• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

A. Hasil Belajar

aspek-aspek antara lain: Pengetahuan, apresiasi, emosional serta hubungan

sosial. Untuk menunjang hasil belajar yang baik maka dibutuhkan aktifitas

belajar, karena jika tidak ada aktifitas belajar maka pengalaman belajar tidak

dengan hasil belajar siswa, yaitu proses pembelajaran yang terjadi di dalam

kelas sudah cukup bervariasi yaitu ceramah, tanya jawab, dan resitasi. Namun

model pembelajaran yang diterapkan ke siswa masih berpusat pada guru

sepenuhnya sehingga siswa kurang terlibat aktif dan kurang mendapat umpan

balik ketika proses belajar mengajar. Misalnya ketika siswa diberikan

kesempatan untuk bertanya yang terjadi siswa hanya terdiam sedangkan siswa

belum memahami apa yang disampaikan guru sehingga saat diadakan

evaluasi hasil belajar siswa masih rendah. Sebaiknya siswa yang lebih aktif

karena memang siswa yang mendominasi belajar bukan guru, artinya siswa

tidak lagi sebagai obyek belajar akan tetapi sebagai subyek belajar.

Berdasarkan observasi pra-survey pada tanggal 15 September 2016

penulis lakukan di SMP NEGERI 1 METRO terdapat suatu permasalahan

yang berhubungan dengan hasil belajar siswa dan model pembelajaran yang

guru terapkan di mata pelajaran Pendidikan Agama Islam materi

membiasakan akhlak terpuji semester ganjil tahun pelajaran 2016/2017 yaitu

dari jumlah kelas VII yang berjumlah 9 kelas pada hasil ulangan harian mata

pelajaran Pendidikan Agama Islam terdapat 3 kelas yang nilai siswanya

cukup rendah yaitu kelas VII.3, VII.5, VII.9 namun yang paling rendah

terdapat di kelas VII.5 hal ini juga diperkuat dengan penjelasan guru bahwa

kelas VII.5 adalah kelas yang nilainya paling rendah diantara kelas VII

lainnya selain itu juga terbukti dari hasil nilai ulangan siswa kelas VII.5 yang

masih di bawah dari nilai KKM. Nilai KKM mata pelajaran Pendidikan

permasalahannya ketika proses pembelajaran kebiasaaan guru menggunakan

model pembelajaran yang berpusat pada guru antara lain yaitu dengan

menerapkan metode pembelajaran ceramah, resitasi, dan tanya jawab.

Sehingga hal ini berpengaruh terhadap hasil belajar siswa karena siswa

kurang terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Ketika guru menyuruh

bertanya kepada siswa yang belum paham terhadap materi yg disampaikan

hanya sebagian kecil saja siswa yang tanggap dan bertanya sehingga proses

pembelajaran menjadi kurang aktif, menyenangkan, dan inovatif.

Dari hasil pra-survey, jumlah siswa keseluruhan dari kelas VII.5

adalah 26 siswa terdapat 25 muslim dan 1 siswa nonmuslim terdiri dari 16

siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan diperoleh hasil ulangan pada mata

pelajaran Pendidikan Agama Islam sebagai berikut:

Tabel 1

Rekapitulasi Nilai Formatif Pendidikan Agama Islam Kelas VII.5 SMP NEGERI 1 METRO Tahun 2016

Ket : Data Diambil Dari Hasil Ulangan Harian

Dari tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa siswa yang mendapat nilai

≥ 78 sebanyak 6 (24%) siswa dari 25 siswa, Sedangkan siswa yang mendapat nilai <78 sebanyak 19 (76%) siswa dari 25 siswa. dari tabel di atas terlihat

bahwa jumlah siswa yang lulus lebih sedikit dibandingkan dengan siswa yang

REK

APITULAS

I - Jumlah Peserta Test : 25 Orang Jumlah 1680

- Jumlah Yang Lulus : 6 Orang Terkecil 50,00

- Jumlah Yang Tidak Lulus : 19 Orang Terbesar 80,00

- Jumlah Yang Di Atas Rata-Rata

:

14 Orang Rata-Rata

67,2 - Jumlah Yang Di Bawah

Rata-Rata

tidak lulus. Hasil nilai ulangan terbesar siswa yaitu 80 sedangkan hasil nilai

ulangan terkecil siswa yaitu 50 dan jumlah keseluruhan hasil nilai ulangan

siswa adalah 1680 sehingga didapat nilai rata-rata sebesar 67.2. Nilai yang

diharapkan guru ataupun sekolah minimal adalah (75%) siswa atau minimal

siswa yang lulus kurang lebih 19 siswa dari (100%) atau 25 siswa dikelas

VII.5. setelah melihat data di atas maka dapat dinyatakan ketuntasan belajar

siswa kelas VII.5 di SMP Negeri 1 Metro belum tercapai dan belum

maksimal.

Dengan adanya permasalahan di atas maka perlu diadakan sebuah

pembenahan kualitas proses pembelajaran dalam pembelajaran Pendidikan

Agama Islam dari beberapa aspek mulai dari pendidik, peserta didik, model

pembelejaran, sampai ke medianya. Dalam hal ini penulis berupaya

melakukan penelitian dengan melakukan pendekatan model pembelajaran

agar lebih menarik, aktif dan dapat diterima peserta didik dengan baik.

Pembenahan pembelajaran dari segi pendekatan dapat dilakukan dengan

menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)

dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam, peneliti menggunakan

model CTL karena model pembelajaran CTL menciptakan pembelajaran yang

menarik perhatian siswa, dengan model ini siswa dapat mengkaitkan materi

dengan kehidupan yang nyata atau yang dialami pada peserta didik itu

sendiri. Penggunaan model pembelajaran CTL ini juga disesuaikan dengan

materi yang akan disampaikan oleh guru yaitu materi membiasakan akhlak

diterapkan di lingkungan sekolah maupun di masyarakat. Dengan demikian

penelitian ini dilaksanakan diharapkan pembelajaran tidak membosankan

karena pendekatan ini dapat lebih menarik siswa itu agar lebih aktif dan

tanggap terhadap materi yang disampaikan oleh guru dan dikaitkan dalam

kehidupan kesehariannya.

Dari penjelasan serta masalah-masalah yang telah dipaparkan di atas

maka peneliti tertarik untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas yaitu uji

model pembelajaran yang berjudul Penggunaan Model Pembelajaran

Contextual Teaching and Learning (CTL) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar

Siswa Kelas VII Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Di SMP Negeri 1

Metro Tahun Pelajaran 2016/2017. Sejauh ini model ini belum pernah

diterapkan oleh guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri

1 Metro khususnya dikelas VII. Maka dari itu diharapkan model ini cocok

untuk diterapkan dan berhasil untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

Model Contextual Teaching and Learning (CTL) yang merupakan

konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan

dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan

antara pengetahuan yang dimilkinya dengan penerapan dalam kehidupan

mereka sebagai anggota masyarakat. Dalam dunia pendidikan banyak metode

dan model pembelajaran yang tepat dalam mencapai sebuah tujuan

pembelajaran. Salah satunya dengan menerapkan model Contextual Teaching

and Learning (CTL) ini siswa di dorong untuk mengerti dan memahami apa

Belajar bukan hanya menghafal melainkan mengalami dimana siswa dapat

mengkonstruksikan pengetahuannya sendiri melalui partisipasi aktif secara

inovatif dalam proses pembelajaran.

Dalam pembelajaran dengan menggunakan model Contextual

Teaching and Learning (CTL) ini diharapkan siswa siswa lebih berminat dan

termotivasi untuk mempelajari mata pelajaran Pendidikan Agama Islam

sehingga dengan model pembelajaran ini mereka dapat meningkatkan hasil

belajar serta merasakan manfaat mempelajari pelajaran tersebut. Selain dari

pada itu, pada penelitian ini memfokuskan pada hasil belajar siswa pada mata

pelajaran Pendidikan Agama Islam selama proses pembelajaran di kelas,

karena pada saat proses pembelajaran lingkungan yang sangat mempengaruhi

yaitu apa yang berada di kelas, baik guru, siswa, maupun sarana dan

prasarananya.

