• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Penggunaan Model Active Knowledge Sharing Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Dunia Hewan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Penggunaan Model Active Knowledge Sharing Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Dunia Hewan"

Copied!
289
0
0

Teks penuh

(1)

(Penelitian Kuasi Eksperimen pada Kelas X MAN 11 Jakarta)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan

Oleh

LINA FARISSHANA

109016100010

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)

i

ABSTRAK

Lina Farisshana (109016100010). Pengaruh Penggunaan Model Active

Knowledge Sharing Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Dunia

Hewan (Kuasi Eksperimen di MAN 11 Jakarta).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model active knowledge sharing terhadap hasil belajar siswa pada konsep dunia hewan. Penelitian ini dilakukan di MAN 11 Jakarta tahun pelajaran 2015-2016. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi eksperimen. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas X IPA 1 sebagai kelas eksperimen yang diberi perlakuan model active knowledge sharing dan siswa kelas X IPA 2 sebagai kelas kontrol yang diberi perlakuan direct instruction yang biasa digunakan di MAN 11 Jakarta. Perolehan nilai rata-rata posttest kelas eksperimen 84,17 dan kelas kontrol 76,39. Analisis data proses kedua kelompok menggunakan uji Mann-Whitney U diperoleh hasil Z-hitung sebesar 9,74 dan Z-tabel pada taraf signifikansi 5% sebesar 1,65, maka Z-hitung > Z-tabel. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh model active knowledge sharing terhadap hasil belajar siswa pada konsep dunia hewan.

(6)

ii ABSTRACT

Lina Farisshana, (109016100010). The Effect of Active Knowledge Sharing Against Student Learning Outcomes on Animal World Concepts (Quasi Experimental in MAN 11 Jakarta).

This study aims to determine the effect of Active Knowledge Sharing against student learning outcomes on Animal World concepts. This research was conducted in Jakarta MAN 11 academic year 2015-2016. The method used in this study is quasi-experimental methods. Samples were students of class X Science 1 as an experimental class-student treated with the Active Knowledge Sharing Model and the students of class XI IPA 2 as class treated controls in MAN 11 Jakarta with direct instruction. Obtaining the average value of 84,17 posttest experimental class and control class 76,39. Data analysis process two groups using Mann Whitney U test results obtained 9,74 Z-test and Z-table at 5% significance level of 1,65, then Z-test > Z-table. The results of this study indicate that there are significant the Active Knowledge Sharing against student learning outcomes on Animal World concept.

(7)

iii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Segala puji bagi Allah, dengan Rahmat dan Hidayah-Nya yang selalu tercurahkan kepada seluruh hamba-Nya. Penulis senantiasa memanjatkan puji syukur kepada-Nya atas segala nikmat dan karunia-Nya yang tak terhingga. Dengan nikmat Iman dan Islam, sehat wal’afiat, penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul Pengaruh Penggunaan Model Active Knowledge Sharing Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Dunia Hewan.

Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu tugas akhir untuk mendapatkan gelar S1 di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Baiq Hana Susanti, M.Sc, Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Sekaligus sebagai pembimbing akademik dan Pembimbing II yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dari awal sampai sekarang, juga dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai. 3. Dr. Yanti Herlanti, M.Pd, Ketua Program Studi Pendidikan Biologi,

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Dr. Ahmad Sofyan, M. Pd, Pembimbing I yang telah membimbing peneliti dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai.

(8)

iv

6. Bapak Amir Qodhir, M. Pd, Guru bidang studi Biologi di MAN 11 Jakarta yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama terlaksananya penelitian skripsi.

7. Seluruh keluarga besar MAN 11 Jakarta terutama kepada kelas X IPA 1 dan X IPA 2 yang telah bersedia bekerjasama selama penelitian.

8. Mama dan Papa (kedua orang tua), Lana Farisshana (saudara kembar), M. Rivaldi (adik), Haris Al Muzakky (adik), M. Faris Ashim (suami), Alifa dan Aluna (anak) serta Encing-encing yang senantiasa mencurahkan kasih sayang dan doanya serta memberikan dukungan sehingga penulis dapat meyelesaikan skripsi ini.

9. Teman-teman seperjuangan kelas Biologi A 2009. Terima kasih atas kerjasama, dukungan, bantuan, dan doanya.

10. Pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, penulis akan selalu mengingat atas kebaikan dan bantuannya.

Semoga laporan ini dapat memberikan pengetahuan baru bagi kita semua. Aamin Yaa Rabbal ‘alamiin

Jakarta, 26 Juni 2016

(9)

v

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Perumusan Masalah ... 6

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS ... 8

A. Deskripsi Teoretik ... 8

1. Pengertian Model Pembelajaran ... 8

2. Model Active Knowledge Sharing ... 9

3. Model dari Motivasi Berbagi Pengetahuan ... 10

4. Prosedur Active Knowledge Sharing ... 12

5. Strategi Active Learning ... 13

a. Pengertian Active Learning ... 13

b. Prinsip-prinsip Strategi Active Learning ... 15

c. Komponen Strategi Active Learning dan Pendukungnya .. 15

6. Hasil Belajar Biologi Siswa... 20

a. Pengertian Belajar ... 20

b. Hasil Belajar Biologi ... 24

c. Faktor yang mempengaruhi hasil belajar ... 30

7. Tinjauan Konsep Dunia Hewan ... 34

a. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Konsep Dunia Hewan ... 34

b. Kajian Konsep Dunia Hewan ... 35

1) Ciri umum dunia hewan ... 36

2) Dasar klasifikasi dunia hewan ... 37

3) Klasifikasi dunia hewan ... 37

a) Filum Porifera (Spons) ... 37

(10)

vi

c) Filum Platyhelminthes (cacing pipih) ... 38

d) Filum Nematoda (cacing gilig) ... 39

e) Filum Annelida ... 39

f) Filum Mollusca ... 39

g) Filum Arthopoda ... 40

h) Filum Echinodermata ... 40

i) Filum Chordata ... 41

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 41

C. Kerangka Berpikir ... 44

D. Hipotesis ... 45

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 46

A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 46

B. Metode dan Desain Penelitian ... 46

1. Metode Penelitian ... 46

2. Desain Penelitian ... 46

C. Populasi dan Sampel ... 49

1. Populasi ... 49

2. Sampel ... 49

D. Teknik Pengumpulan Data ... 49

E. Kalibrasi Instrumen ... 52

1. Validitas ... 52

2. Reliabilitas ... 53

3. Taraf Kesukaran Butir Soal ... 54

4. Analisis Daya Beda ... 56

F. Teknik Analisis Data ... 57

1. Pengujian Prasyarat Analisis Data ... 57

a. Uji Normalitas ... 57

b. Uji Homogenitas ... 58

2. Analisis Data Hasil Belajar ... 59

a. Uji Mann Whitney ... 59

G. Hipotesis Statistik ... 60

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 62

A. Hasil Penelitian ... 62

1. Deskripsi Data Hasil Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 62

B. Pengujian Persyaratan Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 64

1. Uji Persyaratan Analisis Data ... 64

a. Uji Normalitas ... 64

(11)

vii

2. Pengujian Hipotesis ... 66

a. Uji Mann Whitney ... 66

3. Data Hasil Proses Pembelajaran ... 67

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 68

1. Interpretasi Data ... 68

2. Pembahasan ... 68

BAB V PENUTUP ... 74

A. Kesimpulan ... 74

B. Saran ... 74

DAFTAR PUSTAKA ... 75

(12)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kegiatan-kegiatan Dalam Belajar Aktif ... 19

Tabel 2.2 Dimensi Proses Kognitif ... 29

Tabel 2.3 Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Konsep Dunia Hewan. ... 34

Tabel 3.1 Desain Penelitian... 47

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Tes ... 51

Tabel 3.3 Interpretasi Kriteria Reliabilitas Instrumen ... 54

Tabel 3.4 Interpretasi Kriteria Tingkat Kesukaran Instrumen ... 55

Tabel 3.5 Index Daya Pembeda ... 56

Tabel 4.1 Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 63

Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 64

Tabel 4.3 Hasil Uji Homogenitas Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 65

