• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

B. Hasil Uji Instrumen Penelitian 1. Hasil Uji Statistik Deskriptif 1.Hasil Uji Statistik Deskriptif

4. Hasil Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan model analisis regresi berganda (multiple regression analysis), yaitu: a. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Uji koefisien determinasi dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan model variabel independen untuk menjelaskan variabel dependen.

Tabel 4.17

Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)

Sumber: Data primer yang diolah

Tabel 4.17 menunjukkan nilai adjusted R2 sebesar 0,357. Hal ini menandakan bahwa variabel Independensi, Keahlian,

Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .629a .396 .357 2.866

a. Predictors: (Constant), Skeptisme Profesional, Pengetahuan Akuntansi dan Auditing, Keahlian, Independensi

90 Pengetahuan Akuntansi dan Auditing, serta Skeptisme Profesional bisa menjelaskan 35,7% variasi variabel Ketepatan Pemberian Opini Audit. Sedangkan 64,3% sisanya dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak disertakan dalam model penelitian ini.

b. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) Uji t dilakukan untuk melihat apakah variabel independen secara individu memiliki dampak yang signifikan terhadap variabel dependen, serta untuk membuktikan variabel mana yang paling dominan. Hasil uji statistik t dapat dilihat pada tabel 4.18, jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima dan menolak H0. Sedangkan jika nilai probabilitas lebih besar dari 0,05 maka H0 diterima dan menolak Ha.

Tabel 4.18 dibawah ini menunjukkan bahwa variabel pengetahuan akuntansi dan auditing serta variabel skeptisme profesional berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap variabel ketepatan pemberian opini audit, namun variabel independensi dan keahlian tidak berpengaruh terhadap variabel k e t e p a t a n p e m b e r i a n o p i n i a u d i t . Variabel independensi, keahlian, pengetahuan akuntansi dan auditing, serta skeptisme profesional mempunyai tingkat

91 signifikansi sebesar 0,110; 0,296; 0,040; 0,015. Hasil Uji Statistik t dapat dilihat dalam tabel 4.18 berikut ini:

Tabel 4.18 Hasil Uji Statistik t

Sumber: Data primer yang diolah dengan SPSS

Hasil Uji Hipotesis 1: Pengaruh independensi terhadap ketepatan pemberian opini audit

Hasil uji hipotesis 1 dapat dilihat pada tabel 4.18, variabel independensi mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,110. Hal ini berarti menolak H1, maka dapat disimpulkan bahwa variabel independensi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ketepatan pemberian opini audit karena tingkat

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 11.989 4.742 2.528 .014 Independensi .158 .097 .192 1.620 .110 Keahlian .158 .150 .123 1.055 .296 Pengetahuan Akuntansi dan Auditing .231 .111 .243 2.093 .040 Skeptisme Profesional .410 .164 .285 2.497 .015

92 signifikansi yang dimiliki variabel independensi lebih besar dari 0,05.

Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Sukriah, et. al. (2009) yang menyatakan bahwa kualitas hasil pemeriksaan, atau dengan kata lain opini audit, tidak dipengaruhi oleh independensi auditor. Hasil penelitian tidak signifikan disebabkan karena pada saat penyusunan program pemeriksaan masih ada intervensi pimpinan untuk menentukan, mengeliminasi, atau memodifikasi bagian-bagian tertentu yang akan diperiksa, serta intervensi atas prosedur-prosedur yang dipilih oleh auditor (Sukriah, et. al., 2009).

