• Tidak ada hasil yang ditemukan

THINK PAIR SHARE (TPS)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini diawali dengan memberikan angket aktivitas awal siklus yang akan menjadi subjeknya yang dilakukan sebelum pembelajaran siklus 1 (satu) berlangsung. Hasil angket aktivitas belajar awal atau sebelum siklus 1 (satu) dapat diketahui bahwa siswa yang SL (selalu semangat belajar) 30,55%, SR (sering semangat belajar) 25%, KD (kadang – kadang semangat belajar) 19,44%, HS (hanya sekali) 16,66%, TP (tidak pernah) 8,34%.

Hasil angket awal menunjukkan jawaban selalu bersemangat 11 siswa atau hanya mencapai 30,55%, sering (SR) 9 siswa atau mencapai 25%, kadang-kadang (KD) 7 siswa atau mencapai 19,44%, hanya sekali (HS) 6 siswa atau mencapai 16,66%, tidak pernah (TP) 3 siswa atau mencapai 8,34%. Kondisi pembelajaran di kelas belum menunjukkan adanya aktivitas belajar yang positif. Dari hasil angket siswa di atas, dapat di ketahui bahwa aktivitas belajar IPA masih rendah, hal ini diperkuat juga dengan nilai hasil belajar untuk materi sebelumnya yang banyak tidak tuntas.

Setelah diberi angket pada siklus I, diperoleh data angket menunjukkan kenaikan aktifitas belajar secara signifikan, jumlah siswa yang menyatakan selalu semangat (SL) 16 siswa atau mencapai 44,44%, sering (SR) 11 siswa atau mencapai 30,55%, kadang – kadang (KD) 6 siswa atau mencapai 16,66%, hanya sekali (HS) 3 siswa atau mencapai 8,34% dan tidak pernah (TP) 0 siswa atau 0%.

Hasil angket selesai siklus 2, menunjukkan peningkatan keaktifan belajar siswa, jumlah siswa yang menyatakan selalu semangat (SL) 26 siswa atau mencapai 72,22%, sering (SR) 7 siswa atau mencapai 19,44%, kadang – kadang (KD) 3 siswa atau mencapai 8,34%, hanya sekali (HS) dan tidak pernah (TP) 0 siswa, 0%.

Pelaksanaan siklus 1 terdiri dari 2 pertemuan, masing-masing 3 x 40 menit. Pertemuan ini dengan standar kompetensi: Memahami keanekaragaman makhluk hidup, dengan indikator pertemuan 1 (satu) : mendiskripsikan pentingnya klasifikasi makhluk hidup, Membedakan mahkluk hidup yang satu dengan yang lainnya berdasarkan ciri-ciri khusus yang dimiliki, Membedakan klasifikasi alami dan buatan, Menjelaskan aturan sistem penamaan binomial

63

nomenclature, Membedakan urutan takson hewan dan tumbuhan, Membuat perbandingan ciri-ciri khusus kingdom Monera dan Protista.

Pertemuan 2 (dua): menyebutkan klasifikasi alga/ganggang (Kingdom Protista menyerupai tumbuhan), menjelaskan ciri-ciri Kingdom Fungi, menyebutkan klasifikasi dari Kingdom Fungi, membedakan tumbuhan berpembuluh dan tumbuhan tak berpembuluh (Kingdom Plantae), membandingkan pergiliran keturunan lumut dan paku-pakuan, menyebutkan klasifikasi lumut, dan menyebutkan klasifikasi paku-pakuan.

Pada pertemuan pertama guru memberikan pendahuluan,

mengkondisikan siswa, membagi kelompok, melakukan apersepsi dan motivasi yang sesuai dengan indikator materi pembelajaraan. Guru membagi kelompok secara berpasangan dengan kawan sebangku, membagikan LKDS 1 dan LKDS 2, menjelaskan perintah LKDS dengan mengerjakan sendiri terlebih dahulu selama 10 menit kemudian didiskusikan dengan teman yang berpasangan, guru menyuruh siswa untuk membagi informasi dari masing-masing LKDS yang didapat, guru meminta beberapa kelompok untuk mempresentasikan di depan kelas sehingga membentuk diskusi kelas.

