• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati terletak diwilayah Jakarta Selatan dengan luas bangunan 57.457,50 m2 dan luar tanah 13 Ha. RSUP Fatmawati merupakan Badan Layanan Umum (BLU) yang berfungsi sebagai pusat rujukan bagi wilayah Jakarta Selatan dan juga berfungsi sebagai rumah sakit pendidikan.

Gambar 3 Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati, Jakarta Selatan

Sejarah dan Tipe RSUP Fatmawati

Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati bermula dari gagasan Ibu Fatmawati Soekarno yang saat itu sebagai Ibu Negara Republik Indonesia yang bermaksud mendirikan sebuah Rumah Sakit Tuberculose anak-anak, untuk perawatan anak penderita TBC serta tindakan rehabilitasinya. Peletakan batu pertama pembangunan Rumah Sakit TBC khusus anak-anak dilakukan oleh Ibu Fatmawati Soekarno pada tanggal 2 Oktober 1954.

Melalui dana yang dihimpun oleh Yayasan Ibu Soekarno dan bantuan dari Yayasan Dana Bantuan Kementerian Sosial RI dilaksanakan pembangunan Gedung Rumah Sakit Ibu Soekarno. Kementerian Kesehatan RI melanjutkan pembangunan gedung RS Ibu Soekarno hingga selesai dan dapat difungsikan sebagai rumah sakit. Fungsi rumah sakit tersebut berubah menjadi Rumah Sakit Umum seperti ketentuan dalam Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI, Nomor 21286/KEP/121 tanggal 12 April 1961.

Pada tanggal 20 Mei 1967 oleh Menteri Kesehatan RI, Prof Dr. G.A. Siwabesi, nama RSU Ibu Soekarno diganti menjadi RSU Fatmawati, dan dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 294/menkes/SK/V/1984 tanggal 20 Mei 1984, RSU Fatmawati ditetapkan sebagai Pusat Rujukan Wilayah Jakarta Selatan. Setelah keluarnya Keputusan Presiden RI Nomor 38 tahun 1991 pada tanggal 25 Agustus 1991 tentang Unit Swadana, maka RSU Fatmawati

melakukan berbagai persiapan, sehingga Menteri Keuangan RI mengeluarkan surat persetujuan penetapan RSU Fatmawati menjadi unit Swadana, Nomor S- 901/MK013/1992.

Berdasarkan surat tersebut, RSU Fatmawati ditetapkan menjadi Rumah Sakit Swadana Bersyarat, dua tahun mulai 1 Agustus 1992 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 745/Menkes/SK/IX/1992, tanggal 2 September 1992. Dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 551/Menkes/SK/VI/1994, tanggal 13 Juni 1994, ditetapkan Struktur Organisasi dan Tata Kerja RSUP Fatmawati sebagai Rumah Sakit Umum Kelas B Pendidikan, sesuai dengan Keputusan Menkes Nomor 983/Menkes/SK/IX/1992 tanggal 12 November 1992 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit Umum. Tahun 2010, melalui Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1243/Menkes/SK/VIII/2010 tanggal 11 Agustus 2010, RSUP Fatmawati ditetapkan sebagai Rumah Sakit Kelas A Pendidikan.

Visi, Misi, dan Struktur Organisasi

Visi RSUP Fatmawati adalah menjadi Rumah sakit terkemuka yang memberikan pelayanan yang melampaui harapan pelanggan. Sedangkan Misi yang ditegakkan oleh RSUP Fatmawati antara lain memberikan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar pelayanan dan dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat dengan unggulan orthopedi dan rehabilitasi medik; memfasilitasi dan meningkatkan pendidikan, pelatihan dan penelitian untuk pengembangan sumber daya manusia dan pelayanan. Menyelenggarakan administrasi dan penatakelolaan rumah sakit yang efisien serta akuntabel; melaksanakan pengelolaan keuangan yang efektif, fleksibel berdasarkan prinsip ekonomi dan produktifitas dan penerapan praktek bisnis yang sehat; mengutamakan keselamatan pasien dan lingkungan yang sehat; serta meningkatkan semangat persatuan dan kesejahteraan sumber daya rumah sakit.

