• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORITIS, DAN KERANGKA BERPIKIR

D. Hasil Belajar Siswa

Hasil merupakan sesuatu yang diadakan oleh usaha.67 Berarti hasil adalah suatu istilah yang untuk menunjukkan suatu pencapaian seseorang setelah melakukan sebuah usaha. Jika kita kaitkan dengan proses belajar, berarti merujuk kepada suatu pencapaian seseorang dalam waktu tertentu pada proses belajar mengajar. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia menerima pengalaman belajar.68

Dari uraian di atas, dapat dipahami bahwa hasil belajar merupakan kemampuan dan pengalaman yang didapat siswa setelah melalui proses belajar mengajar.

Hasil belajar memiliki cakupan yang begitu luas, namun cakupan yang ada tersebut dibagi kedalam tiga kelompok besar. Sebagaimana Benyamin S Bloom membaginya kedalam tiga ranah yang biasa disebut dengan Taksonomi Bloom, ketiga (kawasan) ranah tersebut yaitu: ranah kognitif, ranah afektif, ranah psikomotor. Berikut ini merupakan Taksonomi Bloom yang telah direvisi oleh Anderson dan Kratwohl:

1. Ranah Kognitif

Hasil belajar ranah kognitif terdiri dari enam aspek, yakni mengingat (remember), memahami (understand), mengaplikasikan (apply), menganalisis

67

Kamus Besar Bahasa Indonesia/ Tim penyusun Kamus Pusat Bahasa, Ed. 4. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 486.

68

Masnur Muslich, Authentic Assesment: Penilaian Berbasis Kelas dan Kompetensi, Op. Cit., h. 38.

(analyze), mengevaluasi (evaluate), dan mencipta (create). Keenam ranah tersebut sebagai berikut:69

a. Mengingat (Remember)/ C1

Remembering involves retrieving relevant knowledge from long-term memory. The two associated cognitive processes are regognizing and recalling.

Mengingat merupakan usaha mendapatkan kembali pengetahuan dari ingatan yang telah lampau, baik yang baru maupun yang sudah lama didapatkan.

Mengingat meliputi mengenali dan memanggil kembali.

b. Memahami (Understand)/C2

Student are said to understand when they are able to contruct meaning from instructional messages, including oral, written, and graphic communication.

Seorang siswa dikatakan memahami saat mereka dapat membangun sebuah pengertian dari berbagai sumber seperti pesan, termasuk berbicara, bacaan dan komunikasi.

c. Menerapkan (Apply)/C3

Apply involves using procedures to perform exercises or solve problem. Thus, apply is closely linked with procedural knowledge.

Menerapkan menunjuk pada proses kognitif memanfaatkan atau mempergunakan suatu prosedur untuk melaksanakan percobaan atau menyelesaikan permasalahan. Menerapkan berkaitan dengan dimensi pengetahuan prosedural.

d. Menganalisis (Analyze)/C4

Analyze involves breaking material into its constituent parts and determining how the parts are related to one another and to an overall structure. This process category includes the cognitive processes of differentiating, organizing, and attributing.

Menganalisis yaitu memutuskan suatu material ke dalam unsur-unsur pokok dan menentukan bagaimana hubungan suatu unsur dengan unsur lain dan ke

69

Lorin W. Anderson, David R. Krathwohl, A Taxonomy for Learning, Teaching, and

Assesing A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives, (New York: Addison Wesley Longman, 201), h. 66 – 84.

dalam struktur umum dari suatu materi. Proses kognitif yang dilalui adalah: membedakan, mengorganisir, dan menemukan makna tersirat.

e. Mengevaluasi (Evaluate)/C5

Evaluated is defined as making judgments based on criteria and standards. The criteria most often used are quality, effectiveness, efficiency, and consistency. The category Evaluate includes the cognitive processes of cheking (judgments about the internal consistency) and critiquing (judgments based on external criteria)

Evaluasi didefinisikan sebagai memberikan keputusan (penilaian) berdasarkan kriteria dan standar yang sudah ada. Kriteria yang biasanya digunakan adalah kualitas, efektivitas, efisiensi, dan konsistensi. Kategori Evaluasi meliputi mengecek (penilaian terhadap konsistensi diri) dan mengkritisi (penilaian berdasarkan standar eksternal).

f. Mencipta (Create)

Create involves putting elements together to form a coherent or functional whole. Objectives classified as create have students make a new product by mentality reorganizing some elements or part into a pattern or structure not clearly present before. That create is associated with three cognitive processes: generating, planning, and producing.

Mencipta yaitu mengambil semua unsur pokok untuk membuat sesuatu yang memiliki fungsi atau mengorganisasikan kembali element yang ada ke dalam stuktur atau pola yang baru. proses ini meliputi : merumuskan, merencanakan/mendesain, memproduksi.

2. Ranah Afektif

Pembelajaran pada ranah afektif sangat berkaitan erat dengan sikap atau perasaan/kesadaran, seperti perasaan senang atau tidak senang, perasaan sedih atau bahagia, perasaan bangga atau malu, dan lainnya.70 Secara singkat Masnur

70

Zulfiani, Tonih Feronika, dan Kinkin Suartini, Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 67.

