• Tidak ada hasil yang ditemukan

DATA DAN PEMBAHASAN

B. Hasil Penelitian

2. Hasil Belajar Siswa pada Materi Sistem Pernapasan

a. Aspek Kognitif

Berdasarkan data kognitif pada tabel 4.13 maka

perkembangan kognitif pada siklus I dan siklus II dapat di gambarkan

dalam grafik berikut ini.

Gambar 4.14 Perbandingan Nilai Kognitif Siklus I dan Siklus II

Berdasarkan grafik 4.13 hasil post-test siklus I dan post-test

siklus II yang mengalami peningkatan. Dari yang semula rata-ratanya

adalah 81,78 menjadi 81,99 sehingga meningkat 0,21. Sedangkan

jumlah siswa yang mencapai KKM dari 73,3% menjadi 93,3%

sehingga meningkat sebanyak 20% pada siklus II.

Pada siklus I, hasil post-test siswa mencapai rata-rata kelas

yaitu 81,78 dan 73,3% siswa tuntas atau telah mencapai nilai KKM.

Dari hasil yang diperoleh dalam siklus I tersebut dapat dikatakan

Rata-rata % KKM Tuntas 0 20 40 60 80 100 Siklus I Siklus II 81,78 81,99 73,3 93,3 Rata-rata % KKM Tuntas

sudah mencapai indikator yang ditetapkan peneliti. Dimana indikator

yang ingin dicapai adalah 75 point untuk rata-rata kelas dan 70%

untuk ketuntasan siswa dalam mencapai nilai KKM. Ini

memperlihatkan penelitian pada siklus I ini telah berhasil mencapai

target yang ditentukan sehingga pada siklus I penelitian ini telah

sukses.

Penelitian siklus II nilai rata-rata post-test siswa adalah 81,99

dan ketuntasan belajar siswa yang mencapai KKM adalah 93,3%.

Sehingga pada siklus II ini hasil belajar kognitif siswa secara

keseluruhan juga telah mencapai target yang telah ditetapkan. Pada

penelitian siklus II dapat dikatakan sukses karena telah melebihi target

yang ditetapkan dan juga mengalami peningkatan dari siklus I.

Penelitian ini dapat dikatakan sudah berhasil meningkatkan

nilai kognitif siswa. Ini terbukti dari hasil post-test siswa yang telah

meningkat pada siklus II, dapat dilihat dari rata-rata kelas maupun dari

persentase siswa yang mencapai KKM. Peningkatan hasil belajar pada

siklus II ini juga dipengaruhi oleh suana pembelajaran yang lebih

kondusif dibandingkan dengan siklus I. Pada siklus II, peneliti belajar

mengenai apa yang terjadi dalam siklus I yaitu harus lebih tegas dan

mengelola waktu dengan baik. Sehingga dalam siklus II peneliti dapat

mengkondisikan siswa dengan baik dan mengelola waktu dengan

baik. Karena suasana kelas yang lebih kondusif dan pengelolaan

menyerap pembelajaran dengan baik dari yang sebelumnya. Selain

peningkatan hasil post-test pada siklus II kita juga bisa melihat hasil

post-test dari siklus I juga di atas target yang telah ditetapkan. Ini

disebabkan karena saat pemutaran media audiovisual siswa di kelas

menjadi lebih tenang karena mereka merasa tertarik pada media

tersebut sehingga mereka memperhatikan media yang diputar dengan

baik dan menyerap pembelajaran pada media. Ini menjadikan mereka

bisa lebih paham akan materi yang dipelajari sehingga saat post-test

banyak dari siswa yang memiliki nilai di atas rata-rata. Untuk siswa

yang nilainya dibawah rata-rata pada saat ditanya dalam wawancara

mereka mengaku media audiovisual ini membantu mereka dalam

memahami materi namun ada animasi yang menggunakan bahasa

inggris yang membuat mereka kurang paham mengenai apa yang

disampaikan oleh animasi tersebut. Ini disebabkan karena mereka

kesulitan membagi konsentrasi saat melihat animasi dan membaca

subtitle di bawah animasi yang diputar. Dan mereka juga mengaku

dalam pengerjaan post-test, waktu yang diberikan tidak cukup atau

kurang sehingga masih banyak soal yang belum mereka jawab.

