• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN TEORETIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN

3. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Menurut Hamalik, “Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku

subjek yang meliputi kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor dalamsituasi tertentu berkat pengalamannya berulang-ulang”.24

Adapun

menurut Sudjana, “Hasil belajar adalah suatu akibat dari proses belajar

dengan menggunakan alat pengukuran, berupa tes yang disusun secara

terencana, baik tes tertulis, tes lisan maupun tes perbuatan”.25

“Hasil belajar adalah prestasi yang dapat dihasilkan oleh anak dalam

usaha belajarnya, dalam tingkat yang sangat menggembirakan. Prestasi tersebut dapat dicapai dengan beberapa cara, dimana cara tersebut dapat

ditempuh melalui beberapa usaha”.26

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), “hasil belajar

dirumuskan dalam bentuk kompetensi, yaitu: kompetensi akademik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi vokasional. Keempat kompetensi tersebut harus dikuasai oleh siswa secara menyeluruh/komprehensif, sehingga menjadi pribadi yang utuh dan

bertanggung jawab”.27

23 Ibid.

24

Ahmad Jamalong, “Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model KooperatifNHT di Kelas X SMA Negeri 1 Beduai Kabupaten Sanggau”, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 2012, h. 398.

25 Ibid. 26

Munawir, “Beberapa Faktor Pendukung Dalam Mengantar Keberhasilan Belajar”, Jurnal Kependidikan dan Kemasyarakatan, 2006, h. 23.

27

Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran, Kurikulum dan Pembelajaran,

Dari beberapa pengertian belajar dan hasil belajar diatas, dapat disimpulkan bahwa perbedaan diantara keduanya yaitu belajar lebih kepada bagaimana prosesnya sedangkan hasil belajar yaitu apa yang didapat (hasil) dari proses belajar yang telah mendapat perlakuan berupa tes-tes yang dilakukan selama proses belajar berlangsung.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Dari beberapa pendapat para ahli mengenai pengertian belajar, bahwa belajar merupakan sebuah proses dalam diri siswa dalam bentuk

„perubahan’ baik dari pengetahuan, tingkah laku, keterampilan dan

sebagainya. Perubahan yang terjadi pada diri siswa didasari dari beberapa faktor yang ada pada diri masing-masing siswa. Tiap-tiap anak memiliki faktor yang berbeda-beda. “Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar anak banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada diluar individu”.28

28

Berikut ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar:

Alam Lingkungan

Sosial

Luar Kurikulum/Bahan Ajar

Faktor Instrumental

Guru/Pengajar

Sarana dan Fasilitator Administrasi/Managemen

Kondisi Fisik Fisiologi

Kondisi Fisik Panca Indera Dalam Bakat Psikologi Minat Kecerdasan Motivasi Kemampuan Kognitif

Di dalam proses belajar-mengajar di sekolah, maka yang dimaksud masukan mentah atau raw input adalah siswa sebagai raw input siswa memiliki karakteristik tertentu, baik fisiologis maupun psikologis. Mengenai fisiologis ialah bagaimana kondisi fisiknya, panca inderanya, dan sebagainya. Sedangkan yang menyangkut psikologis adalah minatnya, tingkat kecerdasaannya, bakatnya, motivasinya, kemampuan kognitifnya,

dan sebagainya. Semua ini dapat mempengaruhi bagaimana proses dan hasil belajarnya.

Yang termasuk instrumental input atau faktor-faktor yang disengaja dirancang dan dimanipulasikan adalah kurikulum atau bahan pelajaran, guru yang memberikan pengajaran, sarana dan fasilitas, serta manajemen yang berlaku di sekolah yang bersangkutan. Di dalam keseluruhan sistem maka instrumental input merupakan faktor yang sangat penting pula dan paling menentukandalam pencapaian hasil/output yang dikehendaki, karena instrumental input inilah yang menentukan bagaimana proses belajar-mengajar itu akan terjadi di dalam diri pengajar.29

4. Pembelajaran IPS

a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

“Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan mata pelajaran yang

mengintegrasikan konsep-konsep dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial, yaitu ekonomi, geografi, sejarah, hukum, politik, sosiologi, antropologi,

filosofi dan psikologi”.30

Charles R. Keller mengartikan IPS sebagai suatu paduan daripada sejumlah ilmu-ilmu sosial dan ilmu lainnya yang tidak terikat oleh ketentuan disiplin/struktur ilmu tertentu melainkan bertautan dengan kegiatan-kegiatan pendidikan yang berencana dan sistematis untuk kepentingan program pengajaran sekolah dengan tujuan memperbaiki, mengembangkan dan memajukan hubungan-hubungan kemanusiaan-kemasyarakatan.31

Muhammad Nu’man Somantri mengemukakan bahwa pendidikan IPS

adalah penyederhanaan disiplin ilmu-ilmu sosial, ideologi negara dan disiplin ilmu lainnya serta masalah-masalah sosial terkait yang

29

Ngalim Purwanto, op. cit., h. 107.

30

Heni Waluyo Siswanto, “Studi Efektifitas Pembelajaran Terpadu Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Menengah Pertama”, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 2011, h. 154.

