• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA A.Kajian Teori

1. Hasil Belajar

BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori

1. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Menurut Gagne dalam Dahar (2006:2), belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses di mana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Belajar adalah suatu proses yang terjadi karena adanya usaha untuk mengadakan perubahan terhadap diri manusia yang melakukan dengan maksud memperolah perubahan dalam dirinya, baik berupa pengetahuan, keterampilan atau sikap (Arikunto, 1993: 19).

Belajar adalah suatu perubahan tingkah laku yang terus menerus yang timbul sebagai akibat dari persyaratan kondisi, dan sifatnya adalah membentuk hubungan antara stimulus dengan respon ( Haryu Islamuddin, 2012 : 79-80 ).

Belajar adalah perubahan dalam perilaku yang merupakan refleksi definisi mekanistis S-R. Hasil-hasil belajar dapat diamati. Perubahan perilaku menunjukkan bahwa telah terjadi, tetapi perubahan perilaku bukan belajar ( Oemar Hamalik, 2014 : 51 )

Belajar adalah proses perubahan dari belum mampu kearah sudah mampu, dan proses perubahan itu terjadi selama jangka

18

waktu tertentu. Adanya perubahan dalam pola perilaku inilah yang menandakan telah terjadi belajar ( W.S Winkel, 1996 : 50).

Hilgard danBowe dalam Ngalim Purwanto ( 1988 : 85 ) Belajar adalah berhubungan dengan per ubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamanya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perbuhan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang ( misalnya kelemahan, pengaruh obat, dan sebagainya ).

Gagne dalam Ngalim Purwanto ( 1988 : 85 ) Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatanya berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi.

Morgan dalam Ngalim Purwanto ( 1988: 85 ) Belajar adalah setiap perubahan yang relative menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.

Witherington dalam Ngalim Purwanto ( 1988 : 86 ) Belajar adalah suatu perubahan didalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru daripada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian.

19

Dari pendapat para ahli diatas tentang pengertian belajar maka dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan melibatkan dua unsur yaitu jiwa dan raga. Serta proses yang menyebabkan perubahan tingkah laku yang disebabkan adanya reaksi terhadap situais terntentu atau adanya proses internal yang terjadi didalam diri seseorang. Dengan demikian, belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkunganya.

Gagne dalam Suprijono (2010:10-11), membagi kegiatan belajar menjadi delapan yaitu:

1) Signal learning atau kegiatan belajar mengenal tanda. Tipe kegiatan belajar ini menekankan belajar sebagai usaha merespons tanda-tanda yang dimanipulasi dalam situasi pembelajran.

2) Stimulus-response learning atau kegiatan belajar tindak balas. Tipe ini berhubungan dengan perilaku peserta didik yang secara sadar melakukan respons tepat terhadap stimulus yang dimanipulasi dalam situasi pembelajaran.

3) Chaining learning atau kegiatan belajar melalui rangkaian. Tipe ini berkaitan dengan kegiatan peserta didik menyusun hubungan antara dua stimulus atau lebih dengan berbagai respons yang berkaitan dengan stimulus tersebut.

20

4) Verbal association atau kegaitan belajar melalui asosiasi lisan. Tipe ini berkaitan dengan upaya peserta didik menghubungkan respons dan stimulus yang disampaikan secara lisan.

5) Multiple discrimination learning atau kegiatan belajar dengan perbedaan berganda. Tipe ini berhubungan dengan kegiatan peserta didik membuat berbagai perbedaan respons yang digunakan terhadap stimulus yang beragam, namun berbagai respons dan stimulus itu saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya

6) Consept learning atau kegiatan belajar konsep. Tipe ini berkaitan dengan berbagai respons dalam waktu yang bersamaan terhadap sejumlah stimulus berupa konsep-konsep yang berbeda antara satu dengan yang lainnya.

7) Principle learning atau kegiatan belajar prinsip-prinsip. Tipe ini digunakan peserta didik menghubungkan beberapa prinsip yang digunakan merespons stimulus.

