• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perubahan Kemaslahatan setelah tahun 1997

Dalam dokumen BAB I DISERTASI BAHRIL D S (Halaman 195-200)

GAMBAR IV.11 : SKEMA PEMBANGUNAN PERUMAHAN DI INDONESIA* 1974-1997

3. Perubahan Kemaslahatan setelah tahun 1997

Setelah tahun 1997 atau mulai tahun 1998, beriringan dengan Reformasi terjadi banyak perubahan kebijakan terutama dengan perekonomian, yaitu liberalisasi dan privatisasi. Tidak terkecuali terjadi juga dalam bidang Perumahan. Hal ini sangat berpengaruh kepada kemaslahatan yang bisa diberikan oleh Perumnas kepada masyarakat. Berikut ini beberapa bidang dimana perubahan kebijaksanaa Pemerintah dalam bidang perumahan.

a. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah

1) Kebijakan 60 : 40 dan konsep 6 : 3 : 1 tidak lagi dijalankan diganti dengan Hunian Berimbang yaitu menjadi penyediaan lahan untuk MBR 25% dan konsep 3 : 2 : 1 (halaman 143). Rumah sederhana, rumah menengah dan rumah mewah boleh tidak dibangun dalam satu hamparan. Jelas konsep ini mengurangi kemaslahatan untuk MBR, yaitu semakin kecilnya lahan yang tersedia untuk rumah sederhana dan lokasinya bisa jadi menjadi dipinggiran atau dilokasi yang kurang baik.

2) Konsep Kawasan Siap Bangun (KASIBA) dan Lingkungan Siap Bangun (LISIBA) yang sangat ideal untuk mengendalikan pertanahan untuk perumahan tidak bisa direalisasikan. Padahal masalah pertanahan ini menjadi penting bagi keberhasilan memaksimumkan kemaslahatan dari semua aspek seperti pengendalian harga, fasilitas, tata ruang, efisiensi pembiayaan dan penggunaan lahan.

3) Perumnas tidak lagi dimasukkan Pemerintah kedalam APBN sejak tahun 1998. Dari data diatas menunjukkan kemampuan Perumnas menurun dengan sangat tajam, tinggal 30 %. Dengan demikian kemampuan memberi kemaslahatan juga sangat menurun

4) Sesuai dengan Konsep Hunian Berimbang (halaman 143) tidak ada Rumah Inti, minimal tipe 36. Hal ini mengurangi kemaslahatan bagi masyarakat yang tidak memiliki kemampuan untuk membeli rumah type 36.

5) Memberikan Dana APBN untuk Perumnas

Pemerintahan Presiden Jokowi kembali memasukkan Perum Perumnas kedalam APBN dengan memberikan pembiayaan dalam APBN 2015 sebesar 1 Triliun Rupiah. Dan juga mengembalikan peran Perum Perumnas sebagai ujung tombak Pemerintah dalam program sejuta rumah. Pemerintah menerbitkan undang-undang baru tentang Perum Perumnas, yaitu Peraturan Pemerintah No.83 Tahun 2015. Dengan demikian mulai tahun 2015, pembiayaan Perum Perumnas berasal dari pendapatan sendiri dari hasil penjualan, pinjaman perbankan dan sumber dana dari APBN. Untuk membangun 36.000 unit rumah yang diberikan tanggung jawab kepada Perumnas, diusulkan PMN Rp.2 triliun. DPR hanya menyetujui Rp.1 triliun sehingga akan mencari sumber pendanaan lain agar target yang dipercayakan kepada Perumnas tetap bisa tercapai.

PMN senilai Rp.1 triliun tersebut rencananya akan dialokasikan untuk melancarkan pencapaian program sejuta rumah rakyat. Perumnas mendapat tugas dari pemerintah membangun 36.018 dari 603.516 unit rumah murah sepanjang 2015. Sampai November 2015 baru 14.000 unit yang bisa dibangun. Pembangunan tersendat karena PMN yang diperkirakan cair Oktober ternyata belum cair. .232

6) Pembiayaan KPR

Perkembangan pembiayaan KPR telah mengalami

perubahan-perubahan sumber pembiayaan sejak tahun 1975 seperti

232

Kementerian PUPR, Kebijakan Bidang Pembiayaan Perumahan, Direktorat Jenderal

Pembiayaan Perumahan, (Jakarta :Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, 2015). h. 12

179

pada Tabel IV.3 dibawah ini. Tabel tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

a) Periode 1975 - 1988

Pembiayaan untuk Kredit Pemilikan Rumah berasal dari Penyertaan Modal Pemerintah, Kredit Likuiditas Bank Indonesia dan Bank Pelaksana. Dengan menjadikan Bank Tabungan Negara sebagai bank penyalur dana KPR. Kebijakan yang dibuat pada tahun 1974 adalah

b) Periode 1988 - 1991

Sumber pendanaan pada periode ini berasal dari Penyertaan Modal Pemerintah, Bank Dunia, Kredit Likuiditas Bank Indonesia, Rental Domestic Investment dan Bank Pelaksana.

c) Periode 1991 - 2001

Sumber pendanaan berasal dari Kredit Likuiditas Bank Indonesia, RDI dan Bank Pelaksana. Pemerintah hanya memberikan subsidi bunga.

Kemudian ketentuan mengenai suku bunga (bersubsidi) tidak lagi dikaitkan dengan type rumah tapi dengan batasan harga dengan suku bunga 12%. Semua Bank diberi kesempatan menjadi bank penyalur KPR

d) Periode 2002

Sumber pendanaan KPR berasal dari Bank Pelaksana dan APBN. Pemerintah hanya memberikan Subsidi Selisih Bunga. e) Periode 2003 - 2010

Sumber pendanaan KPR berasal dari Bank Pelaksana. Bantuan yang diberikan pemerintah adalah Subsidi Selisih Bunga dan Bantuan Uang Muka.

Bentuk subsidi Pemerintah adalah Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) yang bersumber dari Bank Pelaksana dan APBN.

g) Periode 2015 – 2016

Subsidi yang diberikan Pemerintah adalah dengan Program FLPP, Bantuan Uang Muka dan Subsidi Selisih Bunga.

Pemerintahan Presiden Jokowi memperbaharui program pembiayaan yang disebut dengan Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan Dalam Rangka Perolehan Rumah Melalui Kredit/Pembiayaan Pemilikan Rumah Sejahtera Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah yang dituangkan dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umm dan Perumahan Rakyat Nomor 20/PRT/M/2014, selanjutnya disingkat dengan FLPP. Berikut ini Tabel Perkembangan Skema Bantuan Pembiayaan Perumahan, Tabel Harga Jual Rumah Sejahtera Tapak, Tabel Harga Jual Rumah Sejahtera Susun, Tabel Kelompok Sasaran KPR Sejahtera Berdasarkan Batas Penghasilan dan Tabel Daftar Realisasi Dana FLPP 2010-2016

Tabel IV.3

Perkembangan Skema Bantuan Pembiayaan Perumahan

PERIODE SUMBER PENERIMAAN

PELITA TAHUN JENIS KPR PMP BANK KLBI RDI BANK APBN

BERSUBSIDI DUNIA PELAKSANA

II/III 1976-1986 Perumnas & Non # # #

Perumnas

III/IV/V 1986-1991 Perumnas & Non # # # #

Perumnas

V/VI 1991-1999 Subsidi Bunga(SB) # # #

1999-2000 SB # # #

181 2002 Subsidi Selisih # # Bunga (SSB) 2003-2010 SSB & Bantuan Uang Muka(BUM) # # 2010-2014 FLPP # # 2015 FLPP,SSB &BUM # #

Sumber : Kementerian PUPR (2016) 233

TABEL IV.4

Kelompok Sasaran KPR Sejahtera Berdasarkan Batas Penghasilan.

NO. KELOMPOK SASARAN PENGHASILAN PERBULAN

KPR SEJAHTERA PALING BANYAK

a. KPR Sejahtera Tapak Rp.4.000.000,00

b. KPR Sejahtera Syariah Tapak Rp.4.000.000,00

c. KPR Sejahtera Susun Rp.7.000.000,00

d. KPR Sejahtera Syariah Susun Rp.7.000.000,00

Sumber : PP Menteri PU-PERA NO. 20/PRT/M/2014

Tabel IV.5

PENGELOMPOKAN HARGA JUAL RUMAH SEJAHTERA TAPAK

NO. WILAYAH Harga Jual

Rumah Tapak Paling Banyak

(Rp)

1. Provinsi NAD 118.000.000

2. Provinsi Sumatera Utara 117.000.000

7) Provinsi Sumarera Barat 116.000.000

8) Provinsi Riau 116.000.000

9) Provinsi Kepulauan Riau 125.000.000

10) Provinsi Jambi 114.000.000

11) Provinsi Sumatera Selatan 118.000.000

12) Provinsi Bangka Belitung 124.000.000

13) Provinsi Bengkulu 116.000.000

14) Provinsi Lampung 113.000.000

233

15) Provinsi Jawa Barat (Kecuali Bodetabek, Karawang 115.000.000

16) Provinsi Banten (Kecuali Tanggerang) 116.000.000

17) Provinsi Jawa Tengah 118.000.000

18) Provinsi DI Yogyakarta 123.000.000

19) Provinsi Jawa Timur 115.000.000

20) Provinsi Kalimantan Barat 132.000.000

21) Provinsi Kalimantan Tengah 128.000.000

22) Provinsi Kalimantan Selatan 127.000.000

23) Provinsi Kalimantan Utara 127.000.000

24) Provinsi Kalimantan Timur 133.000.000

25) Provinsi Sulawesi Utara 125.000.000

26) Provinsi Gorontalo 125.000.000

27) Provinsi Sulawesi Tengah 120.000.000

28) Provinsi Sulawesi Selatan 125.000.000

29) Provinsi Sulawesi Barat 118.000.000

30) Provinsi Sulawesi Tenggara 124.000.000

31) Provinsi Bali 135.000.000

32) Provinsi Nusa Tenggara Barat 135.000.000

33) Provinsi Nusa Tenggara Timur 127.000.000

34) Provinsi Maluku 133.000.000

35) Provinsi Maluku Utara 135.000.000

36) Provnsi Papua Barat 169.000.000

37) Provinsi Papua 185.000.000 Wilayah 1. DKI Jakarta 135.000.000 2. Kota/Kabupaten Bekasi 135.000.000 3. Kota/Kabupaten Bogor 129.000.000 4. Kota Depok 131.000.000

5. Kota/Kabupaten Tanggerang dan Kota Tangsel 134.000.000

6. Kabupaten Karawang 125.000.000

Sumber :PP Menteri PU-PERA No.20/PRT/M/20 Tabel IV.6

PENGELOMPOKAN HARGA JUAL RUMAH SEJAHTERA SUSUN

NO. WILAYAH Harga Jual

Rumah Tapak Paling Banyak

(Rp)

1. Provinsi NAD 306.000.000

2. Provinsi Sumatera Utara 280.800.000

3. Provinsi Sumarera Barat 316.800.000

4. Provinsi Riau 342.000.000

5. Provinsi Kepulauan Riau 360.000.000

6. Provinsi Jambi 316.800.000

7. Provinsi Sumatera Selatan 313.200.000

8. Provinsi Bangka Belitung 320.400.000

9. Provinsi Bengkulu 288.000.000

10. Provinsi Lampung 288.000.000

11. Provinsi Jawa Barat (Kecuali Bodetabek, Karawang 262.800.000

12. Provinsi Banten (Kecuali Tanggerang) 273.600.000

13. Provinsi Jawa Tengah 259.200.000

Dalam dokumen BAB I DISERTASI BAHRIL D S (Halaman 195-200)