Tabel 4.4 Hasil Uji-Mann Whitney U kelas eksperimen dan kelas kontrol ... 67

(13)

ix

(14)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 77

Lampiran 2. Uji Instrumen Penelitian ... 93

Lampiran 3. Hasil Analisa Instrumen Penelitian ... 100

Lampiran 4. Instrumen Penelitian ... 110

Lampiran 5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen ... 112

Lampiran 6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol ... 181

Lampiran 7. Kunci Jawaban Soal Active Knowledge Sharing ... 220

Lampiran 8. Data Nilai Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 236

Lampiran 9. Perhitungan Mean, Median, Modus dan Standar Deviasi Data Pretest dan Posttest Kelas Kontrol ... 244

Lampiran 10. Perhitungan Mean, Median, Modus dan Standar Deviasi Data Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen ... 248

Lampiran 11. Uji Normalitas Data Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 252

Lampiran 12. Uji Homogenitas Data Pretest ... 255

Lampiran 13. Uji Homogenitas Data Postest ... 256

Lampiran 14. Uji Mann Whitney U ... 257

Lampiran 15. Rekapitulasi Nilai Catatan Kelas Eksperimen ... 261

Lampiran 16. Lembar Jawaban Siswa ... 263

Lampiran 17. Uji Referensi. ... 268

(15)

1

A. Latar Belakang Masalah

Prestasi pendidikan di Indonesia masih tertinggal jauh dibandingkan dengan Negara-negara Asia lainnya, seperti Singapura, Jepang dan Malaysia. Hal ini disebabkan lemahnya sumber daya manusia yang dihasilkan dalam pendidikan Indonesia, untuk itulah sektor pendidikan harus mendapatkan perhatian yang lebih, sehingga SDM yang dihasilkan benar-benar berkualitas.1

Pendidikan merupakan bagian dari masa depan manusia yang dibekali dengan akal dan pikiran. Pendidikan mempunyai peranan penting untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan hidup suatu bangsa, karena pendidikan merupakan proses untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia.

Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan formal bertugas untuk menghasilkan peserta didik yang berkualitas agar dapat berperan aktif dalam masyarakat. Peserta didik yang utuh dan berkualitas adalah peserta didik yang seimbang antara kemampuan moral, intelektual, sikap, keterampilan, dan mampu berpikir kritis yang didapatkan melalui proses belajar mengajar di sekolah.

Guru diharapkan dapat memilih strategi pembelajaran yang sesuai dengan kondisi kelas maupun kondisi siswanya. Pemilihan strategi pembelajaran yang tepat diharapkan guru dapat menyampaikan materi biologi dengan lebih interaktif, menarik dan menyenangkan. Kondisi belajar yang menarik dan menyenangkan akan meningkatkan keaktifan belajar siswa.

1

(16)

2

Model pembelajaran merupakan sarana interaksi guru dengan siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Interaksi yang baik antara guru dan siswa ditandai dengan komunikasi belajar yang baik antara guru dengan siswa, siswa dengan guru, serta siswa dengan siswa”.2

Joyce & Weil berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas.3

Hasil belajar dapat dipengaruhi oleh faktor internal, salah satunya adalah minat belajar siswa dan faktor eksternal, diantaranya adalah model pembelajaran, sarana dan prasarana yang mendukung, dan faktor lingkungan sekolah. Hasil belajar siswa dapat diketahui melalui tiga aspek yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor.

Pembelajaran biologi menuntut kreatifitas dalam menyampaikan materi. Permasalahan yang sering terjadi pada pembelajaran biologi adalah masih dominannya model pembelajaran konvensional (ceramah). Model pembelajaran konvensional (ceramah) kurang memberikan kesempatan siswa untuk aktif dalam pembelajaran sehingga siswa cenderung hanya diam dan hanya mendengarkan penjelasan dari guru saja (teacher centre), model pembelajaran konvensional kurang memfasilitasi kerjasama tim antar siswa satu dengan yang lain, sehingga siswa cenderung individual/perseorangan di dalam pembelajaran dan kurang siapnya siswa dalam mempersiapkan materi pembelajaran, serta kurangnya minat siswa pada pelajaran.

Pembelajaran konvensional (ceramah) hanya memfokuskan pada guru (teacher centre). Untuk mengubah dari pembelajaran yang hanya fokus pada guru menjadi fokus pada siswa (student centre) dapat menerapkan pembelajaran aktif (active learning). Penerapan menggunakan pembelajaran

2

Asri Nafi'a Dewi, Pengaruh Penggunaan Model Active Knowledge Sharing Terhadap Hasil Belajar Ditinjau Dari Minat Belajar Siswa SMA N 2 Karanganyar”, Jurnal Pendidikan Biologi, 2012, h. 4.

3

Rusman, Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru,

(17)

aktif (active learning) agar merangsang siswa menjadi aktif dalam pembelajaran maupun aktif dalam mecari informasi dari berbagai sumber.

Hal ini didasari dari hasil wawancara dengan salah satu guru di MAN 11 Jakarta. Diketahui bahwa selama proses pembelajaran siswa terlihat kurang aktif. Hal ini dikarenakan guru menggunakan metode ceramah, siswa menjadi pasif dan dan hanya mendengarkan guru presentasi di depan kelas. Siswa hanya berperan sebagai audience.

Pengajaran yang baik menurut Nur dalam jurnal yang ditulis oleh Pinkan Amita Tri Prasasti yang berjudul “Pengaruh Penerapan Strategi Pembelajaran Active Knowledge Sharing Terhadap Keterampilan Proses Sains dan Hasil Belajar Ranah Kognitif dan Ranah Afektif Siswa kelas X semester genap SMA Negeri 2 Karanganyar” meliputi mengajarkan siswa bagaimana belajar, bagaimana mengingat, bagaimana perpikir, dan bagaimana memotivasi diri mereka sendiri. Melihat salah satu kelemahan yang dimiliki guru tersebut, peneliti mencoba untuk menggunakan sebuah strategi pembelajaran, yakni siswa diminta untuk menentukan sendiri keinginan mereka cara belajar yang menarik hati dan memotivasi siswa untuk belajar.4

Pembelajaran sains-biologi menuntut peserta didik untuk dapat menemukan pengertian sendiri, apakah itu berarti mereka diharuskan menemukan kembali prinsip-prinsip sains sejak awal, jawabannya tentu terletak pada pemahaman konsep bahwa dalam pengajaran sains, yang paling utama ialah penekanan pada self construction dalam belajar dan tentu saja tidak mungkin peserta didik dituntut untuk menemukan kebenaran sains secara mutlak. Dengan menerapkan penemuan dalam tahap-tahap penemuan eksploratif, penemuan bebas dan penemuan eksperimental, maka sedikit demi sedikit self construction tersebut dapat dikembangkan. Kurangnya interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa dan siswa dengan sumber maupun media belajar dalam kegiatan pembelajaran menyebabkan kurangnya

4

(18)

4

kemampuan psikomotor dan afektif siswa. Siswa jarang berdiskusi dan bekerja sama dengan siswa lain yang mengakibatkan siswa menjadi pasif, keterampilan proses sains tidak berkembang, dan sikap ilmiah siswa kurang. Kebanyakan siswa hanya berorientasi pada kemampuan kognitif saja serta menganggap bahwa biologi merupakan mata pelajaran yang banyak menghafal dan membosankan sehingga timbul rasa malas untuk belajar biologi. Keterampilan proses sains siswa menjadi kurang terakomodasi dengan baik yang seharusnya ada dalam pembelajaran biologi. Berdasarkan pernyataan–pernyataan tersebut maka diperlukan suatu inovasi dalam pembelajaran berupa model pembelajaran yang mampu membuat siswa lebih aktif dan membantu siswa dalam penguasaan konsep Biologi.

Materi yang diajarkan dalam penelitian ini adalah materi mengenai Dunia Hewan. Materi ini banyak hal yang harus diinformasikan kepada anak, bersifat cukup abstrak, agak sulit dipahami, namun bisa disampaikan dengan strategi belajar yang bervariasi. Berdasarkan hal tersebut guru dan peneliti berusaha untuk mewujudkan keinginan anak dengan menyerahkan kepada siswa cara belajar yang diinginkan, kemudian guru berusaha membawa dan membimbing siswa dalam kondisi yang diinginkan tadi, dengan harapan belajar sesuai dengan keinginan siswa akan mampu memotivasi dan mempercepat pemahaman siswa terhadap materi pelajaran dengan berbagi pengetahuan yang mereka miliki. Model pembelajaran ini disebut Active Knowledge Sharing.

