• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODOLOGI PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sektor, Subsektor Basis dan Komoditas Unggulan

Hasil analisis Location Quotient (LQ) terhadap data PDRB Kabupaten Cianjur dan Provinsi Jawa Barat tahun Tahun 2011 - 2013 atas dasar harga konstan 2000 tertera pada Tabel 6.

Tabel 6 Indeks LQ sektor ekonomi Kabupaten Cianjur tahun 2011 - 2013 atas dasar Harga Konstan 2000

Lapangan Usaha 2011 2012 2013 Rataan

Pertanian 3.33 3.44 3.66 3.47

Pertambangan dan penggalian 0.05 0.06 0.06 0.06

Industri Pengolahan 0.07 0.07 0.07 0.07

Listrik, Gas dan Air Bersih 0.36 0.39 0.38 0.38

Bangunan 0.89 0.85 0.82 0.85

Perdagangan, Hotel dan Restoran 1.24 1.26 1.20 1.23

Pengangkutan dan Komunikasi 1.55 1.47 1.40 1.47

Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 1.59 1.47 1.42 1.49

Jasa-Jasa 1.46 1.48 1.43 1.45

Sumber : BPS Kabupaten Cianjur dan Jawa Barat 2012-2014; data diolah

Hasil rata-rata yang diperoleh dari analisis LQ selama (tiga) tahun terakhir 2011 - 2013, terdapat 5 (lima) sektor yang masuk ke dalam kategori basis di Kabupaten Cianjur karena memiliki nilai LQ > 1. Kelima sektor tersebut adalah: 1) Pertanian; 2) Perdagangan, hotel dan restoran; 3) Pengangkutan dan Komunikasi; 4) Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; dan 5) Jasa-jasa. Indeks LQ lebih besar dari satu memberi makna bahwa konsentrasi sektor tersebut di Kabupaten Cianjur lebih besar dari rata-rata konsentrasi sektor yang sama di Provinsi Jawa Barat. Sektor pertanian dipilih sebagai sektor basis di Kabupaten Cianjur karena memiliki nilai LQpaling besar dan sangat signifikan dibanding dengan 4 (empat) sektor lain yang juga memiliki indeks LQ> 1.

Sektor pertanian terdiri dari 5 (lima) subsektor yaitu subsektor tanaman bahan makanan, perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan. Selanjutnya dari 5 subsektor tersebut dianalisis untuk menentukan subsektor yang menjadi basis. Metode analisis yang diterapkan sama dengan metode dalam menentukan sektor basis, yaitu menggunakan LQ. Data yang dipergunakan untuk menganalisis subsektor basis adalah data PDRB subsektor pada sektor pertanian Tahun 2011 - 2013. Hasil analisis tersebut dapat dilihat Tabel 7.

Tabel 7 Indeks LQ subsektor pada sektor pertanian di Kabupaten Cianjur tahun 2011 - 2013 atas dasar harga konstan 2000

Lapangan Usaha 2011 2012 2013 Rataan

Tanaman Bahan Makanan 1.02 1.01 1.00 1.01

Perkebunan 0.47 0.48 0.46 0.47

Peternakan 1.07 1.17 1.20 1.15

Kehutanan 0.84 1.18 1.25 1.09

Perikanan 1.02 1.00 1.01 1.01

Hasil analisis LQ terhadap data PDRB subsektor pada sektor pertanian Kabupaten Cianjur tahun 2011-2013 secara rata-rata menunjukkan ada 4 (empat) subsektor yang dikategorikan sebagai subsektor basis dengan nilai LQ > 1 yaitu: 1) tanaman bahan makanan; 2) peternakan; 3) kehutanan dan; 4) perikanan. Indeks LQ dari 4 (empat) subsektor basis tersebut tidak signifikan perbedaannya. Namun jika ditinjau berdasarkan share terhadap pembentukan PDRB sektor pertanian dari keempat subsektor itu hasilnya menunjukkan bahwa subsektor tanaman bahan makanan memiliki share paling besar sejak Tahun 2011 sampai dengan tahun 2013 seperti yang tersaji pada Gambar 13.

