• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV : ANALISIS DATA

LANDASAN TEORI

B. Hasil Belajar

1. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Berbicara mengenai hasil, berarti berbicara mengenai sesuatu yang dicapai atau diperoleh setelah melakukan usaha. Menurut Purwanto (2009:44) hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu “hasil”, dan “belajar”. Pengertian hasil menunjuk pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Hasil produksi merupakan perolehan yang didapatkan karena adannya kegiatan mengubah bahan (raw materials) menjadi barang jadi (finished goods).

Sedangkan pengertian belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. (learning is defined as the modification or strengthening of behavior through experiencing) (Hamalik, 2010:36).

Menurut Slameto (1995:2) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.

Berdasarkan uraian tersebut dapat dikatakan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku seseorang secara terus menerus melalui pelatihan dan pengalaman.

37

Menurut Nana Sudjana (2005:22) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:4) hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siwa, hasil belajar merupakan berakhirnya pengajaran dari puncak proses belajar.

Dari pengertian di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang dicapai oleh siswa dengan melibatkan potensi yang dimilikinya setelah siswa itu melakukan kegiatan belajar. Hasil belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi pada individu yang belajar, bukan hanya perubahan mengenai pengetahuan, tetapi juga untuk membentuk kecakapan, kebiasaan, pengertian, penguasaan dan penghargaan dalam diri seseorang yang belajar.

2. Klasifikasi Hasil Belajar

Dalam sistem pendidikan nasional menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Taksonomi Bloom dalam (Samino dan Saring Marsudi, 2011:49-53) yang secara garis besar membagi tiga ranah, yaitu:

a. Ranah Kognitif

Hasil belajar ranah kognitif berhubungan dengan aktivitas otak atau intelektual. Ranah ini terdiri dari enam jenis perilaku,

38

yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.

1) Pengetahuan (knowledge), yaitu kemampuan seseorang untuk mengingat kembali tentang nama, istilah, ide, gejala, rumus-rumus dan lain sebagainya, tanpa mengharapkan kemampuan untuk menggunakannya.

2) Pemahaman (comprehension) yakni kemampuan seseorang untuk memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat melalui penjelasan dari kata-katanya sendiri.

3) Penerapan (application) yaitu kesanggupan seseorang untuk menggunakan idde-ide umum, tata cara atau metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan lain sebgainya dalam situasi yang baru dan kongkret.

4) Analisis (analysis) yakni kemampuan seseorang untuk menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan diaantara bagian-bagian tersebut.

5) Sinstesis (synthesis) adalah kemampuan berfikir memaadukan bagian-bagian ataau unssur-unsur secara logis, sehingga menjadi suatu pola yang baru dan terstruktur.

6) Evaluasi (evaluation) yang merupakan jenjang berfikir paling tinggi dalam ranah kognitif. Evaluasi adalah pemberian keputusan tntang nilai sesuatu yang mungkin dilihat dari segi

39

tujuan, gagasan, cara bekerja, pemecahan, metode, materil dan lain sebagainya (Sudjana, 2005:28).

b. Ranah Afektif

Hasil belajar ranah afektif berhubungan dengan sikap dan nilai. Tipe hasil belajar afektif tampak pada siswwa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar, dan hubungan sosial.

Ada beberapa jenis kategori ranah afektif sebagai hasil belajar. Kategorinya dimulai dari timgkat yang dasar atau sederhana sampai tingkat yang kompleks.

1) Reciving/attending, yakni semacam kepekaan dalam menerima

rangsangan (stimulasi) dari luar yang datang kepada siswa dalam bentuk masalah, situasi, gejala.

2) Responding atau jawaban, yakni reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap stimulasi yang datang dari luar.

3) Valuing (penilaian) berkenaaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus tadi.

4) Organisasi, yakni pengembangan dari nilai ke dalam satu sistem organisasi, yakni termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lain, pemantapan, dan prioritas nilai yang telah dimilikinya.

40

5) Karakteristik nilai atau internalisasi nilai, yakni keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseoang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya (Sudjana, 2005:30).

c. Ranah Psikomotorik

Hasil belajar psikomotorik tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemaampuan bertindak individu. Tipe hasil belajar ranah psikomotorik berkenaan dengan keterampilan atau bertindak setelah ia menerima pengalam belajar tertentu. Hasil belajar ini sebenarnya tahap lanjutan dari hasil belajar efektif yang baru tampak dalam kecenderungan-kecenderungan untuk bertingkah laku (Sudjana, 2005:31).

Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Di antara ketiganya, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh guru, karena berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran.

3. Cara Mengukur Hasil Belajar

Pengukuran atau penilaian hasil belajar dilakukan dengan teknik penilaian tes dan non tes. Tes sebagai teknik penilaian adalah pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk mendapatkan jawaban dari siswa dalam bentuk lisan (tes lisan), tulisan (tes tulisan), atau dalam bentuk perbuatan (tes tindakan) (Sudjana, 2005:35).