(19)

Strategi Active Knowledge Sharing ini memiliki manfaat di antaranya: 1) Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru, mendorong siswa untuk berpikir dan berbagi pengetahuan, 2) Bersikap obyektif, jujur, dan terbuka, 3) Situasi proses belajar menjadi lebih merangsang siswa, 4) Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu.

Anggapan yang dimaksud di atas tentu perlu dibuktikan kebenarannya. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan dengan tujuan mendapatkan gambaran tentang pengaruh model Active Knowledge Sharing terhadap hasil belajar siswa pada materi Dunia Hewan.

Strategi Active Knowledge Sharing dapat digunakan untuk melihat tingkat kemampuan siswa. Strategi ini dapat dilakukan pada hampir semua mata pelajaran. Siswa dapat belajar secara aktif dengan menggunakan pemikirannya artinya siswa dapat berpikir mandiri dan inovatif tidak hanya menerima dari guru saja. Siswa diberi lebih banyak kesempatan untuk menyampaikan pendapatnya baik dalam hal menjawab pertanyaan, bertanya kepada guru maupun teman lain saat proses pembelajaran. Siswa dapat bekerja sama dengan teman yang lain untuk bertukar pengetahuan sehingga akan termotivasi untuk belajar dengan melakukan aktivitas-aktivitas pembelajaran sehingga hasil belajarnya meningkat.

Perolehan hasil belajar yang maksimal diperlukan upaya atau strategi dalam proses pembelajaran, sehingga peneliti mengambil judul “Pengaruh

Penggunaan Model Active Knowledge Sharing Terhadap Hasil Belajar

Siswa pada Konsep Dunia Hewan”.

B. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah dalam penelitian ini, meliputi:

(20)

6

2. Siswa tidak dilibatkan secara langsung dalam proses pembelajaran sehingga kurang siapnya siswa dalam mempersiapkan diri dalam pembelajaran.

3. Konsep-konsep biologi yang disampaikan oleh guru sering kali membosankan siswa dalam proses penyampaian.

C. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah dalampenelitian ini, meliputi:

1. Model pembelajaran yang digunakan adalah model aktif berbagi pengetahuan (Active Knowledge Sharing).

2. Hasil belajar biologi pada materi Dunia Hewan yang diukur dengan tes kognitif dengan jenjang kognitif yaitu: (1) Pengetahuan/ingatan, (2) Pemahaman, (3) Penerapan dan (4) Analisis, (5) Evaluasi dan (6) Mencipta dilakukan dengan cara pemberian tes.

D. Perumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimanakah pengaruh model Active Knowledge Sharing terhadap hasil belajar siswa pada Konsep Dunia Hewan?”.

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan model Active Knowledge Sharing terhadap hasil belajar siswa pada Konsep Dunia Hewan.

Manfaat penelitian ini adalah: 1. Bagi peneliti

Membantu guru dalam melakukan perbaikan-perbaikan metode belajar guna meningkatkan mutu pengajaran, karena keberhasilan proses belajar mengajar tidak terlepas dari peran serta guru. Dan menambah wawasan dan pemahaman dalam upaya menerapkan model pembelajaran.

(21)

Memberikan informasi tentang penerapan pembelajaran model pembelajaran aktif yaitu pembelajaran aktif berbagi pengetahuan (Active Knowledge Sharing) untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Serta sebagai bahan pertimbangan dalam memilih model pembelajaran sebagai upaya meningkatkan cara berpikir dan berbagi pengetahuan siswa serta mengembangkan bakat dan kecakapan individu siswa.

3. Bagi siswa

(22)

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN

HIPOTESIS PENELITIAN

A. Deskripsi Teoretik

1. Pengertian Model Pembelajaran

Strategi menurut Kemp dalam buku Rusman adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Senada dengan pendapatnya Kemp, Dick and Carey juga menyebutkan bahwa strategi pembelajaran itu adalah suatu perangkat materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada peserta didik atau siswa. Upaya mengimplementasikan rencana pembelajaran yang telah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun dapat tercapai secara optimal, maka diperlukan suatu metode yang digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Dengan demikian, dapat terjadi satu strategi pembelajaran menggunakan beberapa metode. Misalnya, untuk melaksanakan strategi ekspositori bisa digunakan metode ceramah sekaligus metode tanya jawab atau bahkan diskusi dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia termasuk menggunakan media pembelajaran. Oleh sebab itu, strategi berbeda dengan metode. Strategi menunjukkan pada sebuah perencanaan untuk mencapai sesuatu, sedangkan metode adalah cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan strategi. Dengan kata lain, strategi adalah a plan of operation achieving something; sedangkan metode adalah a way in achieving something.1

Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang terhadap proses pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Roy Kellen dalam

1

(23)

buku Rusman mencatat bahwa terdapat dua pendekatan dalam pembelajaran, yaitu pendekatan yang berpusat pada guru (teacher-centered approaches) dan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student-centered approaches). Pendekatan yang berpusat pada guru menurunkan strategi pembelajaran langsung (direct instruction), pembelajaran deduktif atau pembelajaran ekspositori. Sedangkan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa menurunkan strategi pembelajaran inkuiri dan diskoveri serta pembelajaran induktif.

Sedangkan model-model pembelajaran sendiri biasanya disusun berdasarkan berbagai prinsip atau teori pengetahuan. Para ahli menyusun model pembelajaran berdasarkan prinsip-prinsip pembelajaran, teori-teori psikologis, sosiologis, analisis sistem, atau teori-teori lain yang mendukung. Joyce & Weil mempelajari model-model pembelajaran berdasarkan teori belajar yang dikelompokkan menjadi empat model pembelajaran. Model tersebut merupakan pola umum perilaku pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Joyce & Weil berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain. Model pembelajaran dapat dijadikan pilihan, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikannya.2

2. Model Active Knowledge Sharing.

Model pembelajaran Active Knowledge Sharing adalah model pembelajaran yang dapat membuat siswa siap belajar materi pembelajaran dengan cepat serta dapat meningkatkan siswa dalam membentuk kerjasama tim. Model pembelajaran ini menuntut siswa untuk mampu bekerjasama untuk memecahkan

2

(24)

10

suatu permasalahan pada topik yang dibicarakan. Melalui proses saling berbagi siswa dapat saling bertukar pengetahuan sehingga materi yang dipelajari akan tertanam kuat dalam memori siswa dan tidak mudah dilupakan.

Prinsip saling tukar pengetahuan (Knowledge Sharing) seperti diungkapkan oleh Bechina dan Bommen adalah mentransfer pengetahuan kepada orang lain. Antara seseorang yang satu dengan yang lain dapat saling bertukar pengetahuan yang berasal dari pengalaman masing-masing. Saling tukar pengetahuan juga didefinisikan sebagai suatu proses pertukaran pengetahuan antara paling sedikit dua orang melalui suatu proses timbal balik. Penjelasan tersebut dapat diaplikasikan dalam proses pembelajaran yaitu siswa yang tahu menyampaikan apa yang tidak diketahui oleh temannya sedangkan siswa yang tidak tahu berusaha mencari tahu pada teman lebih tahu agar dapat memecahkan suatu permasalahan yang timbul pada proses pembelajaran.

3. Model dari Motivasi Berbagi Pengetahuan

Motivasi belajar siswa merupakan faktor utama yang menentukan keberhasilan belajarnya. Kadar motivasi ini banyak ditentukan oleh kadar kebermaknaan bahan pelajaran dan kegiatan pembelajaran yang dimiliki oleh siswa yang bersangkutan. Motivasi belajar ada dua macam yaitu motivasi yang datang dari dalam diri anak, disebut motivasi intrinsik, dan motivasi yang diakibatkan dari luar, disebut motivasi ekstrinsik. Motivasi dapat diartikan segala daya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.

(25)

Uraian-uraian mengenai motivasi belajar di atas memberi gambaran bahwa motivasi belajar adalah proses internal yang merupakan salah satu faktor utama yang menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Pentingnya peranan motivasi dalam proses pembelajaran perlu dipahami oleh pendidik agar dapat melakukan berbagai bentuk tindakan atau bantuan kepada siswa. Motivasi dirumuskan sebagai dorongan, baik diakibatkan faktor dari dalam maupun luar siswa, untuk mencapai tujuan tertentu guna memenuhi atau memuaskan suatu kebutuhan. Dalam konteks pembelajaran maka kebutuhan tersebut berhubungan dengan kebutuhan untuk pelajaran. Peran motivasi dalam proses pembelajaran, motivasi belajar siswa dapat dianalogikan sebagai bahan bakar untuk menggerakkan mesin, motivasi belajar yang memadai akan mendorong siswa berperilaku aktif untuk berprestasi dalam kelas, tetapi motivasi yang terlalu kuat justru dapat berpengaruh negatif terhadap keefektifan usaha belajar siswa.