Gambar 13 Share subsektor terhadap PDRB sektor pertanian tahun 2011 - 2013 di Kabupaten Cianjur

Share subsektor tanaman bahan makanan terhadap PDRB sektor pertanian Kabupaten Cianjur dalam rentang waktu tahun 2011 - 2013 secara berurutan sebesar 77.76, 75.83 dan 75.34%. Subsektor peternakan, kehutanan dan perikanan berada jauh di bawah subsektor tanaman bahan makanan. Subsektor peternakan memberikan share tidak sampai 16%, sedangkan subsektor perikanan dan kehutanan di bawah 6%, sehingga dapat dikatakan bahwa subsektor tanaman bahan makanan merupakan subsektor pada sektor pertanian yang paling penting karena selain termasuk ke dalam subsektor basis juga memiliki share yang paling besar dalam pembentukan PDRB sektor pertanian. Share yang besar menunjukkan pula angka produksi yang besar, sedangkan produksi dalam konteks pertanian sangat erat kaitannya dengan jumlah tenaga kerja. Semakin besar tingkat produksi maka semakin besar pula jumlah tenaga kerja yang terlibat.

Berdasarkan kondisi tersebut maka subsektor tanaman bahan makanan yang dipilih sebagai subsektor basis dari sektor pertanian di Kabupaten Cianjur. Penentuan komoditas unggulan dilakukan dengan menggunakan pendekatan kombinasi analisis LQ dan DS. Data yang digunakan untuk menentukan komoditas unggulan adalah data luas panen (ha) komoditas tanaman bahan makanan Provinsi Jawa Barat dan Kabupaten Cianjur tahun 2011 - 2013 seperti yang terlihat pada Tabel 8. 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 2011 2012 2013

Tanaman Bahan Makanan Peternakan

Kehutanan Perikanan

Tabel 8 Analisis komoditas unggulan di Kabupaten Cianjur tahun 2011-2013 Komoditas Tanaman

Bahan Makanan

Location Quotient Differential Shift Nilai

Akhir

Indeks Skor Nilai Indeks Skor Nilai

Padi Sawah 0.98 1.00 0.49 0.05 2.00 0.05 0.54 Jagung 0.54 1.00 0.27 0.07 2.00 0.07 0.34 Ubi Kayu 0.91 1.00 0.46 (0.10) 1.00 (0.10) 0.36 Kedelai 1.07 3.00 1.60 0.58 1.00 0.29 1.89 Kacang Hijau 0.37 1.00 0.19 (0.08) 1.00 (0.04) 0.14 Kacang Tanah 3.19 3.00 4.78 0.20 2.00 0.20 4.99 Ubi Jalar 0.70 1.00 0.35 (0.11) 1.00 (0.06) 0.29 Keterangan:

Nilai LQ = Indeks x Skor/2; Skor 1 untuk Indeks LQ<1, Skor 2 untuk Indeks LQ=1, Skor 3 untuk Indeks >1 Nilai DS = Indeks x Skor/2; Skor 1 untuk Indeks DS<0, Skor 2 untuk Indeks DS>0 Nilai akhir = Nilai LQ + DS

Subsektor tanaman bahan makanan Kabupaten Cianjur terdiri dari 7 komoditas yaitu: 1) padi sawah; 2) jagung; 3) ubi kayu; 4) kedelai; 5) kacang hijau; 6) kacang tanah; dan 8) ubi jalar. Selanjutnya dari 7 komoditas tersebut dipilih 3 komoditas yang memiliki nilai akhir paling tinggi dari hasil penjumlahan nilai LQ dan DS untuk ditetapkan sebagai komoditas unggulan Kabupaten Cianjur. Berdasarkan Tabel 9 maka hasilnya adalah kacang tanah, kedelai dan padi, masing- masing dengan nilai akhir 4.99, 1.89 dan 0.54. Jika dilihat dari hasil analisis LQ, padi sawah memiliki nilai indeks LQ tidak lebih dari 1 atau tidak memiliki keunggulan komparatif. Namun Kabupaten Cianjur merupakan daerah yang memiliki ciri khas sebagai wilayah pertanian padi sawah. Mayoritas petaninya merupakan petani padi sawah, oleh karena itu tidak tepat perencanaan pengembangan wilayah di Kabupaten Cianjur mengabaikan komoditas padi sawah. Dengan demikian komoditas padi sawah ditetapkan sebagai salah satu komoditas unggulan di Kabupaten Cianjur.