RSUP Fatmawati diawasi oleh dewan pengawas dan dipimpin oleh seorang direktur utama yang dibantu oleh 3 direktur yaitu direktur medik dan keperawatan, direktur umum, SDM dan pendidikan, dan direktur keuangan. Direktur utama juga membawahi komite etika dan hukum, komite mutu dan pengembangan, komite medik, komite keperawatan dan satuan pengawasan intern. Ketiga wakil direktur bertanggung jawab dibeberapa instalasi dan

membawahi beberapa bidang dan bagian komite-komite tersebut membawahi beberapa bidang dan bagian.

Pelayanan Medis, Fasilitas Pelayanan dan Pelayanan Penunjang

Pelayanan medis yang terdapat di RSUP Fatmawati meliputi pelayanan unggulan, pelayanan terpadu, pelayanan pemeliharaan dan klinik dokter spesialis. Pelayanan Unggulan terdiri atas Bedah Orthopaedi dan Rehabilitasi Medis, Rawat Darurat, Rawat Jalan, Rawat Inap. Pelayanan Terpadu terdiri atas Poli VCT, Tumbuh Kembang, Klinik Remaja, Perinatal Resiko Tinggi, dan lain- lain. Pelayanan Pemeliharaan Kesehatan terdiri atas MCU dan klub.

Pada bagian pelayanan kesehatan untuk pasien inap, RSUP Fatmawati memiliki beberapa kelas perawatan. Kapasitas seluruh tempat tidur untuk pasien rawat inap berjumlah 750 unit. Jumlah kapasitas tempat tidur berdasarkan kelas perawatan di RSUP Fatmawati ditampilkan dalam Tabel 11.

Tabel 11 Jumlah kapasitas tempat tidur berdasarkan kelas perawatan Kelas Jumlah Tempat Tidur (unit)

Super VIP 4

VIP 33

VIP (IRNA A dan IRNA C) 8

Unit Stroke 4 Kelas I 37 CEU 10 ICU 12 NICU 2 PICU 2 Kelas II Umum 128

Kelas II High Care 16

Kelas III 477

Jumlah 750

Fasilitas pelayanan terdiri atas Unit Emergensi, Instalasi Rawat Jalan, Instalasi Rawat Inap, Instalasi Bedah Sentral, Intersive Care Unit (ICU), Cardiac Emergency Unit (CEU), Haemodialisa, NICU/PICU, Medical Check Up (MCU). Pelayanan Unggulan Terpadu (Poli Konseling OHDA Wijaya Kusuma, Klinik Tumbuh Kembang, Klinik Kesehatan Remaja, Kanker/PPKT). Selain itu terdapat pula Praktek Dokter Spesialis (PDS), Klub Kesehatan (stroke, asma, diabetes, osteoporosis, geriatri dan jantung sehat).

Pelayanan penunjang terdiri atas Farmasi/Apotek (24 jam), Laboratorium Klinik (24 jam), Laboratorium Mikrobiologi, Laboratorium Patologi Anatomi, Radiologi dan Kedokteran Nuklir (CT Scan, C-Arm, Mammography). Diagnosik Penunjang (ECG, EEG, EMG, Echo-Cardiograph Color dan Doppler Audiometric), Instalasi Gizi, Instalasi Forensik dan Perawatan Jenazah serta Instalasi Sterilisasi dan Sentralisasi Binatu.

Gambaran Umum Instalasi Gizi RSUP Fatmawati Visi dan Misi

Instalasi Gizi RSUP Fatmawati dirancangkan selain untuk melayani makanan bagi pasien rawat inap juga melayani pemesanan makanan diet bagi masyarakat yang membutuhkan. Bagi yang membutuhkan konsultasi gizi, pasien dapat datang ke klinik gizi. Upaya yang dilakukan untuk menjamin kebersihan makanan, proses persiapan makanan serta peralatan yang digunakan mulai dari pencucian alat makan sampai dengan penataan makanan kedalam insulated tray dilakukan secara higienis.

Visi Instalasi Gizi RSUP Fatmawati adalah menjadi pusat layanan gizi yang terbaik dengan memberikan pelayanan melampaui harapan pelanggan. Adapun misi yang diterapkan antara lain melakukan pelayanan gizi yang meliputi penyediaan makanan, pelayanan gizi di ruang rawat inap, penyuluhan dan konsultasi gizi dan pengembangan gizi terapan secara efektif dan efisien dengan mutu yang prima; memfasilitasi dan meningkatkan pendidikan untuk pengembangan sumber daya manusia dan pelayanan gizi; melakukan inovasi terus menerus dalam bidang pelayanan gizi rumah sakit, serta melakukan usaha untuk meningkatkan kesejahteraan sumber daya manusia instalasi gizi.