Muslich menyatakan bahwa ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai.71 Hasil belajar pada ranah ini nilai yang nampak terletak pada tingkah laku, sikap, nilai-nilai interes, apresiasi (penghargaan) dan penyesuaian perasaan sosial. Tingkatkan afektif ini ada lima, dari yang paling sederhana ke yang kompleks adalah sebagai berikut:72

a. Kemauan Menerima/Reciving atau Attending (A1)

Kemauan menerima merupakan kepekaan dalam menerima rangsangan (stimulasi) dari luar yang datang dari peserta didik dalam membentuk masalah, situasi, atau gejala. Yang termasuk dalam tipe ini adalah kesadaran, keinginan untuk menerima stimulus, kontrol, dan seleksi atas gejala atau rangsangan dari luar.

b. Kemauan Menanggapi/Responding (A2)

Responding atau jawaban, yaitu reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap stimulasi yang datang dari luar. Yang termasuk dalam tipe ini mancakup ketepatan reaksi, perasaan, kepuasan dalam menjawab stimulasi dari luar yang datang kepada dirinya.

c. Penilaian/Valuing (A3)

Penilaian yaitu nilai dan kepercayaan terhadap stimulasi yang datang kepadanya. Yang termasuk dalam tipe ini adalah kesediaan menerima nilai, latar belakang, atau pengalaman untuk menerima nilai, dan kesepakatan terhadap nilai tersebut.

d. Mengorganisasi/Organization (A4)

Organisasi yaitu pengembangan dari nilai ke dalam satu sistem organisasi, termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lain, pemantapan dan prioritas nilai yang telah dimilikinya. Yang termasuk ke dalam organisasi ialah konsep tentang nilai, organisasi sistem nilai, skala prioritas nilai, dan sebagainya. e. Tingkat Karakteristik/Pembentukan Pola

Yaitu keterpaduan semua sisten nilai yang telah dimiliki seseorang yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya.

71

Masnur Muslich, Authentic Assesment: Penilaian Berbasis Kelas dan Kompetensi, Op. Cit., h. 46.

72

3. Ranah Psikomotor

Hasil belajar psikomotoris menampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu.73 Kawasan psikomotor ini dibagi ke dalam enam ranah, yaitu:74

a. Persepsi (P1)

Persiapan berkenaan dengan penggunaan indra dalam melakukan kegiatan. Seperti mengenal kerusakan mesin dari suaranya yang sumbang, atau menghubungkan suara musik dengan tarian tertentu.

Dimensi dari persepsi adalah:

1) Sensori stimuli, yakni berhubungan dengan sebuah stimuli yang berkaitan dengan organ tubuh, yaitu: (1) auditori, (2) visual, (3) taktile (“ancang -ancang” untuk bertindak), (4) taste (rasa), (5) smell (bau), (6) kinestetik. 2) Seleksi isyarat yakni menetapkan bagian isyarat sehingga orang harus

merespon untuk melakukan tugas tertentu dari suatu kinerja. Pemilihan isyarat meliputi identifikasi isyarat dan mengasosiasikannya dengan tugas yang akan dilakukan.

3) Translasi yakni berhubungan dengan persepsi terhadap aksi dalam membentuk gerakan. Ini merupakan proses mental dalam menentukan arti dari isyarat yang diterima untuk melakukan aksi. Translasi meliputi translasi simbolik, yaitu memiliki image atau menjadi teringat akan sesuatu, memiliki ide, sebagai hasil dari isyarat yang diterima. Trasnlasi juga mencakup insight yang amat esensial dalam memecahkan masalah dengan mencari faktor-faktor esensial yang berhubungan dengan penyelesaian. Translasi sensori merupakan satu aspek dari level ini. Translasi sensori meliputi umpan balik, yaitu pengetahuan tentang efek dari suatu proses. Translasi merupakan bagian kontinyu dari gerakan yang sedang dilakukan

b. Kesiapan (P2)

Kesiapan merupakan perilaku yang siaga untuk kegiatan atau pengalaman tertentu. Teramsuk di dalamnya adalah kesiapan mental set (kesiapan mental),

73

Ibid,. h. 48. 74

physical set (kesiapan fisik) atau emotional set (kesiapan emosi perasaan) untuk melakukan suatu tindakan.

c. Gerakan Terbimbing (P3)

Gerakan terbimbing adalah gerakan yang berada pada tingkat mengikuti suatu model, kemudian meniru model tersebut dengan cara mencoba sampai dapat menguasai dengan benar suatu gerakan.

d. Gerakan Terbiasa (P4)

Gerakan terbiasa adalah berkenaan dengan penampilan respons yang sudah dipelajari dan sudah menjadi kebiasaan, sehingga gerakan yang ditampilkan menunjukkan suatu kemahiran. Seperti menulis halus, menari atau mengatur/menata laboratorium

e. Gerakan yang Kompleks (P5)

Gerakan yang kompleks adalah suatu gerakan yang berada pada tingkat ketrampilan yang tinggi. Gerakan itu menampilkan suatu tindakan motorik yang menuntut pola tertentu dengan tingkat kecermatan, dan atau keluwesan, serta efesiensi yang tinggi.

f. Penyesuaian dan Keaslian

Pada tingkat ini individu sudah berada pada tingkat yang terampil sehingga ia sudah dapat menyesuaikan tindakannya untuk situasi-situasi yang menuntut persyaratan tertentu. Individu sudah dapat mengembangkan tindakan/ketrampilan baru untuk memecahkan masalah-masalah tertentu.

Dokumen terkait