31

Sapriya, Dadang Sundawa, dan Iim Siti Masyitoh, Pembelajaran dan Evaluasi Hasil Belajar IPS, (Bandung: UPI Press, 2006), h. 6.

diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan pada tingkat pendidikan dasar dan menengah.32

Somantri mendefinisikan pendidikan IPS dalam dua jenis, yakni Pendidikan IPS untuk persekolahan dan Pendidikan IPS untuk perguruan tinggi sebagai berikut:

1) Pendidikan IPS adalah penyederhanaan adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis/psikologis untuk tujuan pendidikan.

2) Pendidikan IPS adalah seleksi dari disiplin ilmu-ilmu social dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan.33 Pendidikan IPS untuk tingkat sekolah sangat erat kaitannya dengan disiplin ilmu-ilmu sosial yang terintegrasi dengan humaniora dan ilmu pengetahuan alam yang dikemas secara ilmiah dan pedagogis untuk kepentingan pembelajaran di sekolah. Oleh karena itu, IPS ditingkat sekolah pada dasarnya bertujuan untuk mempersiapkan para peserta didik sebagai warga negara yang menguasai pengetahuan (knowledge), keterampilan (skills), sikap, dan nilai (attitudes and values) yang dapat digunakan sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah pribadi atau masalah sosial serta kemampuan mengambil keputusan dan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan agar menjadi warga negara yang baik.34

IPS dirancang untuk membantu siswa memecahkan masalah-masalah pribadi dan sosial melalui tindakan sosial yang rasional. Oleh sebab itu, program pembelajaran IPS hendaknya dirancang untuk membantu siswa mendapatkan keterampilan-keterampilan yang diperlukan guna mengenali dan memecahkan masalah-masalah manusia, menganalisis dan

32

Ibid., h. 7. 33

Sapriya, Pendidikan IPS Konsep dan Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), h. 11

34

mengklarifikasi nilai-nilai mereka, dan membuat keputusan-keputusan yang bijak dan rasional yang akan mendukung bagi perwujudan serta pemeliharaan tata kehidupan masyarakat yang demokratis, dan bagi pemecahan masalah-masalah global secara efektif.35

Dari beberapa pengertian IPS di atas, dapat disimpulkan bahwa ilmu pengetahuan sosial merupakan suatu mata pelajaran di tingkat pendidikan dasar dan menengah yang menggabungkan beberapa ilmu-ilmu sosial, mengajarkan bagaimana menjadi warga negara yang baik yang mampu beradaptasi dilingkungan sekitar serta mampu bersaing dengan dunia luar.

b. Karakteristik Pembelajaran IPS

A. Kosasih Djahiri mengemukakan ciri dan sifat utama dari pembelajaran IPS, yaitu sebagai berikut:

1) IPS berusaha mempertautkan teori ilmu dengan fakta atau sebaliknya (menelaah fakta dari segi ilmu).

2) Penelaahan dan pembahasan IPS tidak hanya dari satu bidang disiplin ilmu saja, melainkan bersifat komprehensif (meluas/dari berbagai ilmu sosial dan lainnya, sehingga berbagai konsep ilmu secara terintegrasi terpadu) digunakan untuk menelaah satu masalah/tema/topik. Pendekatan seperti ini disebut juga sebagai pendekatan integrated, juga menggunakan pendekatan broadfield, dan multiple resources (banyak sumber).

3) Mengutamakan peran aktif siswa melalui proses belajar inkuiri agar siswa mampu mengembangkan berpikir kritis, rasional dan analitis. 4) Program pembelajaran disusun dengan meningkatkan/menghubungkan

bahan-bahan dari berbagai disiplin ilmu socsal dan lainnya dengan kehidupan nyata di masyarakat, pengalaman, permasalahan, kebutuhan dan memproyeksikannya kepada kehidupan di masa depan baik dari lingkungan fisik/alam maupun budayanya.

35

Suwarma Al Muchtar, dkk, Pendidikan IPS, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), 6.7-6.8.

5) IPS dihadapkan secara konsep dan kehidupan sosial yang sangat labil (mudah berubah), sehingga titik berat pembelajaran adalah terjadinya proses internalisasi secara mantap dan aktif pada diri siswa agar siswa memiliki kebiasaan dan kemahiran untuk menelaah permasalahan kehidupan nyata pada masyarakatnya.

6) IPS mengutamakan hal-hal, arti dan penghayatan hubungan antarmanusia yang bersifat manusiawi.

7) Pembelajaran tidak hanya mengutamakan pengetahuan semata, juga nilai dan keterampilannya.

8) Berusaha untuk memuaskan setiap siswa yang berbeda melalui program maupun pembelajarannya dalam arti memperhatikan minat siswa dan masalah-masalah kemasyarakatan yang dekat dengan kehidupannya.

9) Dalam pengembangan program pembelajaran senantiasa melaksanakan prinsip-prinsip, karakteristik (sifat dasar) dan pendekatan-pendekatan yang menjadi ciri IPS itu sendiri.36

c. Tujuan Pembelajaran IPS

Secara keseluruhan tujuan pendidikan IPS di SD adalah sebagai berikut:

1) Membekali anak didik dengan pengetahuan sosial yang berguna dalam kehidupannya kelak di masyarakat.

2) Membekali anak didik dengan kemampuan mengidentifikasi, menganalisis, dan menyusun alternatif pemecahan masalah sosial yang terjadi dalam kehidupan di masyarakat.

3) Membekali anak didik dengan kemampuan berkomunikasi dengan sesama warga masyarakat dan berbagai keilmuan serta keahlian. 4) Membekali anak didik dengan kesadaran, sikap mental yang positif,

dan keterampilan terhadap pemanfaatan lingkungan hidup yang menjadi bagian dari kehidupan tersebut.

36

5) Membekali anak didik dengan kemampuan mengembangkan pengetahuan sesuai dengan perkembangan kehidupan, masyarakat, ilmu pengetahuan dan teknologi.37

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan ini dilaksanakan olehAni Sulistyarsi Dosen Program Studi Pendidikan Biologi FPM IPA IKIP PGRI MADIUN dengan skrpsi “Penerapan Strategi Pembelajaran Berbasis Proyek Dalam

Membuat Alat Peraga IPA Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Dan Keaktifan Siswa Kelas IV SDN Cermo 01 Kare Madiun”. Adapun hasil dari penelitiannya adalah diketahui adanya peningkatan prestasi belajar dan keaktifan siswa. Prestasi belajar siswa tuntas meningkat 37%. Aktivitas siswa tergolong aktif meningkat 25%. Aktivitas guru meningkat 22,91%. Keaktifan siswa membuat alat peraga IPA yaitu aspek membuat bagian alat peraga sesuai desain meningkat 54%, aspek keterampilan merangkai bagian alat peraga dengan benar dan sesuai meningkat 55%.

Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa melalui penerapan strategi pembelajaran berbasis proyek dalam membuat alat peraga IPA dapat meningkatkan prestasi belajar dankeaktifan siswa kelas IV SDN Cermo 01 Kare Kabupaten Madiun.38

Pada hasil penelitian yang telah dilakukan olehSungkono (Peningkatan Hasil Belajar Mahasiswa Melalui Pembelajaran Berbasis Proyek) metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Tes dan Observasi, sedangkan instrumen penelitian yang digunakan adalah tes dan pedoman observasi. Data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif kuantitatif.

37

Ischak, dkk, Pendidikan IPS di SD, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2005),1.25-1.26.

38

Sulistyarsi, Ani, Penerapan Strategi Pembelajaran Berbasis Proyek Dalam Membuat Alat Peraga IPA Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Dan Keaktifan Siswa Kelas IV SDN Cermo 01 Kare Madiun, Skripsi, Dosen Program Studi Pendidikan Biologi FPMIPA IKIP PGRI MADIUN.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa pada mata kuliah Pengembangan Media Audio pada Program Studi Teknologi Pendidikan FIP UNY. Disamping itu melalui penelitian ini juga mahasiswa tampak lebih aktif belajar, lebih termotivasi belajar, dan kerja sama diantara mahasiswa lebih tinggi.39

Pada hasil penelitian yang telah dilakukan olehWarsito

“Pembelajaran SAINS Berbasis Proyek (Project Based Learning) Sebagai Usaha Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Academic Skill Siswa Kelas VII C SMP Muhammadiyah 3 Depok”. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) secara kolaboratif dan partisipatif dengan pendekatan deskriptif kualitatif. Subjek penelitian adalah 36 siswa kelas VII C SMP Muhammadiyah 3 Depok. Objek penelitian ini adalah aktivitas dan academic skill siswa dalam penerapan project based learning di kelas VII C SMP Muhammadiyah 3 Depok. Desain penelitian menggunakan model spiral Hapkins. Penelitian dilakukan dalam 2 siklus, siklus Iterdiri 2 kali pertemuan, dan siklus II terdiri 2 kali pertemuan. Data penelitian diperoleh dari lembar observasi untuk aktivitas belajar siswa sedangkan academic skill siswa dengan lembar observasi dan lembar evaluasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah diterapkan project based learning, tingkat aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran fisika di kelas mengalami peningkatan. Aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan darisiklus I ke siklus II, yaitu siswa lebih berani untuk mempresentasikan hasil proyek, mengajukan pertanyaan, menjawab atau menanggapi pertanyaan, dansiswa lebih memperhatikan saat kelompok lain mempresentasikan hasil proyek. Aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar35,42% dalam kategori rendah

39

Sungkono, Peningkatan Hasil Belajar Mahasiswa Melalui Pembelajaran Berbasis Proyek, Skripsi, Program Studi Teknologi Pendidikan FIP UNY, 2010.

menjadi 71,88% dalam kategori tinggi pada siklusII. Tingkat Academic skill siswa juga mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II yaitu siswa lebih mampu untuk mengidentifikasi variabel, menghubungkan antar variabel, merumuskan hipotesis, dan siswa bisa merancang dan melakukan penelitian. Academic skill siswa mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 40,37% dalam kategori cukup menjadi 66,71% dalamkategori baik pada siklus II.40

Dokumen terkait