• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sekolah Dasar (SD) Negeri Babakan merupakan sekolah yang beralamat di Jalan Malabar No 7 Kelurahan Babakan, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor. Sekolah ini pada bulan Juli 2009 mendapatkan akreditasi A dari Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah (BAN S/M).

Visi sekolah ini yaitu terwujudnya sekolah unggul dalam prestasi dan pengembangan prestasi seni karawitan dan olahraga serta berakhlak mulia berdasarkan iman dan takwa. Adapun misi dari sekolah ini adalah (a) mengembangkan sekolah unggul yang berprestasi dalam bidang akademik maupun non akademik, (b) meningkatkan bidang seni karawitan sunda dan seni pencak silat, (c) memupuk dan mengembangkan bakat anak dalam bidang olahraga, dan (d) menciptakan siswa yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang bertanggung jawab.

Jumlah guru sekolah 16 orang, 12 orang PNS dan empat orang honorer. Tingkat pendidikan guru sebanyak enam orang sarjana dan 10 orang lainnya diploma. Jumlah staf sekolah empat orang dengan satu orang tingkat pendidikan sarjana. Jumlah siswa sebanyak 465 orang yang terdiri 219 laki-laki dan 246 perempuan. Fasilitas yang dimiliki sekolah antara lain ruang Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), perpustakaan, mushola, lapangan olahraga, kantin dan ruang karawitan. Adapun ektrakurikuler di sekolah ini yaitu pramuka, karawitan Seni Sunda dan pencak silat.

Jam pelajaran di SD Negeri Babakan pada hari Senin hingga Kamis dimulai pada pukul 07.00 WIB hingga 10.00 WIB (Kelas 1 dan Kelas 2) dan 12.00 WIB (Kelas 3 sampai Kelas 6). Hari Jumat dan Sabtu jam pelajaran dimulai pada pukul 07.00 WIB dan selesai pada pukul 09.00 WIB (Kelas 1 dan Kelas 2) serta 11.00 WIB (Kelas 3 hingga Kelas 6). Jam istirahat Kelas 1 dan Kelas 2 pada pukul 08.30 WIB sampai 09.00 WIB sedangkan Kelas 3 hingga Kelas 6 pada pukul 09.00 WIB hingga 09.30 WIB. Pada waktu istirahat biasanya digunakan siswa untuk jajan, bermain dan mengobrol dengan teman.

Karakteristik Contoh Umur dan Jenis Kelamin

Contoh pada penelitian ini adalah siswa Sekolah Dasar (SD) Kelas 4 dan Kelas 5 yang berumur 9 sampai 11 tahun. Rata-rata siswa berumur 9,8 ± 0,7

tahun. Sebagian besar umur siswa berada pada usia 9 sampai 10 tahun. Sebagian besar siswa laki-laki berada pada umur 10 sampai 11 tahun. Sedangkan siswa perempuan, sebagian besar berada pada umur 9 sampai 10 tahun. Pada umur 9 sampai 12 tahun siswa berada pada masa kelas akhir di SD. Pada masa ini siswa memiliki kemampuan konkrit operasional yang mampu untuk berpikir secara sistematik terhadap objek konkrit. Mereka sudah dapat mengambil kesimpulan dari suatu pertanyaan (Harlock 1997). Pada umur tersebut siswa memiliki pengetahuan gizi yang cukup sehingga diharapkan dapat memilih makanan jajanan yang tepat. Jumlah siswa laki-laki (18 orang) lebih sedikit dibandingkan dengan siswa perempuan (22 orang). Hal ini sesuai dengan jumlah siswa SDN Babakan yang lebih banyak perempuan daripada laki-laki. Hasil yang lebih lengkap dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Sebaran siswa berdasarkan umur dan jenis kelamin Umur (tahun) Jenis Kelamin Total Laki-laki Perempuan n % n % n % 9 5 27,8 11 50,0 16 40,0 10 9 50,0 9 40,9 18 45,0 11 4 22,2 2 9,1 6 15,0 Total 18 100,0 22 100,0 40 100,0 Rata-rata ± SB 9,9 ± 0,7 9,6 ± 0,7 9,8 ± 0,7