Hasil belajar pada dasarnya adalah suatu kemampuan yang berupa keterampilan dan perilaku yang diperoleh. Dalam hal ini, Gagne dan Briggs mendifinisikan hasil belajar sebagai kemampuan yang diperoleh seseorang sesudah mengikuti

proses belajar (Sam’s, 2010:33). Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap,

21

apresiasi dan keterampilan. Merujuk pemikiran Gagne dalam Suprijono (2011:5), hasil belajar berupa:

1) Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespon secara spesifik terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah maupun penerapan aturan.

2) Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi, kemampuan analitis-sintesis fakta-konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. Kemampuan intelektual merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat khas.

3) Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.

4) Keterampilan motorik yaitu melakukan dan mengarahkan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.

22

5) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan menginternalisi dan eksternalisasi nilai-nilai dan menjadikannya standar perilaku.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami tentang makna hasil belajar, yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar. Secara sederhana, yang dimaksud dengan hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar.

Menurut Bloom dalam Suprijono (2016:6), hasil belajar dapat mencakup beberapa kemampuan. Kemampuan tersebut meliputi kemampuan kognitif, kemampuan afektif dan kemampuan psikomotorik. Di bawah ini beberapa domain dari ketiga kemampuan tersebut.

1). Domain Kognitif

a) Knowledge (Pengetahuan), mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan dengan fakta, peristiwa, pengertian, kaidah, teori, prinsip atau metode.

23

b)Comprehension (Pemahaman), kemampuan

mencakup menangkap arti dan makna tentang hal yang dipelajari.

c) Application (Penerapan), mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru.

d)Analysis (Menguraikan), mencakup kemampuan merinci sesuatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur keseuruhan dapat dipahami dengan baik.

e) Synthesis (Mengorganisasikan), mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru.

f) Evaluation (Menilai), mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu.

2). Domain Afektif

a) Receiving (Sikap Menerima), yang mencakup kepekaan tentang hal tertentu dan kesediaan memperhatikan hal tersebut.

b) Responding (Memberikan Respon), yang mencakup kerelaan, kesediaan memperhatikan, dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan.

24

c) Valuing (Nilai), yang menerima suatu nilai, menghargai, mengakui dan menentukan sikap.

d) Organization (Organisasi), yang mencakup kemampuaan membentuk suatu system nilai sebagai pedoman dan pegangan hidup.

e) Characterization (Karakterisasi), yang mencakup kemampuan menghayati niali dan membentuknya menjadi pola kehidupan pribadi.

3). Domain Psikomotorik

a) Persepsi, yang mencakup kemampuan memilah-milahkan hal-hal secara khas, dan menyadari adanya perbedaan yang khas tersebut.

b) Kesiapan, yang mencakup kemampuan penempatan diri dalam keadaan di mana akan terjadi suatu gerakan atau rangkaian gerakan.

c) Gerakan terbimbing, mencakup kemampuan melakukan gerakan sesuai contoh, atau gerakan peniruan.

d) Gerakan yang terbiasa, mencakup kemampuan melakukan gerakan-gerakan tanpa contoh.

e) Gerakan komplek, yang mencakup kemampuan melakukan gerakan atau keterampilan yang terdiri dari banyak tahap, secara lancar, efisien, dan tepat.

25

f) Penyesuaian pola gerakan, yang mencakup kemampuan mengadakan perubahan dan penyesuaian pola gerak-gerik dengan persyaratan khusus yang berlaku.

g) Kreativitas, mencakup kemampuan melahirkan pola gerak-gerak yang baru atas dasar prakarsa sendiri.

