i
PENGARUH KONDISI SOSIAL EKONOMI ORANG TUA
TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII MTsN
SUSUKAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN
2017/2018
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
NELY MAKSUDAH
NIM 11114193
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
v
MOTTO
“...niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha
vi
PERSEMBAHAN
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat serta
karunia-Nya, skripsi ini penulis persembahkan untuk:
1. Pahlawanku Bapak dan Ibu tercinta yang telah merawat, menjaga dan
memberikan kesempatan kepada penulis untuk menggali ilmu pengetahuan
melalui tingkat pendidikan yang setinggi ini, juga atas semangat dan do’a tidak
henti sehingga penulis dapat menyelesaikaan studi ini. Semoga ilmu yang
penulis raih dapat membahagiakan orang tua, berguna bagi agama dan nusa
dan bangsa.
2. Kakakku tersayang M. Luthfi Hakim, Keluarga besarku terima kasih untuk
kasih sayang yang selalu menguatkan.
3. Adikku tercinta Erna Nur Utami yang telah banyak membantu dalam
penyusunan skripsi ini.
4. Teman dekatku Muhamad Syaifudin yang telah memberikan motivasi,
dukungan dan bantuan selama menempuh studi, khususnya dalam proses
penyusunaan skripsi.
5. Sahabat-sahabatku terima kasih selalu menemani dalam suka maupun duka
mendengarkan segala keluh kesah.
6. Teman seperjuangan angkatan 2014 khususnya jurusan Pendidika Agama
Islam.
7. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terima kasih telah
vii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya serta karunian-Nya kepada kami sehingga perencanaan,
pelaksanaan dan tersusunnya skripsi dapat terlaksana dengan baik. Shalawat serta
salam selalu tercurahkan pada junjungan Nabi Agung Muhammad SAW yang
telah membimbing manusia dari zaman kegelapan ke zaman terang-benderang dan
yang selalu dinantikan syafaatnya di hari kiamat kelak. Segala syukur penulis
haturkan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, dengn judul”Pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi Orang tua Tehadap Hasil Belajar Siswa Kelas VIII
MTsN Susukan Kabupaten Semarang Tahun Pelajarn 2017/2018”
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan guna
memperoleh gelar S1 Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Jurusan Pendidikan
Agama Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dalam penyusunan
skripsi ini penulis menyadari bahwa masih banyak sekali kekurangan. Penulis
menyadari tanpa bantuan dari pihak, penulis tidak akan bisa menyelesaikan
skripsi ini dengan lancar. Oleh karena itu dengan selesainya skripsi ini tidak lupa
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
8. Bapak Dr. Rahmat Haryadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.
9. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.
viii
11. Bapak Dr.Winarno, S.Si, M.Pd. selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah rela menyisihkan waktunya untuk membimbing dengan penuh
kebijaksanaan dan petunjuk-petunjuk serta dorongan-dorongan dalam
menyelesaikan skripsi ini.
12. Bapak ibu dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak
membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
13. Kepala MTsN Susukan beserta guru dan karyawan, yang berkenan
memberikan izin pada penulis untuk melakukan penelitian di MTsN Susukan
Akhirnya, semoga Allah SWT memberikan balasan kebaikan yang berlipat
dan mudah-mudahan dengan skripsi ini akan menambah semangat untuk
meneruskan langkah dalam memperjuangkan cita-cita pendidikan, terlebih
sebagai bekal bagi guru dalam proses pembelajaran. Peneliti berharap skripsi ini
dapat bermanfaat bagi penulis sendiri maupun bagi pembaca. Penulis juga
menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu, peneliti berharap atas saran dan kritis yang membangun guna
perbaikan di masa yang akan datang.
Wassalammu’alaikum Wr.Wb
Salatiga, 9 Mei 2018
Nely Maksudah
ix DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
PENGESAHAN KELULUSAN... iii
PERNYATAAN KEAASLIAN TULISAN ... iv
MOTTO ... v
PERSEMBAHAN ... vi
KATA PENGANTAR... vii
DAFTAR ISI... ix
DAFTAR TABEL... xii
DAFTAR LAMPIRAN... xiii
ABSTRAK... xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Hipotesis... 7
E. Manfaat Penelitian... 7
F. Definisi Operasional ... 9
G. Metode Penelitian ... 11
x BAB II LANDASAN TEORI
A. Kondisi Sosial Ekonomi Orang Tua
1. Pengertian Kondisi Sosial Ekonomi Orang Tua... 22
2. Faktor yang Menetukan Keadaan Sosial Ekonomi Orang Tua... 24
B. Hasil Belajar 1. Pengertian Hasil Belajar ... 35
2. Klasifikasi Hasil Belajar ... 37
3. Cara Mengukur Hasil Belajar... 40
4. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar... 41
C. Pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi Orang Tua Terhadap Hasil Belajar Siswa ... 49
BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi dan Subyek Penelitian MTsN Susukan Kabupaten Semarang 1. Sejarah Singkat Berdirinya MTsN Susukan... 51
2. Kepala Madrasah... 51
3. Identitas Madrasah... 52
4. Visi, Misi dan Tujuan... 53
5. Keadaan Siswa, Guru dan Karyawan MtsN Susukan... 54
6. Struktur Organisasi... 55
7. Jumlah dan Kondisi Bangunan... 58
8. Sarana dan Prasarana... 59
9. Kegiatan Ekstrakurikuler... 61
B. Penyajian Data 1. Data Responden... 62
2. Data Hasil Penyebaran Angket Kondisi Sosial Ekonomi Orang Tua ... 66
xi BAB IV ANALISIS DATA
A.Hasil Uji Coba Instrumen ... 72
B.Analisis Deskriptif... 75
C.Uji Hipotesis ... 88
D.Pembahasan Hasil Uji Hipotesis... 94
BAB V PENUTUP A.Kesimpulan ... 97
B.Saran ... 98
DAFTAR PUSTAKA
xii
DAFTAR TABEL
1. Tabel 1.1 Kisi-Kisi Instrumen Angket Kondisi Sosial Ekonomi Orang Tua... 17
2. Tabel 3.1 Daftar Siswa ... 52
3. Tabel 3.2 Jabatan Guru... 54
4. Tabel 3.3 Jumlah dan Kondisi Bangunan ... 56
5. Tabel 3.4 Daftar Sarana Dan Prasarana... 58
6. Tabel 3.5 Daftar Sarana Dan Prasarana Pendukung Kegiatan Lain... 59
7. Tabel 3.6 Daftar Responden... 62
8. Tabel 3.7 Hasil Jawaban Angket Kondisi Sosial Ekonomi Orang Tua ... 65
9. Tabel 3.8 Data Nilai Hasil Belajar... 68
10.Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas... 72
11.Tabel 4.2 Hasil Uji Reliabilitas... 74
12.Tabel 4.3 Daftar Nilai Hasil Angket Kondisi Sosial Ekonomi Orang Tua.... 75
13.Tabel 4.4 Kategori Hasil Angket Kondisi Sosial Ekonomi Orang Tua... 78
14.Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Kondisi Sosial Ekonomi Orang Tua... 80
15.Tabel 4.6 Daftar Nilai Hasil Belajar... 81
16.Tabel 4.7 Kategori Hasil Belajar... 85
17.Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar... 87
18.Tabel 4.9 Koefisien Determinasi... 88
19.Taebl 4.10 Anova... 89
20.Tabel 4.11 Koefisien Regresi... 90
21.Tabel 4.12 Korelasi... 92
22.Tabel 4.13 Interpretasi Nilai Koefisien Korelasi... 93
23.Tabel 4.14 Nilai Product Moment... 94
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Daftar Nama Responden
2. Soal Angket (Instrumen Penelitian)
3. Uji Validitas
4. Titik Presentase Distribusi F
5. Titik Presentase Distribusi t
6. Nilai-Nilai Product Moment
7. Foto
8. Surat Pembimbing Skripsi
9. Surat Izin Riset
10.Surat Bukti Penelitian
11.Lembar Konsultasi Skripsi
xiv
ABSTRAK
Maksudah, Nely. 2018. Pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi Orang Tua Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VIII MTsN Susukan Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2017/2018. Skripsi, Salatiga: Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. Winarno, S. Si, M. Pd.
