• Tidak ada hasil yang ditemukan

Combined instance -- Synthesis with respect to: Goal: prioritas komoditas unggulan

Overall Inconsistency = .01

Padi Sawah .518

Kacang Tanah .276

inkonsistensinya adalah 0.01, hasil AHP ini sudah dapat digunakan karena telah memenuhi persyaratan inkonsistensi yang ditetapkan oleh Saaty (1980) yaitu tidak lebih dari 0.1. Jika dihubungkan dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Cianjur dan Universitas Padjajaran pada pada Tahun 2013, maka hasil persepsi pakar ini sudah sesuai dengan hasil penelitian tersebut seperti data pada Tabel 13.

Tabel 13 Luas panen, B/C ratio dan pola tanam padi sawah, kacang tanah, dan kedelai di Kabupaten Cianjur

Komoditas Unggulan

Luas Panen

(ha) B/C Ratio Pola Tanam

Padi sawah 160,339 2.12 Tanaman utama

Kacang tanah 12,621 1.88 Tanaman utama

Kedelai 5,202 0.73 Tanaman selingan

Sumber: Bappeda Kabupaten Cianjur Tahun 2013; data diolah

Tabel 13 menjelaskan perbandingan suatu komoditas antara padi sawah, kacang tanah dan kedelai dari sisi luas panen, keuntungan bagi petani (B/C rasio), dan pola tanam yang dilakukan oleh petani. Luas panen dapat memberi petunjuk keuntungan (land rent) dari pengelolaan suatu komoditas, dimana komoditas yang memiliki luas panen yang besar cenderung memberi keuntungan kepada petani lebih baik karena secara logika tidak mungkin petani bertahan dan mengusahakan suatu komoditas bila tidak mendapatkan keuntungan ekonomi. Kemudian dari sisi keuntungan yang diperoleh oleh petani dapat dilihat dari sisi B/C rasio, dimana semakin besar nilai rasio B/C maka semakin tinggi pula keuntungan yang diperoleh. Terakhir dari sisi pola tanam yang dilakukan oleh petani secara umum terbagi kepada 2 (dua) kelompok yaitu tanaman utama dan tanaman selingan. Tanaman utama biasanya adalah tanaman yang secara konsisten terus diusahakan oleh petani sepanjang tahun, sedangkan tanaman selingan adalah tanaman yang ditanam oleh petani disela-sela waktu menunggu masa penanaman tanaman utama dan jumlah serta ketersediaannya tidak dapat dipastikan (berubah-ubah). Komoditas padi sawah merupakan pilihan pertama bagi petani dalam melakukan usaha tani, sedangkan kacang tanah dan kedelai merupakan pilihan kedua dan ketiga bagi petani di kabupaten Cianjur. Kondisi ini sesuai dengan persepsi pakar AHP yang mengindikasikan bahwa padi sawah sebagai komoditas unggulan prioritas pertama, lalu kacang tanah, dan kedelai masing-masing menjadi prioritas kedua dan ketiga.

Komponen data terakhir yang dibutuhkan dalam analisis MOLAadalah peta kesesuaian lahan dari masing-masing komoditas. Peta kesesuaian lahan ini didapat dari hasil tujuan penelitian yang kedua. Peta kesesuaian lahan yang akan digunakan harus mempertimbangkan aspek penggunaan lahan saat ini (current land use) dan Peraturan Daerah Kabupaten Cianjur terkait dengan penataan ruang (RTRW). Kelas kesesuaian lahan yang dipilih adalah yang masuk ke dalam Kelas S1, S2, S3 dan Kelas S3 potensial (N1 dengan faktor pembatas yang bisa diperbaiki). Kelas S3 potensial tetap dipilih karena luas lahan pada Ordo Sesuai (S) yang menurut penggunaan lahan saat ini bisa digunakan untuk lahan pertanian dan masuk ke dalam kawasan budidaya pertanian baru mencapai seluas 57,913 ha, sedangkan kebutuhan luas lahan seluruhnya lebih besar, yaitu 97,147 ha.

Konflik Kepentingan Penggunaan Lahan

Pengalokasian suatu lahan untuk tujuan penggunaan tertentu dengan menggunakan analisis Multi-Objective Land Allocation (MOLA) menjadi lebih mudah, hal ini mengacu pada studi yang dilakukan oleh Alexander et al (2012) terkait alokasi kebutuhan luas lahan untuk kawasan pemukiman, pertokoan, industri dan kawasan wisata (rekreasi). Konflik kepentingan dari empat tipe penggunaan lahan tersebut diselesaikan dengan menggunakan analisis MOLA, dengan cara memilih lokasi terbaik untuk dialokasikan bagi kawasan pemukiman, pertokoan, industri dan wisata.

