• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II DESKRIPSI TERORETIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN

A. Deskriptik Teoretis

2. Hasil Belajar

Peredaran Darah Manusia.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka penulis merumuskan

masalah sebagai berikut “Apakah kombinasi model pembelajaran kooperatif tipe

Teams – Games – Tournament (TGT) dengan Make a Match dapat mempengaruhi

hasil belajar siswa?”

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan kombinasi model pembelajaran TGT dan Make a Match terhadap hasil belajar biologi siswa pada konsep Sistem Peredaran Darah Manusia.

F. Manfaat Penelitian

Secara umum, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran dan sebagai referensi dalam upaya meningkatkan hasil belajar biologi siswa MAN, secara khusus yaitu sebagai berikut:

1. Bagi guru

Menambah wawasan tentang salah satu alternatif model pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar biologi siswa serta dapat meningkatkan profesionalisme guru dalam proses belajar mengajar di kelas.

2. Bagi peneliti

Memberikan pengetahuan dan pengalaman baru mengenai penerapan kombinasi model pembelajaran pembelajaran kooperatif tipe TGT dan Make

8

a Match serta memahami bagaimana kondisi sosial yang cocok dalam sebuah

aktivitas belajar. 3. Bagi pembaca

Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan suatu kajian yang menarik untuk diteliti lebih lanjut dan lebih mendalam sehingga menghasilkan model pembelajaran baru yang dapat menjadi solusi dari pembelajaran biologi.

9

BAB II

DESKRIPSI TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoretis

1. Pembelajaran Koope ratif (Cooperative Learning)

Cooperative learning menurut Scott B. Watson adalah lingkungan belajar

kelas yang memungkinkan siswa bekerja sama dalam suatu kelompok kecil yang heterogen.1 Penekanan utama menurut Watson dalam pembelajaran kooperatif adalah pentingnya pembelajaran kelompok secara heterogen yang dilakukan oleh siswa. Denngan adanya kelompok yang heterogen tersebut, setiap siswa dapat belajar dari siswa lainnya.

Menurut Slavin, seperti yang dikutip oleh Zulfiani dkk, menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan suatu strategi belajar dimana siswa dalam kelompok kecil saling membantu untuk memahami suatu bahan pelajaran, memeriksa dan memperbaiki jawaban teman, serta kegiatan lainnya dengan tujuan prestasi belajar tertinggi.2 Slavin lebih menekankan cara atau kegiatan yang harus dilakukan dalam kelompok supaya pembelajaran dalam kelompok kecil dapat mencapai tujuan dari pembelajaran.

Teori yang melandasi pembelajaran kooperatif adalah teori konstruktivisme yang dikembangkan oleh Vygotsky yaitu suatu pendekatan dimana siswa harus secara langsung menemukan dan mentransformasikan informasi yang kompleks, memeriksa informasi dengan aturan yang ada dan merevisinya bila perlu. Dukungan teori Vygotsky terhadap model pembelajaran kooperatif adalah penekanan belajar sebagai proses dialog interaktif atau pembelajaran berbasis sosial. Dengan adanya dialog interaktif ini maka diharapkan siswa dapat membangun pengetahuannya secara mandiri sehingga siswa akan lebih paham dengan konsep yang sedang dipelajari.

1

Warsono, Hariyanto, Pembelajaran Ak tif: Teori dan Asesmen, (Bandung: PT Rosdakarya Offset, 2012), h. 160.

2

Zulfiani, Tonih Feronika, Kinkin Suartin i, Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta : Le mlit UIN Ja karta, 2009), h. 130.

10

Berdasarkan beberapa pengertian tentang pembelajaran kooperatif di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang sistematis yang mengelompokkan peserta didik dalam beberapa kelompok kecil yang didalamnya terjadi interaksi sosial yang saling membantu yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar.