Komponen Ketenagaan

Gambar 4 Instalasi gizi RSUP Fatmawati

Berdasarkan jenis kegiatan, ketenagaan di Instalasi Gizi RSUP Fatmawati terdiri atas dokter spesialis gizi klinik (1), ahli gizi (16), pengatur gizi (3), administrasi (1), pengolah makanan (28) dan pramusaji (36). Berdasarkan jenis

pendidikan terdiri atas dokter spesialis gizi klinik (1), sarjana pertanian jurusan gizi (1), sarjana kesehatan ,masyarakat (1), DIV Gizi dan Sarjana Ekonomi (1), DIV Gizi (2), DIII Gizi (11), D1 Gizi (3), SMA (5), SMKK (26), SMIP (1), KPAA (5), SMP (21) dan SD (7).

Gambaran Penyelenggaraan Makanan di Instalasi Gizi RSUP Fatmawati Proses penyelenggaraan makanan di Instalasi Gizi RSUP Fatmawati terdiri atas beberapa subkegiatan, dimulai dari perencanaan menu, pengadaan bahan makanan, penyimpanan, proses pengolahan, pemorsian dan distribusi makanan. Jenis makanan yang disediakan oleh Instalasi Gizi RSUP Fatmawati dibedakan berdasarkan konsistensinya yaitu makanan biasa, makanan lunak, makanan saring, blender dan makanan cair. Berdasarkan jenis diet, Instalasi Gizi menyediakan beberapa jenis diet diantaranya Diet Djantung Rendah Garam (DDRG), Diet Diabetes Mellitus (DM), Diet Rendah Garam (RG), Diet Tinggi Kalori Tinggi Protein (TKTP), Diet Rendah Protein (RP), Diet Hati (DH), dan Diet Lambung (DL).

Perencanaan Menu

Kegiatan perencanaan menu bertujuan untuk menyediakan beberapa susunan menu yang akan digunakan. Siklus menu yang diterapkan oleh RSUP Fatmawati yaitu siklus menu 10 hari. Bulan dengan jumlah 31 hari akan menggunakan menu ke 11. Perputaran menu dilakukan sebanyak tiga kali dengan pergantian menu yang dilakukan setiap enam bulan. Hal ini dilakukan agar pasien tidak merasa bosan terhadap menu yang diberikan.

Jenis menu yang diterapkan di RSUP Fatmawati dibagi menjadi dua yaitu menu pilihan dan menu non pilihan. Menu pilihan diberikan kepada pasien VIP, dimana menu untuk makan pagi diberikan tiga paket menu pilihan yang dapat dipilih oleh pasie VIP, sedangkan untuk makan siang dan sore diberikan dua menu pilihan. Pasien kelas perawatan I, II dan III menggunakan menu non pilihan atau menu yang telah ditetapkan oleh pihak rumah sakit.

Pembelian dan Pemesanan Bahan Makanan

Pembelian bahan makanan dilakukan oleh tim pengadaan barang non medik dan gizi. Pelaksanaan pembelian antara lain dilakukan melalui pelelangan umum dan terbatas, penunjukkan langsung, maupun pembelian langsung. Pemesanan bahan makanan adalah penyusunan permintaan bahan makanan berdasarkan menu dan rata-rata jumlah pasien.

Langkah-langkah pemesanan bahan makanan adalah ahli gizi membuat rekapitulasi kebutuhan bahan makanan untuk esok hari dengan cara mengalikan standar porsi dengan jumlah pasien, kemudian meminta persetujuan kepala instalasi gizi. Surat pemesanan tersebut diserahkan kepada rekanan yang telah ditetapkan. Bahan makanan basah dipesan setiap hari, sementara bahan makanan kering dipesan 1-2 kali dalam 1 bulan.