Seperti telah diuraikan sebelumnya, bahwa analisis Multi-Objective Land Allocation (MOLA)diperlukan karena berdasarkan hasil evaluasi kesesuaian lahan, suatu lahan memiliki tingkat kesesuaian yang tidak jauh berbeda baik untuk padi sawah, kacang tanah, maupun kedelai, sehingga diperlukan suatu analisis yang lebih rinci dalam mengalokasi suatu lahan untuk tujuan penggunaan tertentu. Berdasarkan hasil analisis konflik kepentingan penggunaan lahan antara padi sawah, kacang tanah, dan kedelai terdapat 19 titik unit lahan yang menjadi konflik kepentingan penggunaan lahan (Gambar 20).

Gambar 20 Konflik kepentingan penggunaan lahan antara padi sawah, kacang tanah dan kedelai

Hal ini dikarenakan untuk masing-masing komoditas memiliki kesesuaian lahan yang sama, yaitu untuk padi sawah, kacang tanah dan kedelai, namun dengan tingkat kesesuaian lahan yang berbeda atau memiliki faktor pembatas yang berbeda.

Sebagai contoh area diberi warna biru yang terdapat di bagian Selatan. Lahan tersebut masuk ke dalam subkelas S3r untuk padi sawah dengan faktor pembatas media perakaran, untuk kacang tanah lahan tersebut masuk ke dalam subkelas S2r dengan faktor pembatas media perakaran, sedangkan untuk kedelai lahan tersebut masuk ke dalam subkelas S2twe dengan faktor pembatas temperatur, ketersediaan air (kelebihan) dan bahaya erosi. Kondisi tersebut memberi peluang dan kesempatan yang tidak terlalu berbeda bagi tanaman padi sawah, kacang tanah maupun kedelai untuk dikembangkan pada lahan tersebut, sehingga perlu dicari solusinya yaitu dengan memilih prioritas.

Pemanfaatan lahan untuk keperluan budidaya pertanian selama ini menyerahkan sepenuhnya kepada petani atau masyarakat setempat. Hal ini bisa menyebabkan tingkat produksi kurang ideal, baik menjadi kekurangan ataupun berlebihan karena tidak memperhitungkan kebutuhan permintaan dari masing- masing komoditas tersebut. Oleh karena perlu dilakukan suatu arahan alokasi lahan yang tepat dan komprehensif berbasis pada tingkat kesesuaian lahan, tingkat kepentingan dan kebutuhan luas lahan. Secara konseptual alur analisis arahan alokasi penggunaan lahan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 21.

Gambar 21 Alur analisis arahan alokasi penggunaan lahan menggunakan MOLA Arahan alokasi lahan yang disusun ditujukan untuk tahun 2020, dengan asumsi bahwa pada tahun tersebut kondisi penggunaan lahan saat ini belum banyak

Bobot prioritas Kebutuhan luas lahan Peta Kesesuaian Lahan (S1, S2, S3 & N1) MOLA

Peta arahan alokasi lahan MOLA

Peta Penggunaan Lahan (Belukar/semak, Lahan

terbuka, Kebun campuran, Rumput, Sawah irigasi, Sawah tadah hujan & Tegalan

Peta RTRW (Kawasan Budidaya pertanian) + Overlay +

Peta wilayah analisis Pembobotan

Peta bobot wilayah Ranking

berubah secara signifikan dan dari sisi RTRW masih sesuai dengan perencanaan ruang yang berlaku sampai tahun 2031. Tipe land use yang dimungkinkan untuk digunakan sebagai lahan sawah adalah belukar/semak, lahan terbuka, rumput, sawah irigasi dan sawah tadah hujan. Tipe land use yang dapat digunakan untuk lahan kacang tanah adalah belukar/semak, kebun campuran, lahan terbuka, rumput, sawah tadah hujan dan tegalan. Sementara itu tipe land use untuk kedelai adalah belukar/semak, kebun campuran, lahan terbuka, rumput, sawah tadah hujan, sawah irigasi dan tegalan. Dari sisi pola ruang (RTRW) seluruh lahan yang dialokasikan untuk ketiga komoditas tersebut harus berada di dalam kawasan budidaya pertanian.