Dalam penelitian ini, hasil belajar yang akan diukur yaitu fokus pada kemampuan kognitif siswa. Untuk melihat hasil belajar siswa pada aspek kognitif dapat ditentukan dengan berbagai cara, salah satunya yaitu setiap guru perlu mengadakan tes formatif setiap selesai penyajian suatu bahasan kepada siswa. Penilaian formatif ini digunakan untuk mengetahui sejauh-mana siswa telah menguasai tujuan instruksional khusus yang ingin dicapai. Fungsi penilaian ini adalah untuk memberikan umpan balik kepada guru dalam rangka memperbaiki proses belajar mengajar dan melaksanakan program remedial bagi siswa yang belum berhasil. Karena itulah suatu proses belajar mengajar tentang suatu bahan pengajaran dinyatakan berhasil apabila hasilnya memenuhi tujuan intruksional khusus dari bahan tersebut.

26

Indikator keberhasilan suatu proses belajar mengajar adalah hal-hal sebagai berikut (Djamarah & Zain, 2006: 105-106):

1)Daya serap terhadap bahan pelajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individu dan kelompok (indikator yang banyak digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan).

2)Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran intruksional khusus telah dicapai oleh siswa, baik secara individu atau kelompok.

Menurut Depdikbud dalam Trianto (2009:241), berdasarkan ketentuan KTSP penentuan keberhasilan belajar di tentukan oleh masing-masing sekolah yang dikenal dengan istilah kriteria ketuntasan minimal (KKM), dengan berpedoman pada tiga pertimbangan yaitu: kemampuan setiap siswa berbeda-beda, fasilitas (sarana) setiap sekolah berbeda, dan daya dukung setiap sekolah juga berbeda. Siswa dikatakan berhasil dalam pembelajaran apabila (ketuntasan individu) jika perolehan nilai tes siswa ≥ 68, dan suatu kelas

27

dalam kelas tersebut terdapat ≥ 85% siswa yang tuntas

belajarnya.

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa peningkatan hasil belajar adalah pencapaian hasil dari suatu proses yang terjadi karena adanya usaha yang dilakukan dengan maksud untuk mengetahui daya serap siswa terhadap materi yang diajarkan guna mencapai tujuan pengajaran intruksional khusus baik secara individu maupun kelompok.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

Secara umum, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi 3 macam ( Haryu Islamudin, 2002 : 182-192 ) :

1) Faktor Internal Siswa

Faktor yang berasal dari dalam siswa sendiri meliputi : a) Aspek Fisiologis

Kondisi umum jasmani dan tonus ( tegangan otot ) yang menandai tingkat kebugaran organ0organ tubuh dan sendi-sendinya, dapt mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi oragan tubuh yang lemah, dapat menurunkan ranah cipta ( kognitif ), sehingga materi yang dipeajarinya pun kurang

28

atau tidak berbekas. Kondisi organ-organ khusus siswa, seperti tingkat kesehatan indera pendengaran dan penglihatan, juga sangat mempengaruhi kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan, khususnya yang disajikan dikelas.

b) Aspek Psikologis

Banyak Aspek yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran siswa. Namun, diantara faktor-faktor rohaniah siswa tersebut yang pada umumnya dipandang lebih esensial itu adalah sebagai berikut :

1.1Tingkat kecerdasan atau intelegensi siswa

Menurut reber dalam Haryu Islamudin (2011 : 184) Intelegensi pada umumnya, dapat diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat. Jadi Intelegensi sebenarnya bukan persoalan kualitas otak saja, melainkan juga kualitas organ-organ tubuh lainya. Akan tetapi memang harus diakui peran otak dalam hubunganya dengan intelegensi manusia lebih menonjol daripada organ-organ tubuh lainya, lantaran otak merupakan menara pengontrol hamper seluruh tubuh manusia.

29

Tingkat kecerdasan atau intelegensi siswa tak dapat diragukan lagi, sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Hal ini bermakna,semakin tinggi kemampuan intelegensi siswa maka semakin besar peluangnya meraih sukses, sebaliknya semakin rendah kemampuan intelegensi seorang siswa, maka akan semakin kecil peluangnya untuk meraih sukses.

