• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Oleh: AGUS DERMAWAN NPM Jurusan : Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI. Oleh: AGUS DERMAWAN NPM Jurusan : Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI"

Copied!
137
0
0

Teks penuh

(1)

TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII

MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP

NEGERI 1 METRO TAHUN PELAJARAN 2016/2017

Oleh:

AGUS DERMAWAN NPM.1290891

Jurusan : Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

(IAIN) METRO

(2)
(3)

ii

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Pendidikan Program Strata Satu (S1) Guna Memperoleh Gelar S.Pd.

Oleh:

AGUS DERMAWAN NPM.1290891

Pembimbing I : Dra. Hj. Haiatin Chasanatin, M.A Pembimbing II : Sri Andri Astuti, M.Ag

Jurusan : Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

(IAIN) METRO

(4)
(5)
(6)

v ABSTRAK

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL

TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII

MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP

NEGERI 1 METRO TAHUN PELAJARAN 2016/2017

Oleh:

AGUS DERMAWAN

Proses kegiatan belajar mengajar disekolah bertujuan untuk pengembangan potensi peserta didik dan mempersiapkan menghadapi masa depan yang lebih baik. Salah satu ukuran berhasil atau tidaknya proses belajar mengajar dapat dilihat dari pemahaman dan hasil belajar yang diperoleh siswa setelah mengikuti metode pembelajaran yang digunakan guru dalam proses pembelajaran. Namun berdasarkan hasil prasurvey dan wawancara dengan guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam kelas VII.5 SMP Negeri 1 Metro menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran yang kurang sesuai dengan materi pelajaran sehingga berdampak pada hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran masih rendah yaitu dari jumlah siswa kelas VII.5 adalah 26 siswa dan satu siswa nonmuslim yang terdiri dari 16 siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan diperoleh hasil ulangan pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam sebanyak 6 siswa atau 24% yang mencapai ketuntasan sedangkan 19 siswa atau 76% belum mencapai KKM.setelah melihat data diatas maka dapat dinyatakan ketuntasan belajar siswa kelas VII.5 di SMP Negeri 1 Metro belum tercapai dan belum maksimal.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah pembelajaran dengan menggunakan model Contextual teaching and learning (CTL) dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran pendidikan agama islam tahun ajaran 2016/2017 semester ganjil. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis efektifitas model Contextual teaching and learning (CTL) dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran pendidikan agama islam tahun ajaran 2016/2017 semester ganjil.

Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang sudah dilaksanakan dalam 2 siklus dengan setiap siklusnya 3 kali pertemuan. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII.5 SMP Negeri 1 Metro dengan jumlah 26 siswa (1 siswa nonmuslim) pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dengan materi hidup tenang dengan kejujuran,amanah , dan istiqomah. Berdasarkan hasil analisis dari penelitian dapat diketahui bahwa dengan menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) hasil belajar siswa mengalami peningkatan pada setiap pertemuan, hal ini dilihat dari rata-rata prosentase hasil belajar siswa padasiklus 1 pertemuan I sebesar 36% pertemuan 2

(7)

vi

sebesar 56% dan pertemuan 3 60% sedangkan pada siklus II pertemuan 1 sebesar 68%,pertemuan 2 sebesar 72%, dan pertemuan 3 sebesar 84%. Jika dilihat dari siklus 1 dan siklus 2 hasil belajar siswa mengalami kenaikan sebesar 24% di akhir setiap sklus.rinciannya adalah sebanyak 21 siswa mendapat nilai >78 dan siswa yang mendapat nilai < 78 sebanyak 4 siswa dari KKM 78.

Dari analisis yang telah penulis paparkan dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII pada mata pelajaran pendidikan agama islam yang dilaksanakan pada tahun ajaran 2016/2017 di semester ganjil materi hidup tenang dengan kejujuran,amanah , dan istiqomah.

(8)
(9)

viii

MOTTO









































Artinya : “Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. ( Q.S Al-Baqarah: 148)”1

(10)
(11)

x

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, rasa syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas taufik dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu bagian dari persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan program Strata Satu (S1) Fakultas Tarbiyah IAIN Metro guna memperoleh gelar S.Pd.

Dalam upaya penyelesaian skripsi ini, penulis telah menerima banyak bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karenanya penulis mengucapkan terima kasih kepada Dra. Hj. Haiatin Chasanatin, MA dan Sri Andri Astuti M. Ag selaku pembimbing I dan II yang telah memberi bimbingan yang sangat berharga dalam mengarahkan dan memberikan motivasi. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak, Ibu Dosen / Karyawan IAIN Metro yang telah menyediakan waktu dan fasilitas dalam rangka pengumpulan data. Tidak kalah pantingnya, rasa sayang dan terimakasih penulis haturkan kepada Ayahanda, Ibunda dan sehabat-sahabat satu angkatan 2012 yang senantiasa mendo’akan dan memberikan dukungan dalam menyelesaikan pendidikan.

Kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini sangat diharapkan dan akan diterima dengan lapang dada. Dan akhirnya semoga hasil penelitian yang telah dilakukan kiranya dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan agama Islam.

Metro, januari 2016 Penulis

AGUS DERMAWAN NPM. 1290891

(12)

xi

DAFTAR ISI

Halaman Sampul ... i

Halaman Judul ... ii

Halaman persetujuan ... iii

Halaman pengesahan ... iv

Abstrak ... v

Halaman orisinalitas penelitian ... vii

Halaman motto ... viii

Halaman persembahan ... ix

Kata Pengantar ... x

Daftar Isi... xi

Daftar Tabel ... xii

Daftar Gambar ... xiv

Daftar Lampiran ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Batasan Masalah ... 8

D. Rumusan Masalah ... 8

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9

F. Penelitian relevan ... 9

BAB II LANDASAN TEORI ... 13

A. Hasil Belajar ... 13

1. Pengertian Hasil Belajar ... 13

2. Kreteria Hasil Belajar ... 14

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 17

B. Pendidikan Agama Islam ... 18

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ... 18

2. Dasar Pendidikan Agama Islam ... 19

3. Aspek-Aspek Pendidikan Agama Islam 4. Tujuan Pendidikan Agama Islam... 20

C. Model Contektual Teaching and Learning (CTL) ... 22

1. Pengertian Model CTL ... 25

2. Konsep Belajar Dalam Konteks CTL ... 25

3. Komponen Utama Model Pembelajaran CTL ... 27

4. Langkah-Langkah Model Pembelajaran CTL ... 28

5. Prinsip-Prinsip Model Pembelajaran CTL... 29

6. Pendekatan Model Pembelajaran CTL ... 31

7. Keunggulan Dan Kelemahan Pembelajaran CTL... 32

8. Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) Dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa ... 33

(13)

xii

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 37

A. Definisi Oprasianal Variabel ... 39

1. Variabel Bebas ... 39 2. Variabel Terikat ... 39 B. Setting Penelitian ... 40 C. Subjek Penelitian ... 41 D. Prosedur Penelitian ... 42 1. Tahap-Tahap Penelitian ... 42

E. Tehnik Pengumpulan Data ... 43

1. Observasi ... 48

2. Dokumentasi ... 48

3. Tes... 49

4. Wawancara ... 49

F. Instrumen Penelitian ... 50

G. Tehnik Analisis Data ... 50

1. Analisis Kualitatif ... 51

2. Analisis Kuantitatif ... 51

H. Indikator Keberhasilan ... 51

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN ... 52

A. Gambaran Umum Daerah Penelitian ... 53

1. Sejarah Singkat Berdirinya SMP Negeri 1 Metro ... 53

2. Profil SMP N 1 Metro ... 53

3. Luas Tanah... 53

B. Kondisi Sekolah ... 54

1. Sarana dan Prasarana ... 54

2. Keadaan Kantor dan Pegawai ... 54

3. Kegiatan-kegiatan Sekolah (Ekstrakurikuler)... 58

4. Struktur Organisasi Sekolah ... 59

5. Jumlah guru sesuai dengan latar ... 60

belakang pendidikan ... 61 C. Hasil Penelitian ... 62 1. Pelaksanaan Siklus I ... 62 a. Perencanaan ... 62 b. Pelaksanaan Tindakan ... 64 c. Pengamatan/Observasi ... 72

d. Refleksi Siklus I... 81

2. Pelaksanaan Siklus II ... 82 a. Perencanaan ... 82 b. Pelaksanaan Tindakan ... 83 c. Pengamatan/Observasi ... 93 d. Refleksi Siklus II ... 101 D. Pembahasan ... 101

1. Aktivitas Belajar Siswa pada Siklus I dan II ... 102

2. Aktivitas Guru pada Siklus I dan II ... 104

(14)

xiii BAB V PENUTUP ... 109 A. Kesimpulan ... 109 B. Saran ... 109 DAFTAR PUSTAKA ... 201 LAMPIRAN 1 ... 203 LAMPIRAN 2 ... 256 RIWAYAT HIDUP ... 290

(15)

xiv

DAFTAR TABEL

1. Tabel data hasil prasurvey Rekapitulasi nilai formatif Pendidikan Agama Islam kelas VII.5 SMP Negeri 1 Metro tahun 2016

2. Tabel Silabus Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas VII SMP Negeri 1 Metro

3. Tabel Data Ruang Belajar (Kelas) 4. Tabel Keterangan Kondisi

5. Tabel Data Ruang Belajar Lainnya 6. Tabel Data Ruang Penunjang

7. Tabel Perabot Ruang Kelas (Belajar) 8. Tabel Fasilitas Penunjang Perpustakaan 9. Tabel Koleksi Buku Perpustakaan 10. Tabel Data Ruang Kantor

11. Tabel Keadaan Siswa

12. Tabel Struktur Organisasi Sekolah

13. Tabel Jumlah Guru Sesuai Dengan Latar Belakang Pendidikan

14. Tabel Rekapitulasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I (pertemuan 1,2 & 3) 15. Tabel Data Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I

16. Tabel Rekapitulasi Hasil Belajar ( ranah kognitif) Siswa Siklus I 17. Tabel vRekapitulasi ranah Afektif Siswa Siklus I pertemuan 1 18. Tabel Rekapitulasi ranah Afektif Siswa Siklus I pertemuan 2 19. Tabel Rekapitulasi ranah Afektif Siswa Siklus I pertemuan 3 20. Tabel Rekapitulasi ranah psikomotorik Siswa Siklus I pertemuan 1 21. Tabel Rekapitulasi ranah psikomotorik Siswa Siklus I pertemuan 2 22. Tabel Rekapitulasi ranah psikomotorik Siswa Siklus I pertemuan 3 23. Tabel Rekapitulasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus II(pertemuan 1.2 & 3) 24. Tabel Data Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus II

25. Tabel Rekapitulasi Hasil Belajar( ranah kognitif) Siswa Siklus II 26. Tabel Rekapitulasi ranah Afektif Siswa Siklus 2 pertemuan 1 27. Tabel Rekapitulasi ranah Afektif Siswa Siklus 2 pertemuan 2 28. Tabel Rekapitulasi ranah Afektif Siswa Siklus 2 pertemuan 3 29. Tabel Rekapitulasi ranah psikomotorik Siswa Siklus 2 pertemuan 1 30. Tabel Rekapitulasi ranah psikomotorik Siswa Siklus 2 pertemuan 2 31. Tabel Rekapitulasi ranah psikomotorik Siswa Siklus 2 pertemuan 3

32. Tabel Perbandingan rata-rata aktivitas belajar siswa pada siklus I dan siklus II

33. Tabel Perbandingan Aktivitas Guru Siklus I dan II

34. Tabel Perbandingan Penilaian Ranah Afektif Siswa Pada Siklus I Dan II diambil dari nilai rata-rata disetiap pertemuan

35. Tabel Perbandingan Penilaian Ranah psikomotorik Siswa Pada Siklus I Dan II diambil dari nilai rata-rata disetiap pertemuan

36. Tabel Perbandingan Nilai Hasil Evaluasi siklus I Pertemuan 3 dan siklus II Pertemuan 3 pada ranah kognitif

(16)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Skema prosedur penelitian tindakan kelas

Struktur organisasi SMP Negeri 1 Metro

(17)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran hal

1. Surat keterangan prasurvey dari SMP Negeri 1 Metro 2. Outline

3. Alat pengumpulan data

4. Data tentang hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran pendidikan agama islam peserta didik kelas VII.5 SMP Negeri 1 Metro semester ganjil tahun ajaran 2016/2017

5. Silabus SMP Negeri 1 Metro kurikulum 2013

6. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) kurikulum 2013 7. Lembar tes peserta didik

8. Surat izin research dari IAIN Metro 9. Surat tugas research dari IAIN Metro

10. Surat keterangan research dari kepala sekolah SMP Negeri 1 Metro 11. Surat keterangan bebas pustaka

12. Kartu konsultasi bimbingan skripsi mahasiswa IAIN Metro 13. Foto kegiatan penelitian di SMP Negeri 1 Metro

14. Absensi siswa SMP Negeri 1 Metro Kelas VII.5

15. Kalender akademik SMP Negeri 1 MetroTahun ajaran 2016/2017 16. Daftar riwayat hidup

(18)

1

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan memegang peranan penting untuk menjamin

kelangsungan hidup suatu bangsa dan negara. Karena pendidikan merupakan

tempat untuk meningkatkan dan mengembangkan potensi serta sumber daya

manusia. Pendidikan sebagai suatu dasar usaha manusia atau kegiatan yang

dijalankan dengan sengaja, terencana, teratur, dalam membina pribadi

individu dan mengembangkan kemampuannya baik jasmani ataupun rohani. Kegiatan belajar mengajar merupakan sesuatu yang wajib diselenggarakan dalam dunia pendidikan terutama di tingkat formal yaitu sekolah namun berbagai fakta di lapangan menunjukkan fenomena yang cukup memprihatinkan. Beberapa indikasinya adalah beberapa murid di sekolah tidak dapat membuat hubungan antara apa yang mereka pelajari dan bagaimana pengetahuan tersebut akan diaplikasikan, beberapa murid kesulitan memahami materi yang disampaikan padahal mereka sangat perlu untuk memahami konsep-konsep pada saat mereka nanti berhubungan langsung dalam masyarakat, murid juga telah diharapkan untuk membuat sendiri hubungan-hubungan tersebut diluar kegiatan kelas.

Pembelajaran yang dilakukan oleh banyak tenaga pendidik yaitu cenderung pada pencapaian target materi kurikulum, lebih mementingkan penghafalan konsep bukan pemahaman materi yang disampaikan sehingga hal ini dapat dilihat dari kegiatan pembelajaran dalam kelas yang selalu didominasi oleh guru. Dalam penyampaian materi dimana peserta didik hanya duduk, mendengar, dan mencatat apa yang guru paparkan pada saat proses pembelajaran dengan demikian siswa juga menjadi pasif karena tanpa adanya keaktifan di kelas.

(19)

Proses pembelajaran yang efektif dapat terwujud jika seorang guru melaksanakan tugasnya sebagai pendidik dengan baik, beberapa hal yang harus diperhatikan guru dalam mengajar adalah dapat menentukan dan memilih metode yang tepat pada saat proses pembelajaran sehingga peserta didik tidak pasif hanya melihat dan mendengar tetapi siswa juga terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian kegiatan yang mengikut sertakan antara pendidik dan peserta didik sehingga terjalinlah hubungan timbal balik guna mencapai tujuan suatu proses pembelajaran. Dalam hal ini guru dituntut lebih selektif dalam pemilihan model pembelajaran yang tepat sesuai apa yang dibutuhkan siswa dalam rangka mencapai sebuah tujuan pembelajaran.

Seorang guru adalah individu yang sangat mempengaruhi hasil belajar juga dituntut untuk melakukan pendekatan agar dapat menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan dan juga nyaman yang sesuai dengan kondisi siswa. Maka keadaan ini menuntut guru agar kreatif serta inovatif agar menciptakan kegiatan belajar yang lebih menarik dan menyenangkan serta mengajak siswa untuk mengaitkan antara materi pembelajaran dengan keadaan nyata siswa sehingga siswa dapat lebih mudah memahami materi yang telah disampaikan juga untuk mendapatkan pengalaman baru dalam proses belajarnya.

Salah satu unsur dalam proses pembelajaran adalah terjadi suatu

perubahan terutama pada siswa. Perubahan tersebut salah satunya yaitu dari

tidak tahu menjadi tahu sehingga hasil belajar tampak dalam perubahan

aspek-aspek antara lain: Pengetahuan, apresiasi, emosional serta hubungan

sosial. Untuk menunjang hasil belajar yang baik maka dibutuhkan aktifitas

belajar, karena jika tidak ada aktifitas belajar maka pengalaman belajar tidak

(20)

dengan hasil belajar siswa, yaitu proses pembelajaran yang terjadi di dalam

kelas sudah cukup bervariasi yaitu ceramah, tanya jawab, dan resitasi. Namun

model pembelajaran yang diterapkan ke siswa masih berpusat pada guru

sepenuhnya sehingga siswa kurang terlibat aktif dan kurang mendapat umpan

balik ketika proses belajar mengajar. Misalnya ketika siswa diberikan

kesempatan untuk bertanya yang terjadi siswa hanya terdiam sedangkan siswa

belum memahami apa yang disampaikan guru sehingga saat diadakan

evaluasi hasil belajar siswa masih rendah. Sebaiknya siswa yang lebih aktif

karena memang siswa yang mendominasi belajar bukan guru, artinya siswa

tidak lagi sebagai obyek belajar akan tetapi sebagai subyek belajar.

Berdasarkan observasi pra-survey pada tanggal 15 September 2016

penulis lakukan di SMP NEGERI 1 METRO terdapat suatu permasalahan

yang berhubungan dengan hasil belajar siswa dan model pembelajaran yang

guru terapkan di mata pelajaran Pendidikan Agama Islam materi

membiasakan akhlak terpuji semester ganjil tahun pelajaran 2016/2017 yaitu

dari jumlah kelas VII yang berjumlah 9 kelas pada hasil ulangan harian mata

pelajaran Pendidikan Agama Islam terdapat 3 kelas yang nilai siswanya

cukup rendah yaitu kelas VII.3, VII.5, VII.9 namun yang paling rendah

terdapat di kelas VII.5 hal ini juga diperkuat dengan penjelasan guru bahwa

kelas VII.5 adalah kelas yang nilainya paling rendah diantara kelas VII

lainnya selain itu juga terbukti dari hasil nilai ulangan siswa kelas VII.5 yang

masih di bawah dari nilai KKM. Nilai KKM mata pelajaran Pendidikan

(21)

permasalahannya ketika proses pembelajaran kebiasaaan guru menggunakan

model pembelajaran yang berpusat pada guru antara lain yaitu dengan

menerapkan metode pembelajaran ceramah, resitasi, dan tanya jawab.

Sehingga hal ini berpengaruh terhadap hasil belajar siswa karena siswa

kurang terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Ketika guru menyuruh

bertanya kepada siswa yang belum paham terhadap materi yg disampaikan

hanya sebagian kecil saja siswa yang tanggap dan bertanya sehingga proses

pembelajaran menjadi kurang aktif, menyenangkan, dan inovatif.

Dari hasil pra-survey, jumlah siswa keseluruhan dari kelas VII.5

adalah 26 siswa terdapat 25 muslim dan 1 siswa nonmuslim terdiri dari 16

siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan diperoleh hasil ulangan pada mata

pelajaran Pendidikan Agama Islam sebagai berikut:

Tabel 1

Rekapitulasi Nilai Formatif Pendidikan Agama Islam Kelas VII.5 SMP NEGERI 1 METRO Tahun 2016

Ket : Data Diambil Dari Hasil Ulangan Harian

Dari tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa siswa yang mendapat nilai

≥ 78 sebanyak 6 (24%) siswa dari 25 siswa, Sedangkan siswa yang mendapat nilai <78 sebanyak 19 (76%) siswa dari 25 siswa. dari tabel di atas terlihat

bahwa jumlah siswa yang lulus lebih sedikit dibandingkan dengan siswa yang

REK

APITULAS

I - Jumlah Peserta Test : 25 Orang Jumlah 1680

- Jumlah Yang Lulus : 6 Orang Terkecil 50,00

- Jumlah Yang Tidak Lulus : 19 Orang Terbesar 80,00

- Jumlah Yang Di Atas Rata-Rata

:

14 Orang Rata-Rata

67,2 - Jumlah Yang Di Bawah

Rata-Rata

(22)

tidak lulus. Hasil nilai ulangan terbesar siswa yaitu 80 sedangkan hasil nilai

ulangan terkecil siswa yaitu 50 dan jumlah keseluruhan hasil nilai ulangan

siswa adalah 1680 sehingga didapat nilai rata-rata sebesar 67.2. Nilai yang

diharapkan guru ataupun sekolah minimal adalah (75%) siswa atau minimal

siswa yang lulus kurang lebih 19 siswa dari (100%) atau 25 siswa dikelas

VII.5. setelah melihat data di atas maka dapat dinyatakan ketuntasan belajar

siswa kelas VII.5 di SMP Negeri 1 Metro belum tercapai dan belum

maksimal.

Dengan adanya permasalahan di atas maka perlu diadakan sebuah

pembenahan kualitas proses pembelajaran dalam pembelajaran Pendidikan

Agama Islam dari beberapa aspek mulai dari pendidik, peserta didik, model

pembelejaran, sampai ke medianya. Dalam hal ini penulis berupaya

melakukan penelitian dengan melakukan pendekatan model pembelajaran

agar lebih menarik, aktif dan dapat diterima peserta didik dengan baik.

Pembenahan pembelajaran dari segi pendekatan dapat dilakukan dengan

menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)

dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam, peneliti menggunakan

model CTL karena model pembelajaran CTL menciptakan pembelajaran yang

menarik perhatian siswa, dengan model ini siswa dapat mengkaitkan materi

dengan kehidupan yang nyata atau yang dialami pada peserta didik itu

sendiri. Penggunaan model pembelajaran CTL ini juga disesuaikan dengan

materi yang akan disampaikan oleh guru yaitu materi membiasakan akhlak

(23)

diterapkan di lingkungan sekolah maupun di masyarakat. Dengan demikian

penelitian ini dilaksanakan diharapkan pembelajaran tidak membosankan

karena pendekatan ini dapat lebih menarik siswa itu agar lebih aktif dan

tanggap terhadap materi yang disampaikan oleh guru dan dikaitkan dalam

kehidupan kesehariannya.

Dari penjelasan serta masalah-masalah yang telah dipaparkan di atas

maka peneliti tertarik untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas yaitu uji

model pembelajaran yang berjudul Penggunaan Model Pembelajaran

Contextual Teaching and Learning (CTL) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar

Siswa Kelas VII Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Di SMP Negeri 1

Metro Tahun Pelajaran 2016/2017. Sejauh ini model ini belum pernah

diterapkan oleh guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri

1 Metro khususnya dikelas VII. Maka dari itu diharapkan model ini cocok

untuk diterapkan dan berhasil untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

Model Contextual Teaching and Learning (CTL) yang merupakan

konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan

dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan

antara pengetahuan yang dimilkinya dengan penerapan dalam kehidupan

mereka sebagai anggota masyarakat. Dalam dunia pendidikan banyak metode

dan model pembelajaran yang tepat dalam mencapai sebuah tujuan

pembelajaran. Salah satunya dengan menerapkan model Contextual Teaching

and Learning (CTL) ini siswa di dorong untuk mengerti dan memahami apa

(24)

Belajar bukan hanya menghafal melainkan mengalami dimana siswa dapat

mengkonstruksikan pengetahuannya sendiri melalui partisipasi aktif secara

inovatif dalam proses pembelajaran.

Dalam pembelajaran dengan menggunakan model Contextual

Teaching and Learning (CTL) ini diharapkan siswa siswa lebih berminat dan

termotivasi untuk mempelajari mata pelajaran Pendidikan Agama Islam

sehingga dengan model pembelajaran ini mereka dapat meningkatkan hasil

belajar serta merasakan manfaat mempelajari pelajaran tersebut. Selain dari

pada itu, pada penelitian ini memfokuskan pada hasil belajar siswa pada mata

pelajaran Pendidikan Agama Islam selama proses pembelajaran di kelas,

karena pada saat proses pembelajaran lingkungan yang sangat mempengaruhi

yaitu apa yang berada di kelas, baik guru, siswa, maupun sarana dan

prasarananya.

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang yang telah dikemukakan oleh peneliti di atas maka

dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut :

1. Siswa kurang memahami dan mengaplikasikan apa yang disampaikan

oleh guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.

2. Hasil belajar pada ulangan harian siswa kelas VII di SMP Negeri 1 Metro

khususnya di kelas VII.5 masih banyak nilai siswa yang di bawah nilai

KKM dibandingkan dengan nilai siswa yang di atas KKM serta nilai

rata-rata siswa yang masih cukup rendah sehingga hasil belajar siswa belum

(25)

3. Proses pembelajaran terutama dalam pemilihan metode maupun model

pembelajaran yang digunakan guru masih berpusat kepada guru itu

sendiri yaitu ceramah, resitasi, dan tanya jawab sehingga proses

pembelajaran menjadi kurang aktif, efektif, dan inovatif sehingga

berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.

C. Batasan Masalah

Agar penelitian ini tidak menyimpang dari pokok permasalahan maka

peneliti membatasi masalah sebagai berikut :

1. Penggunaan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning

(CTL) pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pada materi

membiasakan akhlak terpuji semester ganjil.

2. Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 1 Metro kelas VII.5 tahun ajaran

2016/2017 semester ganjil.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam

penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut :

Apakah pembelajaran dengan menggunakan model Contextual

Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik

pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pada semester ganjil tahun

pelajaran 2016/2017?.

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

(26)

Untuk mengetahui dan menganalisis efektivitas model Contextual

Teaching and Learning (CTL) dalam meningkatkan hasil belajar pada

mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 1 Metro semester

ganjil tahun ajaran 2016/2017.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diambil dari penulisan penelitian ini

adalah sebagai berikut :

Dengan menggunakan model Contextual Teaching and Learning

(CTL) ini sebagai salah satu alternatif untuk menggunakan dalam metode

pembelajaran yang dilakukan dalam kelas khususnya pada mata pelajaran

Pendidikan Agama Islam. Bagi peserta didik, melalui model CTL ini

diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik serta untuk

memberikan cara belajar yang baru sehingga siswa lebih tertarik dalam

memahami materi melalui usahanya sendiripada mata pelajaran

Pendidikan Agama Islam.

F. Penelitian Relevan

Penelitian relevan bertujuan untuk menjelaskan posisi, perbedaan

ataupun memperkuat hasil penelitian ini dengan penelitian yang telah ada.

Berikut adalah hasil penelitian yang lalu yang terkait dengan judul yang

penulis ambil, diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh Tujino yang berjudul

“Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Metode Contectual Teaching and Learning (CTL) Mata Pelajaran Ilmu

(27)

Pengetahuan Alam (IPA) Kelas V MI Jamiatul Hidayah Jepara Lampung

Timur Tahun Pelajaran 2013/2014”.

Dalam penelitian ini tehnik pengumpulan data yang digunakan

adalah metode observasi, tes hasil belajar, dan dokumentasi. Analisis

yang digunakan peneliti adalah lembar pengamatan aktivitas siswa, tes

hasil belajar, dan lembar pengamatan aktivitas guru. Dari hasil analisa

dapat diketahui bahwa hasil aktivitas siswa meningkat secara

keseluruhan 5,8% dari 75,4% pada siklus I menjadi 81,2% pada siklus II.

kemudian pada hasil belajar meningkat 37% dari 45% pada siklus I

menjadi 82% pada siklus II dan aktivitas guru meningkat 18% dari 71%

pada siklus I menjadi 89% pada siklus II.2

Dari data tersebut maka dapat diketahui bahwa dengan

menggunakan metode Contectual Teaching and Learning (CTL) dapat

meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) siswa.

2. Penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh Darmawansyah yang berjudul “Upaya Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Dengan Menggunakan Metode Contectual Teaching and Learning (CTL) Mata

Pelajaran IPS Kelas IV MI Al-Hidayah Rejomulyo Pasir Sakti Lampung

Timur Tahun Pelajaran 2012/2013”.

Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus pembelajaran dengan 6

kali pertemuan. Metode pengumpulan data dengan menggunakan tes

2

. Tujino, ”Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Metode Contectual

Teaching and Learning (CTL) Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Kelas V MI Jamiatul Hidayah jepara lampung timur Tahun Pelajaran 2013/2014”, STAIN Metro, 2014.

(28)

bentuk essay, untuk melihat motivasi siswa digunakan lembar observasi

berupa chek lish pada setiap pembelajaran.

Hasil penelitian menggunakan model pembelajaran CTL dapat

meningkatkan motivasi siswa. Data observasi diperoleh bahwa rata-rata

motivasi siswa secara keseluruhan meningkat dari siklus I dan siklus II

yaitu dari 60% menjadi 83% terjadi peningkatan sebanyak 23%

(meningkat).

Dan begitu juga dengan hasil belajar siswa meningkat dengan

melihat dari hasil tes akhir siklus I ke siklus II yaitu dari 30,00% menjadi

90% terjadi peningkatan sebesar 60,00% (meningkat).3

Dari penelitian relevan yang peneliti ambil sebagai perbandingan

dapat dijelaskan bahwa penelitian yang dilakukan oleh tujino ini

menggunakan dua variabel yaitu variabel terikat dan variabel bebas

namun yang membedakan dari penelitian yang akan peneliti lakukan

adalah dari sasaran yaitu Kelas V di MI Jamiatul Hidayah jepara

lampung timur mata pelajaran yaitu Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) tahun

pelajaran 2013/2014 demikian juga dengan hasil penelitian diakhir

penelitian skripsi ini. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh

Darmawansyah yaitu yang membedakan penelitian ini adalah

menggunakan tiga variabel selain variabel bebasnya itu adalah CTL

penelitian ini menggunakan variabel terikat dua yaitu motivasi dan hasil

3 . Darmawansyah, ”Upaya Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Dengan

Menggunakan Metode Contectual Teaching and Learning (CTL) Mata Pelajaran IPS Kelas IV MI Al-Hidayah Rejomulyo Pasir Sakti Lampung Timur Tahun Pelajaran 2012/2013”, STAIN Metro, 2013.

(29)

belajar. Selain itu juga dengan sasaranya yaitu Pelajaran IPS Kelas IV

MI Al-Hidayah Rejomulyo Pasir Sakti Lampung Timur Tahun Pelajaran

2012/2013. Sedangkan penelitian yang peneliti lakukan menggunakan

dua variabel juga namun yang membedakan adalah sasarannya yaitu

kelas VII mata pelajaran Pendidikan Agama Islam tahun pelajaran

2015/2016 tentunya juga dengan hasil penelitiannya nanti setelah

(30)

13 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Hasil Belajar

1. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan kemampuan siswa untuk memahami dan

menelaah konsep yang diberikan oleh pendidik, hal itu dapat diukur

dengan melihat hasil kerja siswa pada saat tes pada mata pelajaran yang

bersangkutan. Pembelajaran dikatakan berhasil jika pengetahuan siswa

bertambah dari hasil sebelumnya.

Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar

dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan

kegiatan penilaian hasil belajar. Dari peserta didik, hasil belajar

merupakan berakhirnya pangkal dan puncak proses pembelajaran. Pada

bagian lain, hasil belajar merupakan peningkatan kemampuan mental

peserta didik.

Menurut Bloom (Suprijono,2002: 6), hasil belajar mencakup

kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik.

a. Domain Kognitif Mencakup:

1) Knowledge (pengetahuan, ingatan);

2) Comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh); 3) Application (menerapakan);

4) Analysis (mengurangi, menentukan hubungan);

5) Synthesis(mengorganisasikan,merancangkan,membentuk bangun baru);

6) Evaluating (menilai). b. Domain Afektif Mencangkup:

1) Receiving (sikap menerima); 2) Responding (memberikan respons); 3) Valuing (nilai);

(31)

4) Organization (organisasi); 5) Caracterization (karakterisasi). c. Domain Psikomotor Mencangkup:

1) Keterampilan produktif; 2) Keterampilan tehnik; 3) Keterampilan fisik; 4) Keterampilan sosial; 5) Keterampilan manajerial; 6) Keterampilan intelektual.4

Hasil belajar merupakan perubahan perilaku secara keseluruhan

bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Hasil belajar

mengacu pada segala sesuatu yang menjadi milik siswa sebagai akibat

dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Dari pengertian diatas dapat

disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan perubahan yang dialami oleh

seseorang setelah mengalami kegiatan atau pengalaman belajarnya.

Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan siswa, diperlukan tes yang

akan dinyatakan dalam bentuk angka atau nilai. Hasil belajar sangat

tergantung dari proses pembelajaran yang dilalui oleh siswa.

2. Kriteria Hasil Belajar

Untuk menyatakan bahwa suatu proses pembelajaran dapat

dikatakan berhasil, setiap guru memiliki pandangan masing-masing

sejalan dengan filsafatnya. Namun, untuk menyamakan persepsi

sebaiknya kita berpedoman kepada kurikulum yang berlaku saat ini yang

telah disempurnakan, antara lain bahwa “ suatu proses belajar tentang suatu bahan pengajaran dinyatakan berhasil apabila tujuan instruksional

khusus (TIK)-nya dapat tercapai”.

4

. Muhammad Thobroni dan Arif Mustofa,Belajar Dan Pembelajaran”Pengembangan

Wacana Dan Praktek Pembelajaran Dalam Pembangunan Nasional”, (Jogjakarta: Ar-Ruzz

(32)

Untuk mengetahui tercapai atau tidaknya TIK, guru perlu

mengadakan tes formatif setiap selesai menyajikan suatu bahasan kepada

siswa. Penilaian formatif ini untuk mengetahui sejauh mana siswa telah

menguasai tujuan instruksional khusus (TIK) yang ingin dicapai. Fungsi

penilaian ini adalah untuk memberikan umpan balik kepada guru dalam

rangka memperbaiki proses pembelajaran dalam melaksanakan program

remedial bagi siswa yang belum berhasil.

Kreteria yang menjadi petunjuk bahwa suatu proses pembelajaran

dianggap berhasil adalah hal-hal sebagai berikut:

a. Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai

prestasi tinggi baik secara individual maupun secara kelompok.

b. Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran/instruksional

khusus (TIK) telah tercapai oleh siswa, baik secara individual

maupun kelompok.

c. Perubahan yang bersifat kontinu (berkesinambungan), perubahan

tingkah laku sebagai hasil pembelajaran akan berkesinambungan,

artinya suatu perubahan yang telah terjadi menyebabkan terjadinya

perubahan tingkah laku yang lain, misalnya seorang anak yang telah

belajar membaca, ia akan berubah tingkah lakunya dari tidak dapat

membaca menjadi dapat membaca. Kecakapannya dalam membaca

menyebabkan ia dapat membaca lebih baik lagi dan dapat belajar

yang lain, sehingga ia dapat memperoleh perubahan tingkah laku

(33)

d. Perubahan yang bersifat fungsional, artinya perubahan yang telah

diperoleh sebagai hasil pembelajaran memberikan manfaat bagi

individu yang bersangkutan, misalnya kecakapan dalam berbicara

bahasa Inggris memberikan manfaat untuk belajar hal-hal yang lebih

luas.

e. Perubahan yang bersifat positif, artinya terjadi adanya pertambahan

perubahan dalam individu. Perubahan yang diperoleh itu senantiasa

bertambah sehingga berbeda dengan keadaan sebelumnya. Orang

yang telah belajar akan merasakan ada sesuatu yang lebih banyak,

sesuatu yang lebih baik, sesuatu yang lebih luas dalam dirinya.

Misalnya ilmunya menjadi lebih banyak, prestasinya meningkat,

kecakapannya menjadi lebih baik,dsb.

f. Perubahan yang bersifat permanen (menetap), artinya perubahan

yang terjadi sebagai hasil pembelajaran akan berada secara kekal

dalam diri individu, setidak-tidaknya untuk masa tertentu. Ini berarti

bahwa perubahan yang bersifat sementara seperti sakit, keluar air

mata karena menangis, berkeringat, mabuk, bersin adalah bukan

perubahan sebagai hasil belajar karena bersifat sementara saja.

Sedangkan kecakapan kemahiran menulis misalnya adalah

perubahan hasil pembelajaran karena bersifat menetap dan

berkembang terus.5

5

. Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, ( Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010), Cetakan Ke 4 hal. 105-106

(34)

Untuk mengukur dan mengevaluasi tingkat keberhasilan belajar

dapat dilakukan melalui tes prestasi belajar berdasarkan tujuan dan ruang

lingkupnya sebagai berikut:

a. Tes Formatif

Penilaian ini digunakan untuk mengukur satu atau beberapa

pokok bahasan tertentu dan bertujuan untuk memperoleh gambaran

tentang daya serap siswa terhadap pokok bahasan tersebut.

b. Tes Subsumatif

Tes ini meliputi sejumlah bahan pengajaran tertentu yang

diajarakan dalam waktu tertentu. Tujuannya adalah untuk

memperoleh gambaran daya serap siswa untuk meningkatkan tingkat

prstasi belajar siswa.

c. Tes Sumatif

Tes ini diadakan untuk mengukur daya serap siswa terhadap

bahan pokok-pokok yang telah diajarkan selama satu semester, satu

atau dua tahun pelajaran. Tujuannya adalah untuk menetapkan

tingkat keberhasilan belajar siswa dalam suatu periode tertentu.

Setiap proses belajar mengajar selalu menghasilkan hasil belajar.

Masalah yang dihadapi adalah sampai di tingkat mana prestasi belajar

yang telah dcapai. Sehubungan dengan hal inilah keberhasilan proses

mengajar itu dibagi atas beberapa tingkatan atau taraf yaitu sebagai

(35)

a. Istimewa/maksial yaitu apabila seluruh bahan pelajaran yang

diajarkan itu dapat dikuasai oleh siswa.

b. Baik sekali/optimal yaitu apabila sebagian besar (76% s.d 99%)

bahan yang diajarkan dapat dikuasai oleh siswa.

c. Baik/minimal yaitu apabila bahan pelajaran yang diajarkan hanya

(60% s.d 75%) yang dikuasai oleh siswa.

d. Kurang yaitu apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari

60% dikuasai oleh siswa.6

Dengan melihat data yang terdapat dalam format daya serap siswa

dalam pelajaran dan presentase keberhasilan siswa dalam mencapai

tujuan instruksional khusus (TIK) tersebut, dapat diketahui keberhasilan

proses pembelajaran yang telah dilakukan oleh siswa dan guru.

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Guru harus memperhatikan beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi secara langsung maupun tidak langsung terhadap hasil

belajar, antra lain:

a. Faktor peserta didik yang meliputi kapasitas dasar, bakat khusus, motivasi, minat, kematangan, dan kesiapan, sikap dan kebiasaan, dan lain-lain.

b. Faktor sarana dan prasarana, baik yang terkait dengan kualitas, kelengkapan maupun penggunaannya, seperti guru, metode dan teknik, media, bahan dan sumber belajar, program, dan lain-lain. c. Faktor lingkungan, baik fisik, social maupun kultur, dimana kegiatan

pembelajaran dilakukan. Kultur masyarakat setepat, hubungan antarinsani masyarakat setempat, kondisi fisik lingkungan, hubungan peserta didik dengan keluarga merupakan kondisi lingungan yang akan memengaruhi proses dan hasil belajar untuk pencapaian tujuan pembelajaran.