Dalam pembelajaran kooperatif, kemampuan sosial siswa sangat penting.3 Dengan kemampuan sosial yang baik, siswa dapat membantu anggota kelompoknya dalam memahami suatu konsep tetapi siswa tidak dapat membantu dalam permainan atau turnamen. Pembelajaran kooperatif sangat baik dalam meningkatkan pemahaman siswa.4 Hal ini dikarenakan siswa belajar bersama dalam kelompok (berdiskusi) sehingga siswa akan belajar lebih baik dibandingkan hanya mendengarkan penjelasan guru.

a. Uns ur-Uns ur Pembelajaran Kooperatif

Tidak semua belajar kelompok dapat dikatakan pembelajaran kooperatif. Belajar kelompok dapat dikatakan sebagai pembelajaran kooperatif jika dalam pembelajarannya menerapkan lima unsur pembelajaran kooperatif. Lima unsur tersebut adalah:

1) Positive interdevendence (saling ketergantungan positif)

2) Personal responsibility (tanggung jawab perseorangan)

3) Face to face promotive interaction (interaksi promotif)

4) Interpersonal skill (komunikasi antaranggota)

5) Group processing (pemrosesan kelompok).5

Unsur pertama dalam pembelajaran kooperatif adalah saling ketergantungan positif. Unsur ini merupakan unsur yang penting dalam

3 Mansur Harmandar dan Emine CIL, “The Effects of Science Teaching Through Team

Ga me Tournament Technique on Success Level and Affective Characteristics of Students”,Jurnal of Turk ish Science Education, Volu me 5, Issu 2, August 2008, h. 38.

4 Michael M van Wyk, “The Effects of Teams-Ga mes-Tourna ments on Achievment, Retention, and Attitudes of Economics Education Students”, Makalah, 2010 EABR & ETLC Conference Proceedings , Dublin, Ire land, 2010, h. 37.

5

Agus Suprijono, Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta : Pustaka Pela jar, 2012), cet IX, h. 58.

11

pembelajaran kooperatif. Unsur ini menuntut supaya anggota tim bekerja sama satu sama lain dalam mencapai tujuan pembelajaran. Dengan rasa tanggung jawab tersebut, maka jika terdapat anggota kelompok yang gagal maka anggota kelompok yang lain akan mendapatkan dampak dari kegagalan anggota kelompok yang gagal. Dengan demikian, terdapat dua pertanggung-jawaban kelompok dalam unsur ini, yaitu mempelajari bahan yang ditugaskan kepada kelompok dan menjamin semua anggota kelompok secara individu mempelajari bahan yang ditugaskan tersebut.

Unsur kedua pembelajaran kooperatif adalah tanggung jawab individual. Hasil akhir dari suatu kelompok merupakan gabungan dari hasil- hasil dari anggota kelompoknya, artinya setiap anggota kelompok memberikan kontribusi yang sama terhadap kelompok. Dengan dimilikinya tanggung jawab oleh setiap individu adalah membuat anggota kelompok lainnya sama paham dengan pemahaman yang dimilikinya.

Unsur ketiga pembelajaran kooperatif adalah interaksi pro motif. Unsur ketiga ini merupakan unsur yang dapat menghasilkan saling ketergantungan. Pada unsur ini, posisi siswa diharuskan berinteraksi secara langsung dengan anggota kelompok lainnya. Interaksi yang terjadi bertujuan untuk saling membantu satu sama lain dalam proses pembelajaran serta bekerja sama dalam memecahkan masalah.

Unsur keempat pembelajaran kooperatif adalah keterampilan berkomunikasi. Keterampilan komunikasi sangat penting dalam pembelajaran kooperatif. Komunikasi dalam kelompok haruslah berjalan baik antar satu individu dengan individu lainnya. Karena berhasil atau tidaknya proses pembelajaran kooperatif bergantung kepada kualitas komunikasi dalam kelompok. Unsur kelima pembelajaran kooperatif adalah pemrosesan kelompok. Tujuan dari pemrosesan kelompok adalah meningkatkan efektivitas anggota dalam memberikan kontribusi terhadap kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan kelompok dalam pembelajaran.

12

b. Karakteristik dan Prinsip Pembelajaran Koope ratif

Pembelajaran kooperatif berbeda dengan pembelajaran dengan strategi yang lain. Perbedaan ini dapat dilihat dari proses pembelajaran yang menekankan kepada pada kerja sama dalam kelompok. Pembelajaran kooperatif memiliki karakteristik yang berbeda dengan model pembelajaran yang lain, yaitu:

1) Pembelajaran secara tim

2) Didasarkan pada manajemen kooperatif 3) Kemauan untuk bekerja sama

4) Keterampilan bekerja sama.6

Menurut George Jacobs, para ahli telah sepakat bahwa terdapat delapan prinsip yang harus diterapkan dalam pembelajaran kooperatif, yaitu:

1) Pembentukan kelompok harus heterogen 2) Perlu keterampilan kolaboratif

3) Otonomi kelompok 4) Interaksi simultan

5) Partisipasi yang adil dan setara 6) Tanggung jawab individu 7) Ketergantungan positif

8) Kerja sama sebagai nilai karakter.7

c. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif

Terdapat enam langkah utama di dalam pembelajaran kooperatif, pelajaran dimulai dengan guru menyampaikan tujuan pelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar. Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif secara ringkas dapat dilihat pada tabel 2.1.