Berdasarkan hasil pengamatan observer, diketahui 20% dari 36 siswa masih mengobrol, siswa yang serius baru 50%, mencatat 80%, menjawab 20%, semangat 63%, bertanya 8%, kurang semangat/pasif 10%. Hasil kerja kelompok mencapai rata-rata 80%, berarti sudah mencapai kompetensi KKM 75%. Namun masih ada beberapa kelompok kerja yang mendapat nilai rata – rata 72%, tidak mencapai KKM. Kelompok yang belum selesai, diberi tindak lanjut yaitu tugas mengerjakan dirumah (PR) dan pada akhir pertemuan diberi evaluasi.

Pertemuan ke dua, siswa sudah lebih paham dan lebih cepat menjawab soal LKDS sesuai indikator yang dijelaskan guru. Dari hasil pengamatan guru dan observer, siswa yang mengobrol berkurang menjadi 10%, yang serius 75%, mencatat 88%, menjawab 30%, semangat 75%, bertanya 15%, kurang semangat/pasif 5%, berarti terjadi peningkatan aktivitas belajar pada pertemuan kedua ini. Secara keseluruhan hasil kerja kelompok mencapai rata-rata 86%. Di akhir kegiatan pertemuan kedua ini diberikan evaluasi untuk mendapatkan nilai

64

individu pada masing-masing siswa. Pengamatan peneliti ini dibantu bersama Observer, mengamati perilaku siswa dalam proses pembelajaran.

Rekap data hasil observasi siklus satu dari pertemuan pertama sampai dengan pertemuan kedua terekam dalam grafik sebagai berikut :

Grafik 1. Observasi Prilaku siswa Pada Siklus 1

Grafik peningkatan aktivitas belajar menggambarkan bahwa siswa yang “ngobrol” hal yang tidak berhubungan dengan pelajaran, dari pertemuan pertama sampai pertemuan kedua, persentasenya semakin menurun. Hal ini menunjukkan keberhasilan dalam penggunaan metode pembelajaran kooperatif dengan tipe TPS berhasil dilakukan.

Berdasarkan pembahasan dan pengamatan hasil kerja kelompok siswa mengerjakan LKDS dengan pembelajaran kooperatif dengan tipe TPS rata-rata 83%. Dimana untuk pertemuan satu rata-rata 80% dan pertemuan dua rata-rata 86%. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa siswa semakin bisa saling bekerja sama dan berani mengeluarkan pendapat dalam kelompoknya masing-masing. Pelaksanaan Siklus 2 terdiri dari 2 pertemuan, masing-masing 3 x 40 menit dengan Indikator ; menyebutkan klasifikasi Kingdom Plantea, mengklasifikasikan Tumbuhan biji terbuka, mengklasifikasikan Tumbuhan biji tertutup, membedakan ciri-ciri tumbuhan monokotil dan tumbuhan dikotil.

Pertemuan kedua membahas indikator bagaiman siswa dapat menyebutkan klasifikasi Kingdom Animalia, mana yang termasuk hewan avertebrata dan hewan vertebrata, menjelaskan yang dimaksud hewan berdarah panas dan berdarah dingin, membuat kunci determinasi sederhana (pengayaan). Pada pertemuan pertama siklus dua ini siswa lebih semangat dalam kegiatan kerja kelompok, siswa sudah lebih serius dalam berdiskusi, sehingga

65

setiap anggota kelompok dapat saling berbagi informasi dari hasil pemikiran masing-masing untuk jawaban pada LKDS yang dibagikan. Data observasi menunjukan siswa yang masih mengobrol 8%, serius 90%, mencatat 90%, menjawab 50% , semangat 90%, bertanya 20%, kurang semangat 2%. Hasil kerja kelompok siswa rata – rata 88%. Di akhir kegiatan pertemuan satu diberikan evaluasi untuk mengetahui kemampuan individu masing-masing.