Kesesuaian Lahan Padi Sawah, Kacang Tanah dan Kedelai

Tujuan penelitian kedua adalah menganalisis potensi pengembangan komoditas unggulan di Kabupaten Cianjur, yaitu: padi sawah, kacang tanah, dan kedelai berdasarkan pada aspek kesesuaian lahan. Padi sawah, kacang tanah dan kedelai merupakan komoditas yang berbasis lahan, sehingga pengembangannya sangat bergantung kepada keberadaan lahan yang sesuai. Penggunaan lahan yang tidak sesuai peruntukannya tidak saja akan mengakibatkan menurunnya produktivitas tetapi juga dapat menyebabkan terjadinya degradasi lingkungan. Adapun paradigma pembangunan saat ini adalah sangat menitik beratkan pada konsep pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development). Oleh karena itu, agar pemanfaatan suatu lahan sesuai dengan karakteristik dan peruntukannya maka diperlukan analisis atau evaluasi kesesuaian lahan. Tanpa ada kegiatan evaluasi kesesuaian lahan, maka sangat sulit sekali mengalokasikan suatu lahan untuk suatu komoditas yang sesuai dengan karakteristiknya. Hasil analisis atau evaluasi kesesuaian lahan untuk padi sawah, kacang tanah, dan kedelai secara spasial terhadap 63 karakteristik satuan peta tanah (SPT), menghasilkan kelas kesesuaian lahan aktual seperti tertera pada Tabel 9.

Tabel 9 Kesesuaian lahan padi sawah, kacang tanah dan kedelai di Kabupaten Cianjur

Komoditas Kelas Subkelas Faktor Pembatas Luas

(ha) %

Padi Sawah S1 - - 155 0.04

S2 S2re Media perakaran, erosi 12,272 3.50

S3 S3e Erosi 28,083 8.00

S3r Media perakaran 39,442 11.24

S3re Media perakaran, erosi 31,197 8.89

S3tr Temperatur, media perakaran 396 0.11

S3tre Temperatur, media perakaran, erosi 933 0.27

N1 N1e Erosi 157,22 2 44.81 N2 N2e Erosi 81,178 23.14 Jumlah 350,87 8 100.0 0 Kacang Tanah S1 - - - - S2 S2e Erosi 6,504 1.85 S2r Media perakaran 155 0.04

S2twe Temperatur, ketersediaan air, erosi 9,265 2.64

S2we Ketersediaan air, erosi 15,959 4.55

S3 S3e Erosi 26,786 7.63

S3re Media perakaran, erosi 4,928 1.40

S3tw Temperatur, ketersediaan air 396 0.11

S3twe Temperatur, ketersediaan air, erosi 933 0.27

S3w Ketersediaan air 22,799 6.50

S3we Ketersediaan air, erosi 24,137 6.88

S3wre Ketersediaan air, media perakaran, erosi 616 0.18 N1 N1e Erosi 157,22 2 44.81 N2 N2e Erosi 81,178 23.14 Jumlah 350,87 8 100.0 0 Kedelai S1 - - - - S2 S2e Erosi 14,908 4.25

S2twe Temperatur, ketersediaan air, erosi 49,624 14.14

S2we Ketersediaan air, erosi 2,090 0.60

S3 S3re Media perakaran, erosi 986 0.28

S3tw Temperatur, ketersediaan air 396 0.11

S3twe Temperatur, ketersediaan air, erosi 933 0.27

S3we Ketersediaan air, erosi 38,829 11.07

S3wr Ketersediaan air, media perakaran 155 0.04 S3wre Ketersediaan air, media perakaran,

erosi 4,557 1.30 N1 N1e Erosi 157,22 2 44.81 N2 N2e Erosi 81,178 23.14 Jumlah 350,87 8 100.0 0 Keterangan: S1 = Sangat sesuai; S2 = Cukup sesuai; S3 = Sesuai Marginal;

