• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam dokumen Gambar 1. Peta Stasiun Penelitian (Halaman 44-49)

Kondisi Perairan Pantai Pokemon

Kondisi perairan di Pantai Pokemon masih tergolong baik karena masih jarang dikunjungi oleh wisatawan. Hal ini ditandai dengan ditemukannya teripang jenis Holothuria atra dan ikan-ikan kecil yang merupakan biota asosiasi dengan padang lamun (Kopalit, 2010). Pantai Pokemon memiliki substrat dasar pasir dan pecahan karang. Hasil pengukuran salinitas di Pantai Pokemon lebih rendah dibandingkan dengan hasil pengukuran di Pulau Barranglompo tetapi masih tergolong optimum untuk pertumbuhan lamun yaitu 24- ‰ (Mandasari, 2014). Berdasarkan pengukuran parameter kualitas perairan diperoleh hasil yang tersaji dalam Tabel 1.

Tabel 1. Parameter Kualitas Air Pantai Pokemon

Parameter Kualitas Air Mutu* Baku Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3

Line 1 Line 2 Line 3 Line 1 Line 2 Line 3 Line 1 Line 2 Line 3

DO (mg/l) 6 2 6 6 6 6 2 6

pH -

Salinitas (‰ - ‰ 2 2 2 2 2 2 2 2 2

Suhu air ( C) 2 - oC 2 2 2

Intensitas Cahaya (lux) - 22 6

CO2 air (mg/l) - 6 2 6 2 6 2

Kerapatan Lamun dan Persetase Penutupan

Berdasarkan dari identifikasi lamun di Pantai Pokemon terdapat 4 jenis lamun yang ditemukan yaitu Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, dan Halophila ovalis. Jenis-jenis lamun yang selalu muncul di ketiga stasiun adalah jenis T. hemprichii dan H. ovalis. Jenis lamun yang ditemukan tersebut sedikit berbeda dengan penelitian sebelumnya dimana hanya ditemukan 3 jenis lamun di Pantai Pokemon yaitu Halodule pinifolia, E. acoroides dan H. ovalis (Sembiring et al., 2020).

Nilai kerapatan lamun dipengaruhi oleh kualitas perairan dimana akan meningkat pada perairan dengan kondisi yang masih alami (Sembiring et al 2 2 Kerapatan tertinggi terdapat pada jenis T. hemprichii di stasiun 1 dan 2 sebesar 6 ind/m2 dan 6 ind/m2. Sedangkan kerapatan tertinggi pada stasiun 3 yaitu C. rotundata sebesar 1784 ind/m2. Kedua jenis lamun tersebut merupakan lamun yang mampu tumbuh dengan baik pada substrat pasir kasar dan pecahan karang sehingga kemunculannya lebih banyak dibandingkan jenis lainnya (Ganefiani et al. 2

Kerapatan terendah terdapat pada jenis E. acoroides sebesar 316 ind/m2 dan 240 ind/m2 di stasiun 1 dan 2 sedangkan di stasiun 3 tidak ditemukan. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya bahwa kerapatan terendah di Pantai Pokemon terdapat pada jenis E. acoroides dengan kategori jarang. Hasil perhitungan kerapatan lamun pada Pantai Pokemon tersaji dalam Gambar 3.

Gambar 3. Kerapatan Lamun di Pantai Pokemon

Nilai persentase penutupan lamun berbanding lurus dengan nilai kerapatan lamun (Ganefiani et al., 2 Persentase penutupan tertinggi di stasiun 1 terdapat pada line 1 sebesar 27,5±18,414 %, di stasiun 2 terdapat pada line 2 sebesar 31,667±4,018 % dan di stasiun 3 terdapat pada line 2 sebesar 18,3±0,722 %. Lamun jenis E. acoroides memiliki persentase penutupan terendah dari semua stasiun dimana hal ini sesuai dengan penelitian di Pantai Bobby bahwa jenis E. acoroides merupakan jenis lamun terbesar seingga nilai penutupannya rendah (Sembiring et al 2 2 Hasil perhitungan persentase penutupan lamun tersaji dalam Tabel 2.