Untuk peta kesesuaian lahan aktual (padi sawah, kacang tanah, dan kedelai) yang dihasilkan dari analisis sebelumnya dipilih lahan yang termasuk ke dalam kelas S1, S2, S3, dan S3 potensial, sedangkan Kelas N2 tidak dimasukkan ke dalam lahan yang akan dianalisis. Pemilihan Kelas S1 hingga S3 (kesesuaian lahan aktual) dan S3 potensial tersebut disebabkan jika hanya mengambil Ordo Sesuai (S) saja hanya mencapai 57,913 ha (Tabel 14), sedangkan kebutuhan luas lahan sebesar 97,147 ha. Oleh karena itu perlu dimasukkan juga lahan pada Kelas N1 dengan faktor pembatas yang masih mudah untuk diatasi, sehingga menjadi lahan S3 potensial.

Tabel 14 Distribusi kelas kesesuaian lahan komoditas unggulan berdasarkan jenis penggunaan lahan di Kabupaten Cianjur

Jenis Penggunaan Lahan

Kesesuaian Lahan Kelas S1, S2 & S3 (ha)

Kesesuaian Lahan Kelas S1, S2, S3 & S3 potensial (ha)

Belukar/Semak 3,790 17,260

Kebun Campuran 13,289 31,992

Lahan Terbuka 2,533 7,880

Rumput 626 645

Sawah Irigasi 20,829 23,992

Sawah Tadah Hujan 10,251 25,839

Tegalan 6,595 24,413

Jumlah 57,913 132,021

Sesuai dengan alur penelitian pada Gambar 21, maka wilayah-wilayah yang terpilih untuk kesesuaian lahannya selanjutnya di overlay dengan peta penggunaan lahan dan RTRW sehingga menghasilkan peta wilayah yang akan dianalisis. Masing-masing kelas tersebut diberi bobot berdasarkan tingkat kesesuaian lahan dan tipe penggunaan lahan. Semakin tinggi Kelas kesesuaiannya maka akan semakin besar bobot yang diberikan, semakin mudah tipe penggunaan lahan saat ini dikonversi menjadi lahan untuk masing-masing komoditas maka semakin besar bobot yang diberikan. Metode pembobotan ini dimaksudkan agar lahan yang paling sesuai untuk suatu komoditas, akan menjadi prioritas pertama dalam pengalokasian lahan bagi komoditas tersebut. Selain itu lahan yang paling mudah dikonversi penggunaannya untuk suatu komoditas juga akan menjadi prioritas pertama dalam pengalokasian lahan bagi komoditas tersebut. Pembobotan lahan untuk masing- masing komoditas dapat dilihat pada Tabel 15, 16, dan 17.

Tabel 15 Pembobotan kesesuaian lahan untuk padi sawah Subkelas Padisawah Penggunaan Lahan Belukar/ Semak Kebun Campuran Lahan Terbuka Rumput Sawah Irigasi Sawah Tadah Hujan Tegalan S3e potensial 2 1 3 3 6 3 1 S1 5 1 6 6 9 6 1 S2re 4 1 5 5 8 5 1 S3e 3 1 4 4 7 4 1 S3r 3 1 4 4 7 4 1 S3re 3 1 4 4 7 4 1 S3tr 3 1 4 4 7 4 1 S3tre 3 1 4 4 7 4 1

Sawah irigasi eksisting diberi bobot yang besar 6-9 tujuannya agar dijadikan pilihan utama sebagai lahan yang akan dialokasikan untuk padi sawah. Sementara itu kebun campuran dan tegalan merupakan lahan-lahan yang paling sulit dikonversi menjadi padi sawah sehingga diberi bobot paling kecil. Dengan demikian berdasarkan jenis penggunaan lahan ini menjadi alternatif terakhir untuk dipilih sebagai lahan yang akan dialokasikan untuk padi sawah. Kemudian dari sisi tingkat kesesuaian lahan, kelas atau subkelas yang paling sesuai diberi bobot lebih besar sehingga kelas S1 memiliki bobot terbesar sedangkan Subkelas S3e potensial memperoleh bobot paling kecil.