Penerimaan, Penyimpanan dan Penyaluran Bahan Makanan

Penerimaan bahan makanan adalah kegiatan yang meliputi pemeriksaan bahan makanan, pencatatan dan pelaporan kesesuaian kualitas dan kuantitas bahan makanan yang diterima dengan pesanan dan spesifikasi yang telah ditetapkan. Penyimpanan bahan makanan adalah suatu tata cara menata, menyimpan, meemlihara, menjaga keamanan bahan makanan kering dan basah serta pencatatan dan pelaporannya. Penyaluran bahan makanan adalah tata cara mendistribusikan bahan makanan berdasarkan permintaan harian, yang bertujuan agar tersedianya bahan makanan siap pakai dengan kualitas dan kuantitas yang tepat sesuai kebutuhan.

Persiapan Bahan Makanan

Persiapan bahan makanan merupakan suatu proses dalam rangka menyiapkan bahan makanan dan bumbu yang siap untuk dimasak sesuai dengan standar resep serta perlengkapan atau peralatan sebelum dilakukan pemasakan. Instalasi Gizi RSUP Fatmawati mempunyai ruang persiapan bahan makanan tersendiri.

Kegiatan persiapan bahan makanan terdiri atas persiapan untuk bahan hewani, nabati, makanan pokok dan sayuran. Sebelum dimasak, bahan makanan tersebut melewati tahapan seperti pemotongan dan pencucian. Persiapan bahan makanan cair di Istalasi Gizi RSUP Fatmawati yaitu mulai dari pengambilan bahan makanan cair dari gudang harian sesuai dengan kebutuhan. Bahan untuk makanan blender telah dipersiapkan dan diolah sebelumnya di dapur pengolahan.

Pengolahan Bahan Makanan

Pengolahan makanan di Instalasi Gizi RSUP Fatmawati memfokuskan kepada makanan diet untuk pasien rawat inap. Pengolahan dibagi berdasarkan bagian jenis makanannya yaitu makanan pilihan dan non pilihan.

Proses pengolahan makanan untuk pasien kelas VIP dan kelas I dilakukan pada satu area dengan tenaga pengolah sebanyak empat orang.

Penggabungan pengolahan antara kelas VIP dan kelas I dilakukan karena jumlah pasien VIP yang sedikit. Alasan lain yaitu pada hidangan sayur, menu pasien kelas I mengikuti menu VIP.

Makanan yang diolah untuk kelas perawatan II dan III terdiri atas makanan biasa dan diet khusus. Penggabungan proses pengolahan makanan biasa dan diet khusus dikarenakan perbedaan makanan hanya terdapat pada menu lauk hewani dan nabati saja, sedangkan untuk sayur, jenis hidangannya sama antara kelas II dan III. Pengolahan makanan biasa dan diet dilakukan oleh tiga tenaga pengolah. Pengolahan lauk nabati dan hewani untuk penderita DM dibedakan yaitu tidak menggunakan bumbu seperti kecap ataupun gula. Bagi pasien dengan Diet Hati, lauk hewani dan nabati yang diberikan diolah tanpa menggunakan santan. Begitu pula dengan Diet Rendah Garam, penggunaan garam dibatasi bahkan ada yang tidak menggunakan garam.

Gambar 5 Lauk dan tumisan sebelum diporsikan

Makanan cair yang akan dibuat oleh pengolah sesuai dengan jumlah dan kebutuhan pasien yang membutuhkan makanan cair pada hari tersebut. Hal ini diketahui dengan cara pramusaji tiap ruangan memberikan amprahan atau daftar kebutuhan makan pasien kepada tenaga pekerja yang bekerja di dapur susu. Cara pengolahan makanan cair yaitu dengan memblender semua bahan yang diberi sedikit air panas, setelah itu dilakukan pengemasan. Makanan cair yang berupa susu, pengolah akan mengemas susu bubuk kedalam kemasan-kemasan kecil yang sudah sesuai dengan takaran dan jumlah pemberian.

Pengolahan makanan selingan pagi dan buah dilakukan hanya untuk pasien kelas II dan III. Jumlah tenaga yang bekerja pada makanan selingan yaitu satu orang, sehingga jenis makanan yang dihidangkan hanya berupa makanan selingan yang mudah dibuat. Salah satu contoh hidangan selingan yang terdapat di instalasi gizi yaitu agar-agar dan bubur kacang hijau.