Besar Uang Saku

Besar uang saku siswa berkisar antara Rp 1.000 – Rp 6.000 dengan rata-rata Rp 3475 ± 126.60 per hari. Rata-rata-rata uang saku laki-laki (Rp 3111 ± 1323) lebih rendah dibandingkan siswa perempuan (Rp 3772 ± 1151). Rata-rata uang saku tersebut sudah cukup untuk membeli tiga hingga lima jenis makanan jajanan di sekolah. Sebagian besar harga makanan jajanan terutama cemilan dan minuman berkisar antara Rp 500 hingga Rp 1000. Pada Tabel 7 dapat dilihat sebaran siswa berdasarkan uang saku.

Tabel 7 Sebaran siswa berdasarkan uang saku Jumlah Uang Saku

(Rp/hr) Jenis Kelamin Total Laki-laki Perempuan n % n % n % < 2000 1 5,6 0 0,0 1 2,5 2000 – 5000 16 88,9 22 100,0 38 95,0 > 5000 1 5,6 0 0,0 1 2,5 Total 18 100,0 22 100,0 40 100,0 Rata-rata ± SB 3111,1 ± 1323,5 3772,7 ± 1151,9 3475,0 ± 1260,6

Uang saku merupakan bagian dari pengalokasian pendapatan keluarga yang diberikan pada anak untuk jangka waktu tertentu seperti keperluan harian, mingguan atau bulanan (Napitu 1994). Besar uang saku anak merupakan salah satu indikator sosial ekonomi keluarga. Semakin besar uang saku, maka semakin besar peluang anak untuk membeli makanan jajanan baik di kantin maupun diluar sekolah (Andarwulan et al. 2008).

Kebiasaan Jajan Jenis Jajanan

Di lingkungan sekolah baik di kantin maupun di luar sekolah banyak menyediakan aneka jajanan yang dapat dibeli siswa. Nuraida et al. (2009) jenis makanan jajanan dikelompokan menjadi empat jenis yaitu makanan utama/sepinggan, makanan camilan/snack, minuman dan buah.

Makanan utama/sepinggan

Makanan utama/sepinggan merupakan makanan jajanan berupa makanan yang mengenyangkan dan biasanya dijual dalam bentuk porsi. Umumnya makanan jenis ini memiliki kandungan energi yang besar sehingga tidak setiap hari siswa membeli makanan ini.

Tabel 8 Jenis makanan utama/sepinggan yang biasa dibeli siswa

Jenis n %

Olahan beras 3 37,5 Olahan mie dan bihun 3 37,5 Olahan ikan dan daging 2 25,0

Total 8 100.0

Pada Tabel 8 dapat diketahui bahwa jenis makanan utama dari olahan beras (37,5%) serta olahan mie dan bihun (37,5%) paling banyak dikonsumsi siswa. Makanan tersebut seperti mie instan baik yang pengolahannya direbus atau digoreng. Jika siswa sering mengkonsumsi makanan jajanan dari olahan mie dan bihun seperti mie rebus, mie goreng yang tinggi karbohidrat dan sedikit kandungan zat gizi lainnya sehingga siswa akan mudah mengantuk di kelas dan dapat mempengaruhi prestasi akedemiknya.