Pada pertemuan kedua kegiatan pembelajaran semakin baik. Dalam kegiatan belajar menunjukan siswa yang masih mengobrol 5%, serius 98%, mencatat 95%, menjawab 70%, semangat 95%, bertanya 35%, pasif/kurang semangat 0%, dalam proses pembelajaran ini, siswa sudah mulai memiliki motivasi belajar yang baik bahkan yang pasif/kurang semangat tidak ditemukan lagi. Hal ini menunjukan seluruh siswa sudah bekerja dengan baik. Hasil pertemuan terakhir ini, memberikan indikator pencapaian keberhasilan belajar. Hasil kerja kelompok siswa rata – rata 86%. Pada akhir siklus dua, peneliti mengadakan tes/evaluasi belajar.

Pada akhir siklus 2 di pertemuan kedua ini peneliti mengadakan tes/evaluasi belajar untuk mendapatkan kemampuan individu masing-masing. Dalam evaluasi ini peniliti dibantu observer mengawasi siswa dalam mengerjakan tes. Hasil pengamatan pada siklus dua dari pertemuan pertama sampai pertemuan kedua dirangkum dalam grafik pengamatan hasil observasi berikut ini :

66

Grafik diatas menggambarkan perilaku siswa pada siklus dua yang berarti bahwa siswa yang mengobrol menurun hanya 5%, siswa yang serius, mencatat dan menjawab pertanyaan menunjukkan peningkatan, Peningkatan indikator keberhasilan siswa yang pasif atau tidak bersemangat pada siklus ini sudah tidak ada lagi atau 0%. Refleksi akhir siklus ini dilakukan tes evaluasi hasil belajar, hasil tes tertulis di akhir siklus mencapai rata-rata 86,50 sehingga melampaui KKM untuk Kompetensi Dasar 75,00.

Data akhir penelitian guru kembali mengajukan angket keaktifan belajar siswa. Dari data angket tersebut, skor peningkatan aktivitas akhir adalah 72,22%. Sedangkan skor keaktifan belajar di awal atau pra penelitian 30,55%. Data ini menunjukkan kenaikan atau peningkatan keaktifan belajar 42%, data observasi peningkatan keaktifan belajar siswa siklus 1 ke siklus 2, menunjukkan peningkatan semangat belajar, 53%, meningkat menjadi 95% pada siklus 2.

Berdasarkan observasi peningkatan belajar siswa, pada siklus 1 dan siklus 2, dapat tergambar dalam grafik Peningkatan Keaktifan Belajar. Data hasil observasi siklus 1 dan 2, terekam dalam grafik sebagai berikut :

Gambar Grafik 3 : Rerata kenaikan Keaktifan Belajar Siklus 1 dan 2

PEMBAHASAN

Perkembangan keberhasilan indikator keaktifan belajar siklus I dapat dilihat pada gambar 1 yang menunjukkan kemajuan pada 5 indikator positif (serius, mencatat, menjawab, semangat dan bertanya) dan menurun pada 2 indikator negatif “ngobrol” dan “pasif”. Jumlah siswa yang ngobrol dan kurang semangat/pasif jumlahnya menurun hal ini dapat terjadi karena sudah timbul

67

minat dan keinginan yang kuat karena keterkaitan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS). Siswa mulai aktif bertanya dan siswa yang pasif menjadi ikut bersemangat mengikuti pembelajaran. Peningkatan keaktifan belajar siswa terjadi pada siklus 1 belum dapat disimpulkan dengan pasti karena penelitian masih diperlukan kelengkapan data sebagai penguat kesimpulan, karena masih didapat kelemahan adanya siswa yang ngobrol sampai pada pertemuan ke 2. Untuk itu dilakukan tindakan penelitian pada siklus 2 dengan masih menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair share. Hasil angket aktivitas belajar siklus 1, menunjukan siswa yang selalu semangat belajar 57,5%. Pada siklus 2, hasil angket keaktifan belajar, menunjukkan siswa yang selalu semangat belajar 72%. Angket keaktifan belajar siswa, dari awal siklus ke siklus 1 dan 2, siswa yang selalu semangat 32,5%, meningkat menjadi pada siklus 1 menjadi 57,5%, dan pada siklus 2, siswa yang selalu semangat belajar, meningkat lagi, menjadi 72% , dimana peningkatan menunjukan rata – rata 39,5%. Pada siklus 1, pertemuan 1 dan 2 siswa yang semangat belajar, dari 53 %, menjadi 75%. Rata – rata peningkatan 22%. Pada siklus 2, pertemuan 1 dan 2 siswa yang semangat belajar, dari 90%, menjadi 95%, peningkatan rata – rata 5 %. Hasil evaluasi belajar siklus 1 dan 2, menunjukan peningkatan hasil belajar siswa, rata – rata 65%, meningkat menjadi 68%. Peningkatan rata – rata 3%. Nilai tertinggi 92,5, nilai terendah 27,5.