Kata Kunci: Kondisi Sosial Ekonomi, Hasil Belajar.
Penelitian ini upaya untuk mengetahui apakah ada pengaruh kondisi sosial ekonomi orang tua terhadap hasil belajar siswa kelas VIII MTsN Susukan Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2017/2018. Pertanyaan utama yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah (1) bagaimana kondisi sosial ekonomi orang tua siswa kelas VIII MTsN Susukan tahun pelajaran 2017/2018? (2) bagaimana hasil belajar siswa kelas VIII MTsN Susukan tahun pelajaran 2017/2018? (3) bagaimana pengaruh kondisi sosial ekonomi orang tua terhadap hasil belajar siswa kelas VIII MTsN Susukan tahun pelajaran 2017/2018?
Penelitian ini dilaksanakan di MTsN Susukan Kabupaten Semarang, dengan menggunakan metode penelitian kuantitatif. Pengumpulan data menggunakan instrumen angket tertutup untuk variabel bebas. Sedangkan variabel terikatnya dengan nilai rata-rata ulangan akhir semester satu. Subjek penelitian sebanyak 60 responden yang di ambil secara acak. Data penelitian yang terkumpul selanjutnya dianalisis dengan menggunakan rumus regresi sederhana dan dilanjutkan dengan rumus korelasi product moment dibantu program SPSS Version 24.00 for Windows.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan unsur terpenting dalam kemajuan suatu
bangsa yaitu untuk pembangunan sumber daya manusia. Masa depan suatu
bangsa akan ditentukan oleh proses pendidikannya, oleh karena itu sebagai
generasi penerus bangsa hendaknya mencapai pendidikan setinggi
mungkin. Pendidikan menjadi salah satu kebutuhan hidup yang prosesnya
berlangsung seumur hidup dan dalam pelaksanaannya dapat terwujud
melalui tiga jalur yaitu pendidikan informal, pendidikan nonformal, dan
pendidikan formal. Pendidikan informal adalah pendidikan yang terjadi di
dalam kehidupan keluarga dimana orang tua sangat berperan dalam
pembentukan pembentukan karakter, perkembangan emosional anak serta
kepribadian. Pendidikan non formal adalah pendidikan yang terjadi di
masyarakat dan pendidikan formal adalah pendidikan yang terjadi secara
resmi pada satuan lembaga di sekolah melalui kegiatan belajar mengajar
secara berjenjang dan terstruktur.
Menurut Hasbullah (2013:37), “pendidikan melibatkan keluarga, masyarakat, dan sekolah. Ketiganya tidak dapat dipisahkan dalam
mengawal proses pendidikan.” Dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah
terdapat proses belajar mengajar yang akan menghasilkan perubahan
dalam individu. Perubahan-perubahan itu berwujud pengetahuan atau
2
Menurut Djamarah (2003:44), ”belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil
pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya.” Untuk
mengetahui seberapa jauh perubahan yang terjadi pada seorang siswa yang
mengikuti suatu pendidikan, selalu diadakan penilaian dari hasil
belajarnya.
Keberhasilan proses belajar seseorang tidak mutlak bergantung di
sekolah. Keluarga sebagai salah satu pusat pendidikan juga ikut
memegang peranan penting dalam menentukan keberhasilan belajar.
Menurut Slameto (1995:54), ada dua faktor yang mempengaruhi hasil
belajar siswa yaitu faktor intern dan ekstern. Faktor intern terdiri dari :
faktor jasmaniah, psikologi, dan kelelahan misalnya kesehatan, kondisi
tubuh, IQ, motivasi, perhatian, bakat, dan kematangan. Sedangkan faktor
ekstern terdiri dari faktor keluarga dan sekolah. Misalnya faktor orang tua
mendidik anak, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan
ekonomi keluarga, model mengajar, sarana prasarana, dan lain-lain.
Kondisi sosial ekonomi seseorang tentu mempunyai peranan
terhadap perkembangan anak-anaknya. Keluarga yang mempunyai kondisi
sosial ekonomi yang baik, tentu akan memberikan perhatian yang baik
pula pada pemenuhann kebutuhan sehari-hari dan akan memikirkan masa
depan anak-anaknya. Keluarga (orang tua) yang memiliki kondisi sosial
3
kebutuhan pokok, sehingga perhatian untuk meningkatkan pendidikan
anak juga kurang.
Kondisi sosial ekonomi orang tua merupakan salah satu faktor
eksternal yang mempengaruhi belajar. Cara orang tua mendidik anaknya
besar pengaruhnya terhadap hasil belajar. Menurut Abu Ahmadi (1991:87)
“keluarga adalah lingkungan sosial yang pertama dikenalkan kepada anak,
atau dapat dikatakan bahwa seorang anak itu mengenal kehidupan sosial
yang pertama di dalam lingkungan keluarga.” Dalam lingkungan keluarga,
anak pertama kali mendapatkan pendidikan dan bimbingan serta belajar
tentang semua hal, baik pengetahuan, percakapan, dan sebagainya. Tugas
keluarga adalah meletakkan dasar bagi perkembangan anak berikutnya
sehingga anak dapat berkembang dengan baik. Oleh karena itu, orang tua
harus mampu mengarahkan, membantu, mengembangkan minat dan bakat
yang dimiliki anak sehingga dapat memberikan pengaruh yang positif
terhadap peningkatan hasil belajar.
Selain bertanggung jawab terhadap pendidikan anaknya, orang tua
juga memiliki tanggung jawab menyelamatkan keluarganya di dunia dan
di akhirat. sesuai yang tercantum dalam firman Allah QS. At-Tahrim ayat
6 :
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari
4
Sesuai dengan potongan ayat di atas, dapat digaris bawahi bahwa
kita harus menjaga diri dan keluarga kita agar jauh dari api neraka. Maka
orang tua wajib mendidik anak-anak mereka dengan sebaik-baiknya, yaitu
dengan memberikan kesempatan kepada mereka untuk mencari ilmu
pengetahuan. Dalam surat At-Tahrim ayat 6 Allah Swt menegaskan
kepada orang tua bahwa pendidikan keluarga harus dan merupakan
kewajiban kodrati untuk memperhatikan anak-anaknya serta mendidiknya
sejak dini, bahkan sejak didalam kandungan.
Hasil belajar siswa di sekolah mempunyai korelasi yang tinggi
dengan kondisi sosial ekonomi orang tua, karena segala kebutuhan anak
yang berkenaaan dengan pendidikan selalu membutuhkan sosial ekonomi
keluarga, dengan artian secara umum bahwa sekolah membutuhkan uang
untuk mendapatkan hasil belajar yang baik, membutuhkan sarana dan
prasarana tergantung pada jumlah uang yang ada. Proses belajar tidak
lepas dari kebutuhan sarana dan prasarana atau peralatan dan perlengkapan
belajar. Kebutuhan peralatan dan perlengkapan belajar anak dapat
terpenuhi dengan baik apabila keadaan ekonomi orang tua juga baik.
Dengan peralatan dan perlengkapan belajar yang lengkap dan modern,
maka diharapkan proses belajar siswa atau anak dapat berjalan dengan
baik, sehingga berdampak langsung pada hasil belajarnya.
Pendidikan yang baik dapat dinikmati oleh anak apabila orang tua
peduli pada masa depan anaknya. Menurt Slameto (1995:61) orang tua
5
mereka acuh tak acuh terhadap belajar anaknya, tidak memperhatikan
sama sekali akan kepentingan-kepentingan anaknya dalam belajar, tidak
mengatur waktu belajarnya, tidak menyediakan atau melengkapi alat
belajarnya, kesulitan-kesulitan yang dialami dalam belajar dan lain-lain,
dapat menyebabkan anak kurang berhasil dalam belajarnya. Mungkin anak
sendiri sebetulnya pandai, tetapi karena cara belajarnya tidak teratur,
akhirnya kesukaran-kesukaran menumpuk sehingga menngalami
ketinggalan dalam belajarnya dan akhirnya anak malas belajar. Hasil yang
didapatkan, nilai atau hasil belajarnya tidak memuaskann bahkan mungkin
gagal dalam studinya. Hal ini dapat terjadi pada anak dari keluarga yang
kedua orang tuanya terlalu sibuk mengurusi pekerjaan mereka.