Makanan camilan/snack

Makanan camilan dikelompokkan enam jenis yaitu aneka gorengan, produk ekstruksi, aneka kue, biskuit dan wafer, hasil olahan daging dan ikan, permen dan coklat serta lainnya. Jenis makanan camilan/snack yang biasa dibeli siswa disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9 Jenis makanan camilan/snack yang biasa dibeli siswa

Jenis n %

Produk ekstruksi 7 25,0 Aneka gorengan 6 21,4 Biskuit dan wafer 6 21,4 Hasil olahan daging dan ikan 3 10,7 Permen dan coklat 3 10,7

Lainnya 2 7,1

Aneka kue 1 3,8

Total 28 100,0

Jenis makanan camilan/snack paling banyak dijual di lingkungan sekolah karena harga yang relatif mudah dijangkau oleh siswa dan jenisnya yang bervariasi mulai dari bentuk, rasa, harga dan kemasan. Kelompok makanan ini yang paling banyak adalah produk ekstruksi atau makanan pabrikan (25,0%). Namun selain itu terdapat juga aneka gorengan (21,4%), biskuit dan wafer (21,4%). Terdapat dua jenis makanan hasil olahan daging dan ikan yaitu bakso goreng, nugget dan sosis goreng. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Roberto (2010) di Amerika menyatakan bahwa anak sekolah dasar lebih tertarik pada makanan jajanan khususnya snack yang dibungkus (makanan pabrikan) dengan tokoh karikatur dibandingkan dengan jajanan yang tidak dibungkus seperti jajanan tradisional namun hal tersebut berefek pada rendahnya konsumsi jajanan dari buah, maupun dari biji-bijian (nut).

Minuman

Jenis jajanan ini dikelompokkan menjadi dua yaitu minuman kemasan (cair) dan minuman kemasan (serbuk). Minuman kemasan cair biasanya dijual dalam bentuk kemasan gelas atau botol dan dikonsumsi langsung tanpa ada proses pembuatan. Minuman kemasan (serbuk) biasanya dijual dalam bentuk serbuk dan dikemas dengan plastik serta perlu penambahan air jika ingin mengkonsumsinya. Kedua kelompok minuman ini merupakan minuman pabrikan. Tabel 10 Jenis minuman yang biasa dibeli siswa

Jenis n %

Minuman kemasan (cair) 5 62,5 Minuman kemasan (serbuk) 3 37,5

Total 8 100,0

Pada Tabel 10 dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa (62,5%) biasanya membeli minuman kemasan (cair). Minuman jenis ini terdiri dari berbagai merek seperti Teh Gelas, Frutang, Ale-Ale, Milkuat dan Jelly Drink. Jumlah minuman tersebut sudah cukup bervariasi. Minuman yang biasa dibeli siswa biasanya memiliki rasa buah-buahan yang manis seperti jeruk, strawberry,

melon dan anggur. Menurut penelitian Piernas dan Popkin (2009) terdapat peningkatan konsumsi minuman seperti minuman buah, minuman olahraga dan sari buah serta terjadi penurunan konsumsi jus buah dan buah-buahan sebagai makanan jajanan pada anak-anak di Amerika Serikat.

Jumlah Jajanan

Jumlah jenis jajanan adalah banyaknya jumlah dari masing-masing jenis makanan jajanan yang dibeli siswa di lingkungan sekolah selama kurun waktu tertentu. Lebih dari separuh siswa (laki-laki dan perempuan) membeli makanan jajanan sebanyak 3-4 jenis per hari. Hal ini berbeda dengan penelitian Syarifah (2010) yang dilakukan di Kabupaten Bogor, bahwa siswa membeli makanan jajanan sebanyak 1-2 jenis per hari. Perbedaan ini diakibatkan oleh besarnya uang saku yang diperoleh siswa. Sebaran siswa berdasarkan jumlah dan jenis jajanan dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11 Sebaran siswa berdasarkan jumlah jenis jajanan Jumlah jenis jajanan

(per hari)

Laki-laki Perempuan Total

n % n % n % 1-2 jenis 3 16,7 10 45,5 13 32,5 3-4 jenis 11 61,1 11 50,0 22 55,0 5-7 jenis 4 22,2 1 4,5 5 12,5 Total 18 100,0 22 100,0 40 100,0 Rata-rata ± SB 3,5 ± 1,0 2,8 ± 0,9 3,1 ± 1,0