Dari refleksi instrument penelitian, meliputi observasi peningkatan keaktifan belajar siswa hasil angket awal siklus 1 dan 2, hasil tes/evaluasi menunjukan peningkatan aktifitas belajar dan diikuti dengan peningkatan hasil belajar siswa, melalui model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share dengan hasil angket tertera pada tabel sebagai berikut :

Tabel 4. Data Hasil Angket Awal Siklus, Siklus 1, dan Siklus 2.

NO KETERANGAN SL SR KD HS TP 1. Angket awal Siklus 13 Siswa = 32,5% 10 Siswa = 25% 13 Siswa = 32,5% 2 Siswa = 5% 2 Siswa = 5% 2. Angket Selesai Siklus I 23 Siswa = 57,5% 10 siswa = 25% 6 Siswa = 15 % 1 Siswa = 2,5% 0 Siswa = 0%

68 3. Angket Selesai Siklus II 29 Siswa = 72% 7 siswa = 17,5% 4 Siswa = 10% 0 Siswa = 0% 0 Siswa = 0%

Berdasarkan Tabel Data Hasil Angket di atas, keaktifan belajar siswa pra/awal siklus, tidak adanya tampak semangat belajar yang positif. Siswa yang semangat belajar, hanya 13 siswa (32,5%), masih terdapat siswa yang belum aktif dalam pembelajaran IPA. Hanya sekali 5%, Tidak Pernah 5%. Akan tetapi pada siklus 1, mulai menunjukkan keaktifan belajar yang positif, selalu bersemangat belajar, 23 siswa (57,5%). Pada siklus 2, sudah tampak peningkatan keaktifan belajar, siswa yang selalu semangat belajar, 29 siswa(72%). Hanya sekali 0%, Tidak Pernah 0%.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil data penelitian yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa pengunaan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) pada proses pembelajaran IPA kelas VII SMP Negeri 21 Kota Bengkulu telah berhasil meningkatkan aktivitas belajar dan prestasi hasil belajar siswa. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan kerja kelompok pada pembelajaran IPA di SMP 21 Kota Bengkulu, telah berhasil meningkatkan keaktifan belajar dari 71% menjadi 79% dan adanya peningkatan hasil belajar, dari 50,75% menjadi 70,68%. Namun, ada kelemahan dari penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS ini untuk diterapkan dalam materi klasifikasi mahluk hidup yaitu tingkat kesulitan dan kedalaman materi yang luas, sehingga bagi siswa yang tidak memiliki kemampuan diskusi dan pemahaman yang tinggi akan kesulitan mengikuti pembelajaran.

SARAN

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think Pair Share) dapat diterapkan karena dapat memicu semangat atau keaktifan siswa dan guru dalam pembelajaran dan diupayakan kelengkapan media yang memadai sesuai dengan perkembangan IPTEK. Dalam kesempatan ini juga peniliti menyarankan adanya penelitian lanjutan dengan modifikasi penambahan media seperti penayangan dengan menggunakan power point atau pemutaran film-film

69

atau video pembelajaran yang berhubungan dengan klasifikasi mahluk hidup, sehingga semakin meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran.

70

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi., Suhardjono., Supardi. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara

Ibrahim, Muslimin dkk, 2000. Pembelajaran Kooferatif. Surabaya : Universitas Press

Lie, A. 2004. Cooferatif Learning Memperaktikkan Kooferative Learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta : Grasindo

Sadirman, 2005. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta.

Solihatin, Etin dkk, 2007. Cooferative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS. Jakarta : Bumi Aksara

Sudjana, Nana.1989. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya

Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta : PT Bumi Aksara Purwanto, Ngalim, 2008. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.

Rosdakarya Bandung.

71

PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI

Dokumen terkait