Tabel 16 Pembobotan kesesuaian lahan untuk kacang tanah

Subkelas Kacangtanah Penggunaan Lahan Belukar/ Semak Kebun Campuran Lahan Terbuka Rumput Sawah Irigasi Sawah Tadah Hujan Tegalan S3e potensial 2 3 3 3 1 3 3 S2e 4 5 5 5 1 5 5 S2r 4 5 5 5 1 5 5 S2twe 4 5 5 5 1 5 5 S2we 4 5 5 5 1 5 5 S3e 3 4 4 4 1 4 4 S3re 3 4 4 4 1 4 4 S3tw 3 4 4 4 1 4 4 S3twe 3 4 4 4 1 4 4 S3w 3 4 4 4 1 4 4 S3we 3 4 4 4 1 4 4 S3wre 3 4 4 4 1 4 4

Aturan pembobotan berdasarkan tingkat kesesuaian lahan sama seperti padi sawah. Jenis penggunaan lahan saat ini (current land use) yang memiliki bobot paling besar untuk kacang tanah adalah tegalan, sawah tadah hujan, lahan terbuka, rumput dan kebun campuran. Sementara itu lahan yang memiliki bobot paling kecil adalah sawah irigasi. Berdasarkan tingkat kesesuaian lahan, maka lahan Subkelas

S2e merupakan lahan yang memiliki bobot paling besar, sedangkan lahan Subkelas S3e potensial adalah lahan yang memiliki bobot paling kecil.

Tabel 17 Pembobotan kesesuaian lahan untuk kedelai

Subkelas Kedelai Penggunaan Lahan Belukar /Semak Kebun Campuran Lahan Terbuka Rumput Sawah Irigasi Sawah Tadah Hujan Tegalan S3e potensial 2 3 3 3 1 3 3 S2e 4 5 5 5 1 5 5 S2twe 4 5 5 5 1 5 5 S2we 4 5 5 5 1 5 5 S3re 3 4 4 4 1 4 4 S3tw 3 4 4 4 1 4 4 S3twe 3 4 4 4 1 4 4 S3we 3 4 4 4 1 4 4 S3wr 3 4 4 4 1 4 4 S3wre 3 4 4 4 1 4 4

Prinsip pembobotan untuk kedelai sama dengan kacang tanah, sehingga lahan yang akan menjadi prioritas (bobot lebih besar) untuk dialokasikan adalah lahan dengan jenis penggunaan saat ini berupa tegalan, sawah tadah hujan, rumput, lahan terbuka, kebun campuran dan belukar/semak yang memiliki tingkat kesesuaian lahan lebih baik. Sementara itu lahan yang menjadi alternatif pilihan paling akhir adalah sawah irigasi. Berdasarkan tingkat kesesuaian lahan, maka lahan Subkelas S2e merupakan lahan yang memiliki bobot paling besar, sedangkan lahan Subkelas S3e potensial adalah lahan yang memiliki bobot paling kecil. Khusus untuk kedelai, pengalokasian lahannya disamping menggunakan analisis MOLA juga dapat dibuat berdasarkan prinsip pergiliran tanam dengan komoditas padi sawah, hal ini karena mempertimbangkan bahwa kedelai di Kabupaten Cianjur sebagian besar ditanam pada lahan basah atau lahan padi sawah.

Tahap selanjutnya peta wilayah analisis yang telah diberi bobot tersebut di ranking berdasarkan bobotnya, bobot terbesar mendapat ranking terbaik dengan prinsip descending. Semakin besar bobotnya semakin kecil nilai rankingnya, ranking terbaik adalah lahan yang memiliki ranking terkecil (mendekati nol). Selanjutnya peta wilayah analisis yang telah diberi ranking tersebutlah akan digunakan dalam analisis MOLA. Setelah mendapatkan 3 (tiga) komponen data yang diperlukan untuk analisis alokasi lahan menggunakan MOLA yaitu: 1) Peta kesesuaian lahan padi sawah, kacang tanah dan kedelai; 2) Kebutuhan luas lahan padi sawah sebesar sebesar 58,566 ha, kacang tanah 24,161 ha, kedelai 14,420 ha; 3) Bobot prioritas padi sawah 0.518, kacang tanah 0.276 dan kedelai 0.207, maka analisis MOLAmengalokasikan lahan dengan cara memilih lahan dengan ranking terbaik untuk masing-masing komoditas (tujuan penggunaan lahan), jika suatu lahan memiliki nilai ranking yang sama terhadap padi sawah, kacang tanah atau kedelai maka MOLAakan mengalokasikan lahan tersebut untuk komoditas yang memiliki bobot prioritas lebih besar dan kebutuhan luas lahan yang lebih besar.