Pemorsian Makanan

Proses pemorsian makan pasien dilakukan oleh petugas pengolah makan atau pekarya serta pramusaji makanan. Proses pemorsian makan pasien untuk kelas VIP dan kelas I dibedakan dengan tempat pemorsian untuk kelas II dan III. Pemorsian kelas VIP dilakukan didapur pantry sedangkan pemorsian kelas I, II dan III dilakukan didapur instalasi gizi. Tempat pemorsian kelas II dan kelas III dilakukan di atas tray conveyor dengan cara plato disusun kemudian makanan yang akan diporsikan terlebih dahulu berupa makanan pokok (nasi biasa, nasi tim, bubur, kentang rebus) beserta buah kemudian lauk hewani, lauk nabati dan terkahir sayur sesuai dengan etiket pasien. Proses wrapping dilakukan setelah makanan diporsikan pada plato. Hal ini dilakukan agar makanan terhindar dari kontaminasi.

Distribusi Makanan

Proses distribusi makanan pasien di RSUP Fatmawati dilakukan secara sentralisasi dan desentralisasi. Proses sentralisasi dilakukan dengan ketentuan makanan tiap pasien langsung diporsikan di dapur instalasi gizi. Proses ini dilakukan untuk pasien kelas I,II dan III, sedangkan pasien kelas VIP menggunakan sistem desentralisasi yaitu makanan diporsikan di dapur pantry kemudian didistribusikan ke pasien. Petugas distribusi makanan pasien kelas VIP, I, II dan III dilakukan oleh pramusaji di tiap lantai ruang rawat inap yang terdiri dari dua sampai tiga orang.

Karakteristik Subyek

Karakteristik subyek meliputi jenis kelamin, usia dan status gizi. Sebaran subyek berdasarkan karakteristik disajikan dalam Tabel 12.

Tabel 12 Sebaran subyek berdasarkan karakteristik subyek

Karakteristik Subyek Jumlah n % Jenis Kelamin Laki-Laki 31 62 Perempuan 19 38 TOTAL 50 100 Usia Remaja 0 0 Dewasa Awal 21 42 Dewasa Menengah 29 58 TOTAL 50 100 Status Gizi Underweight 13 26 Normal 32 64 At Risk 2 4 Obesitas I 3 6 Obesitas II 0 0 TOTAL 50 100 Jenis Kelamin

Total subyek dalam penelitian ini adalah 50 orang. Sebagian besar subyek (62%) berjenis kelamin laki-laki. Subyek dengan jenis kelamin perempuan berjumlah 38%.

Usia

Usia subyek dikelompokkan menjadi 3, yaitu remaja (17-19 tahun), dewasa awal (20–45 tahun) dan dewasa menengah (46-55 tahun). Subyek yang tergolong usia dewasa awal berjumlah 42% dan yang tergolong dalam usia dewasa menengah yaitu 58%.

Status Gizi

Status gizi subyek diperoleh dengan menghitung indeks massa tubuh. Nilai IMT dikelompokkan menjadi lima kategori, yaitu: kurus; normal; at risk; obesitas I dan obesitas II. Lebih dari separuh subyek (64%) memiliki status gizi

normal. Persentase subyek dengan status gizi kurus yaitu 26% dan 6% tergolong status gizi obesitas I.

Riwayat Penyakit Lama Sakit

Lebih dari separuh subyek (58%) telah menderita penyakit ginjal selama kurun waktu 1 – 5 tahun, sedangkan 30% subyek telah menderita penyakit ginjal selama 6 – 10 tahun. Persentase subyek yang menderita penyakit ginjal < 1 tahun dan antara kurun 11 – 15 tahun yaitu 4% dan 8%. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13 Sebaran subyek berdasarkan lama sakit Lama Penyakit (thn) n % < 1 2 4 1 – 5 29 58 6 – 10 15 30 11 – 15 4 8 > 15 0 0 Total 50 100

Perubahan lingkungan pada orang yang dirawat dalam waktu lama di RS, dapat menyebabkan tekanan psikologis pada orang yang bersangkutan. Hal ini menyebabkan hilangnya nafsu makan dan rasa mual terhadap makanan yang disajikan (Subandriyo 1995).

Komplikasi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh subyek sudah mengalami komplikasi. Komplikasi yang menyertai subyek antara lain diabetes mellitus, hipertensi, anemia, intake sulit, Chronic Heart Failure (CHF), hiperkalemia, sindrom dispepsia dan asidosis metabolik. Sebaran subyek berdasarkan ada tidaknya komplikasi ditampilkan dalam Tabel 14.