1.2Sikap Siswa

Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif, berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dengan cara yang relative tetap dengan objek orang, barang, dan sebagainya, baik secara positif maupun negative. Sikap siswa yang positif, terutama kepada guru dan mata pelajaran yang guru sajikan merupakan pertanda awal yang baik bagi proses belajar siswa tersebut. Sebaliknya, sikap negatif siswa terhadap guru dan mata pelajaran, apalagi jika diiringi oleh kebencian siswa terhadap guru dan mata pelajaran, maka akan menimbulkan kesulitan belajar siswa tersebut.

30

1.3 Bakat Siswa

Menurut Chaplin dan Reber ( dalam Haryu Islamudin, 2002 : 186-187 ) bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan. Dengan demikian, sebetulnya setiap orang pasti memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ketingkat terntentu sesuai dengan kapasitas masing-masing.

Dalam perkembanganya selanjutnya, bakat kemudian diartikan sebagai kemampuan individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa bergantung pada upaya pendidikan dan latihan.Seorang siswa yang berbakat dalam bidang elektro misalnya akan jauh lebih mudah menyerap informasi, pengetahuan, dan ketrampilan yang berhubungan dengan bidang tersebut dibanding dengan siswa lainya.

1.4Minat Siswa

Secara sederhana minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang-bidang tertentu. Misalnya,

31

seorang siswa yang menaruh minatnya dalam Bahasa Indonesia akan memusatkan perhatianya lebih banyak dibandingkat siswa lainya. Kemudian, karena pemusatan perhatian yang intensif terhadap materi itulah yang memungkinkan siswa tadi untuk belajar lebih giat, dan akhirnya akan mencapai prestasi yang diinginkan.

2) Faktor Eksternal Siswa

Faktor eksternal siswa terdiri dari 2 macam, yakni : 1.1Lingkungan Sosial

Lingkungan sosial yang dapat mempengaruhi kegiatan belajar ialah orang tua dan keluarga itu sendiri. Sifat-sifat orang tua, praktik pengelolaan orang tua, ketegangan keluarga, dan letak rumah, semuanya dapat memberi dampak baik maupun buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai oleh siswa. Selain itu, para staf administrasi, dan teman-teman sekelas juga dapat mempengaruhi semangat belajar sesorang.

1.2Lingkungan Non Sosial

Faktor-faktor yang termasuk lingkungan non sosial ialah gedung sekolah, rumah tempat tinggal keluarga cdan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar

32

yang digunakan siswa. Faktor-faktor ini dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.

3) Faktor pendekatan belajar yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran. Selain itu, beberapa faktor yang mempengaruhi belajar , yaitu: 1.1Latihan

Karena terlatih, karena seringkali mengulang sesuatu, maka kecakapan dan pengetahuan yang dimilikinya dapat menjadi makin dikuasai dan makin mendalam. Sebaliknya jika tanpa latihan kecakapan yang dimilikinya dapat menjadi hilang atau berkurang.

1.2Guru dan Cara Mengajar

Terutama dalam belajar di sekolah, faktor guru dan cara mengajarnya merupakan faktor yang penting pula. Bagaiman sikap dan kepribadian guru, tinggi rendahnya pengetahuan yang dimiliki guru, dan bagaimana cara guru mengajarkan pengetahuan kepada anak didiknya, turut menetukan bagaiman hasil belajar yang dapat dicapai anak. 1.3Alat-alat pelajaran

Faktor guru dan cara mengajarnya, tidak dapat kita lepaskan dari ada tidaknya dan cukup tidaknya alat-alat pelajaran yang tersedia disekolah. Sekolah yang cukup

33

memiliki alat-alat dan perlengkapan yang diperlukan untuk belajar ditambah dengan cara mengajar yang baik dari guru-gurunya, kecakapan guru dalam menggunakan alat-alat pembelajaran akan mempermudah dan mempercepat belajar anak-anak.

Dokumen terkait