Tabel 12 memperlihatkan bahwa sebagian besar siswa (70,0%) membeli makanan utama/sepinggan sebesar 2-3 jenis per minggu. Tidak ada siswa yang membeli jajanan jenis ini lebih dari enam jenis per minggu. Hal ini berarti makanan yang dibeli siswa belum beragam. Menurut Syafitri (2010) Makanan jenis ini memiliki kandungan energi yang tinggi sehingga membuat cepat kenyang bila dikonsumsi. Hal inilah yang menyebabkan siswa jarang mengkonsumsi dalam jumlah yang besar.

Tabel 12 Sebaran siswa berdasarkan jumlah jenis makanan

Jumlah jajanan Sepinggan Snack Minuman

(jenis/minggu) n % n % n % < 2 11 27,5 0 0,0 1 2,5 2-3 28 70,0 2 5,0 16 40,0 4-5 1 2,5 12 30,0 23 57,5 6-7 0 0,0 15 37,5 0 0,0 > 7 0 0,0 11 27,5 0 0,0 Total 40 100,0 40 100,0 40 100,0

Makanan camilan/snack paling banyak dibeli siswa. Hampir 100% siswa membeli makanan camilan/snack empat jenis atau lebih per minggu. Hal ini

berarti baik dari segi ketersediaan dan konsumsi siswa sudah cukup beragam. Berdasarkan penelitian Syafitri (2010) yang dilakukan di Kota Bogor bahwa siswa SD biasanya membeli makanan camilan/snack 6-7 jenis per minggu. Lebih dari separuhsiswa membeli minuman 2-5 jenis per minggu. Hal ini dapat disebabkan oleh besarnya ketersediaan makanan jajanan (snack dan minuman) di lingkungan sekolah dalam variasi bentuk, rasa, harga dan kemasan yang beragam.

Piernas dan Popkin (2009) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa anak-anak dan remaja di Amerika Serikat mengkonsumsi hampir tiga jenis makanan jajanan perhari. Persentase kebiasaan jajan dari tahun 1989 sampai 2006 mengalami kenaikan. Pada penelitian ini menemukan peningkatan konsumsi snack asin yang padat energi, permen, serta minuman seperti minuman buah, minuman olahraga, dan sari buah serta terjadi penurunan konsumsi jus buah dan buah-buahan sebagai makanan jajanan pada anak-anak.

Frekuensi Jajan

SD Negeri Babakan Kota Bogor selain memiliki kantin sekolah juga terdapat penjaja PJAS di lingkungan sekolah. Walaupun terdapat penjaja PJAS, namun siswa lebih sering jajan di kantin sekolah daripada di luar sekolah. Bila dilihat frekuensi jajan siswa, sebanyak 72,2 % siswa laki-laki dan 77,3% siswa perempuan biasa jajan satu kali per hari di kantin sekolah. Sebaran siswa berdasarkan frekuensi jajan per hari disajikan pada Tabel 13.

Tabel 13 Sebaran siswa berdasarkan frekuensi jajan Frekuensi

(kali/hr)

Di kantin sekolah

Total Di luar kantin Total Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan

n % n % n % n % n % n % 0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 7 38,9 6 27,3 13 32,5 1 13 72,2 17 77,3 30 75,0 8 44,4 13 59,1 21 52,5 2 5 27,8 5 22,7 10 25,0 3 16,7 3 13,6 6 15,0 3 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 Total 18 100,0 22 100,0 40 100,0 18 100,0 22 100,0 40 100,0 Rata-rata ± SB 1,3 ± 0,5 1,2 ± 0,4 1,3 ± 0,4 0,8 ± 0,7 0,9 ± 0,6 0,8 ± 0,7

Terdapat 38,9% siswa laki-laki dan 27,3 % siswa perempuan tidak pernah jajan di luar sekolah karena guru menganjurkan siswa untuk jajan di kantin daripada di luar sekolah. Namun masih banyak siswa yang jajan di luar kantin sekolah.