Tabel 2. Persentase Tutupan Lamun di Pantai Pokemon

Stasiun Line Persentase Penutupan Lamun (%)

27,5±18,414 2 25,417±19,378 14,167±11,815 2 17,5±6,495 2 31,667±4,018 19,583±17,017 12,083±3,146 2 18,3±0,722 17,5±9,763

Struktur komunitas lamun menggambarkan kondisi ekologi dari padang lamun di Pantai Pokemon. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh nilai indeks keanekaragaman (H‟ dari ketiga stasiun tergolong rendah Menurut Kopalit (2 hal ini menandakan habitat tersebut kurang stabil terhadap tekanan luar. Nilai indeks keseragaman (E) yang diperoleh menunjukan kategori tinggi pada stasiun 1 dan 2 sedangkan stasiun 3 tergolong sedang. Perolehan dari hasil indeks dominansi (D) menunjukan pada stasiun 1 dan 2 tidak terdapat spesies yang mendominasi sedangkan pada stasiun 3 terdapat spesies yang mendominasi. Hal tersebut membuktikan bahwa nilai indeks dominansi berbanding terbalik dengan nilai indeks keanekaragaman dan indeks keseragaman (Hartati et al., 2 Hasil perhitungan struktur komunitas lamun tersaji dalam Tabel 3.

Tabel 3. Struktur Komunitas Lamun di Pantai Pokemon

Struktur Komunitas Lamun Stasiun 1 Stasiun Stasiun 3 Indeks keanekaragaman Indeks keseragaman Indeks dominansi Jumlah spesies 2 Biomassa Lamun

Nilai biomassa lamun terbagi menjadi biomassa jaringan atas (daun) dan biomassa jaringan bawah (akar dan rhizoma) (Bagu et al., 2020). Berdasarkan data yang diperoleh menunjukan bahwa total biomassa lamun di stasiun 1 berkisar antara 11,448– gC/m2 yang didominasi oleh C. rotundata dengan nilai biomassa jaringan atas (above ground) sekitar 4,608 – 6 6 gC/m2 dan nilai biomassa jaringan bawah (under ground) berkisar 6,84– 2 gC/m2. Total biomassa pada stasiun 2 berkisar antara 20,08–199,66 gC/m2 yang didominasi oleh T. hemprichii dengan nilai biomassa jaringan atas sekitar 10,72 – 98,936 gC/m2 dan nilai biomassa jaringan bawah berkisar 9,36–100,724 gC/m2. Stasiun 3 memiliki total biomassa sekitar 32,364– , 6 gC/m2 yang didominasi oleh T. hemprichii dengan nilai biomassa jaringan atas sekitar 15,312– 66 gC/m2 dan nilai biomassa jaringan bawah berkisar , 2–66 6 gC/m2. Hal tersebut sesuai dengan nilai total biomassa lamun dari Pulau Menjangan Kecil dan Pulau Sintok di Karimunjawa dimana nilai total biomassa lamun didominasi oleh jenis E. acoroides, T. hemprichii dan C. rotundata (Hartati et al., 2017). Berikut hasil dari total biomassa lamun tersaji dalam gambar di bawah ini.

Gambar 5. Total Biomassa Lamun di Stasiun 2

Gambar 6. Total Biomassa Lamun di Stasiun 3

Menurut Graha (2015), biomassa tersusun dari karbon dioksida, hidrogen dan oksigen dimana karbon sebagai penyusun terbesar yaitu berkisar 45-50% berat kering dari suatu biomassa. Nilai biomassa lamun cenderung berbanding lurus dengan nilai kerapatan dimana semakin besar kerapatan maka juga semakin besar nilai biomassa. (Harimbi et al., 2019). Dari 9 kuadran di setiap stasiun diperoleh bahwa mayoritas nilai biomassa jaringan bawah (under ground) yang terdiri dari akar dan rhizoma memiliki nilai biomassa lebih besar dibandingkan jaringan atas. Tetapi, pada stasiun 2 secara keseluruhan nilai biomassa jaringan atas lebih besar dari biomasa jaringan bawah. Menurut Graha (2015), hal ini dikarenakan adanya perbedaan kedalaman pada saat ditemukannya lamun pertama dimana pada stasiun 2 lamun pertama ditemukan lebih jauh dari garis pantai dibandingkan dari lamun pertama pada stasiun 1 dan 2. Selain itu, besarnya ukuran daun juga mempengaruhi nilai biomassa dimana semakin besar ukuran daun maka nilai biomassa akan semakin meningkat (Bagu et al 2 2 Besarnya nilai biomassa pada jaringan bawah berfungsi sebagai ketersediaan makanan bagi lamun di saat produktivitas lamun rendah (Graha, 2015).