N1= Tidak sesuai saat ini; N2 = Tidak sesuai selamanya

Berdasarkan Tabel 9 dapat disimpulkan bahwa lahan terluas yang sesuai untuk pengembangan padi sawah adalah lahan subkelas S3r yaitu 39,442 ha atau 11.24%, kemudian subkelas S3re yaitu 31,197 ha atau 8.89% dan lahan subkelas S3e yaitu 28,083 ha atau 8% dari total luas lahan di dalam penelitian. Lahan terluas yang sesuai untuk pengembangan kacang tanah adalah subkelas S3e yaitu 26,786 ha atau 7.63%, diikuti lahan subkelas S3we yaitu 24,137 ha atau 6.88% dan subkelas S3w yaitu 22,799 ha atau 6.5%. Lahan yang sesuai untuk pengembangan

kedelai paling luas adalah subkelas S2twe yaitu 49,624 ha atau 14.14% selanjutnya subkelas S3we yaitu 38,829 ha atau 38,829 ha atau 11.07% dan subkelas S2e yaitu 14,908 ha atau 4.25%. Berdasarkan Tabel 9 pada umumnya lahan di Kabupaten Cianjur memiliki faktor pembatas media perakaran (r), bahaya erosi (e), temperatur (t) dan ketersediaan air (w). Beberapa pembatas lahan tersebut masih bisa diperbaiki seperti erosi, ketersediaan air dan media perakaran (drainase). Usaha perbaikan lahan terhadap faktor pembatas erosi antara lain pembuatan teras, pembuatan guludan dan guludan bersaluran menurut kontur, pengolahan tanah menurut kontur dan tanaman penutup tanah. Untuk faktor pembatas media perakaran (drainase) jenis usaha perbaikan yang dapat dilakukan di antaranya adalah perataan tanah, guludan, saluran terbuka dan perbaikan sistem drainase. Faktor pembatas ketersediaan air dapat diperbaiki dengan pembuatan sistem irigasi (Arsyad, 2010). Sementara itu faktor pembatas temperatur tidak dapat diperbaiki.

Faktor pembatas lahan untuk padi sawah sebagian besar bisa diperbaiki yaitu drainase (media perakaran) dan bahaya erosi. Sementara itu kelas kesesuaian lahan untuk kacang tanah dan kedelai terdapat faktor pembatas yang tidak dapat diperbaiki yaitu temperatur, hal ini disebabkan karena terdapat wilayah dengan suhu kurang dari 20 0C. Berdasarkan kenyataan itu maka pengaruh kondisi alam

terhadap pengembangan kacang tanah dan kedelai lebih besar dari pada padi sawah. Secara spasial hasil analisis kesesuaian lahan padi, kacang tanah dan kedelai dapat dilihat pada Gambar 14, 15 dan 16.

Gambar 14 menunjukkan bahwa lahan yang paling sesuai (kelas S1 dan S2) untuk padi sawah berada di Cianjur Utara, sedangkan untuk kelas S3 tersebar dari Cianjur Utara sampai Cianjur Selatan. Lahan Kelas S1 terdapat di Kecamatan Cikalongkulon dan Sukaresmi, Kelas S2 terdapat di Kecamatan Sukaluyu, Karangtengah, Ciranjang, Warungkondang, Cilaku, Cibeber dan Bojongpicung. Kelas S3 antara lain terdapat di Kecamatan; Cianjur, Warungkondang, Gekbrong, Haurwangi, Ciranjang, Cikadu, Cibinong, Kadupandak dan Sindangbarang. Berdasarkan data di lapangan wilayah yang menjadi basis keberadaan padi sawah sebagian besar terdapat di Cianjur Utara seperti di Kecamatan; Cibeber, Ciranjang, Sukaluyu, Karangtengah, Sukaresmi. Padi sawah juga terdapat di Cianjur Tengah yaitu di Kecamatan; Takokak dan Pagelaran, selain itu terdapat juga di banyak tempat lain seperti di Kecamatan; Cibinong, Naringgul dan Cikadu. Total seluruh lahan padi sawah yang ada saat ini adalah 40,561 ha. Hasil evaluasi kesesuaian lahan untuk kacang tanah secara spasial ditunjukkan oleh Gambar 15.