Dengan demikian analisis MOLA memiliki keunggulan dalam mengalokasikan suatu lahan untuk sebuah tujuan penggunaan yaitu dengan

melakukan kompromi antar aspek kesesuaian lahan, kepentingan dan kebutuhan luas lahan sehingga dapat memberi arahan pemanfaatan suatu lahan secara lebih baik dan komprehensif. Kelebihan lain dari analisis MOLAadalah bisa dilakukan secara kuantitatif sehingga dapat menghindari subjektivitas dalam pemilihan lahan. Selain dengan menggunakan analisis MOLA, pengalokasian suatu lahan untuk berbagai tujuan penggunaannya dapat dilakukan secara lebih cepat dan biaya yang lebih sedikit.

Alokasi Lahan untuk Padi Sawah, Kacang Tanah dan Kedelai di Kabupaten Cianjur

Rencana alokasi penggunaan lahan berdasarkan analisis MOLA untuk padi sawah, kacang tanah, dan kedelai di Kabupaten Cianjur dapat dilihat pada Gambar 22.

Gambar 22 Arahan alokasi lahan untuk padi sawah, kacang tanah dan kedelai di Kabupaten Cianjur berdasarkan analisis MOLA

Gambar 22 menjelaskan bahwa wilayah yang dialokasikan untuk pengembangan padi sawah sebagian besar berada Cianjur Utara, selain itu juga terdapat di bagian Tengah dan Selatan. Kacang tanah mayoritas dialokasikan di wilayah Cianjur Selatan, selain itu juga terdapat sedikit di wilayah Utara dan Tengah. Sementara itu kedelai dominan dialokasikan di wilayah Tengah Cianjur dan di wilayah Selatan Cianjur. Hasil analisis MOLA tersebut dapat diterapkan atau diimplementasikan dalam rencana penggunaan lahan untuk padi sawah, kacang

tanah, dan kedelai di Kabupaten Cianjur, karena telah mempertimbangkan tingkat kesesuaian lahan bagi ketiga komoditas tersebut, kondisi penggunaan lahan saat ini dan RTRW, sehingga secara teknis arahan alokasi ini sangat mungkin untuk diwujudkan. Distribusi alokasi lahan untuk komoditas unggulan di Kabupaten Cianjur berdasarkan analisis MOLAdapat dilihat pada Tabel 18.

Tabel 18 Distribusi alokasi lahan untuk padi sawah, kacang tanah, dan kedelai berdasarkan analisis MOLA di Kabupaten Cianjur

No Kecamatan

Komoditas

Padi Sawah Kacang Tanah Kedelai Grand

Total ha % ha % ha % 1 Agrabinta 3,764 6.43 0.43 0.002 2,457 17.04 6,221 2 Bojongpicung 2,656 4.53 140 0.58 67 0.47 2,863 3 Campaka 1,023 1.75 380 1.57 679 4.71 2,081 4 Campakamulya 909 1.55 103 0.43 - - 1,012 5 Cianjur 45 0.08 94 0.39 - - 139 6 Cibeber 2,610 4.46 1,031 4.27 207 1.44 3,848 7 Cibinong 3,559 6.08 3,022 12.51 178 1.23 6,759 8 Cidaun 1,185 2.02 5,707 23.62 1,677 11.63 8,568 9 Cijati 390 0.67 - - 1,724 11.96 2,114 10 Cikadu 1,435 2.45 2,120 8.77 1 0.01 3,556 11 Cikalongkulon 2,026 3.46 1,004 4.16 219 1.52 3,249 12 Cilaku 1,307 2.23 2 0.01 - - 1,309 13 Cipanas 677 1.16 773 3.20 - - 1,450 14 Ciranjang 1,931 3.30 4 0.02 9 0.06 1,944 15 Cugenang 2,458 4.20 477 1.97 - - 2,935 16 Gekbrong 870 1.49 1,281 5.30 - - 2,151 17 Haurwangi 1,631 2.78 134 0.55 90 0.62 1,854 18 Kadupandak 2,920 4.99 240 0.99 1,821 12.63 4,981 19 Karangtengah 2,781 4.75 - - 52 0.36 2,833 20 Leles 935 1.60 210 0.87 346 2.40 1,491 21 Mande 1,529 2.61 853 3.53 4 0.03 2,387 22 Naringgul 1,182 2.02 215 0.89 1,155 8.01 2,552 23 Pacet 1,445 2.47 658 2.72 - - 2,103 24 Pagelaran 3,368 5.75 - - 810 5.62 4,178 25 Pasirkuda 666 1.14 74 0.31 77 0.53 817 26 Sindangbarang 1,876 3.20 3,466 14.34 1,388 9.62 6,729 27 Sukaluyu 2,985 5.10 56 0.23 14 0.10 3,055 28 Sukanagara 1,365 2.33 101 0.42 3 0.02 1,470 29 Sukaresmi 3,351 5.72 1,260 5.21 - - 4,611 30 Takokak 4,100 7.00 61 0.25 510 3.54 4,671 31 Tanggeung 745 1.27 - - 931 6.46 1,676 32 Warungkondang 843 1.44 696 2.88 - - 1,538 Jumlah 58,566 100 24,161 100 14,420 100 97,147

Melalui Tabel 18 dapat dijelaskan bahwa lahan untuk pengembangan padi sawah dialokasikan di seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Cianjur, dengan konsentrasi paling luas adalah; di Kecamatan Takokak seluas 4,100 ha, Agrabinta seluas 3,764 ha, Cibinong seluas 3,559 ha, Pagelaran seluas 3,368 ha, Sukaresmi seluas 3,351 ha, Sukaluyu seluas 2,985 ha, Kadupandak seluas 2,920 ha, Karangtengah 2,781 ha, Bojongpicung 2,656 ha, Cibeber seluas 2,610 ha, Cugenang seluas 2,458 ha, Cikalongkulon seluas 2,026 ha, dan Ciranjang seluas 1,931 ha. Lahan untuk Kacang tanah dialokasikan di 28 Kecamatan, mayoritas adalah; di Kecamatan Cidaun seluas 5,707 ha, Sindangbarang seluas 3,466 ha, Cibinong seluas 3,022 ha, dan Sukaresmi seluas 1,260 ha. Sementara itu lahan untuk kedelai tersebar di 23 kecamatan yang sebagian besar dialokasikan di Kecamatan Agrabinta seluas 2,457 ha, Kadupandak seluas 1,821 ha, Cijati seluas 1,724 ha, Cidaun seluas 1,677 ha, Sindangbarang seluas 1,388 ha, dan Naringgul seluas 1,155 ha. Jika mempertimbangkan efektivitas dan efisiensi dalam pengelolaan lahan, maka lahan yang dialokasikan dengan luas kurang dari 1 ha dapat diabaikan, seperti lahan yang dialokasikan untuk kacang tanah di Kecamatan Agrabinta seluas 0.43 ha. Namun jika lahan dengan luas kurang dari 1 ha tidak digunakan maka terjadi kekurangan lahan untuk pengembangan komoditas unggulan di Kabupaten Cianjur. Hasil analisis arahan alokasi lahan menggunakan MOLA ini, secara prinsip sebagian besar tidak terlalu berbeda dengan kondisi penggunaan lahan saat ini. Perbandingan alokasi lahan berdasarkan analisis MOLA dengan alokasi lahan saat ini berdasarkan data dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Cianjur tahun 2013 dapat dilihat pada Tabel 19.

Tabel 19 Perbandingan distribusi alokasi lahan saat ini dan alokasi lahan MOLA Kecamatan

Luas lahan Tahun 2013 (ha) Alokasi lahanMOLA (ha)

Padi sawah Kacang Tanah Kedelai Padi sawah Kacang Tanah Kedelai Agrabinta 68 2,602 130 3,764 0.43 2,457 Bojongpicung 2,586 5 610 2,656 140 67 Campaka 1,172 164 - 1,023 380 679 Campakamulya 1,420 - - 909 103 - Cianjur 1,090 - - 45 94 - Cibeber 2,790 23 - 2,610 1,031 207 Cibinong 1,409 179 56 3,559 3,022 178 Cidaun 1,169 2,572 870 1,185 5,707 1,677 Cijati 1,178 204 40 390 - 1,724 Cikadu 1,853 40 77 1,435 2,120 1 Cikalongkulon 2,018 67 82 2,026 1,004 219 Cilaku 2,565 1 694 1,307 2 - Cipanas 145 - - 677 773 - Ciranjang 1,846 - 352 1,931 4 9 Cugenang 2,017 - - 2,458 477 - Gekbrong 1,216 - - 870 1,281 - Haurwangi 1,356 - 1,000 1,631 134 90 Kadupandak 2,316 874 300 2,920 240 1,821