Motivasi-motivasi belajar, yaitu:

a. Teori belajar M. Gagne ini membantu guru untuk memahami proses belajar yang terjadi di dalam peserta didik, mengerti kondisi-kondisi dan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi dan memperlancar proses belajar.

b. Belajar merupakan seperangkat proses yang bersifat internal bagi setiap individu yang merupakan hasil transformasi rangsangan yang berasal dari peristiwa eksternal di lingkungan individu yang bersangkutan. c. Ada Sembilan peristiwa belajar Gagne yaitu: 1) Gaining Attention; yaitu

(26)

12

mulailah dengan menyajikan stimulus, 5) Providing Learning Guidance; berikan bimbingan belajar, 6) Eliciting Performance; tingkatkan kinerja, 7) Providing Feedback; berikan umpan balik, 8) Assessing Performance; mengukur capaian hasil belajar, 9)Enhancing Retention and Transfer; tingkatkan capaian hasil belajar sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan untuk dicapai.

d. Teori belajar Gagne tersebut dapat dijadikan acuan atau landasan dalam melakukan intervensi pembelajaran biologi, sehingga dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi kegiatan dan proses pembelajaran melalui pengembangan system instruksional.3

4. Prosedur Active Knowledge Sharing

Prosedur Active Knowledge Sharing adalah sebagai berikut:

a. Daftar pertanyaan ( yang terkait dengan materi pelajaran ) harus disediakan. Dapat menyertakan beberapa atau semua dari ketegori-kategori berikut ini:

1) Kata-kata untuk didefinisikan.

2) Pertanyaan pilihan ganda mengenai fakta atau konsep. 3) Orang yang hendak diidentifikasi

4) Pertanyaan-pertanyaan tentang tindakan yang bisa diambil oleh seseorang dalam situasi tertentu

5) Kalimat tidak lengkap

b. Perintahkan siswa untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan sebaik-baiknya.

c. Kemudian perintahkan siswa untuk menyebar di dalam ruangan, mencari siswa yang dapat menjawab pertanyaan yang tidak tahu cara menjawabnya. Doronglah siswa untuk saling membantu.

3

(27)

d. Perintahkan siswa untuk kembali ke tempat semula dan bahaslah jawaban yang didapat. Isilah jawaban yang tak satupun siswa bisa menjawabnya. Gunakan informasi ini sebagai cara untuk memperkenalkan topik-topik penting dalam mata pelajaran.

e. Variasi dalam Model Active Knowledge Sharing adalah sebagai berikut:

1) Berikan satu lembar kartu indeks kepada siswa. Perintahkan siswa untuk menuliskan satu informasi yang menurut siswa akurat tentang materi yang diajarkan. Perintahkan siswa untuk berpencar di dalam kelas, berbagi pendapat tentang apa yang siswa tuliskan pada kartu tersebut. Doronglah siswa untuk menuliskan informasi baru yang dikumpulkan oleh siswa lain. Bila siswa sudah kembali ke kelompok masing-masing, bahaslah informasi yang berhasil dikumpulkan. 2) Gunakan pertanyaan opini, bukannya pertanyaan faktual, atau

gabungkan pertanyaan faktual dengan pertanyaan pertanyaan opini.4

5. Strategi Active Learning

a. Pengertian Active Learning

Strategi Active Learning adalah suatu istilah dalam dunia pendidikan yaitu sebagai strategi belajar mengajar yang bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan. Dan untuk mencapai keterlibatan siswa agar efektif dan efesien dalam belajar membutuhkan berbagai pendukung dalam proses belajar mengajar. Misalnya dari siswa, guru, situasi belajar, program belajar dan dari sarana belajar. Metode Active Learning menurut Ujang Sukanda,

―Cara pandang yang menganggap belajar sebagai kegiatan membangun makna

atau pengertian terhadap pengalaman dan informasi yang dilakukan oleh si pembelajar, bukan oleh si pengajar, serta menganggap mengajar sebagai kegiatan menciptakan suasana yang mengembangkan inisiatif dan tanggung

4

(28)

14

jawab belajar si pembelajar sehingga berkeinginan terus untuk belajar selama hidupnya, dan tidak tergantung kepada guru atau orang lain bila mereka mempelajari hal-hal yang baru‖.5

Strategi Active Learning merupakan sebuah kesatuan sumber kumpulan strategi-strategi pembelajaran yang komprehensif, yang meliputi berbagai cara untuk membuat peserta didik menjadi aktif.6

Strategi Active Learning merupakan konsep yang sukar didefinisikan secara tegas, sebab semua cara belajar itu mengandung unsur keaktifan dari peserta didik, meskipun kadar keaktifannya itu berbeda. Keaktifan dapat muncul dalam berbagai bentuk sebagaimana yang telah dikemukakan di atas. Akan tetapi, kesemuanya itu harus dikembalikan kepada satu karakteristik keaktifan dalam rangka strategi Active Learning yaitu keterlibatan intelektual, emosional dalam kegiatan belajar mengajar yang bersangkutan, asimilasi akomodasi kognitif dalam pencapaian pengetahuan, perbuatan serta pengalaman langsung terhadap baliknya (Feed Back) dalam pembuatan keterampilan dan penghayatan serta internalisasi nilai-nilai dalam pembentukan sikap.

Bertitik tolak dari uraian di atas, maka dapat diketahui bahwa strategi Active Learning adalah salah satu cara atau strategi belajar mengajar yang menuntut keaktifan serta partisipasi peserta didik dalam setiap kegiatan belajar seoptimal mungkin, sehingga peserta didik mampu mengubah tingkah lakunya secara efektif dan efisien.

Strategi Active Learning agar dapat diterapkan dalam proses belajar mengajar, maka hakekat dari strategi Active Learning perlu dijabarkan ke dalam prinsip-prinsip yang dapat diamati berupa tingkah laku. Jadi dapat dipahami bahwa yang dimaksud dengan prinsip-prinsip strategi Active Learning adalah tingkah laku yang mendasar yang selalu nampak dan menggambarkan keterlibatan siswa dalam proses belajar

5

Ujang Sukandi, Belajar Aktif dan Terpadu, (Surabaya: Duta Graha Pustaka, 2003), h. 9.

6

(29)

mengajar baik keterlibatan mental, intelektual maupun emosional yang dalam banyak hal dapat diisyaratkan keterlibatan langsung dalam berbagai bentuk keaktifan fisik.

b. Prinsip-prinsip Strategi Active Learning

Prinsip-prinsip strategi active learning, yaitu: 1) Prinsip motivasi

2) Prinsip latar kontek

3) Prinsip keterarahan kepada titik pusat atau fokus tertentu 4) Prinsip hubungan sosial

5) Prinsip belajar sambil bekerja 6) Prinsip perbedaan perseorangan 7) Prinsip menemukan

8) Prinsip pemecahan masalah7

Hakekatnya anak telah memiliki potensi dalam dirinya untuk itu para pendidik memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencari dan menemukan informasi sendiri.

Proses belajar mengajar dapat memungkinkan peserta didik belajar aktif harus direncanakan dan dilaksanakan secara sistematis. Dalam pelaksanaan mengajar hendaknya diperhatikan beberapa prinsip belajar mengajar pada waktu proses belajar mengajar siswa melakukan kegiatan secara optimal. Oleh karena itu, prinsip-prinsip di atas bukan hanya diketahui, melainkan yang lebih penting dilaksanakan pada waktu mengajar sehingga mendorong kegiatan belajar siswa seoptimal mungkin.

c. Komponen Strategi Active Learning dan Pendukungnya

Komponen strategi Active Learning dan pendukungnya dapat digambarkan dengan diagram berikut:

7

(30)

16

Gambar 2.1 : komponen Active Learning Strategy dan pendukung

komponen8

Komponen-komponen pendekatan Strategi Active Learning terdiri dari:

1) Pengalaman

Anak akan belajar banyak melalui perbuatan. Pengalaman langsung mengaktifkan lebih banyak indra dari pada hanya melalui mendengarkan. Mengenal ada benda tenggelam dan terapung dalam air lebih mantap apabila mencobanya sendiri dari pada hanya menerima penjelasan guru.

