• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN TEORETIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN

1. Model Project Based Learning

a. Pengertian Project Based Learning

Menurut Buck Institute for Education (BIE) Project Based Learning adalah model pembelajaran yang melibatkan siswa dalam kegiatan pemecahan masalah dan memberi peluang siswa bekerja secara otonom mengkonstruksi belajar mereka sendiri, dan puncaknya menghasilkan produk karya siswa bernilai dan realistik.1

Project-based Learning (PBL) is a model for classroom activity that shifts away from the usual classroom practices of short, isolated, teacher-centred lessons. PBL learning activities are long-term, interdisciplinary, student-centred, and integrated with real-world issues and practices (Pembelajaran berbasisproyek adalah sebuah model kegiatan dikelas yang berbeda dengan biasanya.Kegiatan pembelajaran PBL

berjangka waktu lama, antardisiplin, berpusat pada siswa dan terintegrasi dengan masalah dunia nyata).2

Jadi, Project Based Learningmerupakan pembelajaran inovatifyang berpusat pada siswa (student centered) dan menempatkan guru sebagai motivator dan fasilitator, dimana siswa diberi peluang bekerja secara otonom mengkonstruksi belajarnya. Project Based Learningsangat cocok dipadukan dengan materi IPS. Berdasarkan kegiatan pembelajaran dalam silabus, materi IPS menuntut siswa untuk aktif (student centered) sedangkan guru bertindak sebagai fasilitator dan motivator, siswa bekerja

1

Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), Cet. 6, h. 145

2

sama dengan berbagai percobaan seperti percobaan pengelompokan berbagai sistem pembelajaran IPS, percobaan sifat-sifat IPS secara kelompok dan percobaan pembuatan IPS. Selain itu materi IPSjuga sangat berkaitan dengan kehidupan sehari-hari sehingga banyak peluang untuk mengajak siswa berpikir kritis dan kreatif mengenai masalah nyata yang akan diangkat dalam Project Based Learning.3

b. Ciri-ciri Project Based Learning

BIE menyebutkan ciri-ciri Project Based Learning diantaranya adalah: isi, kondisi, aktivitas dan hasil.

Keempat ciri-ciri itu adalah sebagai berikut:

1) Isi, yakni difokuskan pada ide-ide siswa yaitu dalam membentuk gambaran sendiri bekerja atas topik-topik yang relevan dan minat siswa yang seimbang dengan pengalaman siswa sehari-hari. Pada pembelajaran IPS masalah nyata yang diangkat haruslah difokuskan pada pengalaman siswa sehari-hari.

2) Kondisi, maksudnya adalah kondisi untuk mendorong siswa mandiri, yaitu dalam mengelola tugas dan waktu belajar. Sehingga dalam belajar pembelajaran IPS siswa mencari sumber informasi secara mandiri dari berbagai referensi seperti buku maupun intenet.

3) Aktivitas adalah suatu strategi yang efektif dan menarik, yaitu dalam mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan dan memecahkan masalah-masalah menggunakan kecakapan. Aktivitas juga merupakan bangunan dalam menggagas pengetahuan siswa dalam mentransfer dan menyimpan informasi dengan mudah. Pada pembelajaran IPS siswa dituntut untuk aktif, menggunakan kecakapan untuk memecahkan masalah dan berbagai tujuan belajar yang ingin dicapai. Dilihat dari kegiatan pembelajaran dalam silabus, pembelajaran IPS sangat menekankan aktifitas siswa. 4) Hasil disini adalah penerapan hasil yang produktif dalam membantu siswa

mengembangkan kecakapan belajar dan mengintegrasikan dalam belajar yang sempurna, termasuk strategi dan kemampuan untuk mempergunakan

3

kognitif strategi pemecahan masalah. Juga termasuk kecakapan tertentu, di posisi, sikap dan kepercayaan yang dihubungkan dengan pekerjaan produktif, sehingga secara efektif dapat menyempurnakan tujuan yang sulit untuk dicapai dengan model-model pengajaran yang lain.4

c. Komponen-komponen Project Based Learning

Komponen-komponen Project Based Learning meliputi beberapa hal: 1) Isi kurikulum bahwa tergantung guru dan siswa bertanggung jawab atas dasar standar dan tujuan yang jelas serta mendukung proses belajar.

2) Komponen multimedia yakni siswa diberi kesempatan untuk menggunakan teknologi secara efektif sebagai alat dalam perencanaan, perkembangan atau penyajian proyek.

3) Komponen petunjuk siswa yang dirancang untuk siswa dalam membuat keputusan, berinisiatif dan memberi materi untuk mengembangkan dan menilai pekerjaannya.

4) Bekerja sama dengan memberi siswa kesempatan bekerjasama diantara siswa maupun dengan guru serta anggota kelompok yang lain.