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang yang telah dikemukakan oleh peneliti di atas maka

dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut :

1. Siswa kurang memahami dan mengaplikasikan apa yang disampaikan

oleh guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.

2. Hasil belajar pada ulangan harian siswa kelas VII di SMP Negeri 1 Metro

khususnya di kelas VII.5 masih banyak nilai siswa yang di bawah nilai

KKM dibandingkan dengan nilai siswa yang di atas KKM serta nilai

rata-rata siswa yang masih cukup rendah sehingga hasil belajar siswa belum

3. Proses pembelajaran terutama dalam pemilihan metode maupun model

pembelajaran yang digunakan guru masih berpusat kepada guru itu

sendiri yaitu ceramah, resitasi, dan tanya jawab sehingga proses

pembelajaran menjadi kurang aktif, efektif, dan inovatif sehingga

berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.

C. Batasan Masalah

Agar penelitian ini tidak menyimpang dari pokok permasalahan maka

peneliti membatasi masalah sebagai berikut :

1. Penggunaan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning

(CTL) pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pada materi

membiasakan akhlak terpuji semester ganjil.

2. Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 1 Metro kelas VII.5 tahun ajaran

2016/2017 semester ganjil.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam

penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut :

Apakah pembelajaran dengan menggunakan model Contextual

Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik

pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pada semester ganjil tahun

pelajaran 2016/2017?.

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui dan menganalisis efektivitas model Contextual

Teaching and Learning (CTL) dalam meningkatkan hasil belajar pada

mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 1 Metro semester

ganjil tahun ajaran 2016/2017.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diambil dari penulisan penelitian ini

adalah sebagai berikut :

Dengan menggunakan model Contextual Teaching and Learning

(CTL) ini sebagai salah satu alternatif untuk menggunakan dalam metode

pembelajaran yang dilakukan dalam kelas khususnya pada mata pelajaran

Pendidikan Agama Islam. Bagi peserta didik, melalui model CTL ini

diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik serta untuk

memberikan cara belajar yang baru sehingga siswa lebih tertarik dalam

memahami materi melalui usahanya sendiripada mata pelajaran

Pendidikan Agama Islam.

F. Penelitian Relevan

Penelitian relevan bertujuan untuk menjelaskan posisi, perbedaan

ataupun memperkuat hasil penelitian ini dengan penelitian yang telah ada.

Berikut adalah hasil penelitian yang lalu yang terkait dengan judul yang

penulis ambil, diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh Tujino yang berjudul

“Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Metode Contectual Teaching and Learning (CTL) Mata Pelajaran Ilmu

Pengetahuan Alam (IPA) Kelas V MI Jamiatul Hidayah Jepara Lampung

Timur Tahun Pelajaran 2013/2014”.

Dalam penelitian ini tehnik pengumpulan data yang digunakan

adalah metode observasi, tes hasil belajar, dan dokumentasi. Analisis

yang digunakan peneliti adalah lembar pengamatan aktivitas siswa, tes

hasil belajar, dan lembar pengamatan aktivitas guru. Dari hasil analisa

dapat diketahui bahwa hasil aktivitas siswa meningkat secara

keseluruhan 5,8% dari 75,4% pada siklus I menjadi 81,2% pada siklus II.

kemudian pada hasil belajar meningkat 37% dari 45% pada siklus I

menjadi 82% pada siklus II dan aktivitas guru meningkat 18% dari 71%

pada siklus I menjadi 89% pada siklus II.2

Dari data tersebut maka dapat diketahui bahwa dengan

menggunakan metode Contectual Teaching and Learning (CTL) dapat

meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) siswa.

2. Penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh Darmawansyah yang berjudul “Upaya Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Dengan Menggunakan Metode Contectual Teaching and Learning (CTL) Mata

Pelajaran IPS Kelas IV MI Al-Hidayah Rejomulyo Pasir Sakti Lampung

Timur Tahun Pelajaran 2012/2013”.

Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus pembelajaran dengan 6

kali pertemuan. Metode pengumpulan data dengan menggunakan tes

2

. Tujino, ”Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Metode Contectual

Teaching and Learning (CTL) Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Kelas V MI Jamiatul Hidayah jepara lampung timur Tahun Pelajaran 2013/2014”, STAIN Metro, 2014.

bentuk essay, untuk melihat motivasi siswa digunakan lembar observasi

berupa chek lish pada setiap pembelajaran.

Hasil penelitian menggunakan model pembelajaran CTL dapat

meningkatkan motivasi siswa. Data observasi diperoleh bahwa rata-rata

motivasi siswa secara keseluruhan meningkat dari siklus I dan siklus II

yaitu dari 60% menjadi 83% terjadi peningkatan sebanyak 23%

(meningkat).

Dan begitu juga dengan hasil belajar siswa meningkat dengan

melihat dari hasil tes akhir siklus I ke siklus II yaitu dari 30,00% menjadi

90% terjadi peningkatan sebesar 60,00% (meningkat).3

Dari penelitian relevan yang peneliti ambil sebagai perbandingan

dapat dijelaskan bahwa penelitian yang dilakukan oleh tujino ini

menggunakan dua variabel yaitu variabel terikat dan variabel bebas

namun yang membedakan dari penelitian yang akan peneliti lakukan

adalah dari sasaran yaitu Kelas V di MI Jamiatul Hidayah jepara

lampung timur mata pelajaran yaitu Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) tahun

pelajaran 2013/2014 demikian juga dengan hasil penelitian diakhir

penelitian skripsi ini. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh

Darmawansyah yaitu yang membedakan penelitian ini adalah

menggunakan tiga variabel selain variabel bebasnya itu adalah CTL

penelitian ini menggunakan variabel terikat dua yaitu motivasi dan hasil

3 . Darmawansyah, ”Upaya Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Dengan

Menggunakan Metode Contectual Teaching and Learning (CTL) Mata Pelajaran IPS Kelas IV MI Al-Hidayah Rejomulyo Pasir Sakti Lampung Timur Tahun Pelajaran 2012/2013”, STAIN Metro, 2013.

belajar. Selain itu juga dengan sasaranya yaitu Pelajaran IPS Kelas IV

MI Al-Hidayah Rejomulyo Pasir Sakti Lampung Timur Tahun Pelajaran

2012/2013. Sedangkan penelitian yang peneliti lakukan menggunakan

dua variabel juga namun yang membedakan adalah sasarannya yaitu

kelas VII mata pelajaran Pendidikan Agama Islam tahun pelajaran

2015/2016 tentunya juga dengan hasil penelitiannya nanti setelah

13 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Hasil Belajar

1. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan kemampuan siswa untuk memahami dan

menelaah konsep yang diberikan oleh pendidik, hal itu dapat diukur

dengan melihat hasil kerja siswa pada saat tes pada mata pelajaran yang

bersangkutan. Pembelajaran dikatakan berhasil jika pengetahuan siswa

bertambah dari hasil sebelumnya.

Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar

dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan

kegiatan penilaian hasil belajar. Dari peserta didik, hasil belajar

merupakan berakhirnya pangkal dan puncak proses pembelajaran. Pada

bagian lain, hasil belajar merupakan peningkatan kemampuan mental

peserta didik.

Menurut Bloom (Suprijono,2002: 6), hasil belajar mencakup

kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik.

a. Domain Kognitif Mencakup:

1) Knowledge (pengetahuan, ingatan);

2) Comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh); 3) Application (menerapakan);

4) Analysis (mengurangi, menentukan hubungan);

5) Synthesis(mengorganisasikan,merancangkan,membentuk bangun baru);

6) Evaluating (menilai). b. Domain Afektif Mencangkup:

1) Receiving (sikap menerima); 2) Responding (memberikan respons); 3) Valuing (nilai);

4) Organization (organisasi); 5) Caracterization (karakterisasi). c. Domain Psikomotor Mencangkup:

1) Keterampilan produktif; 2) Keterampilan tehnik; 3) Keterampilan fisik; 4) Keterampilan sosial; 5) Keterampilan manajerial; 6) Keterampilan intelektual.4

Hasil belajar merupakan perubahan perilaku secara keseluruhan

bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Hasil belajar

mengacu pada segala sesuatu yang menjadi milik siswa sebagai akibat

dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Dari pengertian diatas dapat

disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan perubahan yang dialami oleh

seseorang setelah mengalami kegiatan atau pengalaman belajarnya.

Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan siswa, diperlukan tes yang

akan dinyatakan dalam bentuk angka atau nilai. Hasil belajar sangat

tergantung dari proses pembelajaran yang dilalui oleh siswa.

2. Kriteria Hasil Belajar

Untuk menyatakan bahwa suatu proses pembelajaran dapat

dikatakan berhasil, setiap guru memiliki pandangan masing-masing

sejalan dengan filsafatnya. Namun, untuk menyamakan persepsi

sebaiknya kita berpedoman kepada kurikulum yang berlaku saat ini yang

telah disempurnakan, antara lain bahwa “ suatu proses belajar tentang suatu bahan pengajaran dinyatakan berhasil apabila tujuan instruksional

khusus (TIK)-nya dapat tercapai”.

4

. Muhammad Thobroni dan Arif Mustofa,Belajar Dan Pembelajaran”Pengembangan

Wacana Dan Praktek Pembelajaran Dalam Pembangunan Nasional”, (Jogjakarta: Ar-Ruzz

Untuk mengetahui tercapai atau tidaknya TIK, guru perlu

mengadakan tes formatif setiap selesai menyajikan suatu bahasan kepada

siswa. Penilaian formatif ini untuk mengetahui sejauh mana siswa telah

menguasai tujuan instruksional khusus (TIK) yang ingin dicapai. Fungsi

penilaian ini adalah untuk memberikan umpan balik kepada guru dalam

rangka memperbaiki proses pembelajaran dalam melaksanakan program

remedial bagi siswa yang belum berhasil.

Kreteria yang menjadi petunjuk bahwa suatu proses pembelajaran

dianggap berhasil adalah hal-hal sebagai berikut:

a. Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai

prestasi tinggi baik secara individual maupun secara kelompok.

b. Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran/instruksional

khusus (TIK) telah tercapai oleh siswa, baik secara individual

maupun kelompok.

c. Perubahan yang bersifat kontinu (berkesinambungan), perubahan

tingkah laku sebagai hasil pembelajaran akan berkesinambungan,

artinya suatu perubahan yang telah terjadi menyebabkan terjadinya

perubahan tingkah laku yang lain, misalnya seorang anak yang telah

belajar membaca, ia akan berubah tingkah lakunya dari tidak dapat

membaca menjadi dapat membaca. Kecakapannya dalam membaca

menyebabkan ia dapat membaca lebih baik lagi dan dapat belajar

yang lain, sehingga ia dapat memperoleh perubahan tingkah laku

d. Perubahan yang bersifat fungsional, artinya perubahan yang telah

diperoleh sebagai hasil pembelajaran memberikan manfaat bagi

individu yang bersangkutan, misalnya kecakapan dalam berbicara

bahasa Inggris memberikan manfaat untuk belajar hal-hal yang lebih

luas.

e. Perubahan yang bersifat positif, artinya terjadi adanya pertambahan

perubahan dalam individu. Perubahan yang diperoleh itu senantiasa

bertambah sehingga berbeda dengan keadaan sebelumnya. Orang

yang telah belajar akan merasakan ada sesuatu yang lebih banyak,

sesuatu yang lebih baik, sesuatu yang lebih luas dalam dirinya.

Misalnya ilmunya menjadi lebih banyak, prestasinya meningkat,

kecakapannya menjadi lebih baik,dsb.

f. Perubahan yang bersifat permanen (menetap), artinya perubahan

yang terjadi sebagai hasil pembelajaran akan berada secara kekal

dalam diri individu, setidak-tidaknya untuk masa tertentu. Ini berarti

bahwa perubahan yang bersifat sementara seperti sakit, keluar air

mata karena menangis, berkeringat, mabuk, bersin adalah bukan

perubahan sebagai hasil belajar karena bersifat sementara saja.

Sedangkan kecakapan kemahiran menulis misalnya adalah

perubahan hasil pembelajaran karena bersifat menetap dan

berkembang terus.5

5

. Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, ( Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010), Cetakan Ke 4 hal. 105-106

Untuk mengukur dan mengevaluasi tingkat keberhasilan belajar

dapat dilakukan melalui tes prestasi belajar berdasarkan tujuan dan ruang

lingkupnya sebagai berikut:

a. Tes Formatif

Penilaian ini digunakan untuk mengukur satu atau beberapa

pokok bahasan tertentu dan bertujuan untuk memperoleh gambaran

tentang daya serap siswa terhadap pokok bahasan tersebut.

b. Tes Subsumatif

Tes ini meliputi sejumlah bahan pengajaran tertentu yang

diajarakan dalam waktu tertentu. Tujuannya adalah untuk

memperoleh gambaran daya serap siswa untuk meningkatkan tingkat

prstasi belajar siswa.

c. Tes Sumatif

Tes ini diadakan untuk mengukur daya serap siswa terhadap

bahan pokok-pokok yang telah diajarkan selama satu semester, satu

atau dua tahun pelajaran. Tujuannya adalah untuk menetapkan

tingkat keberhasilan belajar siswa dalam suatu periode tertentu.

Setiap proses belajar mengajar selalu menghasilkan hasil belajar.

Masalah yang dihadapi adalah sampai di tingkat mana prestasi belajar

yang telah dcapai. Sehubungan dengan hal inilah keberhasilan proses

mengajar itu dibagi atas beberapa tingkatan atau taraf yaitu sebagai

a. Istimewa/maksial yaitu apabila seluruh bahan pelajaran yang

diajarkan itu dapat dikuasai oleh siswa.

b. Baik sekali/optimal yaitu apabila sebagian besar (76% s.d 99%)

bahan yang diajarkan dapat dikuasai oleh siswa.

c. Baik/minimal yaitu apabila bahan pelajaran yang diajarkan hanya

(60% s.d 75%) yang dikuasai oleh siswa.

d. Kurang yaitu apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari

60% dikuasai oleh siswa.6

Dengan melihat data yang terdapat dalam format daya serap siswa

dalam pelajaran dan presentase keberhasilan siswa dalam mencapai

tujuan instruksional khusus (TIK) tersebut, dapat diketahui keberhasilan

proses pembelajaran yang telah dilakukan oleh siswa dan guru.

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Guru harus memperhatikan beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi secara langsung maupun tidak langsung terhadap hasil

belajar, antra lain:

a. Faktor peserta didik yang meliputi kapasitas dasar, bakat khusus, motivasi, minat, kematangan, dan kesiapan, sikap dan kebiasaan, dan lain-lain.

b. Faktor sarana dan prasarana, baik yang terkait dengan kualitas, kelengkapan maupun penggunaannya, seperti guru, metode dan teknik, media, bahan dan sumber belajar, program, dan lain-lain. c. Faktor lingkungan, baik fisik, social maupun kultur, dimana kegiatan

pembelajaran dilakukan. Kultur masyarakat setepat, hubungan antarinsani masyarakat setempat, kondisi fisik lingkungan, hubungan peserta didik dengan keluarga merupakan kondisi lingungan yang akan memengaruhi proses dan hasil belajar untuk pencapaian tujuan pembelajaran.

6

d. Faktor hasil belalar yang merujuk pada rumusan normatif harus menjadi milik peserta didik setelah melaksanakan proses pembelajaran. Hasil belajar ini perlu dijabarkan dalam rumusan yang lebih operasional, baik yang menggambarkan aspek kognitif, efektif maupun psikomotor sehingga mudah untuk melakukan evaluasi.7

Faktor-faktor di atas saling berkaitan dan mempengaruhi satu

sama lain. Dalam hal ini seorang guru yang kompeten dan profesional

diharapkan mampu mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan muncul

yang menunjukan gejala kegagalan dengan berusaha mengetahui dan

mengatasi faktor yang menghambat proses pembelajaran.

Dokumen terkait