2) Interaksi

Belajar akan terjadi dan meningkat kualitasnya apabila berlangsung suasana diskusi dengan orang lain, berdiskusi, saling bertanya dan mempertanyakan, dan atau saling menjelaskan. Pada saat orang lain mempertanyakan pendapat atau apa yang dikerjakan, maka terpacu untuk berfikir menguraikan lebih jelas lagi sehingga kualitas pendapat itu menjadi lebih baik. Diskusi, dialog dan tukar gagasan akan membantu anak mengenal hubungan-hubungan baru tentang sesuatu dan membantu memiliki pemahaman yang lebih baik. Anak perlu berbicara secara bebas dan tidak terbayang-bayangi dengan rasa takut

8

(31)

sekalipun dengan pertanyaan yang menuntut alasan atau argumen. Argumen dapat membantu mengoreksi pendapat asal didasarkan pada bukti.

3) Komunikasi

Pengungkapan pikiran atau perasaan, baik secara lisan maupun tulisan, merupakan kebutuhan setiap manusia dalam rangka mengungkapkan dirinya untuk mencapai kepuasan. Pengungkapan pikiran, baik dalam rangka mengemukakan gagasan sendiri maupun menilai gagasan orang lain, akan memantapkan pemahaman seseorang tentang apa yang sedang dipikirkan atau dipelajari.

4) Refleksi

Bila seseorang mengungkapkan gagasannya kepada orang lain dan mendapat tanggapan, maka orang itu akan merenungkan kembali gagasannya, kemudian melakukan perbaikan sehingga memiliki gagasan yang lebih mantap. Refleksi dapat terjadi sebagai akibat dari interaksi dan komunikasi. Umpan balik dari guru atau siswa lain terhadap hasil kerja seorang siswa, yang berupa pertanyaan yang matang dapat merupakan pemicu bagi siswa untuk melakukan refleksi tentang apa yang sedang dipikirkan atau dipelajari.

Sedangkan pendukung dari komponen pendekatan Active Learning adalah:

a) Sikap dan perilaku guru

Sesuai dengan pengertian mengajar yaitu menciptakan suasana yang

mengembangkan inisiatif dan tanggung jawab belajar siswa maka sikap dan

prilaku guru hendaknya:

i. Terbuka, mau mendengarkan pendapat siswa.

ii. Membiasakan siswa untuk mendengarkan bila guru atau siswa lain berbicara.

iii. Menghargai perbedaan pendapat.

iv. Mentoleril salah dan mendorong untuk memperbaiki. v. Menumbuhkan rasa percaya diri siswa.

(32)

18

vii. Tidak terlalu cepat untuk membantu siswa. viii.Tidak kikir untuk memuji dan menghargai.

ix. Tidak menertawakan pendapat atau hasil karya siswa sekalipun kurang berkualitas.

x. Mendorong siswa untuk tidak takut salah dan berani menanggung resiko.

b)Ruang kelas yang menunjang aktif

Ruang kelas yang menunjang aktif berpengaruh terhadap proses belajar mengajar. Berikut merupakan ruang kelas yang dapat menunjang aktif proses belajar siswa, yaitu:

i. Berisikan banyak sumber belajar, seperti buku dan benda nyata. ii. Berisi banyak alat bantu belajar, seperti media atau alat peraga. iii.Berisi banyak hasil karya siswa, seperti lukisan, laporan percobaan,

dan alat hasil percobaan.

iv.Letak bangku dan meja diatur sedemikian rupa sehingga siswa leluasa untuk bergerak.

(33)

Tabel 2.1 Kegiatan-kegiatan dalam Belajar Aktif

No Komponen Kegiatan siswa Kegiatan guru

1 Pengalaman

- Menciptakan kegiatan yang beragam

- Mengamati siswa bekerja dan sesekali mengajukan pertanyaan yang menantang

2 Interaksi

- Mengajukan pertanyaan

- Mendengarkan, tidak

menertawakan, dan memberi kesempatan terlebih dahulu kepada siswa lain untuk menjawabnya

- Meminta pendapat orang Lain

- Mendengarkan

- Meminta pendapat siswa lainnya

- Memberi komentar

- Mendengarkan, Sesekali Mengajukan Pertanyaan yang Menantang.

- Memberi kesempatan kepada siswa lainnya untuk memberi pendapat tentang komentar tersebut

- Memajangkan Hasil karya - Membantu agar letak pajang dalam jangkauan siswa

4 Refleksi

- Memikirkan kembali hasil kerja/ pikiran sendiri

- Mempertanyakan

(34)

20

6. Hasil Belajar Biologi Siswa a. Pengertian Belajar

Sejak bayi hingga dewasa manusia selalu belajar. Hal tersebut perlu karena sebagai individu harus menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Individu yang telah dewasa mempunyai pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, kegemaran dan sikap yang pembentukan dan pengembangannya terjadi melalui proses belajar. Belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan. Belajar berhubungan dengan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi ini, dimana perubahan tingkah laku tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan, respon pembawaan, kematangan atau keadaan-keadaan sesaat seseorang.

Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi karena siswa memperoleh sesuatu yang berada di lingkungan sekitar. Lingkungan yang dipelajari oleh siswa berupa keadaan alam, benda-benda, hewan, tumbuhan-tumbuhan, manusia, atau hal-hal lain yang dijadikan bahan ajar.9

Cronbach dalam Nana Syaodih Sukmadinata mengemukakan adanya tujuh unsur-unsur belajar, yaitu:10

Pertama, tujuan. Belajar dimulai karena adanya suatu tujuan yang ingin dicapai. Tujuan itu muncul untuk memenuhi suatu kebutuhan. Perbuatan belajar diarahkan kepada pencapaian sesuatu tujuan dan untuk memenuhi sesuatu kebutuhan. Sesuatu perbuatan belajar akan efisien apabila terarah kepada tujuan yang jelas dan berarti bagi individu.

9

Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT. Rineka Cipta. 2006), h. 7. 10

(35)

Kedua, kesiapan. Untuk dapat melakukan perbuatan belajar dengan baik anak atau individu perlu memiliki kesiapan baik kesiapan fisik dan psikis, kesiapan yang berupa kematangan untuk melakukan sesuatu, maupun penguasaan pengetahuan dan kecakapan-kecakapan yang mendasarinya.

Ketiga, situasi. Kegiatan belajar berlangsung dalam situasi belajar. Dalam situasi belajar ini terlibat tempat, lingkungan sekitar, alat dan bahan yang dipelajari, orang-orang yang turut tersangkut dalam kegiatan belajar serta kondisi siswa yang belajar. Kelancaran dan hasil dari belajar banyak dipengaruhi oleh situasi ini, walaupun untuk individu dan pada waktu tertentu situasi aspek dari situasi belajar ini lebih dominan sedang pada individu atau waktu lain aspek lain berpengaruh.

Keempat, interpretasi. Dalam menghadapi situasi, individu mengadakan interpretasi, yaitu melihat hubungan diantara komponen-komponen situasi belajar, melihat makna dari hubungan tersebut dan menghubungkannya dengan kemungkinan pencapaian tujuan. Berdasarkan interpretasi tersebut mungkin individu sampai kepada kesimpulan dapat atau tidak dapat mencapai tujuan.

Kelima, respon. Berpegang kepada hasil dari interpretasi apakah individu munngkin mencapai tujuan yang diharapkan, maka ia memberikan respon. Respon ini mungkin berupa suatu usaha coba-coba (trial and error), atau usaha yang penuh perhitungan dan perencanaan atau pun ia menghentikan usahanya untuk mencapai tujuan tersebut.

Keenam, konsekuensi. Setiap usaha akan membawa hasil, akibat atau konsekuensi itu keberhasilan ataupun kegagalan, demikian juga dengan respons atau usaha belajar siswa. Apabila siswa berhasil dalam belajarnya, siswa akan merasa senang, puas, dan akan lebih meningkatkan semangatnya untuk melakukan usaha-usaha belajar berikutnya.