5)Komponen hubungan dengan dunia nyata yakni Project Based Learning

dihubungkan dengan dunia nyata menuju persoalan yang relevan untuk kehidupan siswa atau kelompok dan juga komunikasi dengan dunia luar kelas melalui internet, serta bekerjasama dengan anggota kelompok.

6)Kerangka waktu dengan memberi siswa kesempatan merencanakan, merevisi, membayangkan pembelajarannya dalam kerangka waktu berpikir untuk materi dan waktu yang mendukung pembelajaran tersebut.

7) Penilaian yakni proses penilaian dilakukan secara terus menerus dalam setiap pembelajaran, seperti menilai guru, teman, menilai dan merefleksi diri.5 4 Ibid., h. 149. 5 Ibid., h. 154.

d. Dukungan teoretis Project Based Learning

Secara teoretis dan konseptual, pembelajaran berbasis proyek juga didukung oleh teori aktivitas. Activity theory menyatakan bahwa struktur dasar suatu kegiatan terdiri atas: (1) tujuan yang ingin dicapai, (2) subjek yang berada dalam konteks, (3) suatu masarakat dimana pekerjaan itu dilakukan dengan perantaraan, (4) alat-alat, dan (5) peraturan kerja dan pembagian tugas. Dalam penerapannya dikelas bertumpu pada kegiatan belajar aktif dalam bentuk melakukan sesuatu (doing) daripada kegiatan pasif menerima transfer pengetahuan dari guru.6

Dari ke enam struktur dasar yang berdasarkan teori aktivitas di atas enam struktur itu berhubungan yang saling ketergantungan dan tidak dapat dipisahakan dalam mendukung pembelajaran berbasis proyek. Untuk saling mendukung suatu kegiatan yang menghasilkan suatu proyek dibutuhkan teori aktivitas.

Pembelajaran berbasis proyek juga didukung oleh teori belajar konstruktivistik, yang bersandar pada ide bahwa siswa membangun pengetahuannya sendiri didalam konteks pengalamannya sendiri. Pembelajaran berbasis proyek dapat dipandang sebagai salah satu pendekatan penciptaan lingkungan belajar yang dapat mendorong siswa mengkonstruk pengetahuan dan keterampilan secara personal. Ketika pembelajaran berbasis proyek dilakukan dalam model belajar kolaboratif dalam kelompok kecil siswa, pembelajaran berbasis proyek juga mendapat dukungan teoritis yang bersumber dari konstruktivisme sosial Vygotsky yang memberikan landasan pengembangan kognitif melalui peningkatan intensitas interaksi antarpersonal. Adanya peluang untuk menyampaikan ide, mendengarkan ide orang lain, dan merefleksikan ide sendiri pada orang lain, adalah suatu bentuk pembelajaran individu. Proses interaktif dengan kawan sejawat membantu proses konstruksi pengetahuan. Dari perspektif teori ini pembelajaran berbasis proyek dapat

6

membantu siswa meningkatkan keterampilan dan memecahkan masalah secara kolaboratif.7

Dari penjelasan di atas siswa dapat membuat suatu proyek yang di dukung dengan teori belajar konstruktivistik dimana kemampuan siswa secara kognitif dapat berfungsi untuk menghasilkan sebuah pemikiran yang dapat memberikan ide secara individu lalu di bahas dalam sebuah kelompok, untuk menghasilkan sebuah proyek yang kreatif dan dapat memecahkan suatu masalah dalam kelompoknya.

e. Tahap-tahap Project Based Learning

1) Menentukan proyek yang akan dilakukan

Pada tahap ini guru memberikan proyek kepada siswa, menentukan batasan-batasan dan menentukan tujuan utama dari proyek. Proyek yang akan dilakukan terkait dengan pembelajaran IPS.

2) Menentukan kerangka waktu proses pembelajaran IPS

Tahap ini merupakan tahap menentukan berapa lama proyek akan dikerjakan, memeriksa tujuan proyek yang akan diteliti dan menyediakan tempat yang sesuai untuk proyek. Penentuan kerangka waktu proyek disesuaikan dengan persiapan pencarian referensi pendukung pembelajaran IPS terutama yang berhubungan dengan proses pembelajaran IPS, dan penyediaan alat dan bahan yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran IPS.

3) Merencanakan kegiatan apa yang akan dilakukan

Pada tahap ini guru memilih beberapa kegiatan yang sesuai, menggambarkan kegiatan yang akan dilakukan oleh siswa. Guru memberikan gambaran proses pembelajaran IPS secara ringkas selanjutnya siswa mencari sendiri informasi yang dibutuhkannya mengenai proses pembelajaran IPS serta kaitannya dengan sifat-sifat materi IPS.