Alasan Membeli

Tabel 14 memperlihatkan bahwa lebih dari 70,0% siswa baik laki-laki maupun perempuan membeli makanan jajanan dengan alasan rasa enak dan

harga murah. Jajanan yang biasanya dibeli siswa memiliki rasa gurih dan manis (makanan cemilan/snack) dan serta rasa buah seperti jeruk, strawberry, anggur dan jambu (minuman). Penelitian Nurliawati (2003) yang dilakukan di SD Kabupaten Bogor, anak-anak menerima makanan jajanan apa adanya, mereka lebih tertarik pada rasa dan harga dari makanan itu tetapi tidak memperhatikan aspek kesehatan, kebersihan dan gizi secara teliti.

Tabel 14 Sebaran siswa berdasarkan alasan membeli makanan jajanan Alasan Membeli Laki-laki Perempuan Total

n % n % n %

Rasanya Enak 14 77,8 16 72,7 30 75,0 Harganya Murah 13 72,2 16 72,7 29 72,5

Waktu Jajan

Pada Tabel 15 dapat diketahui bahwa semua siswa jajan pada saat istirahat sekolah. Pada waktu istirahat anak mulai merasa lapar setelah beberapa jam mengikuti pelajaran. Selain pada saat istirahat siswa (laki-laki dan perempuan) juga jajan sebelum masuk sekolah (30%) dan saat pulang sekolah (32,5%). Siswa yang tidak jajan sebelum masuk sekolah diduga karena siswa telah sarapan di rumah, sehingga pada saat sampai sekolah siswa masih merasa kenyang dan enggan untuk jajan. Sedangkan siswa yang tidak jajan pada saat pulang sekolah biasanya uang saku mereka tinggal sedikit atau bahkan telah habis (Syarifah 2010).

Tabel 15 Sebaran siswa berdasarkan waktu jajan

Waktu Jajan Laki-laki Perempuan Total

n % n % n %

Saat istirahat sekolah 7 38,9 8 36,4 15 37,5 Sebelum masuk sekolah + saat istirahat sekolah 5 27,8 7 31,8 12 30,0 Saat istirahat sekolah + saat pulang sekolah 6 33,3 7 31,8 13 32,5 Total 18 100,0 22 100,0 40 100,0

Konsumsi Pangan

Menurut Khomsan (2002) pangan merupakan kebutuhan pokok manusia. Kebutuhan pangan perlu diupayakan ketersediannya dalam jumlah yang cukup, layak dan aman dikonsumsi dan mudah diperoleh dengan harga yang terjangkau. Salanjutnya menurut Hardinsyah dan Martianto (1988) Konsumsi pangan adalah informasi tentang jenis dan jumlah pangan yang dimakan seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa konsumsi pangan dapat ditinjau dari aspek jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi.

Pengukuran konsumsi pangan siswa menggunakan metode food recall 24 jam. Metode ini memiliki beberapa kelebihan yaitu mudah dalam melaksanakannya, tidak membebani responden, biayanya murah dan cepat. Namun metode ini juga memiliki kekurangan yaitu tidak dapat menggambarkan asupan makan sehari-hari jika dilakukan satu hari dan ketepatannya tergantung dari daya ingat responden. Recall tentang makanan yang dikonsumsi siswa hanya ditanyakan kepada siswa tanpa menanyakan kembali ke orangtua, Sebaiknya recall perlu diverifikasi kembali ke orangtua (ibu) agar hasilnya lebih baik.