Tabel 19 (Lanjutan) Karangtengah 1,954 - 76 2,781 - 52 Leles 131 186 520 935 210 346 Mande 1,092 4 - 1,529 853 4 Naringgul 2,096 1,459 - 1,182 215 1,155 Pacet 453 - - 1,445 658 - Pagelaran 2,872 29 14 3,368 - 810 Pasirkuda 979 61 15 666 74 77 Sindangbarang 125 4,030 170 1,876 3,466 1,388 Sukaluyu 2,638 5 825 2,985 56 14 Sukanagara 510 - - 1,365 101 3 Sukaresmi 2,460 5 20 3,351 1,260 - Takokak 1,347 15 - 4,100 61 510 Tanggeung 242 183 635 745 - 931 Warungkondang 1,860 5 1 843 696 - Jumlah 46,973 12,713 6,487 58,566 24,161 14,420

Keterangan: ( - ) lahan tidak dialokasikan

Hasil perbandingan antara sebaran alokasi lahan saat ini dengan hasil analisis menggunakan MOLA menunjukkan bahwa, untuk padi sawah secara umum tidak banyak mengalami perbedaan. Penggunaan lahan untuk padi sawah saat ini tersebar di seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Cianjur yaitu 32 kecamatan, sama dengan hasil analisis MOLA. Perbedaan yang signifikan dari sisi luas lahan terdapat di Kecamatan Agrabinta, yakni dari 68 ha berdasarkan data penggunaan lahan saat ini menjadi 3,764 ha berdasarkan hasil analisis MOLA, sedangkan di kecamatan lain penambahan atau pengurangan alokasi lahan tidak mengalami perbedaan secara signifikan. Jumlah total lahan padi sawah saat ini adalah sebesar 46,973 ha sedangkan berdasarkan analisis MOLA jumlah alokasi lahan sebesar 58,566 ha, hal ini disebabkan analisis MOLA memperhitungkan kebutuhan luas lahan untuk padi sawah pada tahun 2020. Sebaran lahan untuk kacang tanah saat ini terdapat di 23 kecamatan, sedangkan berdasarkan analisis MOLA tersebar di 28 kecamatan. Berdasarkan data penggunaan lahan saat ini, sebagian besar penggunaan lahan untuk kacang tanah adalah; di Kecamatan Sindangbarang seluas 4,030 ha, Agrabinta seluas 2,602 ha, Cidaun seluas 2,572 ha dan Naringgul 1,459 ha. Sementara itu berdasarkan hasil analisis MOLA, alokasi lahan untuk kacang tang sebagian besar tersebar di Kecamatan Cidaun seluas 5,707 ha, Sindangbarang seluas 3,466 ha, Cibinong seluas 3,022 ha, Cikadu seluas 2,120 ha, Gekbrong 1,281 ha, Cibeber 1,031 ha dan di Kecamatan Cikalongkulon seluas 1,004 ha.

Sementara itu sebaran lahan untuk kedelai terjadi perbedaan yang signifikan, penggunaan lahan saat ini mayoritas terdapat di Cianjur Utara seperti di Kecamatan Haurwangi seluas 1,000 ha, Cilaku seluas 694 ha, Sukaluyu seluas 825 ha, dan Bojongpicung seluas 610 ha. Sementara itu berdasarkan analisis MOLA mengalami pengurangan luas lahan di setiap kecamatan tersebut, hal ini disebabkan karena kedelai di wilayah tersebut selama ini ditanam sebagai tanaman selingan dari padi sawah. Wilayah Cianjur Utara banyak terdapat lahan eksisting padi sawah irigasi, sehingga lahan di wilayah Cianjur Utara sebagian besar dialokasikan untuk padi sawah.

Berdasarkan kenyataan tersebut, maka alokasi lahan untuk kedelai dapat pula disusun dengan menggabungkan hasil analisis MOLA dengan mekanisme penggunaan lahan saat ini untuk kedelai, yaitu dengan cara pergiliran tanam antara kedelai dengan padi sawah. Kedelai dan padi sawah ditanam pada lahan yang sama dengan indeks pertanaman (IP) 1 untuk kedelai dan 2 untuk padi sawah. Dengan demikian, akan terdapat lahan yang digunakan secara bersama dengan sistem pergiliran tanam antara kedelai dan padi sawah dan lahan yang dialokasikan khusus untuk masing-masing komoditas tersebut. Sementara itu alokasi lahan untuk komoditas kacang tanah tidak mengalami perubahan. Secara spasial alokasi lahan tersebut dapat dilihat pada Gambar 23.