7

4) Merencanakan penilaian

Setelah siswa melakukan kegiatanpada tahapan ini nantinya guru meninjau atau menuliskan beberapa tujuan penilaian, merencanakan alat-alat penilaian apa saja yang akan digunakan, menambahkan penilaian dalam kerangka waktu. Penilaian ini juga mencakup penguasaan materi IPS oleh siswa terutama yang berhubungan dengan proses pembelajaran IPS.

5) Memulai proses pembelajaran IPS dengan siswa

Tahap ini adalah tahap pengerjaan prosespembelajaran IPS dengan mendiskusikan tujuan dikelas, melaksanakan, melihat dan mendengarkan pekerjaan apa yang dilakukan, mengingatkan siswa untuk tidak membuang-buang waktu pengerjaan proyek, menambah atau mengurangi kegiatan untuk memperkuat kecakapan dalam kelompok dan kecakapan dalam mengelola dan mendiskusikan beberapa perbaikan.

6) Gambaran akhir proses pembelajaran IPS

Tahap ini memberikan hasil akhir dalam suatu forum khusus, yaitu mendiskusikan atau menuliskan hal-hal yang penting dari proses pembelajaran IPS, menganjurkan perbaikan untuk prosespembelajaran IPS selanjutnya.8

Dari ke enam tahapan di atas untuk menggunkan metode Project Based Learning dibutuhkan suatu kerjasama antara guru dan siswa agar penerapan metode ini dapat berhasil mencapai hasil belajar siswa yang ingin. Tahapan ke enam di atas itu saling berkaitan dan mendukung untuk penerapan metode Project Based Learning.

f. Kelebihan dan Kekurangan

1) Kelebihan Project Based Learning

Project Based Learning adalah penggerak yang unggul untuk membantu siswa belajar melakukan tugas-tugas otentik dan multidisipliner, menggunakan sumber-sumber yang terbatas secara efektif

8

dan bekerja dengan orang lain. Pengalaman di lapangan baik dari guru maupun siswa bahwa Project Based Learning menguntungkan dan efektif sebagai pembelajaran selain itu memilki nilai tinggi dalam peningkatan kualitas belajar siswa. Beberapa kelebihan dari Project Based Learning

diantaranya sebagai berikut:

a) Meningkatkan motivasi, dimana siswa tekun dan berusaha keras dalam mencapai proyekdan merasa bahwa belajar dalam proyek lebih menyenangkan daripada komponen kurikulum yang lain. b) Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, dari berbagai

sumber yang mendeskripsikan lingkungan belajar berbasis proyek membuat siswa menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-problem yang kompleks.

c) Meningkatkan kolaborasi, pentingnya kerja kelompok dalam proyek memerlukan siswa mengembangkan dan mempraktikan keterampilan komunikasi. Teori-teori kognitif yang baru dan konstruktivistik menegaskan bahwa belajar adalah fenomena sosial, dan bahwa siswa akan belajar lebih didalam lingkungan kolaboratif.

d) Meningkatkan keterampilan mengelola sumber, bila diimplementasikan secara baik maka siswa akan belajar dan praktik dalam mengorganisasi proyek, membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.9

2) Kekurangan Project Based Learning

Berdasarkan pengalaman yang ditemukan di lapangan Project Based Learning memiliki beberapa kekurangan diantaranya:

a) Kondisi kelas agak sulit dikontrol dan mudah menjadi ribut saat pelaksanaan proyek

9

karena adanya kebebasan pada siswa sehingga memberi peluang untuk ribut dan untuk itu diperlukannya kecakapan guru dalam penguasaan dan pengelolaan kelas yang baik.

b) Walaupun sudah mengatur alokasi waktu yang cukup masih saja memerlukan waktu yang lebih banyak untuk pencapaian hasil yang maksimal.10

Untuk mengatasi kelemahan tersebut, guru harus memiliki perencanaan yang baik dan memahami pemecahan masalah dengan pendekatan Project Based Learning.

2. Hakikat Hasil Belajar

Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Pada dasarnya kemampuan kognitif merupakan hasil belajar, sebagaimana diketahui bahwa hasil belajar merupakan perpaduan antara faktor pembawaan dan pengaruh lingkungan .

a. Pengertian Belajar

Hilgard dan Bower dalam buku Theories of Learning

mengemukakan, “belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat, dan sebagainya)”. 11

Menurut Witherington dalam buku Educational Psychology, “Belajar

adalah suatu perubahan didalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru daripada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan,

kepandaian, atau suatu pengertian”.12 “Belajar ialah suatu proses usaha

10 Ibid.

11

Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), h. 84.