Gambar 15 Kesesuaian lahan untuk kacang tanah di Kabupaten Cianjur Lahan yang paling sesuai untuk kacang tanah yaitu kelas S2 mayoritas berada di wilayah Cianjur Selatan yaitu di Kecamatan Sindangbarang, selain itu Kelas S2 juga terdapat di Cianjur Utara seperti di Kecamatan Karangtengah, Sukaluyu, Warungkondang dan Bojongpicung. Kelas S3 tersebar di bagian Utara, Tengah dan juga Selatan antara lain di Kecamatan Ciranjang, Haurwangi, Kadupandak, Cijati, Cibinong, Cikadu, Naringgul dan Agrabinta. Menurut data dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Cianjur Tahun 2013 dan hasil

pengamatan langsung di lapangan, wilayah utama budidaya kacang tanah ada di bagian Cianjur Selatan yaitu Kecamatan Sindangbarang, Cidaun, Agrabinta dan Naringgul yakni seluas 10,556 ha. Melalui Gambar 14 dan 15 dapat dilihat bahwa pada lokasi yang sama di Cianjur Utara terdapat lahan yang masuk ke dalam Kelas S2 baik untuk padi sawah maupun kacang tanah, hal ini disebabkan pada area lahan tersebut padi sawah memiliki faktor pembatas media perakaran sedangkan bagi kacang tanah memiliki faktor pembatas ketersediaan air (curah hujan tinggi).

Gambar 16 Kesesuaian lahan untuk kedelai di Kabupaten Cianjur

Sementara itu penyebaran kelas kesesuaian lahan S2 untuk kedelai (Gambar 16) sebagian besar berada di daerah Cianjur Utara dan Selatan, sedangkan sebagian kecil terdapat juga di Cianjur Tengah. Kelas S3 juga dominan terdapat di Cianjur Utara dan Selatan. Wilayah dengan kelas kesesuaian lahan terbaik bagi kedelai antara lain di Kecamatan; Karangtengah, Ciranjang, Sukaluyu, Haurwangi, Cilaku, Kadupandak dan Sindangbarang. Berdasarkan data dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Cianjur Tahun 2013 dan hasil pengamatan langsung di lapangan wilayah utama pengembangan kedelai ada di Kecamatan Ciranjang dan Sukaluyu yaitu sebesar 2,392 ha sisanya tersebar merata hampir di seluruh kecamatan dengan luas 50 - 600 ha.

Berdasarkan Gambar 14, 15 dan 16 dapat disimpulkan bahwa terdapat lebih dari satu komoditas yang bisa dikembangkan pada lokasi lahan yang sama, meskipun memiliki faktor pembatas yang berbeda, oleh karena itu diperlukan

mekanisme penentuan prioritas pengalokasian lahan yang tepat untuk pengembangan padi sawah, kacang tanah dan kedelai.

Secara umum hasil analisis kesesuaian lahan di Kabupaten Cianjur dapat dikelompokkan ke dalam Ordo, Kelas dan Subkelas. Adapun pada kategori Subkelas dapat dikelompokkan ke dalam lahan dengan faktor pembatas yang bisa diperbaiki dan tidak bisa diperbaiki (Tabel 10).

Tabel 10 Distribusi Ordo, Kelas dan Subkelas kesesuaian lahan padi sawah, kacang tanah dan kedelai di Kabupaten Cianjur