41

Teknik non tes, dilakukan dengan tanpa menguji melainkan dilakukan dengan cara pengamatan secara sistematis (observation), wawancara (interview), angket (questionnaire), dan memeriksa dokumen (documentary analysis) (Sudijono, 2011:76). Teknik ini biasa digunakan untuk mengukur bidang afektif dan psikomotorik. 4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dibedakan atas dua kategori, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Kedua faktor tersebut mempengaruhi dalam belajar individu sehingga menentukan kualitas hasil belajar (Wahyuni, 2010:19). Faktor-faktor tersebut dalam banyak hal saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain.

Seorang siswa yang bersikap conversing terhadap ilmu pengetahuan atau bermotif ekstrinsik (faktor eksternal) umpamanya, biasanya cenderung mengambil pendekatan belajar yang sederhana dan tidak mendalam. Sebaliknya seorang yang berinteligensi tinggi (faktor internal) dan mendapat dorongan possitif dari orang tuanya (faktor eksternal) mungkin akan memilih pendekatan belajar yang lebih mementingkan kualitas hasil belajar.

a. Faktor Internal Siswa

Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri. Faktor internal meliputi dua aspek, yaitu: aspek fisiologis dan aspek psikologis (Syah, 2009:130)

42 1) Aspek Fisiologis

Faktor-faktor fisiologis adalah faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu (Bahruddin, 2010:19). Kondisi fisik peserta didik dalam hal ini kesehatan, baik kesehatan jasamni maupun rohani mempunyai peran yang sangat penting bagi proses pembelajaran. Kondisi fisik yang terganggu kesehatannya akan mengakibatkan orang tersebut tidak dapat belajar secara maksimal. Misalnya, pendengaran dan penglihatan siswa yang rendah akan menghambat penyerapan informasi. Akibatnya, proses pengaksesan informasi yang dilakukan oleh sistem memori siswa tersebut tidak dapat berjalan lancar. Berbeda dengan siswa yang pendengaran dan penglihatan sehat, ia akan mudah menyerap informasi.

2) Aspek Psikologis

Belajar hakikatnya adalah proses psikologis, oleh karena itu semua keadaan dan fungsi psikologis tentu saja mempengaruhi belajar seseorang. Menurut Muhibbin Syah (2009:129) faktor-faktor psikis siswa yang pada umumnya dipandang lebih esensial adalah sebagai berikut:

a) Tingkat Kecerdasan atau Inteligensi Siswa

Inteligensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan

43

ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui atau menggunakan konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajari dengan cepat.

Inteligensi sebagai kemampuan psikofisik untuk mereaksi ransangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat. Inteligensi sebenarnya bukan persoalan otak saja, melainkan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya. Akan tetapi, memang harus diakui bahwa peran otak dalam hubungannya dengan inteligensi manusia lebih menonjol daripada peran organ-organ tubuh lainnya, lantaran otak merupakan “menara pengontrol” hampir seluruh aktivitas manusia (Syah, 2009:131).

Inteligensi merupakan suatu faktor yang paling penting dalam prose belajar siswa. Jika siswa mempunyai kecerdasan yang tinggi, maka akan dapat dengan mudah menerima daan memahami pelajaran yang disampikan oleh gury. Sehingga peluang untu meraih kesuksesan dalam belajar menjadi tinggi. Sebaliknya siswa yang inteligensinya rendah maka peluang untuk meraih kesuksesan dalam belajar sangat kecil.

b) Minat Siswa

Minat yaitu suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang

44

menyuruh (Rahmah, 2012:196). Secara sederhana. Minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.

Menurut Slameto (1995:57) minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus menerus yang disertai rasa senang, jadi berbeda dengan perhatian, karena perhatian sifatnya sementara dan belum tentu diikuti dengan rasa senang, sedangkan minat selalu diikuti dengan rasa senang dan dari situlah diperoleh kepuasan.

Umpamanya, seorang siswa yang menaruh minat besar terhadap mata pelajaran pendidikan agama Islam akan banyak memuaskan atau lebih memperhatikan pada mata pelajaran pendidikan agama Islam daripada mata pelajaran yang lainnya.

c) Bakat Siswa

Bakat atau aptitude merupakan kecakapan potensial yang bersifat khusu, yaitu khusu dalam suatu bidang atau kemampuan tertentu (Sukmadinata, 2007:101). Apabila bakat seseorang sesuai dengan bidang yang sedang dipelajarinya, maka bakat itu akan mendukung proses belajarnya sehingga kemungkinan besar ia akan berhasil.

45

Menurut Mahmud (2010:97) setiap orang mempunyai bakat atau potensi untuk mencapai prestasi samapi ke tingkat tertentu sesuai dengan kemampuannya masing-masing.