12 Ibid.

yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.13

Menurut James O. Whittaker merumuskan, “Belajar sebagai proses

dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau

pengalaman”.14 Howard L. Kingskey mengatakan bahwa “Learning is the

process by which behavior (in the broader sense) is originated or changed through practice or training. Belajar adalah proses dimana tingkah laku

(dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan”.15

Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku pada diri individu berdasarkan pengalaman dan latihan yang berulang-ulang.

b. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Belajar

Telah dikatakan bahwa belajar adalah suatu proses yang menimbulkan terjadinya suatu perubahan atau pembaharuan dalam tingkah laku atau kecakapan. Sampai dimanakah perubahan itu dapat tercapai atau dengan kata lain, berhasil baik atau tidaknya belajar itu tergantung kepada bermacam-macam faktor. Adapun faktor-faktor itu, dapat kita bedakan menjadi dua golongan:

1) Faktor yang ada ada diri organisme itu sendiri yang kita sebut faktor individual, dan

2) Faktor yang ada di luar diri individu yang kita sebut faktor sosial. Yang termasuk faktor individual antara lain: faktor kematangan/pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi dan faktor pribadi. Sedangkan yang termasuk faktor sosial antara lain faktor keluarga/keadaan rumah tangga, guru dan cara mengajarnya, alat-alat

13

Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010), h. 2.

14

Syaiful Djamarah Bahri, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008), h. 12-13.

15 Ibid.

yang dipergunakan dalam belajar mengajar, lingkungan dan kesempatan yang tersedia, dan motivasi sosial.16

c. Teori-teori Belajar 1) Teori Gestalt

Teori ini dikemukakan oleh Koffka dan Kohler dari Jerman, yang sekarang menjadi tenar di seluruh dunia. Hukum yang berlaku pada pengamatan adalah sama dengan hukum dalam belajar, yaitu:

a) Gestalt mempunyai sesuatu yang melebihi jumlah unsur-unsurnya,

b) Gestalt timbul lebih dahulu daripada bagian-bagiannya.17

Jadi dalam belajar yang penting adalah adanya penyesuaian pertama yaitu memperoleh response yang tepat untuk memecahkan problem yang dihadapi. Belajar yang penting bukan mengulangi hal-hal yang harus dipelajari, tetapi mengerti atau memperoleh

insight. Sifat-sifat belajar dengan insight ialah: a) Insight tergantung dari kemampuan dasar

b) Insight tergantung dari pengalaman masa lampau yang relevan c) Insight hanya timbul apabila situasi belajar diatur sedemikian

rupa, sehingga segala aspek yang perlu dapat diamati

d) Insight adalah hal yang harus dicari, tidak dapat jatuh dari langit

e) Belajar dengan insight dapat diulangi

f) Insight sekali didapat dapat digunakan untuk menghadapi situasi-situasi yang baru.18

2) Teori Conectionism (Thorndike)

Menurut teori trial and eror (mencoba-coba dan gagal) ini, setiap organisme jika dihadapkan dengan situasi baru akan

16

Ngalim Purwanto, op. cit., hlm 102 17 Slemeto, op. cit., hlm. 9.

18 Ibid.

melakukan tindakan yang sifatnya mencoba-coba secara membati buta. Jika dalam usaha mencoba-coba itu secara kebetulan ada perbuatan yang dianggap memenuhi tuntutan situasi, maka

perbuatan yang kebetulan cocok itu kemudian “dipegangnya”.

Karena latihan yang terus menerus maka waktu yang dipergunakan untuk melakukan perbuatan yang cocok itu makin lama makin efisien.19

Jadi proses belajar menurut Thorndike melalui proses:

a) Trial and error (mencoba-coba dan mengalami kegagalan), dan b) Law of effect yang berarti bahwa segala tingkah laku yang berakibatkan suatu keadaan yang memuaskan (cocok dengan tuntutan situasi) akan diingat dan dipelajari dengan sebaik-baiknya.20

Kelemahan dari teori ini ialah:

a) Terlalu memandang manusia sebagai mekanismus dan otomatisme belaka disamakan dengan hewan. Meskipun banyak tingkah laku manusia yang otomatis, tetapi tidak selalu bahwa tingkah laku manusia itu dapat dipengaruhi secara trial and error. Trial and error ini tidak berlaku mutlak untuk manusia.

b) Memandang belajar hanya merupakan asosiasi belaka antara stimulus dan respon. Sehingga yang dipentingkan dalam belajar ialah memperkuat asosiasi tersebut dengan latihan-latihan, atau ulangan-ulangan yang terus menerus.

c) Karena proses belajar berlangsung secara mekanistis, maka

“pengertian” tidak dipandangnya sebagai suatu yang pokok dalam belajar. Maka mengabaikan “pengertian” sebagai unsur

yang pokok dalam belajar.21

19

Ngalim Purwanto, op. cit., h. 98.

20

Ibid., h. 99 21

Dokumen terkait