Walaupun demikian nilai terendah pada siklus II meningkat dari siklus

I, yang semula 48,47 menjadi 64,13. Dari pernyataan yang mereka

kemukakan dan dari data yang ada membuktikan bahwa penggunaan

media audiovisual dalam pembelajaran berhasil meningkatkan hasil

belajar siswa. Peningkatan hasil belajar ini disebabkan karena media

disampaikan oleh media. Karena dengan media audiovisual siswa

dapat melihat sekaligus mendengar secara konkrit materi yang

dipelajari, dengan melihat dan sekaligus mendengar, siswa menerima

pelajaran dapat lebih mudah dan lebih cepat mengerti tentang apa

yang dimaksud.

b. Aspek Afektif

Berdasarkan hasil analisis hasil observasi selama proses

pembelajaran berlangsung. Persentase dalam aspek afektif siswa pada

siklus I maupun siklus II adalah 100% dimasukkan dalam kategori

tinggi. Sehingga dapat disimpulkan sejak siklus I siswa memiliki

sikap yang baik dalam pembelajaran. Persentase aspek afektif siklus I

dan siklus II dapat dilihat pada grafik berikut.

Gambar 4.15 Presentase Aspek Afektif Siklus I dan II

Namun, dapat dilihat juga pada hasil analisis bahwa

perhitungan rata-rata aspek afektif dari siklus I ke siklus II meningkat

dari 70,67 menjadi 80. Ini membuktikan terjadi peningkatan sikap

belajar yang baik dari siklus I ke siklus II. Siklus I aspek afektif siswa

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 % Siklus I % Siklus II

semakin meningkat pada siklus II sebanyak 9,33 point. Hal ini berarti,

pada siklus II siswa kelas XI IPA 3 SMA N 1 Prambanan Sleman

lebih mengikuti pembelajaran dengan antusias dan bersemangat,

memperhatikan penjelasan dengan baik, lebih aktif dalam menanggapi

pembahasan pelajaran, lebih sering mencatat point-point penting saat

pembelajaran, mengerjakan LKS dengan serius, lebih aktif bertanya,

lebih bisa mendengarkan pendapat teman ketika berdiskusi, lebih

percaya diri, tidak merasa bosan dengan pembelajaran, serta lebih

tertarik dengan media audiovisual yang diputar.

Dari hasil peningkatan rata-rata observasi pada aspek afektif,

menunjukkan bahwa media audiovisual dapat meningkatkan aspek

afektif siswa dalam pembelajaran. Dengan melihat media audiovisual

membuat mereka merasa tidak bosan dengan pembelajaran, lebih

bersemangat, dan membangkitkan rasa ingin tahu mereka sehingga

mereka lebih aktif bertanya dan sering mencatat poin-poin penting

yang disampaikan pada media dan oleh peneliti sehingga pada saat

evaluasi pembelajaran banyak dari siswa yang dapat mengerjakan soal

dengan baik.

Pada Siklus I memiliki beberapa masalah diantaranya siswa

sering ribut dikelas dan terlalu aktif bertanya sehingga suasana kelas

kurang kondusif dan waktu melebihi yang ditargetkan. Dalam siklus II

permasalahan tersebut dapat ditangani dengan solusi peneliti lebih

tegas terhadap siswa dan membatasi jumlah pertanyaan. Tetapi

kelompok siswa pada siklus II sama dengan siklus I. Dengan

kelompok siswa yang masih sama tersebut menyebabkan penanganan

masalah pada siklus II belum optimal. Seharusnya peneliti mengacak

ulang kelompok siswa pada siklus II sehingga siklus II dapat berjalan

lebih baik lagi. Ini merupakan kekurangan peneliti dalam penelitian

ini. Jadi, untuk penelitian selanjutnya diharapkan kelompok siswa

pada siklus II harus dibedakan dari siklus I agar penelitian yang

dilakukan hasilnya dapat lebih optimal.

Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa

siswa memiliki sikap afektif yang baik pada saat pembelajaran

73 BAB V

Dokumen terkait