Bakat merupakan kemampuan seseorang yang tidak dimiliki oleh orang lain. Misalnya seseorang yang mempunyai bakat mengetik, maka ia dapat mengetik dengan lancar dan cepat dibandingkan dengan orang yang kurang atau tidak mempunyai bakat mengetik.

Bakat bukan hasil belajar dan latihan, tetatpi lebih merupakan karunia dari Allah. Bakat merupakan sarana yang mempermudahkan seseorang untuk menyerap pengetahuan yang sesuai dengan bakatnya. Seseorang yang memiliki bakat dalam bidang bahasa akan lebih mudah menerima pelajaran atau informasi yang berkenaaan dengan bahasa daripada pelajaran perhitungan (Mahmud, 2010:97). d) Sikap Siswa

Dalam proses belajar, sikap individu dapat mempengaruhi keberhasilan prosess belajar. Sikap adalah gejala internal yang mendimensi akektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara yang relatif tetap terhadap obyek, orrang, peristiwa dan

46

sebagainya, baik secara positif maupun negatif (Syah, 2009:151).

Sikap siswa yang positif, terutama kepada guru dan mata pelajaran merupakan pertanda awal yang baik bagi proses belajar siswaa. Sebaliknya, sikap negatif siswa terhadap guru dan mata pelajaran dapat menimbulkan kesulitan belajar siswa.

e) Motivasi

Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting karena hal tersebut merupakan keadaan yang mendorong keadaan siswa untuk melakukan belajar. Persoalan mengenai motivasi dalam belajar adalah bagaimana cara mengatur agar motivasi dapat ditingkatkan (Sadirman, 2011:21). Demikian pula dalam kegiatan belajar mengajar seorang anak didik akan berhasil jika mempunyai motivasi untuk belajar.

Motivasi mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam prosses belajar. Siswa yang tidak mempunyai motivasi, tentu ia akan cenderung malas sedangkan siswa yang mempunyai motivasi ia akan menjadi siswa yang rajin. Siswa yang kurang atau tidak mempunyai motivasi untuk belajar, sebenarnya dapat diusahakan agar siswa tersebut mempunyai motivasi yang lebih besar, yaitu

47

dengan cara menjelaskan hal-hal yang menarik dan berguna bagi kehidupan serta hal-hal yang berhubungan dengan cita-citanya.

b. Faktor Eksternal Siswa

Faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor ini meliputi faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat (Sugihartono, 2007:76).

1) Faktor Keluarga

Keluarga terutama orang tua sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan siswa dalam belajar. Tinggi rendahnya pendidikan orang tua, besar kecilnya penghasilan, cukup atau kurangnya perhatian dan bimbingan orang tua, akrab atau tidaknya hubungan orang tua dengan anak-anaknya, semua itu turut mempengaruhi pencapaian hasil belajar anak (Dalyono, 1997:59).

Orang tua yang kurang memperhatikan pendidikan anaknya, menyebabkan anak tidak atau kurang berhasil dalam belajarnya. Faktor keluarga merupakan faktor utama dan sangat mempengaruhi prestasi belajar siswa.

2) Faktor Sekolah

Keadaan sekolah tempat belajar turut mempengaruhi tingkat keberhasilan belaajar siswa, seperti guru, administrasi, dan teman-teman sekelasnya. Hubungan harmonis antara

48

ketiganya dapar menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar lebih baik di sekolah. Perilaku yang simpatik dan dapat menjadi teladan seorang guru atau administrasi dapat menjadi pendorong bagi siswa untuk belajar. Hal yang paling mempengaruhi keberhasilan belajar para siswa disekolah mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, pelajaran, waktu sekolah, tata tertib atau disiplin yang ditegakkan secara konsisten dan konsekuen (Slameto, 1995:64).

Apabila suatu sekolah kurang memperhatikan tata tertib (disiplin), maka murid-muridnya kurang mematuhi perintah para guru. Akibatnya mereka tidak mau belajar sungguh-sungguh di sekolah maupun di rumah. Hal ini mengakibatkan prestasi belajar anak menjadi rendah.

3) Faktor Masyarakat

Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa juga mempengaruhi prestasi belajar siswa. Lingkungan siswa yang kumuh, banyak pengangguran dan anak terlantar juga dapat mempengaruhi aktivitas belajar siswa, paling tidak siswa kesulitan ketika memerlukan teman belajar, diskusi, atau meminjam alat-alat belajar yang kebetulan belum dimilikinya (Wahyuni, 2010:27). Selain itu, kadang juga menimbulkan sifat malas belajar dalam diri siswa ketika ia berada di lingkungan

49

yang kumuh. Bila di sekitar tempat tinggal keadaan masyarakatnya terdiri dari orang-orang yang berpendidikan, terutama anak-anaknya rata-rata bersekolah tinggi dan moralnya baik, hal ini akan mendorong anak lebih giat belajar.

C. Pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi Orang Tua Terhadap Hasil Belajar

Dokumen terkait