Ordo/Kelas/Subkelas Padi Sawah Kacang Tanah Kedelai

ha % ha % Ha % N 238,40 0 67.94 238,40 0 67.94 238,400 67.94 S 112,47 8 32.06 112,47 8 32.06 112,478 32.06 Jumlah 350,87 8 100.0 0 350,87 8 100.0 0 350,878 100.00 N1 157,22 2 44.81 157,22 2 44.81 157,222 44.81 N2 81,178 23.14 81,178 23.14 81,178 23.14 S1 155 0.04 - - - - S2 12,272 3.50 31,883 9.09 66,622 18.99 S3 100,05 1 28.51 80,595 22.97 45,856 13.07 Jumlah 350,87 8 100.0 0 350,87 8 100.0 0 350,878 100.00 N1 (A) 157,22 2 44.83 157,22 2 44.83 157,222 44.83 N1 (B) - - - - N2 (A) 81,178 23.15 81,178 23.15 81,178 23.15 N2 (B) - - - - S2(A) 12,272 3.50 6,659 1.90 14,908 4.25 S2(B) - - 25,224 7.19 51,714 14.74 S3(A) 98,722 28.15 31,714 9.04 986 0.28 S3(B) 1,329 0.38 48,881 13.93 44,870 12.79 Jumlah 350,72 3 100.0 0 350,87 8 100.0 0 350,878 100.00 Berdasarkan kategori Ordo sebagian besar lahan yang ada masuk ke dalam Ordo Tidak sesuai (N) yaitu seluas 238,400 ha (67.94%), sedangkan sisanya yaitu seluas 112,478 ha (32.06%) masuk ke dalam Ordo Sesuai (S) baik untuk padi sawah, kacang tanah maupun kedelai. Berdasarkan kategori Kelas, padi sawah memiliki Kelas S1 seluas 155 ha, sedangkan untuk kacang tanah dan kedelai tidak terdapat Kelas S1, namun kedelai memiliki jumlah lahan Kelas S2 lebih besar daripada S3 yaitu 66,622 ha berbanding 45,856 ha sedangkan untuk padi sawah dan kacang tanah luas lahan Kelas S3 lebih besar daripada S2. Berdasarkan Subkelas S2 dengan faktor pembatas yang bisa diperbaiki (A) padi sawah memiliki lahan seluas 12,272 ha, kacang tanah seluas 6,659 ha dan kedelai seluas 14,908 ha. Sementara itu Subkelas S2 dengan faktor pembatas yang tidak bisa diperbaiki (B) lahan untuk kacang tanah seluas 25,224 ha yaitu subkelas S2twe, kedelai 51,714 ha yaitu subkelas S2twe, sedangkan untuk padi sawah tidak terdapat lahan yang memiliki faktor pembatas yang tidak dapat diperbaiki pada kategori Subkelas S2.

Pada tingkat Subkelas S3 dengan faktor pembatas yang bisa diperbaiki (A) jumlah lahan untuk padi sawah adalah 98,722 ha, kacang tanah 31,714 ha dan kedelai 986 ha. Pada tingkat Subkelas S3 dengan faktor pembatas yang tidak bisa diperbaiki (B) luas lahan untuk padi sawah sebesar 1,329 ha yaitu Subkelas S3tr dan S3tre, kacang tanah seluas 48,881 ha yaitu Subkelas S3tw dan S3twe, dan kedelai sebesar 44,870 ha yaitu Subkelas S3tw dan S3twe.

Oleh karena itu dari hasil evaluasi kesesuaian lahan dapat disimpulkan, bahwa potensi pengembangan padi sawah di Kabupaten Cianjur lebih baik dari pada kacang tanah dan kedelai karena lahan padi sawah yang memiliki faktor pembatas yang tidak bisa diperbaiki hanya sebesar 1,329 ha atau 0.38%, sedangkan lahan kacang tanah memiliki faktor pembatas yang tidak bisa diperbaiki seluas 73,105 ha atau 21.12%, sementara itu lahan untuk kedelai memiliki faktor pembatas yang tidak bisa diperbaiki seluas 96,584 ha atau 27.53%.

Arahan Alokasi Penggunaan Lahan

Untuk arahan alokasi pemanfaatan lahan dalam penelitian ini digunakan analisis MOLA, karena dari hasil evaluasi kesesuaian lahan menunjukkan bahwa suatu lahan dapat dimanfaatkan oleh lebih dari satu komoditas. Analisis MOLA membagi suatu unit lahan untuk padi sawah, kacang tanah dan kedelai berdasarkan: 1) kebutuhan luas lahan masing-masing komoditas; 2) bobot dari masing-masing komoditas; dan 3) peta kesesuaian lahan masing-masing komoditas.

Kebutuhan luas lahan yang akan dianalisis untuk memenuhi kebutuhan pangan penduduk Kabupaten Cianjur pada tahun 2020, khusus kacang tanahmemperhitungkan kebutuhan untuk ekspor karena kacang tanah sebagian besar pasarnya berada di luar Kabupaten Cianjur. Perhitungan kebutuhan luas lahan untuk padi sawah, kacang tanah dan kedelai di Kabupaten Cianjur dilakukan dengan rumusan sebagai berikut (Sumarlin et al. 2008):

KPP = KP %+% +%s+% +%c �

dimana:

KPP : Kebutuhan produksi pangan GKP (ton/tahun) KP : Kebutuhan pangan (ton/tahun)

f : Penggunaan untuk pakan ternak (%) s : Penggunaan untuk bibit (%)

w : Tercecer (%) c : Cadangan (%)

R : Konversi perubahan bentuk input menjadi output (%)

Untuk menghitung kebutuhan luas lahan kedelai dan kacang tanah komponen penggunaan untuk pakan (f) tidak digunakan, khusus kacang tanah ditambah komponen penggunaan untuk ekspor (e) karena 90% produksi kacang tanah diekspor keluar wilayah Kabupaten Cianjur. Perhitungan kebutuhan pangan (KP) dihitung dengan cara berikut:

dimana:

KP : Kebutuhan pangan (ton/tahun)

K : Tingkat konsumsi riil penduduk Kabupaten Cianjur (gr/kapita/hari) P : Jumlah penduduk Kabupaten Cianjur Tahun 2020

365 : Jumlah hari selama 1 tahun

Setelah memperoleh angka kebutuhan pangan (KP) maka dapat dihitung pula kebutuhan produksi pangan (KPP) dan selanjutnya dapat hitung kebutuhan luas lahan (KLL) untuk padi sawah, kacang tanah dan kedelai pada tahun 2020 di Kabupaten Cianjur.

KLL = ���

� � � + �� dimana:

KLL : Kebutuhan luas lahan (ha)

KPP : Kebutuhan produksi pangan (ton/tahun) I : Indeks pertanaman (%)

Y : Produktivitas lahan per musim tanam (ton/ha/musim) GP : Gagal panen (%)

Data yang diperlukan untuk menghitung kebutuhan luas lahan komoditas unggulan di Kabupaten Cianjur tertera pada Tabel 11.

Tabel 11 Komponen data untuk menghitung kebutuhan luas lahan

Uraian Padi

Sawah

Kacang

Tanah Kedelai

Persentase untuk pakan (f) 2 - -

Persentase untuk benih (s) 20 20 20

Persentase tercecer (w) 10 15 10

Persentase cadangan (c) 10 10 10

Persentase ekspor (e) - 90 -

Persentase konversi (R) 53.96 70 70

Konsumsi riil (kg/kap/hari) 0.3283 0.005525 0.011

Indeks pertanaman (IP) 2.17 0.61 0.61

Produktivitas lahan (ton/ha/tahun) 6.2 1.2 1.2

Persentase gagal panen (G) 10 15 10

Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Cianjur 2013 & Badan Ketahanan Pangan Daerah Kabupaten Cianjur 2013

Arahan alokasi lahan yang disusun dalam penelitian ini adalah untuk tahun 2020, oleh karenanya dalam menghitung kebutuhan pangan (KP) maka perlu dilakukan perhitungan proyeksi jumlah penduduk pada tahun 2020. Proyeksi jumlah penduduk ini dilakukan dengan menggunakan model pendugaan pertumbuhan penduduk. Uji kebaikan model menggunakan data penduduk Kabupaten Cianjur selama 13 tahun, yaitu sejak tahun 2001 - 2013 diperoleh hasil seperti yang tertera pada Gambar 17.

Gambar 17 Grafik uji kebaikan model eksponensial (a), model linear (b), model kuadratik (c) dan model power (d)

Kriteria yang digunakan dalam uji kebaikan model adalah R-square atau koefisien determinan (R2) dan min Square eror (eror kuadrat) seperti yang tertera pada Tabel 12.

Tabel 12 Uji kebaikan model pendugaan pertumbuhan penduduk Ukuran Kebaikan

Model Eksponensial Liniear Kuadratik Power

R-square 0,9242 0,9248 0,9820 0,9831

MSE 0,0065 0,0001 0,00004 0,00003

Berdasarkan Gambar 17 dan Tabel 12, model yang paling baik untuk digunakan dalam proyeksi jumlah penduduk adalah model power karena memiliki nilai R-square paling tinggi dan nilai min square error paling kecil. Berdasarkan persamaan model power diperoleh proyeksi jumlah penduduk Kabupaten Cianjur 2020 adalah 2,271,602 jiwa, sehingga hasil perhitungan kebutuhan luas lahan (KLL) pada Tahun 2020 di Kabupaten Cianjur untuk padi sawah sebesar 58,566 ha. Kebutuhan luas lahan kacang tanah adalah sebesar 24,161 ha. Sementara itu kebutuhan luas lahan untuk kedelai adalah 14,420 ha. Jumlah seluruh kebutuhan luas lahan untuk pengembangan ketiga komoditas unggulan tersebut adalah 97,147 ha.

Komponen berikutnya yang dibutuhkan untuk analisis MOLA adalah bobot prioritas komoditas unggulan, yang diperoleh dengan pendekatan Analitycal Hierarchy Process (AHP). Adapun hirarkinya seperti yang tertera pada Gambar 18.

a) b)

Gambar 18 Hirarki penentuan bobot prioritas komoditas unggulan menggunakan pendekatan AHP

Penetapan prioritas terhadap ketiga komoditas tersebut dilakukan berdasarkan hasil wawancara terhadap para responden yang dianggap memahami pengembangan komoditas unggulan tanaman pangan dalam mendukung pengembangan wilayah Kabupaten Cianjur. Kriteria yang diperoleh ada 3 (tiga) yaitu; ekonomi, teknis dan sosial. Sementara itu subkriterianya ada 11 yang terbagi

ke dalam masing-masing kriteria. Subkriteria dari kriteria ekonomi adalah; 1) Ketersediaan pasar (E1); 2) Kontribusi terhadap pendapatan petani (E2);

3) Kontribusi terhadap PDRB (E3); dan 4) Ketersediaan modal (E4). Subkriteria dari

kriteria sosial adalah: 1) Penyerapan tenaga kerja (S1); 2) Kebijakan/program

pemerintah (S2); dan 3) Kebiasaan petani (S3). Adapun subkriteria dari kriteria

teknis adalah: 1) Kesesuaian lahan (T1); 2) Ketersediaan teknologi budidaya (T2);

3) Ketersediaan sarana dan prasarana produksi (T3) dan; 4) Kelestarian lingkungan

(T4). Masing-masing kriteria dan subkriteria dilakukan pembobotan. Berikut

penjelasan terhadap tolok ukur dari subkriteria yang digunakan dalam penentuan bobot prioritas komoditas unggulan

Ketersediaan pasar (E1)

Ketersediaan pasar diartikan sebagai seberapa besar peluang atau kemampuan pasar dalam menyerap produk yang dihasilkan dari ketiga komoditas tersebut. Padi sebagai sumber pangan utama tentunya memiliki daya serap pasar yang sangat besar, dimana seluruh penduduk pasti memerlukan beras (produk akhir padi). Sementara itu kacang tanah bukan merupakan komoditas pangan utama, namun kacang tanah memiliki kelebihan karena di seluruh wilayah Jawa Barat, hanya kacang tanah dari Cianjur produksinya sangat dominan. Atau dengan kata lain produksi kacang tanah di Kabupaten Cianjur jauh lebih besar dibanding wilayah kabupaten lain di Jawa Barat. Selain itu produksi kacang tanah Kabupaten Cianjur sebagian besar diserap oleh pabrik kacang garuda. Kondisi ini menyiratkan bahwa

Prioritas Komoditas Unggulan

Ekonomi Sosial Teknis

Padi Kacang Tanah Kedelai

kacang tanah memiliki potensi pasar yang cukup baik sehingga peluang pengembangannya sangat besar. Sementara itu kedelai memiliki tantangan pasar yang cukup berat karena banyaknya jumlah kedelai impor yang beredar di pasar ditambah lagi dengan preferensi masyarakat yang sebagian besar lebih menyukai kedelai impor daripada kedelai lokal.

Kontribusi terhadap pendapatan petani (E2)

Subkriteria ini membuat penilaian terhadap ketiga komoditas tersebut berdasarkan tingkat keuntungan yang bisa diperoleh oleh petani dari mengusahakan padi, kacang tanah atau kedelai. Komoditas yang memberi keuntungan paling besar terhadap petani diberi bobot paling besar.

Kontribusi terhadap PDRB (E3)

Ketiga komoditas unggulan ini juga merupakan penyusun terhadap nilai PDRB subsektor tanaman bahan makanan Kabupaten Cianjur. Nilai PDRB yang lebih tinggi mencerminkan harga dan jumlah produksi yang lebih besar. Semakin besar nilai PDRB yang disumbangkan maka semakin besar pula bobot yang diberikan terhadap komoditas tersebut.

Ketersediaan modal (E4)

Subkriteria ini memberi penilaian seberapa besar ketergantungan komoditas padi, kacang tanah dan kedelai terhadap adanya ketersediaan modal didalam

Dokumen terkait