Tabel 14 Sebaran subyek berdasarkan ada tidaknya komplikasi

Komplikasi n %

Ada 50 100

Tidak Ada 0 0

Total 50 100

Status Pernah Dirawat di RS

Status perawatan penyakit ginjal yaitu riwayat pernah atau tidaknya subyek dirawat di RS karena penyakit ginjal sebelum penelitian dilakukan. Berdasarkan status perawatan subyek dibedakan menjadi pernah dan tidak pernah. Subyek yang pernah dirawat di RS karena penyakit ginjal dan yang tidak

pernah dirawat memiliki persentase yang sama yaitu 50%. Sebaran subyek berdasarkan status perawatan penyakit ginjal ditampilkan dalam Tabel 15.

Tabel 15 Sebaran subyek berdasarkan status pernah dirawat di RS

Status Perawatan n %

Pernah 25 50

Tidak Pernah 25 50

Total 50 100

Lama Dirawat di RS

Lama dirawat di RS dihitung sejak subyek masuk RS hingga saat dilakukan pengamatan. Lama perawatan subyek dibedakan menjadi 3 hari, 4 -7 hari dan >7 hari. Lebih dari separuh subyek (66%), telah dirawat antara kurun waktu 4 – 7 hari. Persentase subyek yang telah dirawat selama 3 hari sebesar 28%. Hanya 6% subyek yang telah dirawat >7 hari. Sebaran subyek berdasarkan lama perawatan di RS disajikan dalam Tabel 16.

Tabel 16 Sebaran subyek berdasarkan lama dirawat di RS

Lama dirawat n %

3 hari 15 28

4 – 7 hari 33 66

> 7 hari 3 6

Total 50 100

Diet yang diberikan RS Jenis Diet

Jenis diet yang diberikan oleh RS kepada pasien dengan gagal ginjal kronik dibedakan menjadi 2, yaitu Rendah Protein (RP) dan Diabetes Mellitus Rendah Protein (DMRP). Diet RP diberikan kepada pasien gagal ginjal kronik tanpa komplikasi diabetes mellitus sedangkan diet DMRP diberikan kepada pasien gagal ginjal kronik yang disertai dengan diabetes mellitus. Sebaran subyek berdasarkan jenis diet yang diberikan RS ditampilkan dalam Tabel 17.

Tabel 17 Sebaran subyek berdasarkan jenis diet yang diberikan RS

Jenis Diet n %

RP 30 60

DMRP 20 40

Total 50 100

Lebih dari separuh jumlah subyek (60%) dalam penelitian 60% diberikan diet RP. Persentase subyek yang mendapatkan diet DMRP yaitu sebesar 40%. Berdasarkan ketentuan RS, menu pada diet RP dan DMRP sudah termasuk diet

rendah garam (RG). Ketetapan ini diberlakukan untuk membatasi konsumsi natrium bagi pasien penyakit ginjal kronik.

Gambar 7 Diet RP dan DMRP lunak Konsistensi Makanan Pokok

Konsistensi diet yang diamati dalam penelitian ini adalah makanan lunak dan makanan biasa pada masing-masing diet yang diberikan (RP dan DMRP). Perbedaan konsistensi makanan lunak dan biasa terlihat pada makanan pokok yang diberikan. Diet dengan konsistensi makanan lunak diberikan makanan pokok berupa bubur atau nasi tim, sedangkan pada konsistensi makanan biasa, makanan pokoknya berupa nasi. Tidak ada perbedaan pada lauk maupun sayur yang disajikan. Sebaran subyek berdasarkan konsistensi makanan pokok disajikan dalam Tabel 18.

Tabel 18 Sebaran subyek berdasarkan konsistensi makanan pokok

Konsistensi Diet n %

Lunak 42 84

Biasa 8 16

Total 50 100

Sebagian besar subyek (84%) diberikan diet dengan konsistensi makanan lunak. Hanya 16% subyek yang diberikan diet dengan konsistensi makanan biasa.

Kebutuhan Energi dan Zat Gizi Lain

Kebutuhan energi dihitung menggunakan rumus cepat menurut Almatsier (2004) yang juga digunakan oleh RS dan menggunakan rumus Oxford Equation. Kebutuhan energi subyek berdasarkan rumus cepat RS berkisar antara 1276 hingga 2580 Kal dengan rata-rata 2003 343 Kal. Sementara itu, kebutuhan energi subyek berdasarkan perhitungan menggunakan rumus Oxford Equation berkisar antara 1228 hingga 2174 Kal dengan rata-rata 1624 189 Kal. Kebutuhan protein subyek ditetapkan oleh RS yaitu sebesar 40 g. Hasil

perhitungan rata-rata kebutuhan energi dan zat gizi lain subyek ditampilkan dalam Tabel 19.

Tabel 19 Rata-rata kebutuhan energi dan zat gizi lain Zat Gizi Rata-rata Kebutuhan

(Rumus Cepat RS) Rata-rata Kebutuhan (Oxford Equation) Energi (Kal) 2003 343 1624 189 Protein (g) 40,0 0,0 40,0 0,0 Zat Besi (mg) 15,9 5,7 15,9 5,7 Natrium (mg) 3000,0 0,0 3000,0 0,0 Kalium (mg) 2500,0 0,0 2500,0 0,0

Kebutuhan zat besi seluruh subyek berkisar antara 12 hingga 26 mg. Rata-rata kebutuhan zat besi yaitu 15,9 5,7 mg. Kebutuhan natrium dan kalium diperoleh berdasarkan rekomendasi jumlah natrium dan kalium yang dianjurkan untuk penderita penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis yaitu 3000 mg natrium dan 2500 mg kalium (Greene dan Thomas 2008).

Perbedaan yang cukup signifikan terlihat pada rata-rata kebutuhan energi subyek, dimana rata-rata kebutuhan subyek berdasarkan rumus Oxford Equation lebih kecil dibandingkan dengan perhitungan menggunakan rumus cepat RS. Perbedaan ini terjadi karena pada perhitungan menggunakan Oxford Equation dalam menentukan nilai Angka Metabolisme Basal (AMB) digolongkan berdasarkan jenis kelamin dan kelompok umur, sedangkan perhitungan menggunakan rumus cepat RS hanya dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin.

Ketersediaan dan Tingkat Ketersediaan Makanan RS Ketersediaan Makanan RS

Jumlah ketersediaan energi dan zat gizi lain makanan RS diperoleh dengan menjumlahkan masing-masing zat gizi yang tersedia selama 3 hari kemudian dirata-ratakan. Rincian rata-rata ketersediaan energi dan zat gizi subyek disajikan dalam Tabel 20.

Tabel 20 Rata-rata ketersediaan energi dan zat gizi makanan RS Zat Gizi Rata-rata Ketersediaan

Energi (Kal) 1357 190

Protein (g) 40,8 4,7

Zat Besi (mg) 17,9 3,4

Natrium (mg) 256,7 35,4

Kalium (mg) 3492,5 500,8

Ketersediaan energi seluruh subyek berkisar antara 1069 hingga 1714 Kal dengan rata-rata 1357 190 Kal. Ketersediaan protein berkisar antara 32,1

hingga 56,4 g dengan rata-rata 40,8 4,7 g. Ketersediaan zat besi berkisar antara 12,8 mg hingga 27,2 mg dengan rata-rata 17,9 3,4 g.

Ketersediaan natrium seluruh subyek berkisar antara 206,3 hingga 417,5 mg dengan rata-rata 256,7 35,4 mg. Ketersediaan kalium berkisar antara 2484 hingga 4826 mg dengan rata-rata 3492,5 500,8 mg.

Tingkat Ketersediaan Makanan RS

Tingkat ketersediaan energi dan zat gizi lain diperoleh dengan membandingkan angka ketersediaan zat gizi dengan kebutuhan subyek. Tingkat ketersediaan energi dan protein dikategorikan menjadi defisit,normal dan lebih. Sebaran subyek berdasarkan tingkat ketersediaan energi dan protein ditampilkan dalam Tabel 21.

Tingkat ketersediaan energi (rumus cepat RS) seluruh subyek berkisar antara 46,4 hingga 119,5% dengan rata-rata 70,2 17,1%. Berdasarkan hasil perhitungan, diketahui persentase terbesar subyek terdapat pada tingkat

Dokumen terkait