Gambar 23 Alokasi lahan untuk komoditas unggulan berdasarkan analisis MOLA dan pergiliran tanam antara padi sawah dan kedelai

Melalui Gambar 23 dapat dilihat bahwa lahan yang dialokasikan secara bersama untuk digunakan oleh padi sawah dan kedelai terdapat di wilayah Cianjur Utara. Wilayah tersebut berdasarkan data penggunaan lahan saat ini, merupakan lahan eksisting padi sawah yang digunakan secara bersama antara tanaman padi sawah dan kedelai dengan mekanisme pergiliran tanam. Padi sawah ditanam sebanyak dua kali dalam satu tahun, sedangkan kedelai ditanam sebanyak satu kali dalam satu tahun. Pengalokasian lahan untuk kedelai dengan cara seperti ini perlu dilakukan, karena produktivitas kedelai di lahan basah lebih baik daripada di lahan kering. Selain lahan di wilayah Cianjur Utara tersebut (berwarna hijau terang), lahan yang lain tetap dialokasikan khusus untuk masing-masing komoditas.

Sementara itu, alokasi lahan untuk kacang tanah tidak mengalami perubahan, sama dengan hasil analisis MOLA sebelumnya. Distribusi alokasi lahan untuk padi sawah, kacang tanah dan kedelai dengan cara menggabungkan hasil analisis MOLA dengan pola pergiliran tanam antara padi sawah dan kedelai di Kabupaten Cianjur dapat dilihat pada Tabel 20.

Tabel 20 Distribusi alokasi lahan untuk komoditas unggulan berdasarkan analisis MOLA dan pergiliran tanam antara padi sawah & kedelai di Kabupaten Cianjur

No Kecamatan

Komoditas

Kacang Tanah Kedelai Padi Sawah Padi Sawah & Kedelai ha % ha % ha % ha % 1 Agrabinta 0.43 0.002 2,457 17.85 3,764 9.90 - - 2 Bojongpicung 140 0.58 - - - 0.00 2,723 12.83 3 Campaka 380 1.57 678 4.93 1,023 2.69 - - 4 Campakamulya 101 0.42 - - 908 2.39 - - 5 Cianjur 94 0.39 - - - - 45 0.21 6 Cibeber 1,031 4.27 - - - - 2,817 13.28 7 Cibinong 3,022 12.51 178 1.29 3,559 9.37 - - 8 Cidaun 5,705 23.62 1,677 12.18 1,184 3.12 - - 9 Cijati - - 1,724 12.53 390 1.03 - - 10 Cikadu 2,120 8.77 1 0.01 1,435 3.78 - - 11 Cikalongkulon 1,004 4.16 - - - - 2,244 10.57 12 Cilaku 2 0.01 - - - - 1,307 6.16 13 Cipanas 773 3.20 - - 677 1.78 - - 14 Ciranjang 4 0.02 - - - - 1,940 9.14 15 Cugenang 477 1.97 - - 2,458 6.47 - - 16 Gekbrong 1,280 5.30 - - - - 869 4.10 17 Haurwangi 134 0.55 - - 1,631 4.29 90 0.42 18 Kadupandak 240 0.99 1,821 13.23 2,920 7.69 - - 19 Karangtengah - - - 2,833 13.35 20 Leles 210 0.87 346 2.51 935 2.46 - - 21 Mande 853 3.53 4 0.03 1,529 4.02 - - 22 Naringgul 215 0.89 1,155 8.39 1,182 3.11 - - 23 Pacet 658 2.73 - - 1,445 3.80 - - 24 Pagelaran - - 810 5.89 3,368 8.86 - - 25 Pasirkuda 74 0.31 77 0.56 666 1.75 - - 26 Sindangbarang 3,465 14.35 1,388 10.09 1,875 4.93 - - 27 Sukaluyu 56 0.23 - - - - 2,999 14.13 28 Sukanagara 101 0.42 3 0.02 1,365 3.59 - - 29 Sukaresmi 1,260 5.22 - - - - 3,351 15.79 30 Takokak 61 0.25 510 3.71 4,097 10.78 - - 31 Tanggeung - - 931 6.77 745 1.96 - - 32 Warungkondang 696 2.88 - - 843 2.22 - - Jumlah 24,156 100 13,761 100 38,000 100 21,218 100 Keterangan: ( - ) lahan tidak dialokasikan

Jika dibandingkan dengan Tabel 18, maka terjadi perubahan distribusi alokasi lahan untuk padi sawah dan kedelai, sedangkan untuk kacang tanah tidak terjadi perubahan alokasi lahan (Tabel 20). Lahan yang dialokasikan khusus untuk kedelai berkurang dari 14,420 ha menjadi 13,761 ha, sedangkan untuk padi sawah dari 58,566 ha menjadi 38,000 ha. Lahan yang dialokasikan untuk digunakan secara

Dokumen terkait