• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR,

A. Kajian Teoritis

4. Hasil Belajar

Belajar menurut Gagne adalah suatu proses di mana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman.28 Belajar adalah suatu upaya pembelajar untuk mengembangkan seluruh kepribadiannya, baik fisik maupun psikis. Belajar juga dimaksudkan untuk mengembangkan seluruh aspek inteligensi sehingga anak didik akan menjadi manusia yang utuh, cerdas secara inteligensi, cerdas secara emosi, cerdas psikomotornya, dan memiliki keterampilan hidup yang bermakna bagi dirinya.29

Proses belajar menimbulkan hasil yang disebut dengan hasil belajar. Menurut Nana Sudjana hasil belajar siswa adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.30 Kemudian Oemar Hamalik berpendapat bahwa hasil belajar pada dasarnya merupakan perubahan tingkah laku bukan penguasaan hasil latihan.31 Pendapat lain menyatakan bahwa Hasil belajar merupakan perubahan yang terjadi pada diri siswa dari proses pembelajaran.32

Hasil belajar yang baik merupakan tujuan pendidikan yang ingin dicapai dari proses pengajaran. Ada tiga ranah yang termasuk sebagai hasil belajar siswa, yaitu:

a. Ranah Kognitif

Ranah Kognitif menurut Gagne adalah suatu proses internal yang digunakan siswa dalam memberikan perhatian, belajar, mengingat, dan berpikir.33 Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan otak. Menurut Bloom,

27

Indah Rahmawati, Media Permainan Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa, 2013, (http://suaraguru.wordpress.com)

28

Ratna Wilis Dahar, Teori-teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Erlangga, 2006), h. 2

29

Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), h. 165

30

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1992), Cet ke-4, h.22.

31

Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara,2008), h.27

32

Eko Putro Widoyoko, Evaluasi Program Pembelajaran, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h. 25

33

segala upaya yang menyangkut aktivitas otak termasuk dalam ranah kognitif.34 Ranah kognitif meliputi kemampuan pengembangan keterampilan intelektual (knowledge) dengan tingkatan-tingkatan sebagai berikut:

1) Mengingat (C1), merupakan kategori proses kognitif yang bertujuan menumbuhkan kemampuan untuk meretensi materi pelajaran yang sama seperti materi yang diajarkan.35 Mengingat mencakup ingatan mengenai hal-hal yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan. Pengetahuan yang disimpan dalam ingatan, akan digali pada saat dibutuhkan dengan cara mengenali (recognition) atau mengingat kembali (recall).36

2) Memahami (C2), adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau

memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui atau diingat.37 Memahami mencakup kemampuan untuk mengkonstruk makna dan arti dari sesuatu yang dipelajari. Kemampuan ini ditampilkan dalam bentuk: menguraikan isi pokok bacaan, mengubah rumus matematika ke dalam bentuk kata-kata, membuat perkiraan tentang kecenderungan yang nampak dalam data tertentu, seperti dalam grafik.38 Memahami meliputi menafsirkan, mencontohkan, mengklasifikasikan, merangkum, menyimpulkan, membandingkan , dan menjelaskan.39

3) Mengaplikasikan (C3), adalah kesanggupan seseorang menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan sebagainya, dalam situasi yang baru dan kongkret.40 Mengaplikasikan mencakup penggunaan suatu prosedur untuk menyelesaikan masalah atau mengerjakan tugas. Kemampuan ini ditampilkan dalam bentuk mengaplikasikan suatu rumus pada persoalan yang belum

34

Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), h. 49-50

35

Lorin W. Anderson, David R. Krathwohl, op. cit., h. 66

36

W.S Winkel, Psikologi Pengajaran, (Yogyakarta: Media Abadi, 2009), h. 274 37 Anas, op.cit., h. 50 38 W.S Winkel, loc.cit 39 Lorin, op.cit., h. 70 40 Anas, op.cit., h. 51

dihadapi.41 Mengaplikasikan meliputi mengeksekusi dan mengimplementasikan.42

4) Menganalisis (C4), adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan diantara bagian-bagian atau faktor-faktor yang satu dengan faktor-faktor-faktor-faktor lainnya.43 Menganalisis mencakup kemampuan untuk merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian, sehingga struktur keseluruhan atau organisasinya dapat dipahami dengan baik.44 Menganalisis meliputi membedakan, mengorganisasi, dan mengatribusikan.45 5) Mengevaluasi (C5), didefinisikan sebagai membuat keputusan berdasarkan

kriteria dan standar. Kriteria-kriteria yang paling sering digunakan adalah kualitas, efektivitas, efisiensi, dan konsistensi. Kriteria tersebut ditentukan oleh siswa.46 Mengevaluasi mencakup kemampuan untuk membentuk suatu pendapat mengenai suatu hal, disertai pertanggungjawaban pendapat itu, berdasarkan kriteria tertentu. Kategori evaluasi mencakup proses-proses kognitif memeriksa dan mengkritik.

6) Mencipta (C6), mencakup kemampuan untuk menggabungkan beberapa unsur

menjadi suatu bentuk kesatuan. Tujuan-tujuan yang diklasifikasikan dalam mencipta meminta siswa membuat produk baru dengan mereorganisasi sejumlah elemen atau bagian jadi suatu pola atau struktur yang tidak pernah ada sebelumnya. Mencipta meliputi merumuskan, merencanakan, dan memproduksi.47

b. Ranah Afektif

Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada perubahan tingkah laku peserta didik.

41 Winkel, op.cit.,h. 275 42 Lorin, op.cit., h.77 43

Anas, loc. cit.

44

Winkel, loc. cit.

45 Lorin, op.cit., h. 79 46 Ibid., h.83 47 Ibid., h. 86

Ranah afektif menurut Krathwohl dan kawan-kawan (1974), ditaksonomikan menjadi lebih rinci kedalam 5 jenjang, yaitu:

1) Receiving atau attending

Receiving atau attending (menerima atau memperhatikan) diartikan sebagai kemauan untuk memperhatikan suatu kegiatan atau suatu objek. Pada jenjang ini peserta didik dibina agar mereka bersedia menerima nilai-nilai yang diajarkan dan menggabungkan diri dengan nilai-nilai tersebut. 48 Kesediaan itu dinyatakan dalam memperhatikan sesuatu seperti memandangi gambar yang dibuat di papan tulis atau mendengar jawaban teman sekelas atas pertanyaan guru. namun, perhatian itu masih pasif.49

2) Responding

Responding atau menanggapi adalah kemampuan yang dimiliki oleh

seseorang untuk ikut serta secara aktif dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadap fenomena tersebut.50 Responding juga dapat diartikan reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap stimulasi yang datang dari luar. Hal ini mencakup ketepatan reaksi, perasaan, kepuasan dalam menjawab stimulus dari luar yang datang kepada dirinya.51

3) Valuing

Valuing (menilai atau menghargai) merupakan jenjang dimana peserta didik tidak hanya menerima nilai yang diajarkan tetapi peserta didik mampu untuk menilai baik atau buruknya fenomena yang diajarkan.52 Menilai mencakup kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap sesuatu dan membawa diri sesuai dengan penilaian itu. Mulai dibentuk sikap menerima, menolak, atau mengabaikan. Sikap itu dinyatakan dalam suatu perkataan atau tindakan, seperti mengungkapkan pendapat positif tentang pameran lukisan.53

48

Anas, op. cit., h. 54

49

Winkel, op. cit., h.276

50

Anas, op. cit., h. 55

51

Nana, op. cit., h. 30

52

Anas, loc. cit.

53

4) Organization

Organization (mengatur atau mengorganisasikan) artinya mempertemukan perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru yang lebih universal yang membawa kepada perbaikan umum.54 Kemampuan organisasi dinyatakan dalam mengembangkan suatu perangkat nilai, seperti menguraikan bentuk keseimbangan yang wajar antara kebebasan dan tanggung jawab dalam negara demokrasi atau menyusun raencana masa depan atas dasar kemampuan belajar, minat, dan cita-cita hidup.55

5) Characterization by a value or value complex

Characterization by a value or value complex (karakterisasi dengan suatu nilai atau komplek nilai), yaitu keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Contoh hasil belajar afektif pada jenjang ini adalah siswa telah memiliki kebulatan sikap menjadikan perintah Allah SWT yang tertera dalam alquran surat Al-ashr sebagai pegangan hidupnya sehingga siswa hidup memanfaatkan waktu dengan baik seperti disiplin. 56

c. Ranah Psikomotorik

Kata psikomotorik berhubungan dengan kata “motor, sensory-motor, atau perceptual- motor”. Jadi, ranah psikomotorik berhubungan erat dengan kerja otot

sehingga menyebabkan bergeraknya tubuh atau bagian tubuh.57 Anas berpendapat bahwa ranah psikomotorik adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu.58

Hasil belajar psikomotorik tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Ada enam tingkatan keterampilan, yaitu:59

1) Gerakan refleks (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar)

54

Anas, op. cit., h. 56

55

Winkel, loc. cit.

56

Anas, loc. cit.

57

Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 122

58

Anas, op.cit., h.57

59

2) Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar

3) Kemampuan perseptual, termasuk didalamnya membedakan visual, membedakan auditif, motoris, dan lain-lain.

4) Kemampuan dibidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan, dan ketepatan. 5) Gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai pada

keterampilan yang kompleks

6) Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non-decursive seperti gerakan ekspresif dan interpretatif.

Dokumen terkait