Berdasarkan observasi awal di MTsN Susukan merupakan
madrasah atau sekolah seperti pada umunya dengan kondisi sosial
ekonomi orang tua yang beragam. Kondisi sosial ekonomi orang tua
tersebut berpengaruh pada kemampuan untuk membiayai pendidikan
anak-anaknya dan melengkapi kebutuhan belajarnya. Sehingga keadaan
tersebut dapat dikatakan sebagai salah satu faktor pengaruh kondisi sosial
ekonomi terhadap hasil belajar, maka dalam penelitian ini peneliti tertarik
untuk meneliti dan mengangkat judul “PENGARUH KONDISI SOSIAL EKONOMI ORANG TUA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA
KELAS VIII MTsN SUSUKAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN
6
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan
beberapa permasalah yang diajukan dalam penelitian ini, adalah:
1. Bagaimana kondisi sosial ekonomi orang tua siswa kelas VIII MTsN
Susukan Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2017/2018?
2. Bagaimana hasil belajar siswa kelas VIII MTsN Susukan Kabupaten
Semarang tahun pelajaran 2017/2018?
3. Bagaimana pengaruh kondisi sosial ekonomi orang tua terhadap hasil
belajar siswa kelas VIII MTsN Susukan Kabupaten Semarang tahun
pelajaran 2017/2018?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini sebagai dasar meningkatkan pengetahuan
serta merupakan sasaran yang ingin dicapai untuk mengungkapkan hal-hal
yang perlu diketahui dalam penelitian. Adapun tujuan yang ingin dicapai
adalah:
1. Mengetahui kondisi sosial ekonomi orang tua siswa kelas VIII MTsN
Susukan Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2017/2018.
2. Mengetahui hasil belajar siswa kelas VIII MTsN Susukan Kabupaten
7
3. Mengetahui pengaruh kondisi sosial ekonomi orang tua terhadap hasil
belajar siswa kelas VIII MTsN Susukan Kabupaten Semarang tahun
pelajaran 2017/2018.
D. Hipotesis
Hipotesis berasal dari kata hipo (hypo) dan tesis (thesis). Hipo
berarti kurang dari, sedang tesis berarti pendapat. Jadi hipotesis adalaah
suatu kesimpulan yang sifatnya sementara (Margono, 2010:80). Hipotesis
merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di
mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat
pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru
didasarkan pada teori yang relevaan, belum didasarkan pada fakta-fakta
empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data (Arikunto, 2016:45).
Berdasarkan asumsi tersebut, maka hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini adalah : “Ada pengaruh yang signifikan antara kondisi sosial
ekonomi orang tua terhadap hasil belajar siswa pada kelas VIII MTsN
Susukan Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2017/2018. Dengan kata
lain semakin tinggi kondisi sosial ekonomi orang tua maka kemungkinan
meningkat pula hasil belajarnya.”
8
Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan suatu informasi
untuk meningkatkan mutu pendidikan, dalam hal ini adalah hasil belajar
siswa.
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang
positif terhadap pengembangan ilmu sosial, khususnya tentang
pengaruh kondisi sosial ekonomi orang tua dengan hasil belajar siswa.
Serta dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam penelitian
selanjutnya yang sejenis.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Sekolah
Sebagai informasi bagi sekolah mengenai pentingnya
kerjasama yang baik antara guru dan orang tua dalam
meningkatkan hasil belajar siswa.
b. Bagi Guru
Dapat dijadikan sebagai bahan acuan dalam membantu
penyusunan strategi belajar mengajar.
9
Orang tua diharapkan senantiasa dapat memberikan
bimbingan dan perhatian yang positif, serta mendorong orang tua
untuk memenuhi kebutuhan anak dalam upaya meningkatkan hasil
belajar anak.
d. Bagi Siswa
Siswa dapat mengetahui bahwa kondisi ekonomi orang tua
berperan besar dalam menghantarkan mereka ke arah yang lebih
baik didalam dunia pendidikan.
F. Definisi Operasional
Agar tidak terjadi penafsiran yang berbeda dengan persoalan yang
terkandung di dalam judul penelitian, maka dalam definisi istilah akan
dibahas tentang pengertian istilah-istilah penting yang menjadi titik
perhatian peneliti. Definisi istilah berisi tentang pengertian istilah yang
fokus perhatian peneliti dalam judul penelitian. Hal ini dimaksudkan agar
tidak terjadi kerancuan maupun kesalah pahaman dalam memahami makna
istilah yang ada.
10
Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2017/2018” maka penulis menegaskan beberapa istilah sebagai berikut :
1. Kondisi Sosial Ekonomi Orang Tua
Sosial adalah berkenaan dengan perilaku interpersonal, atau
yang berkaitan dengan proses sosial. Sedangkan ekonomi adalah setiap
sistem hubungan-hubungan yang menentukan alokasi sumber-sumber
daya yang terbatas atau yang langka (Soekanto, 1993:464).
Orang tua adalah pendidik utama dan pertama bagi anak-anak
mereka, karena dari merekalah anak mula-mula menerima pendidikan.
Dengan demikian bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam
kehidupan keluarga.
Adapun yang dimaksud kondisi sosial ekonomi orang tua
adalah posisi orang tua dalam suatu kelompok sosial dalam rangka
untuk memenuhi kebutuhannya dan mencapai kemakmuran, dalam
kondisi sosial ekonomi orang tua di sini peniliti mengklasifikasikan
menjadi 4 strata ekonomi yaitu ekonomi atas, ekonomi menengah dan
ekonomi rendah. Peneliti juga membatasi tentang kondisi sosial
ekonomi orang tua dilihat dari segi pendidikan, segi pekerjaan, segi
pendapatan dan pemilikan kekayaan atau fasilitas orang tua dalam
meningkatkan hasil belajar anak.
2. Hasil Belajar Siswa
Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang
11
menunjukkan pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas
atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional
(Purwanto, 2009:44). Sedangkan menurut Slameto (1995:2) belajar
adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya.
Jadi yang dimaksud hasil belajar dalam penelitian ini adalah
hasil yang telah dicapai oleh siswa dalam usaha atau kegiatan
menguasai bahan-bahan pelajaran yang diberikan guru di sekolah atau
informasi nilai yang menunjukkan tingkat ketercapaian tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan dalam garis-garis program
pembelajaran di MTsN Susukan.
G. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Rancangan Penelitian
Pendekatan yang diterapkan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif merupakan penelitian
yang bekerja dengan angka, yang datanya berwujud bilangan (skor
atau nilai, peringkat atau frekuensi), yang dianalisis dengan
menggunakan statistik untuk menjawab pertanyaan atau hipotesis
penelitian yang sifatnya spesifik, dan untuk melakukan prediksi bahwa
12
2003:13). Peneliti memilih menggunakan pendekatan kuantitatif
karena dalam penelitian ini terdapat karakteristik yang cenderung pada
penelitian kuantitatif yaitu data dikumpulkan berupa angka.
Sebagai suatu penelitian yang bersifat korelatif maka tentu ada
variabel penelitian. Variabel berarti ubahan atau faktor tidak tetap atau
gejala yang berubah-ubah (Sudijono, 2003:33). Dalam penelitian ini
peneliti mengidentifikasi dua variabel yang nantinya akan dicari
korelasi anatara keduanya. Adapaun variabel tersebut adalah sebagai
berikut:
a. Variabel bebas (X) dalam hal ini adalah pengaruh kondisi sosial
ekonomi orang tua. Adapaun indikator-indikator dari variabel
kondisi sosial ekonomi orang tua antara lain;
1) Pendidikan orang tua
2) Pekerjaan orang tua
3) Pendapatan orang tua
4) Pemilikan kekayaan atau fasilitas orang tua
b. Variabel terikat (Y) dalam hal ini adalah hasil belajar siswa.
Adapun indikator dari variabel hasil belajar siswa adalah :
Hasil Nilai Raport Ulangan Akhir Semester 1 Kelas VIII
MTsN Susukan Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2017/2018.
Asumsi dasar dalam penelitian ini adalah: “Bahwa Variabel Kondisi Sosial Ekonomi Orang tua Mempengaruhi Hasil Belajar
13 2. Lokasi dan Waktu Penelitian
a. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di MTsN Susukan Kabupaten
Semarang.
b. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 7 November
sampai selesai.
3. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri
dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan,
gejala-gejala atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki
karakteristik tertentu di dalam suatu penelitian (Margono,
2010:118).
Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah
siswa kelas VIII MTsN Susukan yang terdiri dari 9 kelas yang
berjumlah 298 siswa.
b. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang dipilih untuk
sumber data (Sukardi, 2003:54).
Ukuran besarnya sampel dapat ditentukan dengan berbagai
14
sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi, tetapi jika
jumlah subyeknya besar dapat diambil kurang lebih 25%-30%
(Arikunto, 2016:95).
Dapat disimpulkan sampel adalah bagian atau wakil dari
populasi yang diteliti yang jumlahnya kurang dari populasi atau
kurang dari 100. Berdasarkan keterangan pendapat ahli di atas.
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini,
peneliti menggunakan beberapa metode:
a. Metode Angket atau Kuesioner
Angket atau kuesioner adalah suatu alat pengumpulan
informasi dengan cara menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis
untuk menjawab secara tertulis pula oleh responden (Margono,
2010:167). Dalam penelitian ini metode angket atau kuesioner
digunakan untuk memperoleh informasi dari responden mengenai
kondisi sosial ekonomi orang tua.
Angket yang digunakan adalah angket tertutup yaitu suatu
15
dengan memilih jawaban yang paling sesuai dari beberapa
alternatif jawaban yang tersedia. Dalam angket tertutup, responden
tidak diberi kesempatan untuk memberikan jawaban selain
alternatif jawaban yang tersedia.
b. Metode Dokumentasi
Dokumentasi adalah cara pengumpulan data melalui
peninggalan tertulis, seperti arsip-arsip dan termasuk juga
buku-buku tentang pendapat, teori, dalil atu hukum-hukum dan lain-lain
yang berhubungan dengan penelitian (Margono, 2010:181).
Metode ini digunakan untuk memperoleh data mengenai
jumlah siswa, nama siswa, nilai raport siswa, dan lain-lain yang
berhubungan langsung dengan penelitian dalam skripsi ini yaitu
tentang pengaruh kondisi sosial ekkonomi orang tua terhadap hasil
belajar siswa kelas VIII MTsN Susukan Kabupaten Semarang
Tahun Pelajaran 2017/2018.
c. Metode Observasi
Motede Observasi adalah metode pengumpulan data
dimana peniliti mengadakan pengamatan langsung kelapangan
mengenai gejala-gejala yang di selidiki (Margono, 2010:159).
Pengumpulan data melalui observasi dilakukan dalam situasi
16
Adapun metode ini peneliti gunakan untuk mengumpulkan
data tentang keadaan umum dari MTsN Susukan Kabupaten
Semarang.
d. Metode Interview
Metode interview adalah suatu metode pengumpulan data
dengan jalan tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan tujuan
penyelidikan. Penyilidikan pada umumnya dua orang atau lebih
hadir secara fisik dalam proses tanya jawab itu sendiri dan
masing-masing pihak dapat menggunakan saluran-saluran komunikasi
secara wajar dan lancar (Margono, 2010:165).
Dari pengertian tersebut diatas dapat dipahami bahwa
interview adalah suatu metode pengumpulan data dengan tanya
jawab langsung antara pihak peneliti dengan pihak yang
bersangkutan, yang dikerjakan secara sistematis dan berlandaskan
kepada tujuan penelitian. Sedangkan metode ini peneliti gunakan
untuk mendapatkan informasi tentang kondisi sosial ekonomi dan
hasil belajar siswa yang belum peneliti peroleh dari angket dengan
menginterview kepala sekolah, guru-guru, dan pegawai di MTsN
Susukan Kabupaten Semarang.
5. Instrumen Penelitian
Instrumen adalah alat pada waktu penelitian menggunakan
sesuatu metode dalam pengumpulan data (Arikunto, 2016:101).
17
data yang digunakan, maka peneliti menyusun dua instrumen yaitu
kondisi sosial ekonomi dan hasil belajar.
a. Instrumen Untuk Mengukur Kondisi Sosial Ekonomi
Instrumen yang digunakan untuk megungkap variabel
kondisi sosial ekonomi orang tua menggunakan angket. Instrumen
ini terdiri dari 20 item dan diharapkan dapat mewakili dan
mengungkap masalah sosial ekonomi orang tua siswa. Instrumen
yang dikembangkan berupa angket dan pertanyaan model skala
dengan 4 alternatif jawaban yaitu a, b, c, dan d. Skor jawaban
untuk a = 4, b = 3, c = 2, d = 1.
Kisi-kisi dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 1.1 Kisi-kisi InstrumenAngket Kondisi Sosial Ekonomi
Orang Tua pada Siswa Kelas VIII MTsN Susukan Kabupaten
Semarang Tahun Pelajaran 2017/2018
No Indikator Sebaran Soal Jumlah
18
Instrumen yang digunakan untuk mengungkap variabel
hasil belajar menggunakan metode dokumentasi. Instrumen ini
mencatat data-data nilai raport ulangan akhir semester satu yang
diambil dari sampel.
6. Analisis Data
Analisi data adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan,
dan bahan-bahan lain, sehingga mudah dipahami, dan temuannya dapat
diinformasikan kepada orang lain (Sugiyono, 2017:335).
Setelah data terkumpul dengan lengkap, maka langkah
selanjutnya adalah menganalisis data dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
a. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif dari penelitian ini, menganalisis data
dari masing-masing variabel, peneliti menggunakan rumus
prosentase. Analisis data yang berfungsi untuk mengetahui
prosentase skor melalui hasil angket tentang kondisi sosial
ekonomi orang tua dengan menggunakan rumus:
P
=
x 100%
Keterangan :
19 F = Frekuensi
N = Jumlah Responden
Maka dari variabel kondisi sosial ekonomi orang tua dan
hasil belajar dilakukan perhitungan untuk mencari prosentase
tingkat dari masing-masing variabel. Selanjutnya dikonversikan
dengan standar tinggi, sedang dan rendah.
b. Analisis Lanjutan
Analisis selanjutnya yang penulis lakukan antara variabel X
dan variabel Y yaitu dengan menggunakan analisis statistik dengan
rumus regresi linier sederhana. Analisis ini digunakan untuk
mengetahui angka pengaruh variabel X terhadap variabel Y dengan
menggunakan bantuan aplikasi SPSS Version 24.00 for Windows.
Adapun langkah-langkahnya pengujian hipotesis menurut
Winarno (2010:186) adalah sebagai berikut:
1) Membuat desain variabel pada posisi data view.
2) Memasukkan data pada posisi data view.
3) Melakukan analisis dengan prosedur sebagai berikut:
a) Klik analyze > regression > linear
b) Pindahkan variabel hasil belajar ke kolom dependent.
c) Pindahkan variabel kondisi sosial ekonomi kedalam kolom
independent.
20 e) Klik OK
4) Intepretasi keluaran berupa bagian korelasi, bagian variabel
yang dimasukkan, bagian koefisien determinasi, bagian anova,
dan bagian koefisien regresi.
Selanjutnya, analisis akhir dari penelitian ini dilanjutkan
dengan analisis korelasi. Pada analisis ini akan dilakukan
pengolahan data dengan program SPSS Version 24.00 for
Windows.
H. Sistematika Penulisan
Sistematika di sini adalah gambaran umum tentang skripsi ini.
Skripsi ini terbagi ke dalam tiga bagian awal, bagian inti, dan bagian akhir.
Bagian awal berisikan sampul, lembar berlogo, judul, persetujuan
pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan keaslian tulisan, motto
dan persembahan, kata pengantar, abstrak, daftra isi, daftar lampiran;
adapun bagian inti berisi pendahuluan sampai dengan penutup; dan bagian
akhir terdiri dari daftar pustaka, lampiran-lampiran, riwayat hidup penulis.
Adapun sistematikanya adalah sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini membahas tentang latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, hipotesis penelitian, manfaat penelitian,
definisi operasional, metode penelitian dan sistematika penulisan. Bab ini
merupakan kerangka dasar yang menjadi pijakan bagi penyusun untuk
21 BAB II : LANDASAN TEORI
Pada bab ini membahas tentang kondisi sosial ekonomi dan hasil
belajar. Bab ini meliputi : pertama konsep umum dan pengertian
masing-masing variabel. Kedua menjelaaskan hal-hal yang berhubungan dengan
masing-masing variabel.
BAB III : LAPORAN HASIL PENELITIAN
Pada bab ini berisi tentang gambaran umum lokasi dan subjek
penelitian yaitu sejarah berdirinya MTsN Susukan Kabupaten Semarang,
lokasi MTsN Susukan, Visi dan Misi MTsN Susukan, keaadaan siswa,
guru dan karyawan MTsN Susukan, struktur organisasi MTsN Susukan,
sarana dan prasarana, dan penyajian data hasil penelitian.
BAB IV : ANALISIS DATA
Maksud dari analisis data disini adalah analisis pengaruh kondisi
sosial ekonomi orang tua terhadap hasil belajar siswa kelas VIII MTsN
Susukan. Bab ini meliputi analisis deskriptif (tiap-tiap variabel), pengujian
hipotesis, dan pembahasan.
BAB V : PENUTUP
Bab ini meliputi bagian penutup yang berisi kesimpulan dan
22
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kondisi Sosial Ekonomi Orang Tua
1. Pengertian Kondisi Sosial Ekonomi Orang Tua
Kondisi adalah keadaan atau posisi, kondisi ekonomi berarti
keadaan baik atau lancar dan tersendatnya perjalanan ekonomi (Elrais,
2012:132). Sementara pengertian sosial berasal dari bahasa Inggris
yaitu society asal kata socius yang berarti kawan. Selanjutnya yang
dimaksud dengan sosial adalah berkenaan dengan perilaku
interpersonal, atau yang berkaitan dengan proses sosial (Soekanto,
1993: 464). Jadi kondisi sosial adalah suatu keadaan sosial seseorang
di masyarakat yang dapat diperoleh dengan sendirinya (otomatis)
melalui uasaha ataupun pemberian.
Kata ekonomi berasal dari Bahasa Yunani yaitu oikonomia
artinya manajemen rumah tangga. Asal katanya adalah oikos yang
berarti keluarga atau rumah tangga dan nomos yang berarti peraturan,
aturan dan hukum (Alam, 2013:4). Jadi, dua kata tersebut dapat
disimpulkan bahwa ekonomi adalah ilmu pengetahuan yang berguna
untuk mempelajari bagaimana manusia dapat menemukan dan
memenuhi kebutuhannya beserta rumah tangganya sehingga
23
Sosial memiliki arti segala sesuatu yang berhubungan dengan
masyarakat, sedangkan ekonomi memiliki arti ilmu yang mempelajari
tentang perilaku manusia, dan segala sesuatunya yang berhubungan
dengan kegiatan produksi, distribusi, dan konsumsi. Sosial ekonomi
memiliki artian sebagai segala sesuatu hal yang berhubungan dengan
tindakan pemenuhan kebutuhan masyarakat. Keadaan sosial ekonomi
setiap orang itu berbeda-beda dan bertingkat, ada yang sosial
ekonominya tinggi, sedang, dan rendah.
Sosial ekonomi menurut menurut Abdulsyani (2002:90)
adalah kedudukan atau posisi seseorang dalam kelompok manusia
yang ditentukan oleh jenis aktivitas ekonomi, pendapatan, tingkat
pendidikan, jenis rumah tinggal, dan jabatan dalam organisasi.
Sedangkan menurut Soerjano Soekanto (1989:216) sosial ekonomi
adalah posisi seseorang dalam masyarakat berkaitan dengan orang lain
dalam arti lingkup pergaulan, prestasinya, dan hak-hak serta
kewajibannya dalam hubungan dengan sumber daya.
Sosial ekonomi dapat juga diartikan sebagai suatu keadaan
atau kedudukan yang diatur secara sosial dan menetapkan seseorang
dalam posisi tertentu dalam struktur masyarakat. Pemberian posisi ini
disertai pula seperangkat hak dan kewajiban yang harus dipenuhi
orang tua.
Orang tua adalah komponen keluarga yang terdiri dari ayah
24
yang dapat membentuk sebuah keluarga. Orang tua memiliki tanggung
jawab untuk mendidik, mengasuh dan membimbing anak-anaknya
untuk mencapai tahapan tertentu yang menghantarkan anak untuk siap
dalam kehidupan masyarakat dan juga bertanggung jawab terhadap
pendidikan yang semestinya diperoleh anak untuk masa depannya.
Sedangkan pengertian orang tua diatas, tidak terlepas dari
pengertian keluarga, karena orang tua merupakan bagian dari keluarga
besar yang sebagian besar telah tergantikan oleh keluarga inti yang
terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan
pengertian kondisi sosial ekonomi orang tua adalah kedudukan atau
posisi orang tua yang ditentukan oleh tingkat pendidikan, tingkat
pendapatan, tingkat pekerjaan, dan sebagainya. Disertai dengan
kemampuan orang tua dalam memenuhi segala kebutuhan keluarga
sehari-hari, termasuk kemampuan orang tua dalam membiayai dan
menyediakan fasilitas belajar anak sebagai bentuk tanggung jawab
mereka terhadap anak-anaknya. Dengan demikian, hal tersebut
mempengaruhi tingkat sosial ekonomi masyarakat yang juga
menentukan tinggi rendahnya status seseorang dalam masyarakat.
2. Faktor-faktor yang Menentukan Keadaan Sosial Ekonomi
Sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, manusia dilahirkan
memiliki posisi dan kedudukan yang sama dan sederajatNya, akan
25
suatu masyarakat, senantiasa mempunyai kedudukan dan peranan yang
berbeda. Menurut Abdullah Idi (2013:184) tingkat status sosial
ekonomi dilihat atau diukur dari pekerjaan orang tua, penghasilan dan
kekayaan, tingkat pendidikan orang tua, keadaan rumah dan lokasi,
pergaulan dan aktivitas sosial.
Namun dalam hal ini, peniliti uraiannya dibatasi hanya 4
faktor yang menentukan yaitu tingkat pendidikan, pekerjaan,
pendapatan, dan pemilikan kekayaan atau faasilitas.
a. Tingkat Pendidikan
Menurut UU RI No. 20 Tahun pasal 1 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, pada dasarnya jenjang pendidikan adalah
tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat
perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan
kemampuan yang dikembangkan. Pendidikan menurut UU RI No.
Tahun 2003 adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan negara. Pendidikan adalah aktivitas dan
usaha untuk meningkatkan kepribadian dengan jalan membina
26
hati nurani) serta jasmani (panca indera dan
keterampilan-keterampilan).
Pendidikan sangatlah penting peranannya dalam kehidupan
bermasyarakat. Dengan memiliki pendidikan yang cukup maka
seseorang akan mengetahui mana yang baik dan mana yang dapat
menjadikan seseorang menjadi berguna baik untuk dirinya sendiri
maupun untuk orang lain yang membutuhkannya. Dapat juga
dikatakan tujuan pendidikan adalah sebagai bekal untuk
mempersiapkan masa depan seseorang agar berguna bagi dirinya
sendiri maupun bagi orang lain. Menurut UU RI No. 20 Tahun
2003 pasal 3 Pendidikan bertujuan untuk “Mencerdaskan
kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia
seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki
pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani,
kepribadian yang mantap dan bertanggung jawab kemasyarakatan
dan kebangsaan”.
Demi mencapai tujuan pendidikan sesuai amanat
Undang-Undang tersebut, maka dilaksanakan proses pendidikan yang
melalui beberapa jalur baik jalur pendidikan formal (pendidikan
sekolah) maupun pendidikan non formal (pendidikan luar sekolah).
27
pendidikan sekolah yang terdiri dari jenjang pendidikan dasar,
pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.
1) Pendidikan Dasar
Menurut Umar Tirtarahardja (2000:265) pendidikan
dasar diselenggarakan untuk memberikan bekal dasar yang
diperlukan untuk hidup dalam masyarakat berupa
pengembangan sikap, pengetahuan, dan keterampilan dasar. Di
samping itu juga berfungsi mempersiapkan peserta didik yang
memenuhi persyaratan untuk mengikuti pendidikan menengah.
Oleh karena itu pendidikan dasar menyediakan
kesempatan bagi seluruh warga negara untuk memperoleh
pendidikan yang bersifat dasar, dan tiap-tiap warga negara
diwajibkan menempuh pendidikan dasar sampai pendidikan
tinggi.
Pendidikan dasar awalnya dilaksanakan di sekolah
dasar (SD) atau MI dan sederajat selama periode enam tahun.
Di akhiri masa pendidikan dasar, para siswa diharuskan
mengikuti dan lulus dari Ujian Nasional (UN). Kelulusan UN
menjadi syarat untuk dapat melanjutkan pendidikannya ke
tingkat selanjutnya (SMP/MTS).
28
Menurut Umar Tirtarahardja (2000:265) pendidikan
menengah yang lamanya tiga tahun sesudah pendidikan dasar,
diselenggarakan di SLTA (Sekolah Lanjutan Tingkat Atas)
atau satuan pendidikan yang sederajat. Pendidikan menengah
dalam hubungan bawah berfungsi sebagai lanjutan dan
perluasan pendidikan dasar, dan dalam hubungan atas
mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan
tinggi ataupun memasuki lapangan kerja.
Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah
umum, pendidikan menengah kejuruan, dan pendidikan
menengah luar biasa, pendidikan menengah kedinasan dan
pendidikan menengah keagamaan.
3) Pendidikan Tinggi
Menurut Umar Tirtarahardja (2000:266) pendidikan
tinggi merupakan kelanjutan pendidikan menengah, yang
diselenggarakan untuk menyiapkan peserta didik menjadi
anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan
profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan
menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian.
Satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan
tinggi disebut perguruaan tinggi, yang dapat berbentuk
akademik, politeknik, sekolah tinggi, institut atau universitas.
29
pengembangan bangsa dan kebudayaan nasional dengan
perkembangan internasional.
Pendidikan orang tua sangat berpengaruh terhadap
perkembangan anak, bagaimana anak dari keluarga yang
berpendidikan akan mempunyai gambaran dan aspirasi yang
berbeda dengan anak dari keluarga yang tidak berpendidikan.
Situasi dari keluarga memberikan pengaruh dan dorongan baik
positif maupun negatif yang akan mempengaruhi belajar anak
(Fuad, 2003:18).
Dalam penelitian ini untuk mengetahui tingkat
pendidikan orang tua selain dilihat dari jenjangnya juga dapat
dilihat dari tahun atau lamanya orang tua sekolah. Semakin
lama orang tua bersekolah berarti semakin tinggi jenjang
pendidikannya. Pemikiran orang tua yang mempunyai
pendidikan yang lebih tinggi akan berbeda dengan pemikiran
orang tua yang berpendidikan menengah dan rendah. Sebagian
besar orang tua yang mempunyai pendidikan yang tinggi
memiliki cita-cita yang tinggi pula terhadap pendidikan
anaknya. Mereka menginginkan pendidikan anaknya untuk
berpendidikan tinggi pula. Dengan berbagai dorongan dan
fasilitas yang diberikaan demi menunjang pendidikan anak dan
30 b. Tingkat Pekerjaan
Pekerjaan dalam arti luas adalah aktivitas utama yang
dilakukan oleh manusia. Dalam arti sempit, istilah pekerjaan
digunakan untuk suatu tugas atau kerja yang menghasilakn uang
bagi seseorang. Dalam pembicaraan sehari-hari istilah ini sering
dianggap sama dengan profesi. Menurut Sukanto (2003:5)
pekerjaan adalah kegiatan yang menghasilkan barang dan jasa bagi
diri sendiri atau orang lain, baik orang melakukan dengan dibayar
atau tidak.
Dari penjalasan tersebut, terlihat jelas bahwa yang
dimaksud dengan pekerjaan orang tua adalah suatu kegiatan yang
dilakukan, sehingga dapat menghasilkan sesuatu dalam waktu
tertentu sesuai dengan aktivitas serta dituntut untuk melakukan
pekerjaan tersebut dengan baik dalam artian berjalan di jalan yang
baik agar supaya mendapatkan hasil yang baik pula.
Sehingga dari sekian jenis pekerjaan maka pekerjaan orang
tua yang satu dengan yang lain tidaklah sama, hal ini melihat
kebutuhan status sosial ekonomi, bakat serta kemampuan dari
masing-masing individu yang berbeda. Menurut Abdulsyani (2002:
93) jenis pekerjaan orang yaitu sebagai buruh, pedagang, pegawai
negeri, dan guru.
Jenis pekerjaan orang tua tentunya mempengaruhi hasil
31
orang tua kepada anaknya. Orang tua yang bekerja sebagai
pegawai tentunya akan lebih banyak meluangkan waktunya untuk
memberikan bimbingan kepaada anak, sedangkan orang tua yang
bukan pegawai cenderung akan lebih banyak menghabiskan
waktunya untuk bekerja.
Manusia sebagai makhluk hidup memiliki berbagai macam
kebutuhan, baik kebutuhan psikologis maupun kebutuhan fisik,
untuk memenuhi kebutuhan tersebut manusia harus melakukan
suatu kegiatan yaitu yang bisa disebut dengan bekerja, dengan
bekerja seseorang akan memperoleh penghasilan. Seperti firman
Allah dalam surat Al Mulk ayat 15 :
“Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka
berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari
rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah)
dibangkitkan” (Q.S Al Mulk 67:15) (Departemen Agama RI,
2009:563).
Ayat tersebut menerangkan isyarat tentang kewajiban
bekerja dan mencari nafkah. Tentunya dengan bekerja orang tua
akan mendapatkan hasil yang dapat mencukupi kebutuhan
anak-anaknya. Dengan terpenuhinya kebutuhan tersebut secara
32 c. Tingkat Pendapatan
Pendapatan adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh
para anggota masyarakat untuk jangka tertentu sebagai balas jasa
atas faktor-faktor produksi yang mereka sumbangkan dalam turut
serta membentuk produk nasional. Menurut Wahyu Adji
(2007:165) pendapatan adalah uang yang diterima oleh seseorang
dan perusahan dalam bentuk gaji, upah, sewa bunga, dan laba
termasuk juga berbagi tunjangan, seperti kesehatan dan pensiunan.
Pendapatan merupakan bagian dari keluarga. Pendapatan
adalah jumlah semua pendapatan kepala keluarga atau anggota
keluarga yang diwujudkan dalam bentuk uang dan barang.
1) Pendapatan berupa uang adalah segala pendapatan berupa uang
yang sifatnya reguler dan yang diterima biasanya sebagai balas
jasa atau kontra prestasi.
2) Pendapatan berupa barang adalah segala pendapatan yang
sifatnya reguler dan biasa, akan tetapi tidak selalu berbentuk
balas jasa dan diterimakan dalam bentuk barang dan jasa
(Sumardi, 1982:92-93).
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan pendapatan
adalah penghasilan berupa uang yang diterima seluruh anggota
keluarga sebagai balas jasa dari sebuah kegiatan selama satu bulan
dalam satuan rupiah. Jumlah pendapatan yang diterima oleh setiap
33
dilakukan oleh orang tersebut. Pendapatan yang diterima oleh
penduduk akan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang tinggi
mereka akan memperoleh kesempatan yang lebih luas untuk
mendapatkan pekerjaan yang lebih baik disertai pendapatan yang
lebih besar. Sedangkan bagi penduduk yang berpendidikan rendah
akan mendapat pekerjaan dengan pendapatan yang kecil.
Dari penelitian ini pendapatan yang diterima penduduk
dapat digolongkan berdasarkan 3 golongan yaitu:
1) Golongan ekonomi atas, yaitu penduduk yang berpendapatan
lebih dari Rp. 3.500.000 perbulan.
2) Golongan ekonomi menengah, yaitu penduduk yang
berpendapatan rata-rata Rp. 3.000.000 – Rp. 600.000 perbulan. 3) Golongan ekonomi rendah, yaitu pendudukan yang
berpendapatan kurang dari Rp.500.000 perbulan.
Jadi dari berbagai paparan diatas dapat dikatakan bahwa
pendapatan sangat berpengaruh terhadap kondisi sosial ekonomi
seseorang. Pendapatan keluarga dapat diperoleh dari beberapa
sumber untuk memenuhi keluarga, diantara sumber penghasilan
tetap sebagai imbalan jasa dari pekerjaan tetap dan sumber
penghasilan tambahan yang merupakan hasil usaha sampingan.
d. Pemilikan Kekayaan atau Fasilitas
Kekayaan dapat dijadikan ukuran penempatan anggota
34
2016:81). Pemilikan kekayaan atau fasilitas adalah kekayaan dalam
bentuk barang-barang berharga, bentuk rumah yang ditempati dan
jenis kendaraan pribadi dimana masih bermanfaat dalam
menunjang kehidupan ekonominya. Menurut Soerjano Soekanto
(1989:214) ukuran kekayaan (kebendaan) dijadikan suatu ukuran;
barang siapa yang memiliki kekayaan paling banyak, termasuk
lapisan teratas. Kekayaan tersebut misalnya, dapat dilihat dari
mobil pribadinya, cara-caranya mempergunakan pakaian, bentuk
rumah yang bersangkutan serta bahan pakaian yang dipakainya,
kebiasaan untuk berbelanja barang-barang mahal dan seterusnya.
Fasilitas atau kekayaan dalam penelitian ini antara lain:
1) Barang-barang Berharga
Kepimilikan kekayaan yang berniali ekonominya dalam
barang-barang berharga ini berupa perhiasan, televisi, kulkas,
komputer, dan lain-lain dapat menunjukkan adanya pelapisan
dalam masyarakat.
Dalam penelitian ini barang-barang berharga dapat
menunjukkan keadaan sosial ekonomi seseorang. Jika orang tua
yang memiliki barang-barang berharga banyak, maka semakin
tinggi juga dalam menyekolahkan anaknya. Orang tua juga
dapat membiayai pendidikan anaknya serta dapat mencukupi
semua fasilitas belajar anak, sehingga dapat memotivasi anak
35 2) Jenis-jenis Kendaraan
Kendaraan pribadi dapat digunakan sebagai alat ukur
tinggi rendahnya tingkat sosial ekonomi orang tua. Misalnya,
orang yang mempunyai mobil pribadi akan merasa lebih tinggi
tingkat sosial ekonominya daripada yang mempunyai sepeda
motor.
3) Keadaan atau Bentuk Rumah
Dapat berupa rumah permanen, kayu dan bambu.
Orang tua yang keadaaan sosial ekonominya tinggi pada
umumnya menempati rumah permanen, sedangkan orang tua
yang keadaan ekonominya menengah kebawah menggunakan
semi permanen.
Adapun yang semakin luas rumah yang ditempati pada
umumnya semakin tinggi tingkat sosial ekonominya.
Rumah dapat mewujudkan suatu tingkatan sosial
ekonomi bagi orang tua yang menempati. Apabila rumah
tersebut berbeda dengan dalam hal ukuran dan kualitas rumah.
Rumah dengan ukuran besar, permanen dan milik pribadi dapat
menunjukkan bahwa kondisi sosial ekonominya tinggi,
sedangkan jika dengan rumah yang kecil, semi permanen dan
36
B. Hasil Belajar
1. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam
pembelajaran. Berbicara mengenai hasil, berarti berbicara mengenai
sesuatu yang dicapai atau diperoleh setelah melakukan usaha. Menurut
Purwanto (2009:44) hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami
dua kata yang membentuknya, yaitu “hasil”, dan “belajar”. Pengertian
hasil menunjuk pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu
aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara
fungsional. Hasil produksi merupakan perolehan yang didapatkan
karena adannya kegiatan mengubah bahan (raw materials) menjadi
barang jadi (finished goods).
Sedangkan pengertian belajar adalah modifikasi atau
memperteguh kelakuan melalui pengalaman. (learning is defined as
the modification or strengthening of behavior through experiencing)
(Hamalik, 2010:36).
Menurut Slameto (1995:2) belajar adalah suatu proses usaha
yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya
sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.
Berdasarkan uraian tersebut dapat dikatakan bahwa belajar
adalah proses perubahan tingkah laku seseorang secara terus menerus
37
Menurut Nana Sudjana (2005:22) hasil belajar adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima
pengalaman belajarnya. Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono
(2006:4) hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak
belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri
dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siwa, hasil belajar
merupakan berakhirnya pengajaran dari puncak proses belajar.
Dari pengertian di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa hasil
belajar merupakan hasil yang dicapai oleh siswa dengan melibatkan
potensi yang dimilikinya setelah siswa itu melakukan kegiatan belajar.
Hasil belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi pada individu
yang belajar, bukan hanya perubahan mengenai pengetahuan, tetapi
juga untuk membentuk kecakapan, kebiasaan, pengertian, penguasaan
dan penghargaan dalam diri seseorang yang belajar.
2. Klasifikasi Hasil Belajar
Dalam sistem pendidikan nasional menggunakan klasifikasi
hasil belajar dari Taksonomi Bloom dalam (Samino dan Saring
Marsudi, 2011:49-53) yang secara garis besar membagi tiga ranah,
yaitu:
a. Ranah Kognitif
Hasil belajar ranah kognitif berhubungan dengan aktivitas
38
yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan
evaluasi.
1) Pengetahuan (knowledge), yaitu kemampuan seseorang untuk
mengingat kembali tentang nama, istilah, ide, gejala,
rumus-rumus dan lain sebagainya, tanpa mengharapkan kemampuan
untuk menggunakannya.
2) Pemahaman (comprehension) yakni kemampuan seseorang
untuk memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan
diingat melalui penjelasan dari kata-katanya sendiri.
3) Penerapan (application) yaitu kesanggupan seseorang untuk
menggunakan idde-ide umum, tata cara atau metode-metode,
prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan lain sebgainya
dalam situasi yang baru dan kongkret.
4) Analisis (analysis) yakni kemampuan seseorang untuk
menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian
yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan diaantara
bagian-bagian tersebut.
5) Sinstesis (synthesis) adalah kemampuan berfikir memaadukan
bagian-bagian ataau unssur-unsur secara logis, sehingga
menjadi suatu pola yang baru dan terstruktur.
6) Evaluasi (evaluation) yang merupakan jenjang berfikir paling
tinggi dalam ranah kognitif. Evaluasi adalah pemberian
39
tujuan, gagasan, cara bekerja, pemecahan, metode, materil dan
lain sebagainya (Sudjana, 2005:28).
b. Ranah Afektif
Hasil belajar ranah afektif berhubungan dengan sikap dan
nilai. Tipe hasil belajar afektif tampak pada siswwa dalam berbagai
tingkah laku seperti perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin,
motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan
belajar, dan hubungan sosial.
Ada beberapa jenis kategori ranah afektif sebagai hasil
belajar. Kategorinya dimulai dari timgkat yang dasar atau
sederhana sampai tingkat yang kompleks.
1) Reciving/attending, yakni semacam kepekaan dalam menerima
rangsangan (stimulasi) dari luar yang datang kepada siswa
dalam bentuk masalah, situasi, gejala.
2) Responding atau jawaban, yakni reaksi yang diberikan oleh
seseorang terhadap stimulasi yang datang dari luar.
3) Valuing (penilaian) berkenaaan dengan nilai dan kepercayaan
terhadap gejala atau stimulus tadi.
4) Organisasi, yakni pengembangan dari nilai ke dalam satu
sistem organisasi, yakni termasuk hubungan satu nilai dengan
nilai lain, pemantapan, dan prioritas nilai yang telah
40
5) Karakteristik nilai atau internalisasi nilai, yakni keterpaduan
semua sistem nilai yang telah dimiliki seseoang, yang
mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya (Sudjana,
2005:30).
c. Ranah Psikomotorik
Hasil belajar psikomotorik tampak dalam bentuk
keterampilan (skill) dan kemaampuan bertindak individu. Tipe
hasil belajar ranah psikomotorik berkenaan dengan keterampilan
atau bertindak setelah ia menerima pengalam belajar tertentu. Hasil
belajar ini sebenarnya tahap lanjutan dari hasil belajar efektif yang
baru tampak dalam kecenderungan-kecenderungan untuk
bertingkah laku (Sudjana, 2005:31).
Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar.
Di antara ketiganya, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai
oleh guru, karena berkaitan dengan kemampuan siswa dalam
menguasai isi bahan pengajaran.
3. Cara Mengukur Hasil Belajar
Pengukuran atau penilaian hasil belajar dilakukan dengan
teknik penilaian tes dan non tes. Tes sebagai teknik penilaian adalah
pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk
mendapatkan jawaban dari siswa dalam bentuk lisan (tes lisan), tulisan
(tes tulisan), atau dalam bentuk perbuatan (tes tindakan) (Sudjana,
41
Teknik non tes, dilakukan dengan tanpa menguji melainkan
dilakukan dengan cara pengamatan secara sistematis (observation),
wawancara (interview), angket (questionnaire), dan memeriksa
dokumen (documentary analysis) (Sudijono, 2011:76). Teknik ini
biasa digunakan untuk mengukur bidang afektif dan psikomotorik.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
dibedakan atas dua kategori, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Kedua faktor tersebut mempengaruhi dalam belajar individu sehingga
menentukan kualitas hasil belajar (Wahyuni, 2010:19). Faktor-faktor
tersebut dalam banyak hal saling berkaitan dan mempengaruhi satu
sama lain.
Seorang siswa yang bersikap conversing terhadap ilmu
pengetahuan atau bermotif ekstrinsik (faktor eksternal) umpamanya,
biasanya cenderung mengambil pendekatan belajar yang sederhana dan
tidak mendalam. Sebaliknya seorang yang berinteligensi tinggi (faktor
internal) dan mendapat dorongan possitif dari orang tuanya (faktor
eksternal) mungkin akan memilih pendekatan belajar yang lebih
mementingkan kualitas hasil belajar.
a. Faktor Internal Siswa
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam
diri siswa sendiri. Faktor internal meliputi dua aspek, yaitu: aspek
42 1) Aspek Fisiologis
Faktor-faktor fisiologis adalah faktor yang
berhubungan dengan kondisi fisik individu (Bahruddin,
2010:19). Kondisi fisik peserta didik dalam hal ini kesehatan,
baik kesehatan jasamni maupun rohani mempunyai peran yang
sangat penting bagi proses pembelajaran. Kondisi fisik yang
terganggu kesehatannya akan mengakibatkan orang tersebut
tidak dapat belajar secara maksimal. Misalnya, pendengaran
dan penglihatan siswa yang rendah akan menghambat
penyerapan informasi. Akibatnya, proses pengaksesan
informasi yang dilakukan oleh sistem memori siswa tersebut
tidak dapat berjalan lancar. Berbeda dengan siswa yang
pendengaran dan penglihatan sehat, ia akan mudah menyerap
informasi.
2) Aspek Psikologis
Belajar hakikatnya adalah proses psikologis, oleh
karena itu semua keadaan dan fungsi psikologis tentu saja
mempengaruhi belajar seseorang. Menurut Muhibbin Syah
(2009:129) faktor-faktor psikis siswa yang pada umumnya
dipandang lebih esensial adalah sebagai berikut:
a) Tingkat Kecerdasan atau Inteligensi Siswa
Inteligensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga
43
ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif,
mengetahui atau menggunakan konsep yang abstrak secara
efektif, mengetahui relasi dan mempelajari dengan cepat.
Inteligensi sebagai kemampuan psikofisik untuk
mereaksi ransangan atau menyesuaikan diri dengan
lingkungan dengan cara yang tepat. Inteligensi sebenarnya
bukan persoalan otak saja, melainkan juga kualitas
organ-organ tubuh lainnya. Akan tetapi, memang harus diakui
bahwa peran otak dalam hubungannya dengan inteligensi
manusia lebih menonjol daripada peran organ-organ tubuh
lainnya, lantaran otak merupakan “menara pengontrol”
hampir seluruh aktivitas manusia (Syah, 2009:131).
Inteligensi merupakan suatu faktor yang paling
penting dalam prose belajar siswa. Jika siswa mempunyai
kecerdasan yang tinggi, maka akan dapat dengan mudah
menerima daan memahami pelajaran yang disampikan oleh
gury. Sehingga peluang untu meraih kesuksesan dalam
belajar menjadi tinggi. Sebaliknya siswa yang
inteligensinya rendah maka peluang untuk meraih
kesuksesan dalam belajar sangat kecil.
b) Minat Siswa
Minat yaitu suatu rasa lebih suka dan rasa
44
menyuruh (Rahmah, 2012:196). Secara sederhana. Minat
(interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi
atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.
Menurut Slameto (1995:57) minat adalah
kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan
mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati
seseorang, diperhatikan terus menerus yang disertai rasa
senang, jadi berbeda dengan perhatian, karena perhatian
sifatnya sementara dan belum tentu diikuti dengan rasa
senang, sedangkan minat selalu diikuti dengan rasa senang
dan dari situlah diperoleh kepuasan.
Umpamanya, seorang siswa yang menaruh minat
besar terhadap mata pelajaran pendidikan agama Islam
akan banyak memuaskan atau lebih memperhatikan pada
mata pelajaran pendidikan agama Islam daripada mata
pelajaran yang lainnya.
c) Bakat Siswa
Bakat atau aptitude merupakan kecakapan potensial
yang bersifat khusu, yaitu khusu dalam suatu bidang atau
kemampuan tertentu (Sukmadinata, 2007:101). Apabila
bakat seseorang sesuai dengan bidang yang sedang
dipelajarinya, maka bakat itu akan mendukung proses
45
Menurut Mahmud (2010:97) setiap orang
mempunyai bakat atau potensi untuk mencapai prestasi
samapi ke tingkat tertentu sesuai dengan kemampuannya
masing-masing.
Bakat merupakan kemampuan seseorang yang tidak
dimiliki oleh orang lain. Misalnya seseorang yang
mempunyai bakat mengetik, maka ia dapat mengetik
dengan lancar dan cepat dibandingkan dengan orang yang
kurang atau tidak mempunyai bakat mengetik.
Bakat bukan hasil belajar dan latihan, tetatpi lebih
merupakan karunia dari Allah. Bakat merupakan sarana
yang mempermudahkan seseorang untuk menyerap
pengetahuan yang sesuai dengan bakatnya. Seseorang yang
memiliki bakat dalam bidang bahasa akan lebih mudah
menerima pelajaran atau informasi yang berkenaaan dengan
bahasa daripada pelajaran perhitungan (Mahmud, 2010:97).
d) Sikap Siswa
Dalam proses belajar, sikap individu dapat
mempengaruhi keberhasilan prosess belajar. Sikap adalah
gejala internal yang mendimensi akektif berupa
kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara