TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII
MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP
NEGERI 1 METRO TAHUN PELAJARAN 2016/2017
Oleh:
AGUS DERMAWAN NPM.1290891
Jurusan : Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) METRO
ii
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Pendidikan Program Strata Satu (S1) Guna Memperoleh Gelar S.Pd.
Oleh:
AGUS DERMAWAN NPM.1290891
Pembimbing I : Dra. Hj. Haiatin Chasanatin, M.A Pembimbing II : Sri Andri Astuti, M.Ag
Jurusan : Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) METRO
v ABSTRAK
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL
TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII
MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP
NEGERI 1 METRO TAHUN PELAJARAN 2016/2017
Oleh:
AGUS DERMAWAN
Proses kegiatan belajar mengajar disekolah bertujuan untuk pengembangan potensi peserta didik dan mempersiapkan menghadapi masa depan yang lebih baik. Salah satu ukuran berhasil atau tidaknya proses belajar mengajar dapat dilihat dari pemahaman dan hasil belajar yang diperoleh siswa setelah mengikuti metode pembelajaran yang digunakan guru dalam proses pembelajaran. Namun berdasarkan hasil prasurvey dan wawancara dengan guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam kelas VII.5 SMP Negeri 1 Metro menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran yang kurang sesuai dengan materi pelajaran sehingga berdampak pada hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran masih rendah yaitu dari jumlah siswa kelas VII.5 adalah 26 siswa dan satu siswa nonmuslim yang terdiri dari 16 siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan diperoleh hasil ulangan pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam sebanyak 6 siswa atau 24% yang mencapai ketuntasan sedangkan 19 siswa atau 76% belum mencapai KKM.setelah melihat data diatas maka dapat dinyatakan ketuntasan belajar siswa kelas VII.5 di SMP Negeri 1 Metro belum tercapai dan belum maksimal.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah pembelajaran dengan menggunakan model Contextual teaching and learning (CTL) dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran pendidikan agama islam tahun ajaran 2016/2017 semester ganjil. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis efektifitas model Contextual teaching and learning (CTL) dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran pendidikan agama islam tahun ajaran 2016/2017 semester ganjil.
Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang sudah dilaksanakan dalam 2 siklus dengan setiap siklusnya 3 kali pertemuan. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII.5 SMP Negeri 1 Metro dengan jumlah 26 siswa (1 siswa nonmuslim) pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dengan materi hidup tenang dengan kejujuran,amanah , dan istiqomah. Berdasarkan hasil analisis dari penelitian dapat diketahui bahwa dengan menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) hasil belajar siswa mengalami peningkatan pada setiap pertemuan, hal ini dilihat dari rata-rata prosentase hasil belajar siswa padasiklus 1 pertemuan I sebesar 36% pertemuan 2
vi
sebesar 56% dan pertemuan 3 60% sedangkan pada siklus II pertemuan 1 sebesar 68%,pertemuan 2 sebesar 72%, dan pertemuan 3 sebesar 84%. Jika dilihat dari siklus 1 dan siklus 2 hasil belajar siswa mengalami kenaikan sebesar 24% di akhir setiap sklus.rinciannya adalah sebanyak 21 siswa mendapat nilai >78 dan siswa yang mendapat nilai < 78 sebanyak 4 siswa dari KKM 78.
Dari analisis yang telah penulis paparkan dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII pada mata pelajaran pendidikan agama islam yang dilaksanakan pada tahun ajaran 2016/2017 di semester ganjil materi hidup tenang dengan kejujuran,amanah , dan istiqomah.
viii
MOTTO
Artinya : “Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. ( Q.S Al-Baqarah: 148)”1
x
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, rasa syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas taufik dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu bagian dari persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan program Strata Satu (S1) Fakultas Tarbiyah IAIN Metro guna memperoleh gelar S.Pd.
Dalam upaya penyelesaian skripsi ini, penulis telah menerima banyak bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karenanya penulis mengucapkan terima kasih kepada Dra. Hj. Haiatin Chasanatin, MA dan Sri Andri Astuti M. Ag selaku pembimbing I dan II yang telah memberi bimbingan yang sangat berharga dalam mengarahkan dan memberikan motivasi. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak, Ibu Dosen / Karyawan IAIN Metro yang telah menyediakan waktu dan fasilitas dalam rangka pengumpulan data. Tidak kalah pantingnya, rasa sayang dan terimakasih penulis haturkan kepada Ayahanda, Ibunda dan sehabat-sahabat satu angkatan 2012 yang senantiasa mendo’akan dan memberikan dukungan dalam menyelesaikan pendidikan.
Kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini sangat diharapkan dan akan diterima dengan lapang dada. Dan akhirnya semoga hasil penelitian yang telah dilakukan kiranya dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan agama Islam.
Metro, januari 2016 Penulis
AGUS DERMAWAN NPM. 1290891
xi
DAFTAR ISI
Halaman Sampul ... i
Halaman Judul ... ii
Halaman persetujuan ... iii
Halaman pengesahan ... iv
Abstrak ... v
Halaman orisinalitas penelitian ... vii
Halaman motto ... viii
Halaman persembahan ... ix
Kata Pengantar ... x
Daftar Isi... xi
Daftar Tabel ... xii
Daftar Gambar ... xiv
Daftar Lampiran ... xv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 7
C. Batasan Masalah ... 8
D. Rumusan Masalah ... 8
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9
F. Penelitian relevan ... 9
BAB II LANDASAN TEORI ... 13
A. Hasil Belajar ... 13
1. Pengertian Hasil Belajar ... 13
2. Kreteria Hasil Belajar ... 14
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 17
B. Pendidikan Agama Islam ... 18
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ... 18
2. Dasar Pendidikan Agama Islam ... 19
3. Aspek-Aspek Pendidikan Agama Islam 4. Tujuan Pendidikan Agama Islam... 20
C. Model Contektual Teaching and Learning (CTL) ... 22
1. Pengertian Model CTL ... 25
2. Konsep Belajar Dalam Konteks CTL ... 25
3. Komponen Utama Model Pembelajaran CTL ... 27
4. Langkah-Langkah Model Pembelajaran CTL ... 28
5. Prinsip-Prinsip Model Pembelajaran CTL... 29
6. Pendekatan Model Pembelajaran CTL ... 31
7. Keunggulan Dan Kelemahan Pembelajaran CTL... 32
8. Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) Dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa ... 33
xii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 37
A. Definisi Oprasianal Variabel ... 39
1. Variabel Bebas ... 39 2. Variabel Terikat ... 39 B. Setting Penelitian ... 40 C. Subjek Penelitian ... 41 D. Prosedur Penelitian ... 42 1. Tahap-Tahap Penelitian ... 42
E. Tehnik Pengumpulan Data ... 43
1. Observasi ... 48
2. Dokumentasi ... 48
3. Tes... 49
4. Wawancara ... 49
F. Instrumen Penelitian ... 50
G. Tehnik Analisis Data ... 50
1. Analisis Kualitatif ... 51
2. Analisis Kuantitatif ... 51
H. Indikator Keberhasilan ... 51
BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN ... 52
A. Gambaran Umum Daerah Penelitian ... 53
1. Sejarah Singkat Berdirinya SMP Negeri 1 Metro ... 53
2. Profil SMP N 1 Metro ... 53
3. Luas Tanah... 53
B. Kondisi Sekolah ... 54
1. Sarana dan Prasarana ... 54
2. Keadaan Kantor dan Pegawai ... 54
3. Kegiatan-kegiatan Sekolah (Ekstrakurikuler)... 58
4. Struktur Organisasi Sekolah ... 59
5. Jumlah guru sesuai dengan latar ... 60
belakang pendidikan ... 61 C. Hasil Penelitian ... 62 1. Pelaksanaan Siklus I ... 62 a. Perencanaan ... 62 b. Pelaksanaan Tindakan ... 64 c. Pengamatan/Observasi ... 72
d. Refleksi Siklus I... 81
2. Pelaksanaan Siklus II ... 82 a. Perencanaan ... 82 b. Pelaksanaan Tindakan ... 83 c. Pengamatan/Observasi ... 93 d. Refleksi Siklus II ... 101 D. Pembahasan ... 101
1. Aktivitas Belajar Siswa pada Siklus I dan II ... 102
2. Aktivitas Guru pada Siklus I dan II ... 104
xiii BAB V PENUTUP ... 109 A. Kesimpulan ... 109 B. Saran ... 109 DAFTAR PUSTAKA ... 201 LAMPIRAN 1 ... 203 LAMPIRAN 2 ... 256 RIWAYAT HIDUP ... 290
xiv
DAFTAR TABEL
1. Tabel data hasil prasurvey Rekapitulasi nilai formatif Pendidikan Agama Islam kelas VII.5 SMP Negeri 1 Metro tahun 2016
2. Tabel Silabus Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas VII SMP Negeri 1 Metro
3. Tabel Data Ruang Belajar (Kelas) 4. Tabel Keterangan Kondisi
5. Tabel Data Ruang Belajar Lainnya 6. Tabel Data Ruang Penunjang
7. Tabel Perabot Ruang Kelas (Belajar) 8. Tabel Fasilitas Penunjang Perpustakaan 9. Tabel Koleksi Buku Perpustakaan 10. Tabel Data Ruang Kantor
11. Tabel Keadaan Siswa
12. Tabel Struktur Organisasi Sekolah
13. Tabel Jumlah Guru Sesuai Dengan Latar Belakang Pendidikan
14. Tabel Rekapitulasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I (pertemuan 1,2 & 3) 15. Tabel Data Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I
16. Tabel Rekapitulasi Hasil Belajar ( ranah kognitif) Siswa Siklus I 17. Tabel vRekapitulasi ranah Afektif Siswa Siklus I pertemuan 1 18. Tabel Rekapitulasi ranah Afektif Siswa Siklus I pertemuan 2 19. Tabel Rekapitulasi ranah Afektif Siswa Siklus I pertemuan 3 20. Tabel Rekapitulasi ranah psikomotorik Siswa Siklus I pertemuan 1 21. Tabel Rekapitulasi ranah psikomotorik Siswa Siklus I pertemuan 2 22. Tabel Rekapitulasi ranah psikomotorik Siswa Siklus I pertemuan 3 23. Tabel Rekapitulasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus II(pertemuan 1.2 & 3) 24. Tabel Data Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus II
25. Tabel Rekapitulasi Hasil Belajar( ranah kognitif) Siswa Siklus II 26. Tabel Rekapitulasi ranah Afektif Siswa Siklus 2 pertemuan 1 27. Tabel Rekapitulasi ranah Afektif Siswa Siklus 2 pertemuan 2 28. Tabel Rekapitulasi ranah Afektif Siswa Siklus 2 pertemuan 3 29. Tabel Rekapitulasi ranah psikomotorik Siswa Siklus 2 pertemuan 1 30. Tabel Rekapitulasi ranah psikomotorik Siswa Siklus 2 pertemuan 2 31. Tabel Rekapitulasi ranah psikomotorik Siswa Siklus 2 pertemuan 3
32. Tabel Perbandingan rata-rata aktivitas belajar siswa pada siklus I dan siklus II
33. Tabel Perbandingan Aktivitas Guru Siklus I dan II
34. Tabel Perbandingan Penilaian Ranah Afektif Siswa Pada Siklus I Dan II diambil dari nilai rata-rata disetiap pertemuan
35. Tabel Perbandingan Penilaian Ranah psikomotorik Siswa Pada Siklus I Dan II diambil dari nilai rata-rata disetiap pertemuan
36. Tabel Perbandingan Nilai Hasil Evaluasi siklus I Pertemuan 3 dan siklus II Pertemuan 3 pada ranah kognitif
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Skema prosedur penelitian tindakan kelas
Struktur organisasi SMP Negeri 1 Metro
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran hal
1. Surat keterangan prasurvey dari SMP Negeri 1 Metro 2. Outline
3. Alat pengumpulan data
4. Data tentang hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran pendidikan agama islam peserta didik kelas VII.5 SMP Negeri 1 Metro semester ganjil tahun ajaran 2016/2017
5. Silabus SMP Negeri 1 Metro kurikulum 2013
6. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) kurikulum 2013 7. Lembar tes peserta didik
8. Surat izin research dari IAIN Metro 9. Surat tugas research dari IAIN Metro
10. Surat keterangan research dari kepala sekolah SMP Negeri 1 Metro 11. Surat keterangan bebas pustaka
12. Kartu konsultasi bimbingan skripsi mahasiswa IAIN Metro 13. Foto kegiatan penelitian di SMP Negeri 1 Metro
14. Absensi siswa SMP Negeri 1 Metro Kelas VII.5
15. Kalender akademik SMP Negeri 1 MetroTahun ajaran 2016/2017 16. Daftar riwayat hidup
1
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan memegang peranan penting untuk menjamin
kelangsungan hidup suatu bangsa dan negara. Karena pendidikan merupakan
tempat untuk meningkatkan dan mengembangkan potensi serta sumber daya
manusia. Pendidikan sebagai suatu dasar usaha manusia atau kegiatan yang
dijalankan dengan sengaja, terencana, teratur, dalam membina pribadi
individu dan mengembangkan kemampuannya baik jasmani ataupun rohani. Kegiatan belajar mengajar merupakan sesuatu yang wajib diselenggarakan dalam dunia pendidikan terutama di tingkat formal yaitu sekolah namun berbagai fakta di lapangan menunjukkan fenomena yang cukup memprihatinkan. Beberapa indikasinya adalah beberapa murid di sekolah tidak dapat membuat hubungan antara apa yang mereka pelajari dan bagaimana pengetahuan tersebut akan diaplikasikan, beberapa murid kesulitan memahami materi yang disampaikan padahal mereka sangat perlu untuk memahami konsep-konsep pada saat mereka nanti berhubungan langsung dalam masyarakat, murid juga telah diharapkan untuk membuat sendiri hubungan-hubungan tersebut diluar kegiatan kelas.
Pembelajaran yang dilakukan oleh banyak tenaga pendidik yaitu cenderung pada pencapaian target materi kurikulum, lebih mementingkan penghafalan konsep bukan pemahaman materi yang disampaikan sehingga hal ini dapat dilihat dari kegiatan pembelajaran dalam kelas yang selalu didominasi oleh guru. Dalam penyampaian materi dimana peserta didik hanya duduk, mendengar, dan mencatat apa yang guru paparkan pada saat proses pembelajaran dengan demikian siswa juga menjadi pasif karena tanpa adanya keaktifan di kelas.
Proses pembelajaran yang efektif dapat terwujud jika seorang guru melaksanakan tugasnya sebagai pendidik dengan baik, beberapa hal yang harus diperhatikan guru dalam mengajar adalah dapat menentukan dan memilih metode yang tepat pada saat proses pembelajaran sehingga peserta didik tidak pasif hanya melihat dan mendengar tetapi siswa juga terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian kegiatan yang mengikut sertakan antara pendidik dan peserta didik sehingga terjalinlah hubungan timbal balik guna mencapai tujuan suatu proses pembelajaran. Dalam hal ini guru dituntut lebih selektif dalam pemilihan model pembelajaran yang tepat sesuai apa yang dibutuhkan siswa dalam rangka mencapai sebuah tujuan pembelajaran.
Seorang guru adalah individu yang sangat mempengaruhi hasil belajar juga dituntut untuk melakukan pendekatan agar dapat menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan dan juga nyaman yang sesuai dengan kondisi siswa. Maka keadaan ini menuntut guru agar kreatif serta inovatif agar menciptakan kegiatan belajar yang lebih menarik dan menyenangkan serta mengajak siswa untuk mengaitkan antara materi pembelajaran dengan keadaan nyata siswa sehingga siswa dapat lebih mudah memahami materi yang telah disampaikan juga untuk mendapatkan pengalaman baru dalam proses belajarnya.
Salah satu unsur dalam proses pembelajaran adalah terjadi suatu
perubahan terutama pada siswa. Perubahan tersebut salah satunya yaitu dari
tidak tahu menjadi tahu sehingga hasil belajar tampak dalam perubahan
aspek-aspek antara lain: Pengetahuan, apresiasi, emosional serta hubungan
sosial. Untuk menunjang hasil belajar yang baik maka dibutuhkan aktifitas
belajar, karena jika tidak ada aktifitas belajar maka pengalaman belajar tidak
dengan hasil belajar siswa, yaitu proses pembelajaran yang terjadi di dalam
kelas sudah cukup bervariasi yaitu ceramah, tanya jawab, dan resitasi. Namun
model pembelajaran yang diterapkan ke siswa masih berpusat pada guru
sepenuhnya sehingga siswa kurang terlibat aktif dan kurang mendapat umpan
balik ketika proses belajar mengajar. Misalnya ketika siswa diberikan
kesempatan untuk bertanya yang terjadi siswa hanya terdiam sedangkan siswa
belum memahami apa yang disampaikan guru sehingga saat diadakan
evaluasi hasil belajar siswa masih rendah. Sebaiknya siswa yang lebih aktif
karena memang siswa yang mendominasi belajar bukan guru, artinya siswa
tidak lagi sebagai obyek belajar akan tetapi sebagai subyek belajar.
Berdasarkan observasi pra-survey pada tanggal 15 September 2016
penulis lakukan di SMP NEGERI 1 METRO terdapat suatu permasalahan
yang berhubungan dengan hasil belajar siswa dan model pembelajaran yang
guru terapkan di mata pelajaran Pendidikan Agama Islam materi
membiasakan akhlak terpuji semester ganjil tahun pelajaran 2016/2017 yaitu
dari jumlah kelas VII yang berjumlah 9 kelas pada hasil ulangan harian mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam terdapat 3 kelas yang nilai siswanya
cukup rendah yaitu kelas VII.3, VII.5, VII.9 namun yang paling rendah
terdapat di kelas VII.5 hal ini juga diperkuat dengan penjelasan guru bahwa
kelas VII.5 adalah kelas yang nilainya paling rendah diantara kelas VII
lainnya selain itu juga terbukti dari hasil nilai ulangan siswa kelas VII.5 yang
masih di bawah dari nilai KKM. Nilai KKM mata pelajaran Pendidikan
permasalahannya ketika proses pembelajaran kebiasaaan guru menggunakan
model pembelajaran yang berpusat pada guru antara lain yaitu dengan
menerapkan metode pembelajaran ceramah, resitasi, dan tanya jawab.
Sehingga hal ini berpengaruh terhadap hasil belajar siswa karena siswa
kurang terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Ketika guru menyuruh
bertanya kepada siswa yang belum paham terhadap materi yg disampaikan
hanya sebagian kecil saja siswa yang tanggap dan bertanya sehingga proses
pembelajaran menjadi kurang aktif, menyenangkan, dan inovatif.
Dari hasil pra-survey, jumlah siswa keseluruhan dari kelas VII.5
adalah 26 siswa terdapat 25 muslim dan 1 siswa nonmuslim terdiri dari 16
siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan diperoleh hasil ulangan pada mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam sebagai berikut:
Tabel 1
Rekapitulasi Nilai Formatif Pendidikan Agama Islam Kelas VII.5 SMP NEGERI 1 METRO Tahun 2016
Ket : Data Diambil Dari Hasil Ulangan Harian
Dari tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa siswa yang mendapat nilai
≥ 78 sebanyak 6 (24%) siswa dari 25 siswa, Sedangkan siswa yang mendapat nilai <78 sebanyak 19 (76%) siswa dari 25 siswa. dari tabel di atas terlihat
bahwa jumlah siswa yang lulus lebih sedikit dibandingkan dengan siswa yang
REK
APITULAS
I - Jumlah Peserta Test : 25 Orang Jumlah 1680
- Jumlah Yang Lulus : 6 Orang Terkecil 50,00
- Jumlah Yang Tidak Lulus : 19 Orang Terbesar 80,00
- Jumlah Yang Di Atas Rata-Rata
:
14 Orang Rata-Rata
67,2 - Jumlah Yang Di Bawah
Rata-Rata
tidak lulus. Hasil nilai ulangan terbesar siswa yaitu 80 sedangkan hasil nilai
ulangan terkecil siswa yaitu 50 dan jumlah keseluruhan hasil nilai ulangan
siswa adalah 1680 sehingga didapat nilai rata-rata sebesar 67.2. Nilai yang
diharapkan guru ataupun sekolah minimal adalah (75%) siswa atau minimal
siswa yang lulus kurang lebih 19 siswa dari (100%) atau 25 siswa dikelas
VII.5. setelah melihat data di atas maka dapat dinyatakan ketuntasan belajar
siswa kelas VII.5 di SMP Negeri 1 Metro belum tercapai dan belum
maksimal.
Dengan adanya permasalahan di atas maka perlu diadakan sebuah
pembenahan kualitas proses pembelajaran dalam pembelajaran Pendidikan
Agama Islam dari beberapa aspek mulai dari pendidik, peserta didik, model
pembelejaran, sampai ke medianya. Dalam hal ini penulis berupaya
melakukan penelitian dengan melakukan pendekatan model pembelajaran
agar lebih menarik, aktif dan dapat diterima peserta didik dengan baik.
Pembenahan pembelajaran dari segi pendekatan dapat dilakukan dengan
menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)
dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam, peneliti menggunakan
model CTL karena model pembelajaran CTL menciptakan pembelajaran yang
menarik perhatian siswa, dengan model ini siswa dapat mengkaitkan materi
dengan kehidupan yang nyata atau yang dialami pada peserta didik itu
sendiri. Penggunaan model pembelajaran CTL ini juga disesuaikan dengan
materi yang akan disampaikan oleh guru yaitu materi membiasakan akhlak
diterapkan di lingkungan sekolah maupun di masyarakat. Dengan demikian
penelitian ini dilaksanakan diharapkan pembelajaran tidak membosankan
karena pendekatan ini dapat lebih menarik siswa itu agar lebih aktif dan
tanggap terhadap materi yang disampaikan oleh guru dan dikaitkan dalam
kehidupan kesehariannya.
Dari penjelasan serta masalah-masalah yang telah dipaparkan di atas
maka peneliti tertarik untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas yaitu uji
model pembelajaran yang berjudul Penggunaan Model Pembelajaran
Contextual Teaching and Learning (CTL) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa Kelas VII Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Di SMP Negeri 1
Metro Tahun Pelajaran 2016/2017. Sejauh ini model ini belum pernah
diterapkan oleh guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri
1 Metro khususnya dikelas VII. Maka dari itu diharapkan model ini cocok
untuk diterapkan dan berhasil untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
Model Contextual Teaching and Learning (CTL) yang merupakan
konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan
dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan
antara pengetahuan yang dimilkinya dengan penerapan dalam kehidupan
mereka sebagai anggota masyarakat. Dalam dunia pendidikan banyak metode
dan model pembelajaran yang tepat dalam mencapai sebuah tujuan
pembelajaran. Salah satunya dengan menerapkan model Contextual Teaching
and Learning (CTL) ini siswa di dorong untuk mengerti dan memahami apa
Belajar bukan hanya menghafal melainkan mengalami dimana siswa dapat
mengkonstruksikan pengetahuannya sendiri melalui partisipasi aktif secara
inovatif dalam proses pembelajaran.
Dalam pembelajaran dengan menggunakan model Contextual
Teaching and Learning (CTL) ini diharapkan siswa siswa lebih berminat dan
termotivasi untuk mempelajari mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
sehingga dengan model pembelajaran ini mereka dapat meningkatkan hasil
belajar serta merasakan manfaat mempelajari pelajaran tersebut. Selain dari
pada itu, pada penelitian ini memfokuskan pada hasil belajar siswa pada mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam selama proses pembelajaran di kelas,
karena pada saat proses pembelajaran lingkungan yang sangat mempengaruhi
yaitu apa yang berada di kelas, baik guru, siswa, maupun sarana dan
prasarananya.
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang yang telah dikemukakan oleh peneliti di atas maka
dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut :
1. Siswa kurang memahami dan mengaplikasikan apa yang disampaikan
oleh guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
2. Hasil belajar pada ulangan harian siswa kelas VII di SMP Negeri 1 Metro
khususnya di kelas VII.5 masih banyak nilai siswa yang di bawah nilai
KKM dibandingkan dengan nilai siswa yang di atas KKM serta nilai
rata-rata siswa yang masih cukup rendah sehingga hasil belajar siswa belum
3. Proses pembelajaran terutama dalam pemilihan metode maupun model
pembelajaran yang digunakan guru masih berpusat kepada guru itu
sendiri yaitu ceramah, resitasi, dan tanya jawab sehingga proses
pembelajaran menjadi kurang aktif, efektif, dan inovatif sehingga
berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
C. Batasan Masalah
Agar penelitian ini tidak menyimpang dari pokok permasalahan maka
peneliti membatasi masalah sebagai berikut :
1. Penggunaan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning
(CTL) pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pada materi
membiasakan akhlak terpuji semester ganjil.
2. Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 1 Metro kelas VII.5 tahun ajaran
2016/2017 semester ganjil.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam
penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut :
Apakah pembelajaran dengan menggunakan model Contextual
Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik
pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pada semester ganjil tahun
pelajaran 2016/2017?.
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui dan menganalisis efektivitas model Contextual
Teaching and Learning (CTL) dalam meningkatkan hasil belajar pada
mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 1 Metro semester
ganjil tahun ajaran 2016/2017.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diambil dari penulisan penelitian ini
adalah sebagai berikut :
Dengan menggunakan model Contextual Teaching and Learning
(CTL) ini sebagai salah satu alternatif untuk menggunakan dalam metode
pembelajaran yang dilakukan dalam kelas khususnya pada mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam. Bagi peserta didik, melalui model CTL ini
diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik serta untuk
memberikan cara belajar yang baru sehingga siswa lebih tertarik dalam
memahami materi melalui usahanya sendiripada mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam.
F. Penelitian Relevan
Penelitian relevan bertujuan untuk menjelaskan posisi, perbedaan
ataupun memperkuat hasil penelitian ini dengan penelitian yang telah ada.
Berikut adalah hasil penelitian yang lalu yang terkait dengan judul yang
penulis ambil, diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh Tujino yang berjudul
“Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Metode Contectual Teaching and Learning (CTL) Mata Pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) Kelas V MI Jamiatul Hidayah Jepara Lampung
Timur Tahun Pelajaran 2013/2014”.
Dalam penelitian ini tehnik pengumpulan data yang digunakan
adalah metode observasi, tes hasil belajar, dan dokumentasi. Analisis
yang digunakan peneliti adalah lembar pengamatan aktivitas siswa, tes
hasil belajar, dan lembar pengamatan aktivitas guru. Dari hasil analisa
dapat diketahui bahwa hasil aktivitas siswa meningkat secara
keseluruhan 5,8% dari 75,4% pada siklus I menjadi 81,2% pada siklus II.
kemudian pada hasil belajar meningkat 37% dari 45% pada siklus I
menjadi 82% pada siklus II dan aktivitas guru meningkat 18% dari 71%
pada siklus I menjadi 89% pada siklus II.2
Dari data tersebut maka dapat diketahui bahwa dengan
menggunakan metode Contectual Teaching and Learning (CTL) dapat
meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) siswa.
2. Penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh Darmawansyah yang berjudul “Upaya Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Dengan Menggunakan Metode Contectual Teaching and Learning (CTL) Mata
Pelajaran IPS Kelas IV MI Al-Hidayah Rejomulyo Pasir Sakti Lampung
Timur Tahun Pelajaran 2012/2013”.
Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus pembelajaran dengan 6
kali pertemuan. Metode pengumpulan data dengan menggunakan tes
2
. Tujino, ”Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Metode Contectual
Teaching and Learning (CTL) Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Kelas V MI Jamiatul Hidayah jepara lampung timur Tahun Pelajaran 2013/2014”, STAIN Metro, 2014.
bentuk essay, untuk melihat motivasi siswa digunakan lembar observasi
berupa chek lish pada setiap pembelajaran.
Hasil penelitian menggunakan model pembelajaran CTL dapat
meningkatkan motivasi siswa. Data observasi diperoleh bahwa rata-rata
motivasi siswa secara keseluruhan meningkat dari siklus I dan siklus II
yaitu dari 60% menjadi 83% terjadi peningkatan sebanyak 23%
(meningkat).
Dan begitu juga dengan hasil belajar siswa meningkat dengan
melihat dari hasil tes akhir siklus I ke siklus II yaitu dari 30,00% menjadi
90% terjadi peningkatan sebesar 60,00% (meningkat).3
Dari penelitian relevan yang peneliti ambil sebagai perbandingan
dapat dijelaskan bahwa penelitian yang dilakukan oleh tujino ini
menggunakan dua variabel yaitu variabel terikat dan variabel bebas
namun yang membedakan dari penelitian yang akan peneliti lakukan
adalah dari sasaran yaitu Kelas V di MI Jamiatul Hidayah jepara
lampung timur mata pelajaran yaitu Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) tahun
pelajaran 2013/2014 demikian juga dengan hasil penelitian diakhir
penelitian skripsi ini. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh
Darmawansyah yaitu yang membedakan penelitian ini adalah
menggunakan tiga variabel selain variabel bebasnya itu adalah CTL
penelitian ini menggunakan variabel terikat dua yaitu motivasi dan hasil
3 . Darmawansyah, ”Upaya Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Dengan
Menggunakan Metode Contectual Teaching and Learning (CTL) Mata Pelajaran IPS Kelas IV MI Al-Hidayah Rejomulyo Pasir Sakti Lampung Timur Tahun Pelajaran 2012/2013”, STAIN Metro, 2013.
belajar. Selain itu juga dengan sasaranya yaitu Pelajaran IPS Kelas IV
MI Al-Hidayah Rejomulyo Pasir Sakti Lampung Timur Tahun Pelajaran
2012/2013. Sedangkan penelitian yang peneliti lakukan menggunakan
dua variabel juga namun yang membedakan adalah sasarannya yaitu
kelas VII mata pelajaran Pendidikan Agama Islam tahun pelajaran
2015/2016 tentunya juga dengan hasil penelitiannya nanti setelah
13 BAB II
LANDASAN TEORI
A. Hasil Belajar
1. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan kemampuan siswa untuk memahami dan
menelaah konsep yang diberikan oleh pendidik, hal itu dapat diukur
dengan melihat hasil kerja siswa pada saat tes pada mata pelajaran yang
bersangkutan. Pembelajaran dikatakan berhasil jika pengetahuan siswa
bertambah dari hasil sebelumnya.
Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar
dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan
kegiatan penilaian hasil belajar. Dari peserta didik, hasil belajar
merupakan berakhirnya pangkal dan puncak proses pembelajaran. Pada
bagian lain, hasil belajar merupakan peningkatan kemampuan mental
peserta didik.
Menurut Bloom (Suprijono,2002: 6), hasil belajar mencakup
kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik.
a. Domain Kognitif Mencakup:
1) Knowledge (pengetahuan, ingatan);
2) Comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh); 3) Application (menerapakan);
4) Analysis (mengurangi, menentukan hubungan);
5) Synthesis(mengorganisasikan,merancangkan,membentuk bangun baru);
6) Evaluating (menilai). b. Domain Afektif Mencangkup:
1) Receiving (sikap menerima); 2) Responding (memberikan respons); 3) Valuing (nilai);
4) Organization (organisasi); 5) Caracterization (karakterisasi). c. Domain Psikomotor Mencangkup:
1) Keterampilan produktif; 2) Keterampilan tehnik; 3) Keterampilan fisik; 4) Keterampilan sosial; 5) Keterampilan manajerial; 6) Keterampilan intelektual.4
Hasil belajar merupakan perubahan perilaku secara keseluruhan
bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Hasil belajar
mengacu pada segala sesuatu yang menjadi milik siswa sebagai akibat
dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Dari pengertian diatas dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan perubahan yang dialami oleh
seseorang setelah mengalami kegiatan atau pengalaman belajarnya.
Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan siswa, diperlukan tes yang
akan dinyatakan dalam bentuk angka atau nilai. Hasil belajar sangat
tergantung dari proses pembelajaran yang dilalui oleh siswa.
2. Kriteria Hasil Belajar
Untuk menyatakan bahwa suatu proses pembelajaran dapat
dikatakan berhasil, setiap guru memiliki pandangan masing-masing
sejalan dengan filsafatnya. Namun, untuk menyamakan persepsi
sebaiknya kita berpedoman kepada kurikulum yang berlaku saat ini yang
telah disempurnakan, antara lain bahwa “ suatu proses belajar tentang suatu bahan pengajaran dinyatakan berhasil apabila tujuan instruksional
khusus (TIK)-nya dapat tercapai”.
4
. Muhammad Thobroni dan Arif Mustofa,Belajar Dan Pembelajaran”Pengembangan
Wacana Dan Praktek Pembelajaran Dalam Pembangunan Nasional”, (Jogjakarta: Ar-Ruzz
Untuk mengetahui tercapai atau tidaknya TIK, guru perlu
mengadakan tes formatif setiap selesai menyajikan suatu bahasan kepada
siswa. Penilaian formatif ini untuk mengetahui sejauh mana siswa telah
menguasai tujuan instruksional khusus (TIK) yang ingin dicapai. Fungsi
penilaian ini adalah untuk memberikan umpan balik kepada guru dalam
rangka memperbaiki proses pembelajaran dalam melaksanakan program
remedial bagi siswa yang belum berhasil.
Kreteria yang menjadi petunjuk bahwa suatu proses pembelajaran
dianggap berhasil adalah hal-hal sebagai berikut:
a. Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai
prestasi tinggi baik secara individual maupun secara kelompok.
b. Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran/instruksional
khusus (TIK) telah tercapai oleh siswa, baik secara individual
maupun kelompok.
c. Perubahan yang bersifat kontinu (berkesinambungan), perubahan
tingkah laku sebagai hasil pembelajaran akan berkesinambungan,
artinya suatu perubahan yang telah terjadi menyebabkan terjadinya
perubahan tingkah laku yang lain, misalnya seorang anak yang telah
belajar membaca, ia akan berubah tingkah lakunya dari tidak dapat
membaca menjadi dapat membaca. Kecakapannya dalam membaca
menyebabkan ia dapat membaca lebih baik lagi dan dapat belajar
yang lain, sehingga ia dapat memperoleh perubahan tingkah laku
d. Perubahan yang bersifat fungsional, artinya perubahan yang telah
diperoleh sebagai hasil pembelajaran memberikan manfaat bagi
individu yang bersangkutan, misalnya kecakapan dalam berbicara
bahasa Inggris memberikan manfaat untuk belajar hal-hal yang lebih
luas.
e. Perubahan yang bersifat positif, artinya terjadi adanya pertambahan
perubahan dalam individu. Perubahan yang diperoleh itu senantiasa
bertambah sehingga berbeda dengan keadaan sebelumnya. Orang
yang telah belajar akan merasakan ada sesuatu yang lebih banyak,
sesuatu yang lebih baik, sesuatu yang lebih luas dalam dirinya.
Misalnya ilmunya menjadi lebih banyak, prestasinya meningkat,
kecakapannya menjadi lebih baik,dsb.
f. Perubahan yang bersifat permanen (menetap), artinya perubahan
yang terjadi sebagai hasil pembelajaran akan berada secara kekal
dalam diri individu, setidak-tidaknya untuk masa tertentu. Ini berarti
bahwa perubahan yang bersifat sementara seperti sakit, keluar air
mata karena menangis, berkeringat, mabuk, bersin adalah bukan
perubahan sebagai hasil belajar karena bersifat sementara saja.
Sedangkan kecakapan kemahiran menulis misalnya adalah
perubahan hasil pembelajaran karena bersifat menetap dan
berkembang terus.5
5
. Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, ( Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010), Cetakan Ke 4 hal. 105-106
Untuk mengukur dan mengevaluasi tingkat keberhasilan belajar
dapat dilakukan melalui tes prestasi belajar berdasarkan tujuan dan ruang
lingkupnya sebagai berikut:
a. Tes Formatif
Penilaian ini digunakan untuk mengukur satu atau beberapa
pokok bahasan tertentu dan bertujuan untuk memperoleh gambaran
tentang daya serap siswa terhadap pokok bahasan tersebut.
b. Tes Subsumatif
Tes ini meliputi sejumlah bahan pengajaran tertentu yang
diajarakan dalam waktu tertentu. Tujuannya adalah untuk
memperoleh gambaran daya serap siswa untuk meningkatkan tingkat
prstasi belajar siswa.
c. Tes Sumatif
Tes ini diadakan untuk mengukur daya serap siswa terhadap
bahan pokok-pokok yang telah diajarkan selama satu semester, satu
atau dua tahun pelajaran. Tujuannya adalah untuk menetapkan
tingkat keberhasilan belajar siswa dalam suatu periode tertentu.
Setiap proses belajar mengajar selalu menghasilkan hasil belajar.
Masalah yang dihadapi adalah sampai di tingkat mana prestasi belajar
yang telah dcapai. Sehubungan dengan hal inilah keberhasilan proses
mengajar itu dibagi atas beberapa tingkatan atau taraf yaitu sebagai
a. Istimewa/maksial yaitu apabila seluruh bahan pelajaran yang
diajarkan itu dapat dikuasai oleh siswa.
b. Baik sekali/optimal yaitu apabila sebagian besar (76% s.d 99%)
bahan yang diajarkan dapat dikuasai oleh siswa.
c. Baik/minimal yaitu apabila bahan pelajaran yang diajarkan hanya
(60% s.d 75%) yang dikuasai oleh siswa.
d. Kurang yaitu apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari
60% dikuasai oleh siswa.6
Dengan melihat data yang terdapat dalam format daya serap siswa
dalam pelajaran dan presentase keberhasilan siswa dalam mencapai
tujuan instruksional khusus (TIK) tersebut, dapat diketahui keberhasilan
proses pembelajaran yang telah dilakukan oleh siswa dan guru.
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Guru harus memperhatikan beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi secara langsung maupun tidak langsung terhadap hasil
belajar, antra lain:
a. Faktor peserta didik yang meliputi kapasitas dasar, bakat khusus, motivasi, minat, kematangan, dan kesiapan, sikap dan kebiasaan, dan lain-lain.
b. Faktor sarana dan prasarana, baik yang terkait dengan kualitas, kelengkapan maupun penggunaannya, seperti guru, metode dan teknik, media, bahan dan sumber belajar, program, dan lain-lain. c. Faktor lingkungan, baik fisik, social maupun kultur, dimana kegiatan
pembelajaran dilakukan. Kultur masyarakat setepat, hubungan antarinsani masyarakat setempat, kondisi fisik lingkungan, hubungan peserta didik dengan keluarga merupakan kondisi lingungan yang akan memengaruhi proses dan hasil belajar untuk pencapaian tujuan pembelajaran.
6
d. Faktor hasil belalar yang merujuk pada rumusan normatif harus menjadi milik peserta didik setelah melaksanakan proses pembelajaran. Hasil belajar ini perlu dijabarkan dalam rumusan yang lebih operasional, baik yang menggambarkan aspek kognitif, efektif maupun psikomotor sehingga mudah untuk melakukan evaluasi.7
Faktor-faktor di atas saling berkaitan dan mempengaruhi satu
sama lain. Dalam hal ini seorang guru yang kompeten dan profesional
diharapkan mampu mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan muncul
yang menunjukan gejala kegagalan dengan berusaha mengetahui dan
mengatasi faktor yang menghambat proses pembelajaran.
B. Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
“Pendidikan Agama Islam adalah usaha untuk memperkuat iman dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan ajaran
islam, bersikap inklusif, rasional dan filosofis dalam rangka menghormati
orang lain dalam hubungan kerukunan dan kerja sama antar umat
beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional
(Undang-undang No.2 Tahun 1989)”.8 Dalam Pendidikan Agama Islam
ini seorang pendidik diharapkan dapat mentransfer atau menanamkan
suatu pemahaman dan ilmu tentang ketauhidan baik dari keyakinan
terhadap kebesaran Allah maupun para malaikat dan para nabi.
Begitupun di lingkungan yaitu norma-norma dalam umat beragama dan
dimasyarakat. Dalam pemilihan materi pada mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam ini adalah membiasakan akhlak terpuji. Sebagai mana
7. Muhammad Thobroni dan Arif Mustofa.,belajar dan pembelajaran, h. 26 8
. Aminuddin, Aliaras Wahid dan Moh. Rofiq, Membangun Karakter Dan Kebribadian
diketahui bahwa akhlak adalah tingkah laku dan tingkah laku itu adalah
perbuatan dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu cara apa yang tepat
untuk mendukung guru dalam menyampaikan materi pelajaran agar
siswa lebih memahami apa yang guru sampaikan yaitu dengan model
atau metode pembelajaran menggunakan CTL ini yang intinya
mengaitkan antara materi dengan kehidupan siswa dalam masyarakat
maupun lingkungan sekolah. Cara ini dianggap cocok untuk membantu
guru dalam proses pembelajaran.
2. Dasar Pendidikan Agama Islam
Dasar Pendidikan Agama Islam bersumber dari Quran dan
Al-Hadist. Al-Qur’an adalah firman Allah SWT yang diwahyukan kepada
Nabi Muhammad SAW melalui perantara malaikat jibril dan didalamnya
terkandung ajaran yang benar dan sebagai sumber yang benar. Dengan
kebenaran tersebut maka Pendidikan Agama Islam bersumber dari
Al-Qur’an sebagai firman Allah :
Artinya : “Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu
penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran “.(QS. Shaad : 29). 9
Dari penjelasan ayat dapat dipahami bahwa Al-Qur’an diturunkan
kepada umat manusia untuk memberi petunjuk kepada jalan hidup yang
lurus dalam arti memberikan bimbingan dan petunjuk kearah yang
9. Departemen Agama RI, Al- Qur’an Dan Terjemahan, (Bandung: CV. Diponegoro,
diridhoi oleh Allah SWT. Berdasarkan keterangan tersebut diatas jelas
bahwa dasar Pendidikan Agama Islam adalah Al-Qur’an dan hadis. Oleh
karena itu dengan berpegang teguh kepada kalam ilahi dan sunah rosul
dalam segala aktivitas manusia, terutama dalam hal pendidikan maka
pendidikan akan berjalan sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh umat
islam itu sendiri.
3. Aspek-Aspek Pendidikan Agama Islam
Dalam Pendidikan Agama Islam sangat diperlukan adanya
keikutsertaan pendidik dalam membentuk sikap ataupun akhlak siswa
karena siswa tidak dapat belajar sendiri kecuali jika diarahkan, di bina
dan di bimbing dari segala aspeknya. Aspek-aspek Pendidikan Agama
Islam meliputi: “aspek aqidah, aspek ibadah, aspek akhlak dan aspek
sosial masyarakat”.10
a. Aspek Aqidah
Seorang pendidik hendaknya berusaha untuk memberikan
perhatian terhadap aqidah siswa dan mengajarkannya kalimat
sehingga ia akan tumbuh di atas aqidah islamiah yang benar. Cara
menanamkan keyakinan ini bukanlah dengan mengajarkan
ketrampilan berdebatan dan berargumentasi akan tetapi caranya
adalah dengan membaca Al-qur’an dan tafsirnya, membaca hadis
dan makna-maknanya serta dengan tugas-tugas ibadah yang lain.
Dengan demikian kepercayaan dan keyakinan akan terus bertambah
10. Zakiah Darajat, Metodologi Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,
kokoh sejalan dengan semakin seringnya dalil-dalil Al-qur’an yang
didengar olehnya dan juga sesuai dengan berbagai faidah yang biasa
ia ambil darinya.
Para rasul dan para nabi selalu memberikan perhatian yang
besar terhadap keselamatan aqidah para siswa mereka dalam firman
Allah SWT :
Artinya : Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada
anaknya, demikian pula Ya'qub. (Ibrahim berkata): "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam".(QS.Al-Baqoroh:132) 11
Dalam mendidik aqidah dari pendidik yang akan diberikan
kepada siswa diantaranya adalah mengajarkan siswa untuk mencintai
Allah, menanamkan kecintaan terhadap nabi, dan mengajarkan
Al-qur’an.
b. Aspek Ibadah
Ibadah merupakan mengetahui ketentuan-ketentuan hukum
yang berkaitan dengan penghambatan seorang muslim kepada Allah
sebagai tuhannya. Sebagai hasil penelaah yang mendalam terhadap
dalil yang terdapat dalam Al-qur’an dan sunnah. Ibadah dalam arti
luas mencangkup berbagai kegiatan dan perbuatan yang dilakukan
untuk memenuhi berbagai kepentingan kehidupan dunia, yang
disertai mencari ridho Allah serta dijalankan dengan memperhatikan
norma-norma keagamaan. Ibadah dalam arti khusus adalah “suatu
upacara pengabdian yang sudah digariskan oleh syariat islam, baik
bentuknya, caranya, waktunya serta syarat dan rukunnya seperti
sholat, puasa, zakat, haji dan sebagainya. 12
c. Aspek Akhlak
Secara moralitas membaguskan akhlak merupakan salah satu
usaha untuk membentuk akhlak mulia anak agar baik dan mulia,
memiliki pribadi bermoral, berbudi pekerti yang baik. Berarti cara
tersebut sangat baik untuk mendidik akhlak siswa. Dalam proses ini
dijelaskan bahwa pembinaan akhlak merupakan panutan bagi umat
manusia untuk memiliki akhlak dan kepribadian baik yang
ditunjukkan oleh Al-qur’an dan Hadist nabi Muhammad SAW.
Pembinaan, pendidikan dan penanaman nilai-nilai Akhlakul karimah
sangat tepat bagi siswa agar didalam perkembangan akhlaknya tidak
mengalami hambatan dan penyimpangan kearah negatif.
Dengan demikian mereka akan menerima aqidah Al-qur’an
dan kemudian tumbuh dan berkembang diatas kecintaan kepada
Allah dan rosulnya dan mempunyai keterkaitan erat dengannya.
Selanjutnya mereka akan menjauhi diri sendiri dari rasa malu yang
tidak pada tempatnya. Ia akan menerima dan memberikan dengan
tatakerama yang santun dan juga melakukan interaksi social dengan
baik. Dalam pendidikan akhlak dari seorang pendidik yang akan
diberikan kepada siswa meliputi adab menghargai dan menghormati
orang lain. Menghormati dan menghargai orang lain adalah
perbuatan yang mulia. Dalam kehidupan sehari hari kita
menghormati dan menghargai yang lebih tua baik dalam perbuatan,
perkataan, dan seluruh tingkah laku yang terjadi di lingkungan
keluarga, sekolah dan masyarakat.
d. Aspek Sosial Kemasyarakatan
Tujuan dari pendidikan sosial kemasyarakatan siswa adalah
agar siswa dapat beradaptasi dengan lingkungan masyarakat, dengan
orang-orang yang lebih dewasa atau dengan dewan guru bahkan
dengan teman-teman sebayanya agar mendapat peran positif.
Demikian juga terhindar dari sifat memikirkan diri sendiri dari rasa
malu tidak pada tempatnya.
4. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam harus mampu menciptakan manusia
yang berilmu pengetahuan tinggi. Dimana iman dan taqwanya menjadi
pengendali dalam penerapan atau pengamalannya dalam masyarakat.
Dengan demikian derajat dan martabat dari pribadinya selaku hamba
Allah tidak akan rendah dan tidak akan membahayakan umat islam
lainnya.
Tujuan Pendidikan Agama Islam yaitu “perwujudan dan pengabdian yang optimal kepada Allah SWT, untuk dapat melaksanakan
pengabdian tersebut harus dibina seluruh potensi yang dimilikinya yaitu
potensi spiritual, perasaan, kepekaan, dan sebagainya”. 13
Sedangkan Tujuan Pendidikan Agama Islam disekolah adalah
meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan
peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim
yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia
dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta
untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi.
Tuntunan Islam kepada para pendidik terlihat di dalam misi
Agama yang diturunkan oleh Allah dalam Al-qur’an surat :
Artinya: “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk
(menjadi) rahmat bagi semesta alam”. (QS. Al-Anbiyaa : 107 ).14
Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu pelajaran yang
sangat penting untuk dipelajari oleh siswa karena pada mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam ini didalamnya terdapat ajaran-ajaran yang
berfungsi untuk mengenalkan tentang ajaran Islam berupa ketauhidan
dan norma-norma dalam agama Islam serta berprilaku sopan, santun, dan
berbudi pekerti yang baik yang berpedoman kepada Qur’an dan
Al-Hadits dalam kehidupan siswa sehari-hari.
Tabel 2
13. Abudinnata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), h. 51. 14. Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahan., h. 508.
Silabus Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas VII SMP Negeri 1 Metro15
C. Model Contextu
al Teaching and Learning (CTL)
1. Pengertian Model Contextual Teaching and Learning (CTL)
Pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and learning
(CTL) merupakan suatu konsepsi yang membantu guru mengaitkan mata
pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat
hubungan antara pengetahuan dan penerapan dalam kehidupan mereka
sebagai anggota keluarga,masyarakat , dan warga negara.
Pembelajaran kontekstual adalah pengajaran yang memungkinkan
siswa-siswa TK (taman kanak-kanak) sampai dengan SMU (sekolah
menengah umum) untuk menguatkan, memperluas, dan menerapkan
pengetahuan dan keterampilan akademik mereka dalam berbagai macam
tatanan dalam sekolah dan diluar sekolah agar dapat memecahkan
masalah-masalah dunia nyata atau masalah-masalah yang disimulasikan. “Pembelajaran kontekstual terjadi apabila siswa menerapkan dan
15. Sumber: Silabus Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas VII SMP Negeri 1
Metro.
Semester Standar Kompetensi
Ganjil 1. Memahami kalimat aoyibah (takbi dan tahmid), asmaul husna
2. Beriman kepada hari akhir (kiamat) 3. Membiasakan akhlak terpuji
4. Menghindari akhlak tercela
Genap 5. Memahami kalimat tayibah (tarji’) dan asmaul husna
6. Membiasakan akhlak terpuji 7. Menghindari akhlak tercela
mengalami apa yang sedang diajarkan dengan mengacu pada
masalah-masalah dunia nyata yang berhubungan dengan peran dan tanggung
jawab mereka sebagai anggota keluarga, warga negara, siswa, dan tenaga
kerja ( University of washington, 2001)”.16
Model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan metode pembelajaran yang memicu peran anak sebagai siswa yang aktif dan mandiri dalam pembelajaran di kelas, dimana siswa dituntut untuk mencari sendiri pengetahuan melalui pengalamannya kontak pemelajaran yang dihadapi.kontekstual adalah usaha untuk membuat siswa aktif dalam memompa kemampuan diri tanpa merugi dari segi manfaat, sebab siswa berusaha mempelajari konsep sekaligus menerapkan dan mengaitkannya dengan dunia nyata.17 “Contectual
teaching and learning (CTL) adalah suatu strategi pembelajaran yang
menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka”.18
Dari beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah konsep
belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan
dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya
dalam kehidupan mereka serta pembelajaran yang menekankan siswa
untuk secara langsung dan berperan penuh dalam menemukan materi
yang dipelajarinya melalui pengalaman kehidupanya sendiri.
16
. Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Novatif-Progresif: Konsep, Landasan, Dan
Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2010), h. 104
17 . Rusman, Model-Model Pemelajaran,(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), h.
187.
18. Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Strandar Proses Pendidikan,(Jakarta: Kencana, 2009), h. 255.
2. Konsep Belajar Dalam Konteks Contextual Teaching and Learning (CTL).
Menurut Wina Sanjaya, ada beberapa teori belajar dalam konteks
CTL antara lain adalah :
a. Belajar bukanlah menghafal, akan tetapi proses mengkonstruksi pengetahuan susuai dengan pengalaman yang mereka miliki;
b. Belajar adalah proses pemecahan masalah, sebab dengan pemecahan masalah anak akan berkembang secara utuh yang bukan hanya perkembangan intelektual akan tetapi mental dan emosi;
c. Belajar adalah proses pengalaman sendiri yang berkembang secara bertahap dari yang sederhana menuju yang kompleks;
d. Belajar pada hakikatnya adalah menangkap pengetahuan dari kenyataan. Oleh karna itu, pengetahuan yang diperoleh yaitu pengetahuan yang memiliki makna untuk kehidupan anak (real
world learning).19
Teori diatas dapat didukung oleh teori Trianto tentang strategi
pembelajaran kontekstual. Kurikulum dan instruksi yang Berdasarkan
yang berdasarkan strategi pembelajaran kontekstual haruslah dirancang
untuk membentuk 5 (lima) dasar dari pembelajaran :
a. menghubungkan (relating) adalah belajar dalam suatu konteks sebuah pengalaman hidup yang nyata atau awal sebelum pengetahuan itu di peroleh siswa;
b. mencoba (experiencing) yaitu pada bagian ini guru harus dapat memberikan kegiatan kepada siswa sehingga dari kegiatan yang dilakukan siswa tersebut dapat membangun pengetahuannya;
c. mengaplikasi (applying) yaitu belajar dengan menerapkan konsep. Dengan konsep-konsep yang diterapkan maka siswa dapat mengaplikasikan dengan cara guru memberikan aktivitas kepada siswa melalui masalah sehingga guru juga dapat memberikan motivasi siswa agar dapat memahami konsep dengan cara memberikan latihan yang realitas dan relevan;
d. bekerja sama ( cooperating) yaitu belajar dalam konteks saling berbagi, merespons, dan berkomunikasi dengan pelajar lainnya; e. proses transfer ilmu (transferring) adalah strategi mengajar yang kita
definisikan sebagai menggunakan pengetahuan dalam sebuah
konteks baru atau situasi baru suatu hal yang belum teratasi/diselesaikan dalam kelas.20
Dari teori-teori diatas dapat di jelaskan bahwa pembelajaran
dengan model CTL ini dapat membuat siswa untuk bisa memecahkan
masalah dan memberi pengetahuan baru baik dalam kelompok maupun
individu sehingga pembelajaran tidak hanya berpusat pada guru saja
namun siswa juga berperan aktif dalam proses belajarnya. Serta
pengetahuan-pengetahuan baru yang siswa dapatkan pada saat
pemecahan masalah saat proses belajar dapat membentuk dan
mengembangkan emosional dan mental siswa dalam kehidupan
kesahariannya.
