• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil Dokumentasi Visual

Dalam dokumen BAB I DISERTASI BAHRIL D S (Halaman 179-185)

GAMBAR IV.11 : SKEMA PEMBANGUNAN PERUMAHAN DI INDONESIA* 1974-1997

4) Hasil Dokumentasi Visual

Foto pada Lampiran X.A-F memperlihat situasi terkini dari lokasi Helvetia, Denai dan Simalingkar. Foto-foto ini memperlihatkan kondisi pengembangan rumah, perubahan fungsi rumah, kondisi jalan dan saluran, pengelolaan sampah, kondisi fasilitas sosial dan umum yang ada pada ketiga lokasi.

Hasil wawancara dengan masing-masing penghuni atau warga dari ketiga lokasi dan tokoh masyarakat sebagai berikut :

1) Drs. H.Dalail Ahmad, Dosen UINSU/Ulama, Jalan Enggang I/21 Perumnas Medan Denai : Membeli rumah type D-36/136 dengan harga Rp.8 juta dari pemilik sebelumnya pada tahun 1994. Sebelumnya tinggal di rumah sewa dan menyatakan kondisi rumah yang baru lebih baik serta memadai untuk keluarga. Sekarang bangunan sudah dirombak menjadi 136 m persegi dengan harga pasar lebih kurang Rp.400 juta.

Kehidupan ekonomi cukup berkembang, bahkan banyak rumah-rumah berubah menjadi tempat usaha, sehingga sudah seperti diperkotaan. Harmoni sosial juga cukup baik, Cuma keamanan perlu ditingkatkan lagi. Kondisi lingkungan juga makin baik dengan adanya renovasi dari Pemkab Deli Serdang. Yang kurang memuaskan adalah perawatan jalan, saluran, pengelolaan sampah dan penerangan jalan umum. Juga banyak renovasi yang tidak sesuai aturan.

Tidak ingin lagi pindah, bahkan anak-anak sudah membeli rumah juga disini. Perumnas cukup bertanggung jawab dalam hal dokumen kepemilikan seperti Sertifikat Hak Milik dan Izin Bangunan. Harapan terhadap Perumnas, agar Perumnas terus mengembangkan Perumnas ditempat lain untuk masyarakat bawah yang masih sangat membutuhkan.

2) Basri Nazar BE, Real Estate Planner, Pensiunan Pejabat Perumnas, Jalan Flamboyan II/169 Perumnas Helvetia : Membeli rumah type D-25/90 dengan harga Rp.1,6 juta pada tahun 1980 melalui Kredit Pemilikan Rumah dari Bank Tabungan Negara. Sebelumnya tinggal di rumah sewa dan menyatakan kondisi rumah yang baru lebih baik dari sebelumnya. Cukup puas dan cukup untuk keluarga

Sekarang bangunan sudah direnovasi berlantai dua menjadi 90 m persegi dengan harga pasar lebih kurang Rp.250 juta. Kehidupan

163

ekonomi cukup berkembang, bahkan banyak rumah-rumah berubah menjadi tempat usaha, sehingga sudah seperti diperkotaan. Harmoni sosial juga cukup baik, keamanan relatif baik . Kondisi lingkungan juga makin baik dengan adanya renovasi dari Pemko Medan.

Yang kurang memuaskan adalah perawatan jalan, saluran, pengelolaan sampah dan penerangan jalan umum serta pengembangan rumah yang tidak sesuai Garis Sempadan.

Tidak punya rencana untuk pindah dari sini. Sangat bersyukur telah bekerja di Perumnas selama 30 tahun dapat menafkahi keluarga dengan baik, Juga telah berbakti melayani masyarakat mendapatkan rumah yang dibangun Perumnas.

3) Parno, Pengusaha, Jalan Tembakau Raya No. 68 Perumnas Simalingkar : Membeli rumah type D-45/160 seharga Rp.16 juta pada tahun 1994 melalui Kredit Pemilikan Rumah Bank Tabungan Negara. Sebelumnya bertempat tinggal di Mandala dan rumah ini jauh lebih baik dari sebelumnya, dan puas dengan kondisi rumah ini.

Pada awalnya rumah dijadikan Klinik Bersalin. Setelah itu dikerjasamakan dengan Indomaret. Kliniknya dipindahkan kerumah yang lain. Rumah sudah direnovasi menjadi 150 m persegi dengan harga pasar lebih kurang Rp.1 milyar.

Kehidupan ekonomi sangat berkembang, memberi banyak peluang usaha. Kebutuhan warga sudah bisa dipenuhi di lokasi, bahkan untuk membeli sepeda motor dan mobil. Nilai jual rumah terus meningkat. Pasar Induk Sayur juga dekat dari Simalingkar. Pasar di Simalingkar banyak dikunjungi warga dari tempat lain karena menjual barang-barang ex-impor.

Kondisi lingkungan cukup baik. Kondisi jalan, saluran dan penerangan relatif baik waktu dibangunnya. Kekurangannya ada pada perawatan dan kesadaran warga. Sarana seperti rumah ibadah,

sekolah dan pasar juga mencukupi. Karena usahanya ada disini, tetap akan tinggal disini.

Perumnas telah memberikan peningkatan kesejahteraan bagi masyarakat, tidak hanya tempat tinggal tapi untuk berkembang dalam ekonomi. Dokumen-dokumen rumah seperti SHM dan IMB sudah diselesaikan oleh Perumnas. Jadi Perumnas perlu membangun lagi seperti Simalingkar ini karena masih banyak yang mebutuhkan rumah terutama masyarakat yang tidak mampu membangun rumah sendiri.

4) Drs.Hotmal Ja‟far, MM, Dosen USU/Profesional, Jl.Sawit II/5 Perumnas Simalingkar : Membeli rumah type D-36/120 pada tahun 1987 dengan harga Rp. 6,2 juta. Dibeli melalui Kredit Pemilikan Rumah dari Bank Tabungan Negara selama 15 tahun. Sebelumnya tinggal menyewa dan rumah dan lingkungan Simalingkar ini jauh lebih baik.

Luas bangunan sekarang sudah lebih 100 m2 karena sudah direnovasi. Kira-kira harga pasar sekarang sekitar Rp.400 juta. Cukup puas dengan kondisi jalan dan saluran, hanya perawatan yang kurang memadai. Sarana seperti sekolah dan tempat ibadah juga mencukupi. Ekonomi warga cukup berkembang dengan baik, ada pasar dan pusat-pusat belanja. Hampir semua kebutuhan warga terpenuhi sampai kepada kebutuhan perbankan, pegadaian dan kebutuhan lain.

Harmoni sosial juga cukup baik, walaupun sangat multi etnis dan agama. Hanya pengembangan rumah banyak yang tidak mengikuti aturan Pemko. Tidak punya rencana untuk pindah, karena letak Simalingkar cukup strategis, dekat tempat mengajar di USU dan transportasi yang lancar.

Secara keseluruhan keberadaan Perumnas telah meningkatkan kesejahteraan masyarakat karena sudah menyediakan perumahan untuk masyarakat dan membuat ekonomi warga ikut berkembang.

165

Kenapa Perumnas sekarang tidak ada lagi membangun perumahan dalam skala besar seperti Simalingkar ini, pada hal masih banyak yang membutuhkan yang tidak mampu membangun rumah sendiri. Yang ada sekarang adalah pembangunan perumahan skala kecil oleh swasta yang harganya mahal dan fasilitasnya tidak memadai.

5) Drs.H.Firdaus Naly, Tokoh Masyarakat/Mantan Kanwil Departemen Agama, Gang Kancil, Setia Budi Medan (tinggal di luar lokasi Perumnas):

Mengetahui Perumnas waktu masih bertugas di Medan pada tahun 1980. Banyak karyawan Departemen Agama yang mengambil rumah di Perumnas. Juga dalam memfasilitasi pembangunan rumah ibadah dilokasi yang telah disiapkan oleh Perumnas secara cuma-cuma.

Pada tahun 1980 peminatnya sangat tinggi, dan pada waktu Pegawai Negeri lebih diutamakan karena berpenghasilan tetap yang disyaratkan untuk mendapat kredit bersubsidi.

Perumnas sangat berkembang sampai tahun 90-an seperti di Medan lokasi Helvetia, Denai, Simalingkar, Martubung yang letaknya cukup strategis, sehingga warga yang mendapatkannya tidak hanya terpenuhi kebutuhan tempat tinggal, tapi juga investasi. Saya tidak mengambil rumah Perumnas karena sudah memiliki rumah sendiri sebelumnya, jadi tidak memenuhi syarat. Perumnas tentu saja telah mensejahterakan masyarakat, dengan adanya rumah yang layak dan sehat, bisa membina keluarga yang Sakinah Mawaddah war Rahmah dan memelihara lima hal dan maqashid syar‟i yaitu jiwa, aqal, keturunan, agama dan harta.

Pemerintah perlu memperdayakan Perumnas untuk membangun perumahan yang lengkap seperti Helvetia, Simalingkar, agar warga yang kurang mampu dan belum punya

rumah bisa ikut menikmati hasil pembangunan atau dulu dikenal dengan istilah pemerataan.

Keempat penghuni dan satu orang tokoh masyarakat yang tinggal diluar lokasi Perumnas yang diwawancarai semuanya menyatakan bahwa pembangunan Perumahan oleh Perumnas telah memberi tingkat kesejahteraan yang lebih baik bagi pembelinya dengan fakta :

1) Tinggal dalam rumah dan lingkungan yang lebih baik dari sebelumnya.

2) Sudah tinggal lebih dari 25 tahun dan tidak berniat untuk pindah ke lokasi lain.

3) Disamping sebagai tempat membina keluarga, juga bisa membangun perekonomian

4) Semua sarana yang dibutuhkan tersedia seperti tempat ibadah, sekolah, pasar, olahraga dan fasilitas lain tersedia.

5) Secara kepemilikan juga merasa lebih aman karena memiliki semua dokumen kepemilikan seperti SHM, IMB.

6) Letak lokasi yang strategis dan punya moda transportasi hampir kesemua tujuan di Kota Medan.

Yang dikeluhkan adalah faktor perawatan lingkungan seperti jalan, saluran, persampahan, pengembangan bangunan yang tidak terkendali dan faktor keamanan. Tanggungjawab terhadap perawatan lingkungan dan keamanan tidak lagi menjadi tanggungjawab Perumnas, karena lingkungan sudah diserahkan kepada negara (dalam hal ini

Pemkab/Pemko) dan tanggungjawab keamanan menjadi

tanggungjawab kepolisian.

d. Kesimpulan dari penelitian lapangan dan wawancara dengan penghuni/tokoh

1) Dari hasil penelitian lapangan memperlihatkan bahwa Perumnas pada ketiga lokasi yang diteliti telah mewujudkan pemukiman untuk masyarakat menengah kebawah dan menerapkan konsep-konsep pendukung 60 : 40 untuk pemanfaatan lahan, konsep-konsep 6 : 3 :

167

1, untuk komposisi type rumah, pilihan type rumah yang disesuaikan dengan tingkat penghasilan, dan membangun prasarana dan saran yang dibutuhkan.

2) Dari wawancara dengan penghuni dan tokoh masyarakat dapat disimpulkan bahwa ketiga lokasi yang dibangun Perumnas telah memberikan kemudahan, kelayakan dan nilai investasi bagi masyarakat menengah bawah yang belum memiliki rumah. Kekurangan yang dirasakan adalah pada pemeliharaan lingkungan seperti prasarana dan prasarana serta pengendalian pengembangan rumah oleh warga. Wawancara juga menyimpulkan bahwa pembangunan skala besar seperti ketiga lokasi adalah penting untuk dilanjutkan oleh Perum Perumnas.

B. Pembahasan

Dalam dokumen BAB I DISERTASI BAHRIL D S (Halaman 179-185)