6

Rusman, Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionali sme Guru,

(Jaka rta: Ra jawa li Pe rs, 2011), h. 207. 7

13

Tabel 2.1. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif8

Fase-Fase Perilaku Guru

Fase 1: Present goals and set

Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik

Menjelaskan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan peserta didik siap belajar

Fase 2: Present information

Menyajikan informasi

Mempresentasikan informasi kepada peserta didik secara verbal

Fase 3: Organize students into learning teams

Mengorganisir peserta didik ke dalam tim-tim belajar

Memberikan penjelasan kepada peserta didik tentang tata cara pembentukan tim belajar dan membantu kelompok melakukan transisi yang efisien

Fase 4: Assis team work and study

Membantu kerja tim dan belajar

Membantu tim- tim belajar selama peserta didik mengerjakan tugasnya Fase 5: Test on the materials

Mengevaluasi

Menguji pengetahuan peserta didik mengenai berbagai materi pembelajara n

atau kelompok-kelompok

mempresentasikan hasil kerjanya Fase 6: Provide recognition

Mmemberikan pengakuan atau penghargaan

Mempersiapkan cara untuk mengakui usaha dan prestasi individu maupun kelompok

d. Keunggulan Pe mbelajaran Kooperatif

Keunggulan penggunaan model pembelajaran kooperatif bagi peserta didik maupun pendidik adalah sebagai berikut:

1) Peserta didik dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain. 2) Dapat meningkatkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan

kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide- ide orang lain. 3) Dapat membantu siswa untuk peduli pada orang lain.

8

14

4) Dapat meningkatkan rasa bertanggung jawab siswa dalam belajar.

5) Model yang baik untuk meningkatkan prestasi akademik sekaligus keterampilan sosial.

6) Interaksi secara langsung selama pembelajaran dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir.9

e. Tipe Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang memiliki tipe atau jenis pembelajaran yang banyak, diantaranya adalah tipe

Student Teams Achivement Division (TAD), Jigsaw, Teams-Games-Tournament

(TGT), Make a Match, Group Investigation, Team Accelerated Instructional

(TAI), Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC). Dalam tulisan ini hanya dua tipe model pembelajaran yang akan dibahas, yaitu tipe

Teams-Games-Tournament (TGT) dan Make a Match.

1) Teams-Games-Tournament (TGT)

Charlton, Williams dan McLaughlin mengemukakan bahwa pembelajaran dengan games dapat membuat siswa lebih aktif dan merasa senang untuk belajar. Pembelajaran tersebut terlihat menarik ketika penjelasan guru dikombinasikan dengan games sehingga penyampaian materi menjadi lebih cepat tersampaikan.10

Dikembangkan oleh David DeVries dan Keith Edwards, TGT merupakan metode pembelajaran pertama dari Johns Hopkins. Metode ini menggunakan turnamen akademik dalam evaluasinya yang disetiap anggotanya masing- masing memberikan poin untuk kelompoknya.

Dalam metode ini, setiap siswa dalam kelompok harus saling membantu dalam mempersiapkan diri untuk permainan dengan mempelajari lembar kegiatan dan menjelaskan masalah satu sama lain. Tetapi ketika dalam turnamen teman

9

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta : Kencana, 2007), h. 249

10

Charlton, B., Williams, R. L., dan McLaughlin, T.F. “Educational Games: A Technique to Acquisition of Reading Skills of Children with Learning Disability”, International Journal of Special Education. Volu me 20, Nu mber 2, 2005, h. 66-72.

15

sekelompok tidak boleh saling membantu. Sehingga sangat penting tanggung jawab individu dalam metode ini. Berikut ini deskripsi dari komponen-komponen dalam metode ini.