3. Komponen Utama Pembelajaran Kontekstual
Ada tujuh komponen utama pembelajaran yang mendasari
penerapan pembelajaran kontekstual di kelas, yaitu sebagai berikut : a. Konstruktivisme (constructivism)
Pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta, konsep atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat;
b. Menemukan (Inqury)
Menemukan, merupakan kegiatan inti dari CTL, melalui upaya menemukan akan memberikan penegasan bahwa pengetahuan dan keterampilan serta kemampuan-kemampuan lain yang diperlukan bukan merupakan hasil dari mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi merupakan hasil menemukan sendiri;
c. Bertanya (Questioning)
Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu bermula dari bertanya. Oleh karena itu, bertanya merupakan strategi utama dalam CTL; d. Masyarakat Belajar (Learning Community)
Membiasakan siswa untuk melakukan kerja sama dan memanfaatkan sumber belajar dari teman-teman belajarnya. Seperti yang disarankan
dalam learning community, bahwa hasil pembelajaran diperoleh dari kerja sama dengan orang lain melalui berbagai pengalaman
(sharing). Melalui sharing ini anak dibiasakan untuk saling memberi
dan menerima, sifat ketergantungan yang positif dalam learning
community dikembangkan;
e. Pemodelan (Modelling)
Pembuatan model dapat dijadikan alternatif untuk mengembangkan pembelajaran agar siswa secara menyeluruh, dan membantu mengatasi keterbatasan yang dimiliki oleh para guru;
f. Refleksi (Reflection)
Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru terjadi atau baru saja dipelajari. Dengan kata lain refleksi adalah berpikir kebelakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan dimasa lalu, siswa mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya;
g. Penilaian Sebenarnya ( Authentic Assessment)
Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data dan informasi yang bisa memberikan gambaran atau petunjuk terhaddap pengalaman belajar siswa.21
Dan inti dari pembelajaran dengan menggunakan model
Contextual Teaching and Learning (CTL) yaitu terjadi transfer belajar
dimana siswa belajar dari mengalami sendiri bukan dari pemberian orang
lain keterampilan dan pengetahuan semakin diperluas serta penting bagi
siswa untuk mengetahui gunanya siswa tersebut belajar.
4. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)
Secara garis besar langkah-langkah penerapan CTL dalam kelas
sebagai berikut :
a. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksikan sendiri pengetahuan dan ketrampilan barunya; b. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan ingkuiri untuk semua topik;
21
. Kunandar,Guru Profesional” Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) Dan Sukses Dala Sertifikasi Guru”,(Jakarta: Rajawali Pers, 2011), Cetakan Ke-7 h.
c. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan cara bertanya;
d. Ciptakan masyarakat belajar ( belajar dalam kelompok-kelompok); e. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran;
f. Lakukan refleksi diakhir pertemuan;
g. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.22
Pendapat di atas di dukung oleh teori Wina Sanjaya tentang
tahap-tahap model pembelajaran CTL yang dijelaskan terdiri dari:
a. Pendahuluan
1) Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai serta manfaat dari proses pembelajaran dan pentingnya materi pelajaran yang akan dipelajari;
2) Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkontruksi sendiri pegetahuan dan keterampilan barunya; 3) Guru menjelaskan prosedur pembelajaran CTL.
a) Siswa dibagi dalam masyarakat belajar sesuai dengan jumlah siswa;
b) Tiap kelompok ditugaskan untuk melakukan diskusi, misalnya tentang macam-macam akhlak terpuji;
c) Kembangkan sifat siswa ingin tahu siswa dengan bertanya. b. Inti
1) Bangun konsep tentang membiasakan akhlak terpuji.
a) Menemukan atau tahu tentang membiasakan akhlak terpuji; b) Dengan memberikan contoh akhlak terpuji sebagai bahan
pembelajaran;
c) Siswa mencatat hal-hal yang mereka temukan;
d) Siswa mendiskusikan hasil temuan mereka sesuai dengan kelompoknya masing-masing;
e) Siswa melaporkan hasil diskusi. c. Penutup
1) Guru bersama-sama dengan siswa melakukan refleksi terhadap proses belajar yang telah dilaksanakan;
2) Authentik assessment (lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara). 23
Dari langkah-langkah dan tahap-tahap model pembelajaran CTL
diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menekankan kepada
kemampuan pemahaman siswa mengalami secara langsung dalam
22
. Trianto, Mendesain Model., h. 110
23
kehidupan nyata. siswa dituntut agar dapat mengembangkan pengetahuan
dan pemahamannya dalam proses pembelajaran dalam artian “siswa yang
terlibat aktif” dan tugas guru sebagai pembimbing serta mengarahkan pada saat pembelajaran sehingga dapat membuat suasana kelas menjadi
hidup dan berkarakter.
5. Prisip-Prinsip Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)
Elaine B. Johnson (2002), menyimpulkan bahwa dalam
pembelajaran kontekstual ada beberapa prinsip utama, yaitu: saling
ketergantungan, deferensiasi, dan pengorganisasian diri.
a. Prinsip saling ketergantungan ( interdependence)
Saling berhubungan ini bukan hanya sebatas memberikan dukungan, kemudahan, tetapi juga memberikan makna, sebab makna hanya karena ada karena adanya hubungan yang berarti. Pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran yang menekankan hubungan antara bahan ajar dengan bahan lainnya, antara bahan yang bersifat konsep dengan penerapan dalam kehidupan, antara teori dan praktek, antara kegiatan belajar dengan kegiatan lainnya, antara kegiatan siswa dengan kegiatan siswa lainnya.
b. Prinsip deferensiasi (deferentiation)
Apabila para pendidik memiliki keyakinan yang sama dengan para ilmuwan modern bahwa prinsip deferensiasi yang dinamis ini bukan hanya berlaku dan berpengaruh pada alam semesta, tetapi juga dalam sistem pendidikan. Para pendidik juga dituntut untuk mendidik, mengajar, melatih, membimbing sejalan dengan prinsip deferensiasi dan harmoni dalam alam semesta ini. Proses pendidikan dan pembelajaran hendaknya dilaksanakan dengan menekankan kreativitas, keunikan, variasi, dan kolaborasi. Konsep-konsep tersebut, dapat dilakukan dalam pembelajaran kontekstual yang berpusat pada siswa yaitu menekankan aktifitas dan kreativitas siswa. Siswa berkolaborasi dengan teman-temannya untuk melakukan pengamatan, menghimpun dan mencatat fakta dan informasi, menemukan prinsip-prinsip dan menyelesaikan masalah. c. Prinsip pengorganisasian diri (self organization)