(36)

22

memperkecil usaha-usaha belajar selanjutnya. Tetapi, juga dapat sebaliknya, kegagalan membangkitkan semangat yang berlipat ganda untuk menebus dan menutupi kegagalan tersebut.11

Reber dalam kamus susunannya yang tergolong modern, Dictionary of Psychology membatasi belajar dengan dua macam definisi. Pertama, belajar adalah The Process of Acquiring Knowledge, yakni proses memperoleh pengetahuan. Kedua, A relarively permanent change in respons potentiality which occurs as a result of reinforced practice, yaitu suatu perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat.12 Jadi menurut Reber belajar adalah suatu proses memperoleh pengetahuan yang dapat mengubah kemampuan bereaksi seseorang yang bersifat permanen jika dilakukan dengan suatu latihan.

Belajar merupakan suatu proses yang benar-benar bersifat internal. Belajar merupakan suatu proses yang tidak dapat dilihat dengan nyata, proses itu terjadi di dalam diri seseorang yang sedang mengalami belajar. Menurut Good dan Brophy bukan tingkah laku yang nampak, tetapi terutama adalah prosesnya yang terjadi secara internal di dalam diri individu dalam usahanya memperoleh hubungan-hubungan baru.13

Hubungan-hubungan baru itu dapat berupa: antara perangsang-perangsang, antara reaksi-reaksi, atau antara perangsang-reaksi. Faktor-faktor penting yang sangat erat hubungannya dengan proses belajar ialah: kematangan, penyesuaian diri/adaptasi, menghafal/mengingat, pengertian, berpikir dan latihan.

Para ahli mencoba membuat kategori jenis-jenis belajar yang dikenal dengan taksonomi belajar salah satu yang terkenal adalah taksonomi yang disusun oleh Benyamin S. Bloom. Tujuan pendidikan dapat dirumuskan pada tiga tingkatan, pertama, tujuan umum pendidikan yang menentukan perlu tidaknya suatu program diadakan. Kedua, tujuan yang didasarkan atas tingkah laku, yang dimaksud

11

Nana Syaodih Sukmadinata, op.cit., h. 157. 12

Muhibbin syah, Psikologi Pendidikan: dengan pendekatan baru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), h. 91.

(37)

berhasilnya pendidikan dalam bentuk tingkah laku yang dimaksud dengan taksonomi. Ketiga, tujuan yang lebih jelas yang dirumuskan secara operasional. Kaum behavioris berpendapat bahwa taksonomi yang dikemukakan oleh Bloom dan kawan-kawan adalah bersifat mental.14 Taksonomi ini merupakan kriteria yang dapat digunakan oleh guru untuk mengevaluasikan mutu tujuannya. Salah satu manfaat taksonomi adalah bahwa guru didorong untuk bertanya adakah ia menekankan segi tertentu atau tidak.

Taksonomi Bloom terdiri dari tiga kategori yaitu yang dikenal sebagai domain atau ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik. Yang dimaksud dengan ranah-ranah ini oleh Bloom adalah perilaku-perilaku yang memang diniatkan untuk ditunjukkan oleh peserta didik atau pelajar dalam cara-cara tertentu, misalnya bagaimana siswa berpikir (kognitif), bagaimana siswa bersikap dan rasakan sesuatu (afektif), dan bagaimana siswa berbuat (psikomotorik). Dalam mengukur kemampuan seorang siswa maka para guru harus memperhatikan ketiga ranah tersebut.

Ranah kognitif memiliki enam taraf mulai pengetahuan sampai evaluasi. a) Menghapal mencakup ingatan dan pengenalan,

b) Pemahaman mencakup interpretasi, pemberian contoh, klarifikasi, meringkas, menyimpulkan, membandingkan, menjelaskan,

c) Aplikasi mencakup melakukan, implementasi,

d) Analisis mencakup membedakan, mengorganisasikan dan memberikan atribut, e) Mengevaluasi mencakup pengecekan, memberi kritik,

f) Mencipta mencakup membengkitkan, merencanakan, memproduksi.15 Ranah Afektif dibagi menjadi lima taraf, yaitu:

a) Memperhatikan, taraf ini mengenai kepekaan siswa terhadap fenomena-fenomena dan perangsang-perangsang tertentu, yaitu menyangkut kesediaan siswa untuk memperhatikannya,

14 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Yogyakarta: Bumi Aksara, 2002), h. 115.

15

Amirul Hadi. Dkk, Teknik Mengajar Secara Sistematis, Terj. dari Systematic Instruction

(38)

24

b) Merespons, pada taraf ini siswa memiliki motivasi yang cukup untuk merespons, c) Menghayati nilai, siswa sudah menghayati nilai tertentu,

d) Mengorganisasikan, siswa menghadapi situasi yang mengandung lebih dari satu nilai.

e) Memperhatikan nilai atau seperangkat nilai, siswa sudah dapat digolongkan sebagai orang yang memegang nilai atau seperangkat nilai tertentu.16

Ranah Psikomotorik, meliputi hal-hal:

a) Persepsi, langkahnya melakukan kegiatan yang bersifat motoris ialah menyadari objek, sifat atau hubungan-hubungan melalui indera,

b) Persiapan, kesiapan untuk melakukan suatu tindakan atau bereaksi terhadap suatu kejadian

c) Respon terbimbing, pada tahap ini penekanan pada kemampuan-kemampuan yang merupakan bagian dari keterampilan yang lebih kompleks,

d) Respon mekanis, siswa sudah yakin akan kemampuannya dan sedikit banyak terampil melakukan suatu perbuatan,

e) Respon kompleks, taraf ini individu dapat melakukan perpuatan motoris yang dianggap kompleks, karena pola gerakan yang dituntut sudah kompleks.17

Seseorang di dalam kehidupan sehari-hari tidak dapat berbuat tanpa melibatkan pikiran dan perasaan walaupun kecil porsinya. Setiap orang merespon dalam berbagai bentuk aktivitas sebagai makhluk yang utuh. Kategori jenis belajar ini disusun untuk menentukan cara-cara pendidik mengevaluasi hasil belajar untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan pembelajaran yang mereka lakukan

b. Hasil Belajar Biologi

Belajar dihasilkan oleh berbagai macam tingkah laku yang berlainan seperti pengetahuan, sikap, keterampilan, kemampuan, informasi, dan nilai. Berbagai macam tingkah laku yang berlainan inilah yang disebut kapabilitas sebagai hasil belajar.

16

Ibid., h. 31-32. 17

(39)

Perubahan dalam menunjukkan kinerja (perilaku) berarti belajar menentukan semua keterampilan, pengetahuan dan sikap yang juga didapat oleh setiap siswa dari proses belajarnya.

Secara umum hasil pembelajaran dapat dikategorisasi menjadi tiga (3) indikator, yaitu: (1) efektivitas pembelajaran, yang biasanya diukur dari tingkat keberhasilan (prestasi) siswa dari berbagai sudut: (2) efisiensi pembelajaran, yang biasanya diukur dari waktu belajar dan atau biaya pembelajaran, (3) daya tarik pembelajaran yang selalu diukur dari tendensi siswa ingin belajar secara terus menerus. Secara spesifik, hasil belajar adalah suatu kinerja (performance) yang diindikasikan sebagai suatu kapabilitas (kemampuan) yang telah diperoleh.18

Tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran biologi di sekolah dapat diukur dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes, ini nantinya dapat digunakan untuk menilai hasil proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu. Pemberian tes dilakukan dengan mengacu pada indikator dan keterampilan berpikir tertentu.

Sistem Pendidikan Nasional, rumusan tujuan pendidikan menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin S Bloom yang secara garis besar dibagi menjadi 3 ranah, yaitu:

1) Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari:

 Pengetahuan yang mencakup ingatan akan hal-hal yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan.19 Ingatan merupakan kemampuan psikis untuk memasukkan (learning), menyimpan (retention) dan menimbulkan kembali (remembering) hal-hal yang lampau.20

 Pemahaman, mencakup kemampuan makna dan arti dari bahan yang dipelajari.

18

Ibid., h. 488. 19

WS Winkel SJ. Psikologi Pengajaran. (Jakarta: Grasindo, 1999), h. 245 20

Zikri Neni Iska. Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan. (Jakarta: Kizi

(40)

26

 Aplikasi, mencakup kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah atau metode bekerja pada suatu kesatuan masalah yang konkret dan baru,

 Analisis, mencakup kemampuan untuk membentuk suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan atau organisasinya dapat dipahami dengan baik,

 Sintesis, mencakup kemampuan untuk membentuk suatu kesatuan atau pola baru, dan

 Evaluasi pendapat mengenai sesuatu atau beberapahal, bersama dengan pertanggung jawaban pendapat itu, yang berdasarkan kriteria tertentu.

Taksonomi Bloom mengalami perubahan, dimana kategori C6 menjadi menciptakan (creating) bukan evaluasi (evaluation). Dimensi proses kognitif perubahan taksonomi Bloom dapat dilihat pada Tabel 2.2 dimensi proses kognitif (Cognitive Proses Dimension).21

2) Ranah Afektif berkenaan dengan sikap dan nilai terdiri dari 5 aspek, yakni;

 Penerimaan, mencakup kepekaan adanya suatu perangsang dan kesediaan untuk memperhatikan rngsangan itu, seperti buku pelajaran dan penjelasan yang diberikan oleh guru,

 Partisipasi atau reaksi, mencakup kerelaan untuk memperhatikan secara aktif dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan,

 Penilaian atau penentuan sikap, mencakup kemampuan memberikan penilaian itu,

 Organisasi, mencakup kemampuan untuk membentuk suatu system nilai sebagai pedoman dan pegangan dalam kehidupan dan

 Pembentukan pola hidup, mencakup kemampuan untuk menghayati nilai-nilai kehidupan sedemikian rupa, sehingga jadi milik pribadi (internalisasi) dan menjadi pegangan nyata dan jelas dalam mengatur kehidupan sendiri.

21

(41)

3) Ranah Psikomotorik adalah kemampuan yang berhubungan dengan keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak, terdiri dari;

 Persepsi, mencakup kemampuan untuk mengadakan diskriminasi yang tepat antara dua perangsang atau lebih, berdasarkan perbedaan antara dua ciri-ciri fisik yang khas pada masing-masing rangsangan,

 Kesiapan, mencakup kemampuan untuk menempatkan dirinya dalam keadaan akan memulai suatu gerakan atau rangkaian gerakan,

 Gerakan terbimbing, mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak-gerik dengan lancar, karena sudah dilatih secukupnya tanpa memperhatikan lagi contoh yang diberikan,

 Gerakan kompleks, mencakup kemampuan untuk melaksanakan suatu keterampilan yang terdiri atas beberapa komponen, dengan lancar, tepat dan efisien,

 Penyesuaian pola gerakan, mencakup kemampuan untuk mengadakan perubahan dan menyesuaikan pola gerak-gerik dengan kondisi setempat atau dengan menunjukan suatu taraf keterampilan yang telah mencapai kemahiran, dan

 Kreatifitas, mencakup kemampuan untuk melahirkan pola gerak-gerik baru, seluruhnya atas dasar prakarsa dan inisiatif sendiri.

Definisi mengenai tiga acuan pada hasil belajar (kognitif, afektif dan psikomotorik) telah dikemukakan oleh beberapa ahli, maka penulis menyimpulkan bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai ukuran kemampuan yang telah dicapai siswa dari proses pembelajaran yang telah dilaluinya. Ukuran dapat diamati dari perubahan tingkah laku yang berkembang dalam diri masing-masing individu, berkat adanya interaksi antar individu dengan lingkungannya.

(42)

28

akan semakin baik pula hasil belajar yang diperolehnya. Untuk mendapatkan prestasi belajar yang baik perlu adanya dorongan seawal mungkin, hal tersebut dilakukan karena ada harapan yang dapat menimbulkan motivasi siswa untuk mempelajari dan memahami pelajaran yang diberikan. Hasil belajar adalah kemampuan - kemampuan yang dimiliki siswa setelah pengalaman belajar.

Kriteria mengenai hasil belajar biologi dapat dilihat pada Gambar 2.2. di bawah ini.

Gambar 2.2. Hasil Belajar Siswa

Gambar 2.2 di atas menunjukkan bahwa hasil belajar disebabkan oleh adanya kegiatan evaluasi belajar (tes) dan evaluasi belajar dilakukan karena adanya kegiatan belajar. Baik buruknya hasil belajar sangat tergantung dari pengetahuan dan perubahan perilaku dari individu yang bersangkutan terhadap apa yang dipelajarinya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melaluai kegiatan belajar.

Hasil belajar biologi siswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengetahuan yang dicapai siswa pada matapelajaran biologi setelah

Pengetahuan

Perilaku

Belajar Tes Hasil

Belajar

(43)

mengalami proses pengajaran di sekolah dari hasil tes atau ujian yang diberikan setelah melewati proses belajar pada akhir rumusan tertentu.

Tabel 2.2 Dimensi Proses Kognitif

Kategori

Kognitif Proses Kognitif

C1 Menghapal : Mengungkap pengetahuan yang relevan dari memori

jangka panjang, pengenalan (recognizing), ingatan (recalling)

C2

Memahami: membangun makna dari pesan-pesan, lisan, tulisan dan komunikasi grafik

Interpelasi (Interpreting), pemberian contoh (Exemplifying) , Klarifikasi (Classifying)

Mengaplikasikan (Aplication): Melakukan atau menggunakan prosedur dalam situasi yang diberikan

Melakukan (Executing)

Implementasi (Implementation)

C4

Menganalisis: Menguraikan materi ke unsur penyusunnya dengan menentukan bagaimana unsur-unsur tersebut berkaitan dengan yang lain dan menjasi bagian dari keseluruhan

Membedakan (Differenitating), mengorganisasi (Organizing) Memberikan Atribut (Atributing),

C5

Menegevaluasi (Evaluation) : Membuat keputusan berdasarkan kriteria dan standar

Pengecekan (Checking) dan memberi kritik (Producing)

C6

Mencipta (Creating) : Menempatkan elemen-elemen secara bersama untuk membentuk suatu koherensi atau fungsi meneyeluruh,

mengorganisasi elemen-elemen ke dalam bentuk struktur baru Membangkitkan (Generating)

(44)

30

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar

Kegiatan dalam pembelajaran menjadikan berbagai perubahan yang dimiliki siswa selama proses belajar, proses tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor, yakni faktor dari dalam diri siswa (internal) dan faktor dari luar (eksternal) sehingga dapat memberikan pengaruh terhadap hasil belajarnya.

Aliran psikologi kognitif memandang hasil belajar adalah mengembangkan berbagai strategi untuk mencatat dan memperoleh informasi, siswa harus aktif menemukan informasi-informasi tersebut dan guru menjadi partner siswa dalam proses penemuan berbagai informasi dan makna-makna dan informasi yang diperolehnya dalam pelajaran yang dibahas dan dikaji bersama.22

Hasil belajar adalah suatu perubahan yang terjadi pada individu, bukan hanya perubahan mengenai pengetahuan, tetapi juga perubahan untuk membentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, penguasaan dan penghargaan dalam diri pribadi individu yang belajar. Hasil belajar itu dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

1) Faktor internal

a) Faktor biologis (jasmaniah)

Keadaan jasmani yang perlu diperhatikan, pertama kondisi fisik yang normal atau tidak memiliki cacat sejak dalam kandungan sampai sesudah lahir. Kondisi fisik normal ini terutama harus meliputi keadaan otak, panca indera, anggota tubuh. Kedua, kondisi kesehatan fisik. Kondisi fisik yang sehat dan segar sangat mempengaruhi keberhasilan belajar. Di dalam menjaga kesehatan fisik, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain makan dan minum yang teratur, olahraga serta cukup tidur.

22

(45)

b) Faktor Psikologis

Faktor psikologis yang mempengaruhi keberhasilan belajar ini meliputi segala hal yang berkaitan dengan kondisi mental seseorang. Kondisi mental yang dapat menunjang keberhasilan belajar adalah kondisi mental yang mantap dan stabil. Faktor psikologis ini meliputi hal-hal berikut. Pertama, intelegensi. Intelegensi atau tingkat kecerdasan dasar seseorang memang berpengaruh besar terhadap keberhasilan belajar seseorang. Kedua, kemauan. Kemauan dapat dikatakan faktor utama penentu keberhasilan belajar seseorang. Ketiga, bakat. Bakat ini bukan menentukan mampu atau tidaknya seseorang dalam suatu bidang, melainkan lebih banyak menentukan tinggi rendahnya kemampuan seseorang dalam suatu bidang.

2) Faktor Eksternal

a) Faktor lingkungan keluarga

Faktor lingkungan rumah atau keluarga ini merupakan lingkungan pertama dan utama pula dalam menentukan keberhasilan belajar seseorang. Suasana lingkungan rumah yang cukup tenang, adanya perhatian orangtua terhadap perkembangan proses belajar dan pendidikan anak-anaknya maka akan mempengaruhi keberhasilan belajarnya.

b) Faktor lingkungan sekolah

Lingkungan sekolah sangat diperlukan untuk menentukan keberhasilan belajar siswa. Hal yang paling mempengaruhi keberhasilan belajar para siswa disekolah mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, pelajaran, waktu sekolah, tata tertib atau disiplin yang ditegakkan secara konsekuen dan konsisten.

c) Faktor lingkungan masyarakat

(46)

32

Lingkungan yang dapat menunjang keberhasilan belajar diantaranya adalah, lembaga-lembaga pendidikan nonformal, seperti kursus bahasa asing, bimbingan tes, pengajian remaja dan lain-lain.

Faktor-faktor tersebut diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar seseorang dan dapat mencegah siswa dari penyebab-penyebab terhambatnya pembelajaran.

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar yang meliputi faktor internal dan faktor eksternal dapat diskemakan akan tampak seperti pada gambar 2.3.23 Pada gambar tersebut faktor eksternal meliputi lingkungan dan instrumental sedangkan pada faktor internal mencakup faktor fisiologis dan faktor psikologis. Hasil belajar siswa akan meningkat jika faktor internal kuat dan faktor eksternal siswa mendukung.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi belajar siswa baik secara langsung maupun tidak langsung. Faktor-faktor tersebut digolongkan menjadi tiga macam yaitu: Faktor-faktor stimulasi belajar, mencakup panjangnya bahan pelajaran, kesulitan bahan pelajaran, berartinya bahan pelajaran, berat ringannya tugas, dan suasana lingkungan eksternal. Faktor-faktor metode belajar, mencakup kegiatan berlatih, resistensi dalam belajar, pengenalan tentang hasil-hasil belajar, bimbingan dalam belajar dan kondisi-kondisi intensif. Faktor-faktor individual, mencakup usia kronologis, perbedaan jenis kelamin, pengalaman sebelumnya, kapasitas mental, kondisi kesehatan jasmani, kondisi kesehatan rohani dan motivasi. Motivasi berasal dari kata motif yang berarti tenaga dinamik yang mempengaruhi pikiran, emosi dan tingkah laku sehingga orang mau melakukan sesuatu.24

23

Yudhi Munadi, Media Pembelajaran: Sebuah Pendekatan Baru, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2008), h.35.

24

(47)

Gambar 2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar

Sikap ini sendiri sebenarnya terdapat tiga komponen yaitu: komponen kognitif, komponen afektif dan komponen psikomotif. Seseorang pasti memiliki sikap terhadap kondisi tertentu, orang yang menganggap suatu objek yang bernilai bagi dirinya maka orang tersebut bersifat positif begitu pula sebaliknya. Bila berdasarkan informasi itu timbul perasaan positif dan negatif terhadap objek maka menimbulkan kecenderungan bertingkah laku tertentu.

(48)

34

motivasi, perhatian pada pelajaran, menerima dan mengingat, generalisasi dan beri latihan atau umpan balik.

Belajar disini adalah suatu proses aktif yang memerlukan dorongan dan bimbingan itu timbul dari lingkungan tempat orang yang bersangkutan berinteraksi. Dorongan yang diberikan dalam belajar dimaksudkan agar motivasi dapat timbul dalam diri siswa. Dari tahapan-tahapan tersebut di atas motivasi merupakan hal yang sangat penting, motivasi mempengaruhi tahapan-tahapan lain.

Proses belajar mengajar, guru diharapkan untuk pandai memilih metode-metode yang bervariasi dari sekian banyak metode yang ditemui oleh para ahli sebelum guru menyampaikan materi pengajaran untuk mencapai tujuan tertentu, sehingga metode tersebut dapat disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan atau diajarkan, juga sesuai dengan kondisi dan kemampuan masing-masing siswa dalam kelas tersebut, secara umum guru harus memahami kedudukan metode sebagai alat motivasi ekstrinsik dalam kegiatan belajar mengajar. Peranan guru juga sebagai fasilitator, motivator, dan pembimbing yang lebih banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencari dan mengolah informasi sendiri.

7. Tinjauan Konsep Dunia Hewan

a. Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) Konsep Dunia Hewan

Konsep dunia hewan yang dipelajari di SMA/MA memiliki kompetensi inti dan kompetensi dasar seperti terlihat pada Tabel 2.3 berikut ini.

Tabel 2.3 Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) Konsep Dunia Hewan.

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, peduli, santun, responsif, dan pro aktif, sebagai bagian dari solusi atas berbagai

1.1 Mengagumi keteraturan dan

kompleksitas ciptaan Tuhan tentang keanekaragaman hayati, ekosistem, dan lingkungan hidup.

(49)

permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta menerapkan pengetahuan diri sebagai cerminan pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

4. Mengolah, menalar, dan menyajikan dalam ranah konkrit dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.

santun dalam mengajukan pertanyaan.

3.1 Mendeskripsikan ciri-ciri filum dalam dunia hewan dan peranannya bagi kelangsungan hidup di bumi.

b. Kajian Konsep Dunia Hewan

Hewan dikelompokkan menjadi tiga kelompok berdasarkan jenis makanannya, yaitu herbivora (hewan pemakan tumbuhan), karnivora (hewan pemakan daging/lainnya), dan omnivora (hewan pemakan tumbuhan dan daging).

(50)

36

Hewan mempunyai keragaman ciri-ciri, semua organisme yang termasuk dunia hewan memiiki ciri-ciri umum yang sama. Ciri-ciri umum dunia hewan antara lain sebagai berikut:25

1. Ciri umum dunia hewan

Hewan pada umumnya memiliki karakter atau menunjukkan ciri sebagai berikut.

a. Hewan merupakan organisme eukariota, multiseluler, heterotrofik. Berbeda dengan nutrisi autotrofik pada tumbuhan, hewan memasukkan bahan organik yang sudah jadi, ke dalam tubuhnya dengan cara menelan (ingestion) atau memakan organisme lain, atau memakan bahan organik yang terurai.

b. Sel-sel hewan tidak memiliki dinding sel yang menyokong tubuh dengan kuat, seperti pada tumbuhan atau jamur. Komponen terbesar sel-sel hewan terdiri atas protein struktural kolagen.

c. Keunikan hewan yang lain adalah adanya dua jaringan yang bertanggung jawab atas penghantaran impuls dan pergerakan, yaitu jaringan saraf dan jaringan otot sehingga dapat bergerak secara aktif.

d. Sebagian besar hewan bereproduksi secara seksual, dengan tahapan diploid yang mendominasi siklus hidupnya.

Memang tidak mudah membuat definisi yang tepat untuk hewan. Hal ini disebabkan karena adanya banyak variasi sifat-sifat dunia hewan, selalu ada saja pengecualian dari sifat-sifat umum pada suatu kelompok hewan tertentu.

25

Gambar

Gambar 2.1 : komponen Active Learning Strategy dan pendukung
Tabel 2.1 Kegiatan-kegiatan dalam Belajar Aktif
Gambar 2.2. Hasil Belajar Siswa
Tabel 2.2 Dimensi Proses Kognitif
+7

Referensi

Dokumen terkait

Disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam mencapai gelar Diploma III (Amd) pada program studi DIII Rekam Medis dan Informasi Kesehatan. Oleh : Anisa Fitriana

Mahasiswa dapat memahami proses pemisahan dengan membran dan dapat mengaplikasikan metode pemisahan ini pada pemisahan?. analit

Ceramah Mahasiswa dapat menjelaskan sistem informasi berdasarkan dukungan yang tersedia, klasifikasi menurut

Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif yaitu prosedur pemecahan masalah karena setiap penelitian memerlukan metode untuk mencapai

C Irama gendhong pitu

Ada sepuluh spesies ikan yang ditemukan di lokasi penelitian yang diklasifikasikan kedalam 3 ordo (Cypriniformes, Osteoglossiformes, Perciformes) dan 5 famili

Dalam perancangan permesinan salah satu hal yang penting adalah sampai sejauh mana mesin tersebut akan bertahan terhadap penggunaan yang berulang-ulang dalam kurun waktu

SӀTӀ ӀNDRAYANӀ. English Education Study Program¸ The Faculty of Teacher Training and Education. Thesis : A Case Study of Teaching and Learning Speaking of the seventh Year