6

(36)

d. Faktor hasil belalar yang merujuk pada rumusan normatif harus menjadi milik peserta didik setelah melaksanakan proses pembelajaran. Hasil belajar ini perlu dijabarkan dalam rumusan yang lebih operasional, baik yang menggambarkan aspek kognitif, efektif maupun psikomotor sehingga mudah untuk melakukan evaluasi.7

Faktor-faktor di atas saling berkaitan dan mempengaruhi satu

sama lain. Dalam hal ini seorang guru yang kompeten dan profesional

diharapkan mampu mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan muncul

yang menunjukan gejala kegagalan dengan berusaha mengetahui dan

mengatasi faktor yang menghambat proses pembelajaran.

B. Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

“Pendidikan Agama Islam adalah usaha untuk memperkuat iman dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan ajaran

islam, bersikap inklusif, rasional dan filosofis dalam rangka menghormati

orang lain dalam hubungan kerukunan dan kerja sama antar umat

beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional

(Undang-undang No.2 Tahun 1989)”.8 Dalam Pendidikan Agama Islam

ini seorang pendidik diharapkan dapat mentransfer atau menanamkan

suatu pemahaman dan ilmu tentang ketauhidan baik dari keyakinan

terhadap kebesaran Allah maupun para malaikat dan para nabi.

Begitupun di lingkungan yaitu norma-norma dalam umat beragama dan

dimasyarakat. Dalam pemilihan materi pada mata pelajaran Pendidikan

Agama Islam ini adalah membiasakan akhlak terpuji. Sebagai mana

7. Muhammad Thobroni dan Arif Mustofa.,belajar dan pembelajaran, h. 26 8

. Aminuddin, Aliaras Wahid dan Moh. Rofiq, Membangun Karakter Dan Kebribadian

(37)

diketahui bahwa akhlak adalah tingkah laku dan tingkah laku itu adalah

perbuatan dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu cara apa yang tepat

untuk mendukung guru dalam menyampaikan materi pelajaran agar

siswa lebih memahami apa yang guru sampaikan yaitu dengan model

atau metode pembelajaran menggunakan CTL ini yang intinya

mengaitkan antara materi dengan kehidupan siswa dalam masyarakat

maupun lingkungan sekolah. Cara ini dianggap cocok untuk membantu

guru dalam proses pembelajaran.

2. Dasar Pendidikan Agama Islam

Dasar Pendidikan Agama Islam bersumber dari Quran dan

Al-Hadist. Al-Qur’an adalah firman Allah SWT yang diwahyukan kepada

Nabi Muhammad SAW melalui perantara malaikat jibril dan didalamnya

terkandung ajaran yang benar dan sebagai sumber yang benar. Dengan

kebenaran tersebut maka Pendidikan Agama Islam bersumber dari

Al-Qur’an sebagai firman Allah :





















Artinya : “Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu

penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran “.(QS. Shaad : 29). 9

Dari penjelasan ayat dapat dipahami bahwa Al-Qur’an diturunkan

kepada umat manusia untuk memberi petunjuk kepada jalan hidup yang

lurus dalam arti memberikan bimbingan dan petunjuk kearah yang

9. Departemen Agama RI, Al- Qur’an Dan Terjemahan, (Bandung: CV. Diponegoro,

(38)

diridhoi oleh Allah SWT. Berdasarkan keterangan tersebut diatas jelas

bahwa dasar Pendidikan Agama Islam adalah Al-Qur’an dan hadis. Oleh

karena itu dengan berpegang teguh kepada kalam ilahi dan sunah rosul

dalam segala aktivitas manusia, terutama dalam hal pendidikan maka

pendidikan akan berjalan sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh umat

islam itu sendiri.

3. Aspek-Aspek Pendidikan Agama Islam

Dalam Pendidikan Agama Islam sangat diperlukan adanya

keikutsertaan pendidik dalam membentuk sikap ataupun akhlak siswa

karena siswa tidak dapat belajar sendiri kecuali jika diarahkan, di bina

dan di bimbing dari segala aspeknya. Aspek-aspek Pendidikan Agama

Islam meliputi: “aspek aqidah, aspek ibadah, aspek akhlak dan aspek

sosial masyarakat”.10

a. Aspek Aqidah

Seorang pendidik hendaknya berusaha untuk memberikan

perhatian terhadap aqidah siswa dan mengajarkannya kalimat

sehingga ia akan tumbuh di atas aqidah islamiah yang benar. Cara

menanamkan keyakinan ini bukanlah dengan mengajarkan

ketrampilan berdebatan dan berargumentasi akan tetapi caranya

adalah dengan membaca Al-qur’an dan tafsirnya, membaca hadis

dan makna-maknanya serta dengan tugas-tugas ibadah yang lain.

Dengan demikian kepercayaan dan keyakinan akan terus bertambah

10. Zakiah Darajat, Metodologi Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,

(39)

kokoh sejalan dengan semakin seringnya dalil-dalil Al-qur’an yang

didengar olehnya dan juga sesuai dengan berbagai faidah yang biasa

ia ambil darinya.

Para rasul dan para nabi selalu memberikan perhatian yang

besar terhadap keselamatan aqidah para siswa mereka dalam firman

Allah SWT :



































Artinya : Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada

anaknya, demikian pula Ya'qub. (Ibrahim berkata): "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam".(QS.Al-Baqoroh:132) 11

Dalam mendidik aqidah dari pendidik yang akan diberikan

kepada siswa diantaranya adalah mengajarkan siswa untuk mencintai

Allah, menanamkan kecintaan terhadap nabi, dan mengajarkan

Al-qur’an.

b. Aspek Ibadah

Ibadah merupakan mengetahui ketentuan-ketentuan hukum

yang berkaitan dengan penghambatan seorang muslim kepada Allah

sebagai tuhannya. Sebagai hasil penelaah yang mendalam terhadap

dalil yang terdapat dalam Al-qur’an dan sunnah. Ibadah dalam arti

luas mencangkup berbagai kegiatan dan perbuatan yang dilakukan

untuk memenuhi berbagai kepentingan kehidupan dunia, yang

(40)

disertai mencari ridho Allah serta dijalankan dengan memperhatikan

norma-norma keagamaan. Ibadah dalam arti khusus adalah “suatu

upacara pengabdian yang sudah digariskan oleh syariat islam, baik

bentuknya, caranya, waktunya serta syarat dan rukunnya seperti

sholat, puasa, zakat, haji dan sebagainya. 12

c. Aspek Akhlak

Secara moralitas membaguskan akhlak merupakan salah satu

usaha untuk membentuk akhlak mulia anak agar baik dan mulia,

memiliki pribadi bermoral, berbudi pekerti yang baik. Berarti cara

tersebut sangat baik untuk mendidik akhlak siswa. Dalam proses ini

dijelaskan bahwa pembinaan akhlak merupakan panutan bagi umat

manusia untuk memiliki akhlak dan kepribadian baik yang

ditunjukkan oleh Al-qur’an dan Hadist nabi Muhammad SAW.

Pembinaan, pendidikan dan penanaman nilai-nilai Akhlakul karimah

sangat tepat bagi siswa agar didalam perkembangan akhlaknya tidak

mengalami hambatan dan penyimpangan kearah negatif.

Dengan demikian mereka akan menerima aqidah Al-qur’an

dan kemudian tumbuh dan berkembang diatas kecintaan kepada

Allah dan rosulnya dan mempunyai keterkaitan erat dengannya.

Selanjutnya mereka akan menjauhi diri sendiri dari rasa malu yang

tidak pada tempatnya. Ia akan menerima dan memberikan dengan

tatakerama yang santun dan juga melakukan interaksi social dengan

(41)

baik. Dalam pendidikan akhlak dari seorang pendidik yang akan

diberikan kepada siswa meliputi adab menghargai dan menghormati

orang lain. Menghormati dan menghargai orang lain adalah

perbuatan yang mulia. Dalam kehidupan sehari hari kita

menghormati dan menghargai yang lebih tua baik dalam perbuatan,

perkataan, dan seluruh tingkah laku yang terjadi di lingkungan

keluarga, sekolah dan masyarakat.

d. Aspek Sosial Kemasyarakatan

Tujuan dari pendidikan sosial kemasyarakatan siswa adalah

agar siswa dapat beradaptasi dengan lingkungan masyarakat, dengan

orang-orang yang lebih dewasa atau dengan dewan guru bahkan

dengan teman-teman sebayanya agar mendapat peran positif.

Demikian juga terhindar dari sifat memikirkan diri sendiri dari rasa

malu tidak pada tempatnya.

4. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam harus mampu menciptakan manusia

yang berilmu pengetahuan tinggi. Dimana iman dan taqwanya menjadi

pengendali dalam penerapan atau pengamalannya dalam masyarakat.

Dengan demikian derajat dan martabat dari pribadinya selaku hamba

Allah tidak akan rendah dan tidak akan membahayakan umat islam

lainnya.

Tujuan Pendidikan Agama Islam yaitu “perwujudan dan pengabdian yang optimal kepada Allah SWT, untuk dapat melaksanakan

(42)

pengabdian tersebut harus dibina seluruh potensi yang dimilikinya yaitu

potensi spiritual, perasaan, kepekaan, dan sebagainya”. 13

Sedangkan Tujuan Pendidikan Agama Islam disekolah adalah

meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan

peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim

yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia

dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta

untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi.

Tuntunan Islam kepada para pendidik terlihat di dalam misi

Agama yang diturunkan oleh Allah dalam Al-qur’an surat :













Artinya: “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk

(menjadi) rahmat bagi semesta alam”. (QS. Al-Anbiyaa : 107 ).14

Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu pelajaran yang

sangat penting untuk dipelajari oleh siswa karena pada mata pelajaran

Pendidikan Agama Islam ini didalamnya terdapat ajaran-ajaran yang

berfungsi untuk mengenalkan tentang ajaran Islam berupa ketauhidan

dan norma-norma dalam agama Islam serta berprilaku sopan, santun, dan

berbudi pekerti yang baik yang berpedoman kepada Qur’an dan

Al-Hadits dalam kehidupan siswa sehari-hari.

Tabel 2

13. Abudinnata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), h. 51. 14. Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahan., h. 508.

(43)

Silabus Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas VII SMP Negeri 1 Metro15

C. Model Contextu

al Teaching and Learning (CTL)

1. Pengertian Model Contextual Teaching and Learning (CTL)

Pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and learning

(CTL) merupakan suatu konsepsi yang membantu guru mengaitkan mata

pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat

hubungan antara pengetahuan dan penerapan dalam kehidupan mereka

sebagai anggota keluarga,masyarakat , dan warga negara.

Pembelajaran kontekstual adalah pengajaran yang memungkinkan

siswa-siswa TK (taman kanak-kanak) sampai dengan SMU (sekolah

menengah umum) untuk menguatkan, memperluas, dan menerapkan

pengetahuan dan keterampilan akademik mereka dalam berbagai macam

tatanan dalam sekolah dan diluar sekolah agar dapat memecahkan

masalah-masalah dunia nyata atau masalah-masalah yang disimulasikan. “Pembelajaran kontekstual terjadi apabila siswa menerapkan dan

15. Sumber: Silabus Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas VII SMP Negeri 1

Metro.

Semester Standar Kompetensi

Ganjil 1. Memahami kalimat aoyibah (takbi dan tahmid), asmaul husna

2. Beriman kepada hari akhir (kiamat) 3. Membiasakan akhlak terpuji

4. Menghindari akhlak tercela

Genap 5. Memahami kalimat tayibah (tarji’) dan asmaul husna

6. Membiasakan akhlak terpuji 7. Menghindari akhlak tercela

(44)

mengalami apa yang sedang diajarkan dengan mengacu pada

masalah-masalah dunia nyata yang berhubungan dengan peran dan tanggung

jawab mereka sebagai anggota keluarga, warga negara, siswa, dan tenaga

kerja ( University of washington, 2001)”.16

Model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan metode pembelajaran yang memicu peran anak sebagai siswa yang aktif dan mandiri dalam pembelajaran di kelas, dimana siswa dituntut untuk mencari sendiri pengetahuan melalui pengalamannya kontak pemelajaran yang dihadapi.kontekstual adalah usaha untuk membuat siswa aktif dalam memompa kemampuan diri tanpa merugi dari segi manfaat, sebab siswa berusaha mempelajari konsep sekaligus menerapkan dan mengaitkannya dengan dunia nyata.17 “Contectual

teaching and learning (CTL) adalah suatu strategi pembelajaran yang

menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka”.18

Dari beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah konsep

belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan

dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat

hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya

dalam kehidupan mereka serta pembelajaran yang menekankan siswa

untuk secara langsung dan berperan penuh dalam menemukan materi

yang dipelajarinya melalui pengalaman kehidupanya sendiri.

16

. Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Novatif-Progresif: Konsep, Landasan, Dan

Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Kencana Prenada

Media Group, 2010), h. 104

17 . Rusman, Model-Model Pemelajaran,(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), h.

187.

18. Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Strandar Proses Pendidikan,(Jakarta: Kencana, 2009), h. 255.

(45)

2. Konsep Belajar Dalam Konteks Contextual Teaching and Learning (CTL).

Menurut Wina Sanjaya, ada beberapa teori belajar dalam konteks

CTL antara lain adalah :

a. Belajar bukanlah menghafal, akan tetapi proses mengkonstruksi pengetahuan susuai dengan pengalaman yang mereka miliki;

b. Belajar adalah proses pemecahan masalah, sebab dengan pemecahan masalah anak akan berkembang secara utuh yang bukan hanya perkembangan intelektual akan tetapi mental dan emosi;

c. Belajar adalah proses pengalaman sendiri yang berkembang secara bertahap dari yang sederhana menuju yang kompleks;

d. Belajar pada hakikatnya adalah menangkap pengetahuan dari kenyataan. Oleh karna itu, pengetahuan yang diperoleh yaitu pengetahuan yang memiliki makna untuk kehidupan anak (real

world learning).19

Teori diatas dapat didukung oleh teori Trianto tentang strategi

pembelajaran kontekstual. Kurikulum dan instruksi yang Berdasarkan

yang berdasarkan strategi pembelajaran kontekstual haruslah dirancang

untuk membentuk 5 (lima) dasar dari pembelajaran :

a. menghubungkan (relating) adalah belajar dalam suatu konteks sebuah pengalaman hidup yang nyata atau awal sebelum pengetahuan itu di peroleh siswa;

b. mencoba (experiencing) yaitu pada bagian ini guru harus dapat memberikan kegiatan kepada siswa sehingga dari kegiatan yang dilakukan siswa tersebut dapat membangun pengetahuannya;

c. mengaplikasi (applying) yaitu belajar dengan menerapkan konsep. Dengan konsep-konsep yang diterapkan maka siswa dapat mengaplikasikan dengan cara guru memberikan aktivitas kepada siswa melalui masalah sehingga guru juga dapat memberikan motivasi siswa agar dapat memahami konsep dengan cara memberikan latihan yang realitas dan relevan;

d. bekerja sama ( cooperating) yaitu belajar dalam konteks saling berbagi, merespons, dan berkomunikasi dengan pelajar lainnya; e. proses transfer ilmu (transferring) adalah strategi mengajar yang kita

definisikan sebagai menggunakan pengetahuan dalam sebuah

(46)

konteks baru atau situasi baru suatu hal yang belum teratasi/diselesaikan dalam kelas.20

Dari teori-teori diatas dapat di jelaskan bahwa pembelajaran

dengan model CTL ini dapat membuat siswa untuk bisa memecahkan

masalah dan memberi pengetahuan baru baik dalam kelompok maupun

individu sehingga pembelajaran tidak hanya berpusat pada guru saja

namun siswa juga berperan aktif dalam proses belajarnya. Serta

pengetahuan-pengetahuan baru yang siswa dapatkan pada saat

pemecahan masalah saat proses belajar dapat membentuk dan

mengembangkan emosional dan mental siswa dalam kehidupan

kesahariannya.