Tim. Terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh komponen kelas seperti kemampuan akademik dan jenis kelamin. Fungsi utama tim adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar, dan mempersiapkan anggotanya untuk menghadapi turnamen. Tim merupakan bagian yang penting dalam metode TGT. Tim memberikan dukungan kelompok bagi kinerja akademik dalam pembelajaran seperti memberikan perhatian dan respek terhadap anggota kelompok. Sehingga dengan adanya hal tersebut dapat meningkatkan hubungan emosional antar kelompok, rasa harga diri, dan saling menghargai terhadap kelebihan dan kekurangan yang dimiliki masing- masing anggota kelompok.

Game. Game pada TGT terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang kontenya relevan yang dirancang untuk menguji pengetahuan siswa yang diperolehnya dari presentasi di kelas dan pelaksanaan tim. Game dalam TGT dilaksanakan bersamaan dengan turnamen yaitu berupa kegiatan cerdas cermat antar kelompok dengan masing- masing kelompok memberikan perananan dalam kemenangan kelompoknya.

Turnamen. Turnamen adalah sebuah struktur dimana game berlangsung. Pada turnamen pertama, guru menunjuk siswa untuk berada pada meja turnamen –

tiga siswa berprestasi tinggi sebelumnya berada di meja 1, tiga berikutnya pada meja 2, dan seterusnya. Ilustrasi hubungan antara tim heterogen dan meja turnamen homogen dapat dilihat pada gambar 2.1.

16

Gambar 2.1. Penempatan anggota kelompok pada meja turnamen11

Slavin menjelaskan terdapat lima komponen utama dalam TGT, yaitu: pembelajaran awal, kelompok belajar, permainan, turnamen/kompetisi, dan pengakuan kelompok.12

a) Pembelajaran awal, pembelajaran awal pada metode TGT tidak berbeda dengan pengajaran biasa, hanya pelajaran difokuskan kepada materi yang sedang dibahas saja. Tujuan pelajaran awal adalah membentuk siswa dalam kecakapan komunikasi, menggali informasi, kecakapan bekerjasama dalam kelompok, dan kecakapan dalam memecahkan masalah.

b) Kelompok belajar (Team Study), pada kelompok belajar siswa mempelajari materi pelajaran dari sumber belajar kemudian menjawab pertanyaan-pertanyaan yang disusun oleh guru. Setelah menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, perwakilan siswa mempresentasikan hasil belajarnya. Tujuan kelompok belajar pada kegiatan ini adalah memperoleh kecakapan mengolah informasi, mengambil keputusan dengan cerdas, kecakapan bekerjasama dan kecakapan berkomunikasi.

11

Robert E. Slavin. Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik , terj. Nurulita Yusron (Bandung: Nusa Media, 2010), cet ke-15, 168.

12

17

c) Permainan (Games), pertanyaan dalam permainan disusun dan dirancang dari materi- materi yang telah disajikan untuk menguji pengetahuan siswa yang diperoleh mewakili masing- masing kelompok. Setiap siswa mengambil sebuah kartu yang diberi nomor dan menjawab pertanyaan yang sesuai dengan pada kartu tersebut.

d) Turnamen, siswa yang berada dalam satu kelompok akan dipisahkan kepada meja- meja pertandingan sesuai dengan tingkatan kecerdasan mereka. Pada meja pertandingan disediakan satu set lembar pertandingan berupa kunci jawaban, kartu nomor dan format skor pertandingan.

e) Penghargaan tim (Team Recognition), penghargaan diberikan kepada kelompok yang memiliki poin tertinggi. Penghargaan dapat berupa hadiah atau sertifikat atas usaha yang dilakukan kelompok selama belajar sehingga mencapai kriteria yang telah disepakati bersama.

2) Make a Match

Metode make a Match dikembangkan oleh Lorna Curran. Salah satu keunggulan metode ini adalah siswa mencari pasangan kartu sambil belajar mengenai konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan.13 Tujuan dari metode ini antara lain: 1) pendalaman materi; 2) penggalian materi; 3)

edutainment.14 Pada penggunaan metode ini, siswa d iminta untuk mencari

pasangan kartu yang merupakan pasangan kartu yang mereka miliki sebelum batas waktunya, siswa yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin.

Langkah- langkah dalam pembelajaran Make a Match adalah sebagai berikut:

a) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi topik/konsep yang cocok untuk sesi review.

b) Setiap siswa mendapat satu kartu dan memikirkan jawabannya atau soal dari kartu yang dipegang.

c) Siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya.

13

Rusman,Op. cit., h. 223. 14

Miftahul Huda, Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran: Isu-Isu Metodis dan Paradigmatis, (Yogyakarta : Pustaka Pe la jar, 2013), h. 251.

18

d) Siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin. e) Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar setiap siswa mendapatkan kartu

yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya. f) Kesimpulan.

Kelebihan metode Make a Match dalam pembelajaran adalah:

a) dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, baik secara kognitif maupun fisik;

b) karena ada unsur permainan, metode ini menyenagkan;

c) meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari dan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa;

d) efektif melatih kedisiplinan siswa menghargai waktu untuk belajar.15

Selain memiliki kelebihan, make a match juga memiliki kelemahan, yaitu: a) jika tidak dipersiapkan dengan baik, akan banyak waktu yang terbuang; b) pada awal-awal penerapan metode, banyak siswa yang akan malu

berpasangan dengan lawan jenisnya;

c) guru harus hati- hati dan bijaksana saat memberikan hukuman pada siswa yang tidak mendapatkan pasangan, karena mereka bisa malu;

d) menggunakan metode ini secara terus menerus akan menimbulkan kebosanan.

Menurut Sry Risnawati, pembelajaran make a match memiliki kelebihan dan kekurangan dalam penggunaannya. Kelebihan metode make a match bagi siswa yaitu sebagai berikut:

a) mampu menciptakan suasana belajar aktif dan menyenangkan;

b) materi pembelajaran yang disampaikan lebih menarik perhatian siswa;

c) mampu meningkatkan hasil belajar siswa mencapai taraf ketuntasan belajar secara klasikal 87,50%. 16

15

Miftahul Huda, Ibid., h. 253. 16

Sry Risnawati, “Upaya Peningkatan Prestasi Be laja r Sosiologi Me lalu i Penerapan Cooperative Learn ing Model Make a Match”, Sk ripsi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011, h. 31

19

Disamping memiliki kelebihan di atas, pembelajaran dengan menggunakan make a match juga memiliki kelemahan, yaitu:

a) diperlukan bimbingan dari guru untuk melakukan kegiatan;

b) waktu yang tersedia perlu dibatasi jangan sampai siswa terlalu banyak bermain- main dalam proses pembelajaran;

c) guru perlu persiapan bahan dan alat yang memadai.17

f. Kombinasi Pembelajaran TGT Dengan Make a Match

Proses pembelajaran yang terjadi dalam kelas tidak hanya menggunakan satu model atau metode saja dalam penerapannya, akan tetapi menggunakan dua atau tiga model yang sesuai dengan tujuan dari pembelajaran serta karakteristik dari siswanya. Metode teams-games-tournament (TGT) dan make a match

memiliki persamaan diantara keduanya, yaitu sama-sama mengusung permainan di dalam pelaksanaan pembelajarannya.

TGT dapat dilakukan disemua umur dan semua mata pelajaran, k arena sifatnya yang mengutamakan turnamen yang dalam hal ini seperti lomba cerdas cermat. Sehingga semua karakteristik siswa dan mata pelajaran dapat dilakukan menggunakan model ini.

Make a Match dianggap tidak cocok digunakan di tingkat SMA karena

sifat permainannya tidak sesuai dengan karakteristik siswa SMA yang mampu berpikir abstrak. Akan tetapi siswa SMA termasuk kedalam masa remaja yang terbagi kedalam dua fase yaitu fase remaja awal (12-17 tahun untuk perempuan dan 13-18 untuk laki- laki) dan fase remaja akhir (17-21 tahun untuk perempuan dan 18-22 tahun untuk laki- laki). Dimana dalam masa ini adalah masa pencarian dan penjelajahan identitas diri.18 Sehingga dalam pembelajaran yang dilakukan harus mampu membantu siswa menemukan identitasnya. Sehingga Make a Match

yang akan digunakan di SMA haruslah dimodifikasi sesuai dengan karakteristik dari siswa SMA.

17

Ibid.

18

Syaiful Bahri Dja marah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2006), h. 141.

20

Tahapan-tahapan dalam pembelajaran yang mengkombinasikan TGT dan

Make a Match di SMA sebagai berikut:

1) Pembelajaran awal

Tahapan pembelajaran awal dalam model kombinasi TGT dan make a

Match disampaikan oleh guru dengan memberikan gambaran besar pada

konsep yang akan dibahas. Pada pembelajaran awal ini membantu siswa dalam menemukan konsep awal dan tujuan dari pembelajaran.

2) Kelompok belajar

Kelompok belajar merupakan pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok yang dipandu oleh guru baik melalui pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab ataupun mencari pengetahuan konsep yang lebih mendalam daripada yang diberikan di pembelajaran awal. Dalam kelompok belajar ini dilakukan diskusi kelompok sebagai proses peningkatan pemahaman siswa. Menurut Cruickshank, diskusi dapat membantu meningkatkan kemampuan berpikir ketingkat yang lebih tinggi dan membantu merubah sikap siswa.19 Kemudian perwakilan dari anggota kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya. Tujuan dari pembelajaran ini adalah meningkatkan keterampilan siswa dalam mengolah informasi, bekerjasama, dan berkomunikasi.

3) Permainan

Tahapan yang ketiga adalah permainan. Dalam tahapan ini menggunakan permainan yang berada dalam Make a Match yang dimodifikasi, yaitu siswa mempasangkan pernyataan atau istilah dengan jawaban atau gambar yang ada dalam bentuk kartu. Pada permainan ini kelompok kecil dibagi kembali menjadi dua kelompok besar, yang nantinya tiga kelompok ini akan bertugas sebagai kelompok pertanyaan dan jawaban.

Menurut Karen, permainan dapat menstimulus pengembangan kemampuan memecahkan masalah bagi siswa.20 Hal dikarenakan dalam

19

Donald R. Cruic kshank, Deborah Bainer Jenkins, Kim K. Metcal. The Act of Teaching, (Ne w Yo rk, The Mc Gra w-Hill Co mpanies, 2006), h. 439.

20

Karen A. M ilc zynski, “Literature Revie w: Effectiveness of Ga ming in The Classroom”,

21

permainan proses yang terjadi adalah menyenangkan sehingga itu akan membantu siswa merasa nyaman. Permainan ini dilakukan beberapa kali sampai waktu yang telah ditetapkan selesai. Untuk memberikan semangat dalam permainan ini, dalam permainan ini diberikan reward dan punishment

yang sebelum permainan disepakati terlebih dahulu. 4) Turnamen

Turnamen dalam tahapan ini adalah turnamen yang berada di dalam TGT. Dimana setiap anggota kelompok dari satu tim menempati meja-meja yang dikelompokkan berdasarkan tingkat kemampuan yang hampir sama. 5) Evaluasi Pembelajaran

Tahapan ini digunakan untuk menguji tentang hasil dari proses pembelajaran yang telah dilakukan. Bentuk evaluasi dalam tahapan ini berupa

posttest.

6) Penghargaan Tim

Tahapan ini merupakan tahapan reward kepada hasil kerja kelompok, permainan, dan juga turnamen.

Dalam pembelajaran ini guru bersifat sebagai instruktur dan pengawas suapaya pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Keberhasilan dalam pembelajaran ini bergantung kepada kemampuan siswa dalam berkomunikasi dan bekerjasama dengan siswa lainnya.

2. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Dalam ilmu psikologi, “belajar adalah kegiatan yang berproses dan

merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaran jenis dan jenjang pendidikan.21 pernyataan ini berarti bahwa proses belajar yang dialami akan mempengaruhi hasil akhir dari sebuah pembelajaran, berupa berhasil atau

gagalnya tujuan pembelajaran tersebut. Skinner berpendapat bahwa “belajar

21

Muhibin Syah, Psik ologi Pendidik an dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Re ma ja Rosdakarya, 2010), cet. Ke -15 h. 87.

22

bukan melakukan – belajar adalah mengubah apa yang kita lakukan”.22

Belajar merupakan proses perubahan pola pikir. Seseorang dapat dikatakan belajar jika dia menyatakan jauh itu bukan dikarenakan lelahnya dalam berjalan tetapi ada jarak yang harus ditempuh, ada satuan dalam jarak itu yang lebih besar dari jarak yang sebelumnya.

Menurut Ernes ER. Hilgard, definisi belajar adalah sebagai berikut:

Learning is the process by which an activity originates or is changed throught

training procedures (whether in the laboratory or in the natural environment) as distinguished from changes by factor not attributable to training.”23

Pernyataan ini memiliki maksud bahwa seseorang dapat dikatakan belajar jika dapat

Dokumen terkait