Secara keseluruhan konsumsi jenis pangan padi-padian dan olahannya siswa perempuan lebih beragam daripada siswa laki-laki. Namun jika dilihat dari kuantitas pangan, siswa laki-laki lebih banyak daripada siswa perempuan walaupun pada beberapa jenis makanan siswa perempuan lebih banyak daripada laki-laki. Konsumsi mie pada siswa laki-laki maupun perempuan sama-sama relatif tinggi dibandingkan nasi goreng dan nasi uduk. Hal ini dikarenakan siswa hampir setiap hari mengkonsumsi mie baik mie goreng maupun mie rebus. Biasanya siswa mengkonsumsi nasi goreng atau nasi uduk pada saat sarapan. Mie memiliki rasa yang gurih dan mengenyangkan, hal inilah yang menjadi alasan siswa suka mengkonsumsi jenis pangan ini dibanding yang lainnya. Biasanya siswa mengkonsumsi mie bersama nasi dan telur tanpa sayur, tetapi juga terdapat anak yang mengkonsumsi mie dengan nasi tanpa telur dan sayur. Konsumsi dengan cara yang demikian kurang tepat, hendaknya mengkonsumsi mie disertai dengan lauk hewani dan sayuran agar mengandung zat gizi yang lengkap. Pada penelitian ini ditemukan bahwa siswa laki-laki tidak mengkonsumsi bubur, jagung dan lontong.

Konsumsi jajanan/chiki relatif banyak, baik pada siswa laki-laki maupun perempuan. Konsumsi jajanan yang berlebihan dapat membuat anak merasa kenyang sehingga nafsu makannya berkurang dan tidak menghabiskan makanannya ketika di rumah. Sebaiknya anak diberikan makanan utama (makanan rumahan) dahulu sebelum anak mengkonsumsi makanan jajanan. Walaupun demikian bukan berarti makanan jajanan tidak dapat diberikan. Namun makanan jajanan berguna untuk mencukupi kebutuhannya ketika makanan utama belum dapat memenuhi kebutuhannya.

Jenis pangan umbi-umbian dan olahannya masih kurang beragam. Hal ini terlihat dari jenis pangan ini tidak sebanyak pada kelompok padi-padian. Siswa

laki-laki lebih banyak mengkonsumsi kentang daripada yang lain. Kentang biasanya diolah menjadi perkedel kentang dan pelengkap pada siomay. Sedangkan siswa perempuan lebih banyak mengkonsumsi olahan tepung kanji seperti cireng dan cimol.

Jenis pangan hewani dan olahannya lebih bervariasi dibandingkan pangan umbi-umbian. Jenis pangan hewani yang dikonsumsi siswa perempuan lebih beragam daripada laki-laki. Pangan hewani yang dominan dikonsumsi oleh siswa laki-laki antara lain telur, bakso, dan siomay. Pada siswa perempuan konsumsi pangan jenis ini lebih bervariasi seperti ayam, bakso, siomay, telur dan nugget. Konsumsi susu siswa perempuan lebih banyak daripada siswa laki-laki. Susu penting bagi anak-anak, karena pada usia ini anak-anak pada masa pertumbuhan. Susu adalah sumber kalsium dan fosfor yang sangat penting untuk pembentukan tulang (Khomsan 2004). Hal ini mungkin perlu diadakan program pemberian susu gratis pada siswa SD seperti yang pernah dilakukan pada beberapa tahun lalu di Indonesia agar konsumsi susu meningkat. Pada penelitian ini ditemukan bahwa siswa laki-laki tidak mengkonsumsi hati ayam, ikan mas dan lele.

Kelompok selanjutnya yaitu buah/biji berminyak, minyak dan lemak, gula serta olahannya. Pada kelompok jenis pangan ini memiliki variasi yang paling rendah jika dibandingkan dengan kelompok pangan lainnya. Kelompok pangan ini hanya terdiri dari empat jenis yaitu minyak, gula, santan dan margarin. Minyak biasanya digunakan pada makanan yang digoreng atau ditumis. Sedangkan gula biasanya digunakan untuk teh manis. Jenis pangan ini biasanya digunakan tidak terlalu banyak pada makanan.

Tempe dan tahu dari golongan kacang-kacangan dan hasil olahannya merupakan pangan yang paling dominan dikonsumsi siswa. Tempe dan tahu biasanya dikonsumsi sebagai lauk pada saat makan. Namun ada juga tahu yang dikonsumsi sebagai makanan jajanan. Di luar sekolah terdapat penjaja PJAS yang menjual tahu sebagai makanan jajanan. Tempe dan tahu biasanya diolah dengan cara digoreng. Siswa laki-laki mengkonsumsi tempe lebih banyak daripada siswa perempuan. Konsumsi pangan biasanya dipengaruhi oleh kesukaan terhadap suatu jenis pangan. Konsumsi kecap juga relatif tinggi dibandingkan oncom, kacang tanah dan kacang hijau. Kecap biasanya dikonsumsi bersama nasi dan telur dadar atau telur ceplok.

Buah dan sayur merupakan sumber vitamin, mineral dan serat. Buah yang paling dominasi dikonsumsi siswa adalah mangga dan pisang. Pada saat mengambil data sedang terjadi musim mangga, sehingga konsumsi mangga lebih dominan dibandingkan buah lainnya. Selain mangga, pisang juga dominan dikonsumsi siswa baik baik dalam bentuk mentah maupun matang.

Konsumsi sayur lebih beragam daripada konsumsi buah baik pada siswa laki-laki maupun perempuan. Pada siswa laki-laki lebih dominan konsumsi bayam, sedangkan siswa perempuan lebih dominan konsumsi sayur sop yang terdiri dari sayur wortel, buncis dan kool. Sayur sop lebih disukai karena memiliki warna yang menarik sehingga anak lebih suka sayur ini daripada sayur yang lain.

Pangan yang termasuk kelompok lainnya ini merupakan pangan yang tidak termasuk ke dalam delapan kategori kelompok diatas. Kelompok jenis pangan ini lebih didominasi oleh kelompok jajanan seperti minuman dari berbagai merek, permen dan coklat. Kelompok jenis ini lebih bervariasi dibandingkan kelompok umbi-umbian, minyak dan buah. Anak-anak biasanya memiliki kebiasaan gemar jajan sehingga pada golongan ini lebih didominasi minuman jajanan. Minuman yang dikonsumsi siswa memiliki rasa manis dan terdiri dari berbagai rasa buah seperti jeruk, anggur, jambu, strawberry dan mangga. Selain terdiri dari rasa buah juga terdapat minuman dari teh berbagai merek seperti Mountea, Teh Gelas dan Teh Sisri. Pengelompokkan pangan yang dominan dikonsumsi siswa dapat dilihat pada Lampiran 1.

Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi

Menurut Hardinsyah dan Martianto (1988) tingkat kecukupan zat gizi seseorang atau kelompok orang dapat diketahui dengan cara membandingkan kandungan zat gizi makanan yang dikonsumsi seseorang atau kelompok orang dengan angka kecukupannya. Kecukupan zat gizi antar individu berbeda menurut berat badan, jenis kelamin, umur, keadaan fisiologis, dan lain-lain. Statistik konsumsi, kecukupan dan tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa dapat dilihat pada Tabel 16.

Konsumsi energi sehari siswa berkisar antara 828 – 2043 Kal/hari dengan rata-rata 1367 ± 297 Kal/hari. Rata-rata konsumsi energi laki-laki (1460 ± 319 Kal/hari) lebih tinggi daripada perempuan (1277 ± 255 Kal/hari). Tingkat kecukupan energi rata-rata siswa laki-laki dan perempuan termasuk pada kategori defisit tingkat sedang (73,4%) dan defisit tingkat berat (67,2%). Hasil uji

beda t-test tidak terdapat perbedaan yang nyata (p=0,051) antara konsumsi siswa laki-laki dan perempuan.

Energi diperlukan untuk mempertahankan hidup, menunjang pertumbuhan dan melakukan aktifitas fisik. Kekurangan energi terjadi jika konsumsi energi melalui makanan kurang dari energi yang dikeluarkan. Tubuh akan mengalami keseimbangan energi negatif akibatnya berat badan kurang dari berat badan ideal (Almatsier 2003). Pangan sumber energi yang banyak dikonsumsi contoh adalah mie instant, nasi goreng, nasi uduk, batagor dan siomay. Rendahnya konsumsi energi siswa dapat diakibatkan karena siswa banyak mengkonsumsi makanan jajanan sehingga nafsu makan berkurang dan tidak menghabiskan makannya.

Tabel 16 Statistik konsumsi, kecukupan dan tingkat kecukupan energidan zat gizi siswa

Energi dan Zat Gizi

Laki-Laki Perempuan Total

Kons Kec Tk Kec Kons Kec Tk Kec Kons Kec Tk Kec Energi (Kal) Rata-rata 1460 1972 73,4 1277 1900 67,2 1367 1933 70,0 SB 319 46 15,2 255 0 13,4 297 47 14,4 Minimal 1027 1900 51,3 828 1900 43,6 828 1900 43,6 Maksimal 2043 2000 102,2 2043 1900 100,2 2043 2000 102,2 Protein (g) Rata-rata 38,0 43 87,9 32,8 46 74,5 35,2 44 80,5 SB 8,8 4 19,4 5,9 7 18,0 7,7 7 19,6 Minimal 22,2 37 49,3 24,4 37 45,2 22,2 37 45,2 Maksimal 57,0 45 130,9 57,0 54 108,0 57,0 54 130,9 Lemak (g) Rata-rata 53,5 55 94,4 42,3 53 80,1 47,9 54 86,5 SB 17,0 1 26,2 11,0 0 20,7 14,9 1 24,1 Minimal 24,0 53 45,5 25,1 53 47,5 24,0 53 45,5 Maksimal 90,4 56 128,4 90,4 53 134,2 90,4 56 134,2 Vitamin A (SI) Rata-rata 651,8 472 140,8 470,6 450 106,2 539,4 460 121,8 SB 374,1 46 83,6 224,4 51 51,8 310,6 50 69,3 Minimal 27,0 400 5,4 109,5 400 26,9 27,0 400 5,4 Maksimal 1571,3 500 314,3 1571,3 500 214,1 1571,3 500 314,3 Vitamin C (mg) Rata-rata 18,9 49 38,7 13,1 48 27,8 15,4 48 32,7 SB 9,8 2 21,4 7,0 3 15,3 8,8 2 18,9 Minimal 3,7 45 7,5 2,8 45 5,6 2,8 45 5,6 Maksimal 42,2 50 93,8 42,2 50 55,8 42,2 50 93,8 Zat Besi (mg) Rata-rata 13,5 13 103,8 9,1 12 75,5 10,8 12 89,7 SB 4,7 2 36,4 5,3 2 30,8 4,3 2 33,2 Minimal 7,2 10 51,6 3,2 10 22,5 3,2 10 22,5 Maksimal 24,7 14 176,8 30,9 14 309,4 30,9 14 309,4

Protein berfungsi dalam pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan serta menggantikan sel-sel yang mati (Sediaoetama 2006). Secara keseluruhan konsumsi protein siswa laki-laki (38,0 ± 8,8 g/hari) lebih tinggi dibandingkan siswa perempuan (32,8 ± 5,9 g/hari). Konsumsi protein sehari siswa berkisar

antara 22,2 – 057, g/hari dengan rata-rata 35,2 ± 7,7 g/hari dan termasuk dalam kategori defisit tingkat ringan. Terdapat perbedaan yang nyata (p=0,032) konsumsi antara siswa laki-laki dan perempuan. Pangan sumber protein yang banyak dikonsumsi siswa adalah ayam goreng, telur ayam, ikan tongkol dan ikan

Dokumen terkait