Simpanan dan Total Stok Karbon Lamun

Total stok karbon yang diperoleh berdasarkan hasil penelitian pada stasiun 1 secara keseluruhan sebesar 66 354 gC/m2 atau 6,68 ton/ha dengan kandungan karbon pada jaringan atas yaitu 334,692 gC/m2 dan pada jaringan bawah sebesar 333,662 gC/m2. Secara keseluruhan pada stasiun 2 memiliki total stok karbon sebesar 625,819 gC/m2 atau 6,25 ton/ha dengan kandungan karbon pada jaringan atas yaitu 272,811 gC/m2 dan pada jaringan bawah sebesar 353,008 gC/m2. Sedangkan total stok karbon pada stasiun 3 sebesar 609,055 gC/m2 atau 6,09 ton/ha dengan kandungan karbon pada jaringan atas yaitu 238,859 gC/m2 dan pada jaringan bawah sebesar 370,196 gC/m2. Hasil tersebut menunjukan bahwa stasiun 1 memiliki nilai total stok karbon yang paling besar diantara stasiun lainnya. Tetapi, pada stasiun 1 memiliki kandungan karbon jaringan atas yang lebih besar dibandingkan dengan jaringan bawah. Hasil ini sama seperti yang terjadi dalam penelitian Indriani et al. (2017), dimana kandungan karbon lamun bagian atas di Pulau Bintan lebih besar dari kandungan karbon bagian bawah dikarenakan penyerapan karbon lebih banyak terjadi pada bagian atas yaitu daun melalui proses fotosintesis. Karbon pada lamun dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti besarnya kandungan biomassa lamun, faktor lingkungan seperti suhu, dan jenis substrat (Hartati et al 2 Stasiun 1 Berikut hasil dari estimasi simpanan karbon pada lamun di setiap stasiun yang tersaji dalam tabel di bawah ini.

Line Titik (m)

Kandungan Karbon (gC/m2) Above

Ground

Under

Ground Total Karbon

2 2 2 6 2 2 66 2 2 6 2 6 66 6 2 22 2 66 6 2 66 2 2 262 Jumlah 6 2 662 66 Rata-Rata 262

Tabel 5. Estimasi Simpanan Karbon di Stasiun 2

Line Titik (m)

Kandungan Karbon (gC/m2) Above

Ground Ground Under Total Karbon

2 2 6 2 2 6 66 26 66 6 2 2 2 2 2 2 6 6 22 62 26 2 2 6 2 2 6 2 Jumlah 2 2 62 Rata-Rata 2 22 6

Tabel 6. Estimasi Simpanan Karbon di Stasiun 2

Line Titik (m)

Kandungan Karbon (gC/m2) Above

Ground Ground Under Total Karbon

2 6 6 2 2 66 6 2 2 6 66 6 2 2 6 6 2 6 6 6 2 2 2 6 2 62 6

Jumlah 2 6 6

Rata-Rata 26 6 6

Kandungan karbon terbesar pada stasiun 1 terletak di line 2 titik 25 m sebesar gC/m2 yang didominasi oleh jenis T. hemprichii, pada stasiun 2 kandungan karbon terbesar pada line 3 titik 25 m sebesar gC/m2 yang didominasi oleh jenis T. hemprichii. Sedangkan, kandungan karbon terbesar di stasiun 3 terdapat pada line 3 di titik 25 m sebesar 78,749 gC/m2 yang didominasi oleh jenis T. hemprichii. Kandungan karbon lamun berbanding lurus oleh ukuran morfologi lamun dan luas area lamun dimana semakin besar ukuran dan luas padang lamun akan membuat potensi penyerapan karbon pada lamun semakin besar (Harimbi et al 2 Mayoritas simpanan karbon pada jaringan bawah lebih besar dibandingkan jaringan atas dikarenakan biomassa pada bagian rhizoma mencapai 60-80% dimana menjadi biomassa terbesar dari jaringan tubuh lainnya pada lamun (Bagu et al., 2020).

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil yang telah diperoleh dapat disimpulkan bahwa ditemukan lamun jenis E. acoroides, T. hemprichii, C. rotundata, dan H. ovalis di Pantai Pokemon dengan kondisi perairan masih tergolong baik karena sesuai dengan baku mutu untuk pertumbuhan lamun. Nilai biomassa bagian atas (above ground) sebesar gC/m2 dan bagian bawah (under ground) sebesar 8 2 2 gC/m2. Total stok karbon lamun pada Pantai Pokemon sebesar 19,03 ton/ha dengan estimasi simpanan karbon bagian atas (above ground) sebesar 8,46 ton/ha dan bagian bawah (under ground) sebesar 10,56 ton/ha. Stasiun 1 memiliki total stok karbon terbesar diantara stasiun lainnya yaitu 6,68 ton/ha sedangkan stasiun 2 sebesar 6,25 ton/ha dan stasiun 3 sebesar 6,09 ton/ha.

Dalam dokumen Gambar 1. Peta Stasiun Penelitian (Halaman 44-49)

Dokumen terkait