3. Komponen Utama Pembelajaran Kontekstual

Ada tujuh komponen utama pembelajaran yang mendasari

penerapan pembelajaran kontekstual di kelas, yaitu sebagai berikut : a. Konstruktivisme (constructivism)

Pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta, konsep atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat;

b. Menemukan (Inqury)

Menemukan, merupakan kegiatan inti dari CTL, melalui upaya menemukan akan memberikan penegasan bahwa pengetahuan dan keterampilan serta kemampuan-kemampuan lain yang diperlukan bukan merupakan hasil dari mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi merupakan hasil menemukan sendiri;

c. Bertanya (Questioning)

Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu bermula dari bertanya. Oleh karena itu, bertanya merupakan strategi utama dalam CTL; d. Masyarakat Belajar (Learning Community)

Membiasakan siswa untuk melakukan kerja sama dan memanfaatkan sumber belajar dari teman-teman belajarnya. Seperti yang disarankan

(47)

dalam learning community, bahwa hasil pembelajaran diperoleh dari kerja sama dengan orang lain melalui berbagai pengalaman

(sharing). Melalui sharing ini anak dibiasakan untuk saling memberi

dan menerima, sifat ketergantungan yang positif dalam learning

community dikembangkan;

e. Pemodelan (Modelling)

Pembuatan model dapat dijadikan alternatif untuk mengembangkan pembelajaran agar siswa secara menyeluruh, dan membantu mengatasi keterbatasan yang dimiliki oleh para guru;

f. Refleksi (Reflection)

Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru terjadi atau baru saja dipelajari. Dengan kata lain refleksi adalah berpikir kebelakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan dimasa lalu, siswa mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya;

g. Penilaian Sebenarnya ( Authentic Assessment)

Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data dan informasi yang bisa memberikan gambaran atau petunjuk terhaddap pengalaman belajar siswa.21

Dan inti dari pembelajaran dengan menggunakan model

Contextual Teaching and Learning (CTL) yaitu terjadi transfer belajar

dimana siswa belajar dari mengalami sendiri bukan dari pemberian orang

lain keterampilan dan pengetahuan semakin diperluas serta penting bagi

siswa untuk mengetahui gunanya siswa tersebut belajar.

4. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)

Secara garis besar langkah-langkah penerapan CTL dalam kelas

sebagai berikut :

a. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksikan sendiri pengetahuan dan ketrampilan barunya; b. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan ingkuiri untuk semua topik;

21

. Kunandar,Guru Profesional” Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP) Dan Sukses Dala Sertifikasi Guru”,(Jakarta: Rajawali Pers, 2011), Cetakan Ke-7 h.

(48)

c. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan cara bertanya;

d. Ciptakan masyarakat belajar ( belajar dalam kelompok-kelompok); e. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran;

f. Lakukan refleksi diakhir pertemuan;

g. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.22

Pendapat di atas di dukung oleh teori Wina Sanjaya tentang

tahap-tahap model pembelajaran CTL yang dijelaskan terdiri dari:

a. Pendahuluan

1) Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai serta manfaat dari proses pembelajaran dan pentingnya materi pelajaran yang akan dipelajari;

2) Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkontruksi sendiri pegetahuan dan keterampilan barunya; 3) Guru menjelaskan prosedur pembelajaran CTL.

a) Siswa dibagi dalam masyarakat belajar sesuai dengan jumlah siswa;

b) Tiap kelompok ditugaskan untuk melakukan diskusi, misalnya tentang macam-macam akhlak terpuji;

c) Kembangkan sifat siswa ingin tahu siswa dengan bertanya. b. Inti

1) Bangun konsep tentang membiasakan akhlak terpuji.

a) Menemukan atau tahu tentang membiasakan akhlak terpuji; b) Dengan memberikan contoh akhlak terpuji sebagai bahan

pembelajaran;

c) Siswa mencatat hal-hal yang mereka temukan;

d) Siswa mendiskusikan hasil temuan mereka sesuai dengan kelompoknya masing-masing;

e) Siswa melaporkan hasil diskusi. c. Penutup

1) Guru bersama-sama dengan siswa melakukan refleksi terhadap proses belajar yang telah dilaksanakan;

2) Authentik assessment (lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara). 23

Dari langkah-langkah dan tahap-tahap model pembelajaran CTL

diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menekankan kepada

kemampuan pemahaman siswa mengalami secara langsung dalam

22

. Trianto, Mendesain Model., h. 110

23

(49)

kehidupan nyata. siswa dituntut agar dapat mengembangkan pengetahuan

dan pemahamannya dalam proses pembelajaran dalam artian “siswa yang

terlibat aktif” dan tugas guru sebagai pembimbing serta mengarahkan pada saat pembelajaran sehingga dapat membuat suasana kelas menjadi

hidup dan berkarakter.

5. Prisip-Prinsip Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)

Elaine B. Johnson (2002), menyimpulkan bahwa dalam

pembelajaran kontekstual ada beberapa prinsip utama, yaitu: saling

ketergantungan, deferensiasi, dan pengorganisasian diri.

a. Prinsip saling ketergantungan ( interdependence)

Saling berhubungan ini bukan hanya sebatas memberikan dukungan, kemudahan, tetapi juga memberikan makna, sebab makna hanya karena ada karena adanya hubungan yang berarti. Pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran yang menekankan hubungan antara bahan ajar dengan bahan lainnya, antara bahan yang bersifat konsep dengan penerapan dalam kehidupan, antara teori dan praktek, antara kegiatan belajar dengan kegiatan lainnya, antara kegiatan siswa dengan kegiatan siswa lainnya.

b. Prinsip deferensiasi (deferentiation)

Apabila para pendidik memiliki keyakinan yang sama dengan para ilmuwan modern bahwa prinsip deferensiasi yang dinamis ini bukan hanya berlaku dan berpengaruh pada alam semesta, tetapi juga dalam sistem pendidikan. Para pendidik juga dituntut untuk mendidik, mengajar, melatih, membimbing sejalan dengan prinsip deferensiasi dan harmoni dalam alam semesta ini. Proses pendidikan dan pembelajaran hendaknya dilaksanakan dengan menekankan kreativitas, keunikan, variasi, dan kolaborasi. Konsep-konsep tersebut, dapat dilakukan dalam pembelajaran kontekstual yang berpusat pada siswa yaitu menekankan aktifitas dan kreativitas siswa. Siswa berkolaborasi dengan teman-temannya untuk melakukan pengamatan, menghimpun dan mencatat fakta dan informasi, menemukan prinsip-prinsip dan menyelesaikan masalah. c. Prinsip pengorganisasian diri (self organization)

Gambar

Tabel 6  Jenis  Ruangan  Jumlah (buah)  Ukuran
Tabel 8  Juml
Tabel 11  Jenis Ruangan  Jumlah
Tabel 12  Kelas  Jumlah Kelompok
+2

Referensi

Dokumen terkait

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN.. JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Pola asuh menurut agama adalah cara memperlakukan anak sesuai dengan ajaran agama berarti memahami anak dari berbagai aspek dan memahami anak dengan memberikan pola

3 Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar Guruan Agama Islam (Y). Hasil belajar Guruan Agama Islam ialah hasil yang didapat oleh peserta

Akan tetapi, berdasarkan wawancara dengan guru Fiqih di MTs Darussalam Seputih Banyak, diketahui masih banyak siswa yang tidak menjalankan shalat wajib dengan baik

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh pemanfaatan sumber belajar terhadap hasil belajar Pendidikan Agama Islam siswa SD Negeri 3 Sidomulyo Kecamatan

1. Apakah ada hubungan antara Profesionalisme guru PAI dengan Prestasi Pendidikan Agama Islam. Berapa besar keeratan hubungan antara Profesionalisme guru PAI dengan

PENERAPAN METODE JIGSAW PADA MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL MATERI PENINGGALAN SEJARAH HINDU, BUDHA DAN ISLAM UNTUK PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V

Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Silvi Qudrun Nadza NIM : 084141426 Jurusan/Prodi : Pendidikan Islam / Pendidikan Agama Islam Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN