagai sudut: (2) efisiensi pembelajaran, yang biasanya diukur dari waktu belajar dan atau biaya pembelajaran, (3) daya tarik pembelajaran yang selalu diukur dari tendensi siswa ingin belajar secara terus menerus. Secara spesifik, hasil belajar adalah suatu kinerja (performance) yang diindikasikan sebagai suatu kapabilitas (kemampuan) yang telah diperoleh.18

Tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran biologi di sekolah dapat diukur dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes, ini nantinya dapat digunakan untuk menilai hasil proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu. Pemberian tes dilakukan dengan mengacu pada indikator dan keterampilan berpikir tertentu.

Sistem Pendidikan Nasional, rumusan tujuan pendidikan menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin S Bloom yang secara garis besar dibagi menjadi 3 ranah, yaitu:

1) Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari:

 Pengetahuan yang mencakup ingatan akan hal-hal yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan.19 Ingatan merupakan kemampuan psikis untuk memasukkan (learning), menyimpan (retention) dan menimbulkan kembali (remembering) hal-hal yang lampau.20

 Pemahaman, mencakup kemampuan makna dan arti dari bahan yang dipelajari.

18

Ibid., h. 488. 19

WS Winkel SJ. Psikologi Pengajaran. (Jakarta: Grasindo, 1999), h. 245 20

Zikri Neni Iska. Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan. (Jakarta: Kizi Brother’s, 2006), Cet 1 h. 245-247

 Aplikasi, mencakup kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah atau metode bekerja pada suatu kesatuan masalah yang konkret dan baru,

 Analisis, mencakup kemampuan untuk membentuk suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan atau organisasinya dapat dipahami dengan baik,

 Sintesis, mencakup kemampuan untuk membentuk suatu kesatuan atau pola baru, dan

 Evaluasi pendapat mengenai sesuatu atau beberapahal, bersama dengan pertanggung jawaban pendapat itu, yang berdasarkan kriteria tertentu.

Taksonomi Bloom mengalami perubahan, dimana kategori C6 menjadi menciptakan (creating) bukan evaluasi (evaluation). Dimensi proses kognitif perubahan taksonomi Bloom dapat dilihat pada Tabel 2.2 dimensi proses kognitif (Cognitive Proses Dimension).21

2) Ranah Afektif berkenaan dengan sikap dan nilai terdiri dari 5 aspek, yakni;

 Penerimaan, mencakup kepekaan adanya suatu perangsang dan kesediaan untuk memperhatikan rngsangan itu, seperti buku pelajaran dan penjelasan yang diberikan oleh guru,

 Partisipasi atau reaksi, mencakup kerelaan untuk memperhatikan secara aktif dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan,

 Penilaian atau penentuan sikap, mencakup kemampuan memberikan penilaian itu,

 Organisasi, mencakup kemampuan untuk membentuk suatu system nilai sebagai pedoman dan pegangan dalam kehidupan dan

 Pembentukan pola hidup, mencakup kemampuan untuk menghayati nilai-nilai kehidupan sedemikian rupa, sehingga jadi milik pribadi (internalisasi) dan menjadi pegangan nyata dan jelas dalam mengatur kehidupan sendiri.

21

Ahmad Sopyan dkk. Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi. (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h. 18

3) Ranah Psikomotorik adalah kemampuan yang berhubungan dengan keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak, terdiri dari;

 Persepsi, mencakup kemampuan untuk mengadakan diskriminasi yang tepat antara dua perangsang atau lebih, berdasarkan perbedaan antara dua ciri-ciri fisik yang khas pada masing-masing rangsangan,

 Kesiapan, mencakup kemampuan untuk menempatkan dirinya dalam keadaan akan memulai suatu gerakan atau rangkaian gerakan,

 Gerakan terbimbing, mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak-gerik dengan lancar, karena sudah dilatih secukupnya tanpa memperhatikan lagi contoh yang diberikan,

 Gerakan kompleks, mencakup kemampuan untuk melaksanakan suatu keterampilan yang terdiri atas beberapa komponen, dengan lancar, tepat dan efisien,

 Penyesuaian pola gerakan, mencakup kemampuan untuk mengadakan perubahan dan menyesuaikan pola gerak-gerik dengan kondisi setempat atau dengan menunjukan suatu taraf keterampilan yang telah mencapai kemahiran, dan

 Kreatifitas, mencakup kemampuan untuk melahirkan pola gerak-gerik baru, seluruhnya atas dasar prakarsa dan inisiatif sendiri.

Definisi mengenai tiga acuan pada hasil belajar (kognitif, afektif dan psikomotorik) telah dikemukakan oleh beberapa ahli, maka penulis menyimpulkan bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai ukuran kemampuan yang telah dicapai siswa dari proses pembelajaran yang telah dilaluinya. Ukuran dapat diamati dari perubahan tingkah laku yang berkembang dalam diri masing-masing individu, berkat adanya interaksi antar individu dengan lingkungannya.

Semakin terampil seseorang dalam mengaplikasikan pengetahuan dan pengalamannya dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya, maka

akan semakin baik pula hasil belajar yang diperolehnya. Untuk mendapatkan prestasi belajar yang baik perlu adanya dorongan seawal mungkin, hal tersebut dilakukan karena ada harapan yang dapat menimbulkan motivasi siswa untuk mempelajari dan memahami pelajaran yang diberikan. Hasil belajar adalah kemampuan - kemampuan yang dimiliki siswa setelah pengalaman belajar.

Kriteria mengenai hasil belajar biologi dapat dilihat pada Gambar 2.2. di bawah ini.

Gambar 2.2. Hasil Belajar Siswa

Gambar 2.2 di atas menunjukkan bahwa hasil belajar disebabkan oleh adanya kegiatan evaluasi belajar (tes) dan evaluasi belajar dilakukan karena adanya kegiatan belajar. Baik buruknya hasil belajar sangat tergantung dari pengetahuan dan perubahan perilaku dari individu yang bersangkutan terhadap apa yang dipelajarinya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melaluai kegiatan belajar.

Hasil belajar biologi siswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengetahuan yang dicapai siswa pada matapelajaran biologi setelah

Pengetahuan

Perilaku

Belajar Tes Hasil

Belajar

mengalami proses pengajaran di sekolah dari hasil tes atau ujian yang diberikan setelah melewati proses belajar pada akhir rumusan tertentu.

Tabel 2.2 Dimensi Proses Kognitif Kategori

Kognitif Proses Kognitif

C1 Menghapal : Mengungkap pengetahuan yang relevan dari memori jangka panjang, pengenalan (recognizing), ingatan (recalling)

C2

Memahami: membangun makna dari pesan-pesan, lisan, tulisan dan komunikasi grafik

Interpelasi (Interpreting), pemberian contoh (Exemplifying) , Klarifikasi (Classifying) Meringkas (sumarize) Menyimpulkjan (Inferring) Membandingkan (Comparing) Menjelaskan (Exemplaining) C3

Mengaplikasikan (Aplication): Melakukan atau menggunakan prosedur dalam situasi yang diberikan

Melakukan (Executing)

Implementasi (Implementation)

C4

Menganalisis: Menguraikan materi ke unsur penyusunnya dengan menentukan bagaimana unsur-unsur tersebut berkaitan dengan yang lain dan menjasi bagian dari keseluruhan

Membedakan (Differenitating), mengorganisasi (Organizing) Memberikan Atribut (Atributing),

C5

Menegevaluasi (Evaluation) : Membuat keputusan berdasarkan kriteria dan standar

Pengecekan (Checking) dan memberi kritik (Producing)

C6

Mencipta (Creating) : Menempatkan elemen-elemen secara bersama untuk membentuk suatu koherensi atau fungsi meneyeluruh,

mengorganisasi elemen-elemen ke dalam bentuk struktur baru Membangkitkan (Generating)

Merencanakan (Planning) Memproduksi (Producing)

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar

Kegiatan dalam pembelajaran menjadikan berbagai perubahan yang dimiliki siswa selama proses belajar, proses tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor, yakni faktor dari dalam diri siswa (internal) dan faktor dari luar (eksternal) sehingga dapat memberikan pengaruh terhadap hasil belajarnya.

Aliran psikologi kognitif memandang hasil belajar adalah mengembangkan berbagai strategi untuk mencatat dan memperoleh informasi, siswa harus aktif menemukan informasi-informasi tersebut dan guru menjadi partner siswa dalam proses penemuan berbagai informasi dan makna-makna dan informasi yang diperolehnya dalam pelajaran yang dibahas dan dikaji bersama.22

Hasil belajar adalah suatu perubahan yang terjadi pada individu, bukan hanya perubahan mengenai pengetahuan, tetapi juga perubahan untuk membentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, penguasaan dan penghargaan dalam diri pribadi individu yang belajar. Hasil belajar itu dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

1) Faktor internal

a) Faktor biologis (jasmaniah)

Keadaan jasmani yang perlu diperhatikan, pertama kondisi fisik yang normal atau tidak memiliki cacat sejak dalam kandungan sampai sesudah lahir. Kondisi fisik normal ini terutama harus meliputi keadaan otak, panca indera, anggota tubuh. Kedua, kondisi kesehatan fisik. Kondisi fisik yang sehat dan segar sangat mempengaruhi keberhasilan belajar. Di dalam menjaga kesehatan fisik, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain makan dan minum yang teratur, olahraga serta cukup tidur.

22

b) Faktor Psikologis

Faktor psikologis yang mempengaruhi keberhasilan belajar ini meliputi segala hal yang berkaitan dengan kondisi mental seseorang. Kondisi mental yang dapat menunjang keberhasilan belajar adalah kondisi mental yang mantap dan stabil. Faktor psikologis ini meliputi hal-hal berikut. Pertama, intelegensi. Intelegensi atau tingkat kecerdasan dasar seseorang memang berpengaruh besar terhadap keberhasilan belajar seseorang. Kedua, kemauan. Kemauan dapat dikatakan faktor utama penentu keberhasilan belajar seseorang. Ketiga, bakat. Bakat ini bukan menentukan mampu atau tidaknya seseorang dalam suatu bidang, melainkan lebih banyak menentukan tinggi rendahnya kemampuan seseorang dalam suatu bidang.

2) Faktor Eksternal

a) Faktor lingkungan keluarga

Faktor lingkungan rumah atau keluarga ini merupakan lingkungan pertama dan utama pula dalam menentukan keberhasilan belajar seseorang. Suasana lingkungan rumah yang cukup tenang, adanya perhatian orangtua terhadap perkembangan proses belajar dan pendidikan anak-anaknya maka akan mempengaruhi keberhasilan belajarnya.

b) Faktor lingkungan sekolah

Lingkungan sekolah sangat diperlukan untuk menentukan keberhasilan belajar siswa. Hal yang paling mempengaruhi keberhasilan belajar para siswa disekolah mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, pelajaran, waktu sekolah, tata tertib atau disiplin yang ditegakkan secara konsekuen dan konsisten.

c) Faktor lingkungan masyarakat

Seorang siswa hendaknya dapat memilih lingkungan masyarakat yang dapat menunjang keberhasilan belajar. Masyarakat merupkan faktor ekstern yang juga berpengruh terhadap belajar siswa karena keberadaannya dalam masyarakat.

Lingkungan yang dapat menunjang keberhasilan belajar diantaranya adalah, lembaga-lembaga pendidikan nonformal, seperti kursus bahasa asing, bimbingan tes, pengajian remaja dan lain-lain.

Faktor-faktor tersebut diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar seseorang dan dapat mencegah siswa dari penyebab-penyebab terhambatnya pembelajaran.

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar yang meliputi faktor internal dan faktor eksternal dapat diskemakan akan tampak seperti pada gambar 2.3.23 Pada gambar tersebut faktor eksternal meliputi lingkungan dan instrumental sedangkan pada faktor internal mencakup faktor fisiologis dan faktor psikologis. Hasil belajar siswa akan meningkat jika faktor internal kuat dan faktor eksternal siswa mendukung.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi belajar siswa baik secara langsung maupun tidak langsung. Faktor-faktor tersebut digolongkan menjadi tiga macam yaitu: Faktor-faktor stimulasi belajar, mencakup panjangnya bahan pelajaran, kesulitan bahan pelajaran, berartinya bahan pelajaran, berat ringannya tugas, dan suasana lingkungan eksternal. Faktor-faktor metode belajar, mencakup kegiatan berlatih, resistensi dalam belajar, pengenalan tentang hasil-hasil belajar, bimbingan dalam belajar dan kondisi-kondisi intensif. Faktor-faktor individual, mencakup usia kronologis, perbedaan jenis kelamin, pengalaman sebelumnya, kapasitas mental, kondisi kesehatan jasmani, kondisi kesehatan rohani dan motivasi. Motivasi berasal dari kata motif yang berarti tenaga dinamik yang mempengaruhi pikiran, emosi dan tingkah laku sehingga orang mau melakukan sesuatu.24

23

Yudhi Munadi, Media Pembelajaran: Sebuah Pendekatan Baru, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2008), h.35.

24

Gambar 2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar

Sikap ini sendiri sebenarnya terdapat tiga komponen yaitu: komponen kognitif, komponen afektif dan komponen psikomotif. Seseorang pasti memiliki sikap terhadap kondisi tertentu, orang yang menganggap suatu objek yang bernilai bagi dirinya maka orang tersebut bersifat positif begitu pula sebaliknya. Bila berdasarkan informasi itu timbul perasaan positif dan negatif terhadap objek maka menimbulkan kecenderungan bertingkah laku tertentu.

Seseorang sudah mulai dengan benar, berarti orang tersebut setelah proses belajarnya selesai akan memperoleh perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku tersebut dari tidak tahu menjadi tahu. Seseorang harus melalui beberapa tahapan yaitu:

Guru Kondisi Fisiologis

Kondisi panca indera

Sarana dan prasarana Intelegensi

Psikologis Minat dan bakat Motif dan Motivasi Suasana lingkungan rumah Kurikulum Lembaga pendidikan nonformal Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar Faktor Internal Faktor Ekstern-al Faktor Fisiologis Faktor Psikologis Faktor Lingkungan Rumah Faktor Lingkungan Sekolah Faktor Lingkungan Masyarakat

motivasi, perhatian pada pelajaran, menerima dan mengingat, generalisasi dan beri latihan atau umpan balik.

Belajar disini adalah suatu proses aktif yang memerlukan dorongan dan bimbingan itu timbul dari lingkungan tempat orang yang bersangkutan berinteraksi. Dorongan yang diberikan dalam belajar dimaksudkan agar motivasi dapat timbul dalam diri siswa. Dari tahapan-tahapan tersebut di atas motivasi merupakan hal yang sangat penting, motivasi mempengaruhi tahapan-tahapan lain.

Proses belajar mengajar, guru diharapkan untuk pandai memilih metode-metode yang bervariasi dari sekian banyak metode yang ditemui oleh para ahli sebelum guru menyampaikan materi pengajaran untuk mencapai tujuan tertentu, sehingga metode tersebut dapat disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan atau diajarkan, juga sesuai dengan kondisi dan kemampuan masing-masing siswa dalam kelas tersebut, secara umum guru harus memahami kedudukan metode sebagai alat motivasi

Dokumen terkait