Tudingan pelanggaran independen dalam penampilan sering terjadi. Setidaknya terdapat dua hal penyebab pelanggaran ini yaitu: pertama, kantor akuntan publik melakukan multi service pada klien yang sama dan kedua, tidak ada batasan lamanya kantor akuntan publik yang sama melakukan audit pada klien yang sama (Christiawan, 2002). Beberapa bukti penelitian menyatakan bahwa pemakai laporan percaya jumlah consulting service yang besar akan menurunkan independensi auditor (AAA Financial Accounting Standard Committee, 2000 dalam Christiawan, 2002). Sebab lainnya bahwa sebagian akuntan

93 publik tidak melakukan rotasi terhadap audit partnernya dan di sisi lain perusahaan tidak memiliki kebijakan untuk merotasi akuntan publiknya (Christiawan, 2002).

Berbeda dengan hasil penelitian Mayangsari (2002) serta Yuskar dan Devisia (2011) yang menyatakan bahwa independensi auditor berpengaruh terhadap pemberian opini audit oleh akuntan publik. Perbedaan ini disebabkan karena adanya perbedaan karakteristik responden, baik dari segi jumlah ataupun wilayah.

Hasil Uji Hipotesis 2: Pengaruh keahlian terhadap ketepatan pemberian opini audit

Hasil uji hipotesis 2 dapat dilihat pada tabel 4.18, variabel keahlian mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,296. Hal ini berarti menolak H2, maka dapat disimpulkan bahwa variabel keahlian tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ketepatan pemberian opini audit karena tingkat signifikansi yang dimiliki variabel keahlian lebih besar dari 0,05.

Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan Gusti dan Ali (2008) serta Sabrina dan Januarti (2012) bahwa keahlian tidak berpengaruh signifikan terhadap ketepatan pemberian opini audit. Namun

94 bertolak belakang dengan hasil penelitian Mayangsari (2003) dan Suraida (2005).

Simamora (2002) dalam Sabrina dan Januarti (2012) menyatakan keahlian ditentukan oleh pendidikan kesarjanaan formal, pelatihan dan partisipasi dalam program edukasi yang berkelanjutan selama karir profesi, semakin tinggi tingkat pendidikan kesarjanaan formalnya maka semakin tepat dalam melaksanakan prosedur audit sehingga opini yang diberikan tepat.

Alasan tidak signifikannya variabel keahlian menurut dugaan Sabrina dan Januarti (2012), adalah karena sebagian besar responden berpendidikan S1 sehingga tidak semahir auditor berpendidikan S2 dalam memberikan opininya. Kondisi ini sama seperti yang terjadi pada penelitian ini, dimana jumlah responden sebesar 91% adalah S1, sedangkan jumlah responden dengan pendidikan S2 hanya sebesar 4,5%.

Hasil penelitian ini didukung oleh Gusti dan Ali (2008). Menurut Gusti dan Ali (2008), hasil penelitian mereka dengan menggunakan keahlian sebagai variabel independen menyatakan bahwa keahlian audit mempunyai hubungan yang tidak signifikan terhadap ketepatan pemberian opini auditor oleh akuntan publik, sehingga belum tentu auditor yang

95 memiliki keahlian audit yang baik dapat menemukan temuan audit yang akan diungkapkan dalam bentuk opini auditor secara baik.

Hasil Uji Hipotesis 3: Pengaruh pengetahuan akuntansi dan auditing terhadap ketepatan pemberian opini audit

Hasil uji hipotesis 3 dapat dilihat pada tabel 4.18, variabel pengetahuan akuntansi dan auditing mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,040. Hal ini berarti menerima H3, maka dapat disimpulkan bahwa variabel pengetahuan akuntansi dan auditing berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap ketepatan pemberian opini audit karena tingkat signifikansi yang dimiliki variabel pengetahuan akuntansi dan auditing lebih kecil dari 0,05.

Hal ini menunjukkan bahwa setiap tindakan dan keputusan yang diambil auditor dalam melakukan audit adalah berdasarkan pengetahuan akuntansi dan auditing yang dimiliki. Hal itu dikarenakan pekerjaan tersebut tidak lepas dari akuntansi dan auditing maka pengetahuan yang baik tentang akuntansi dan auditing merupakan syarat yang utama, sebab auditor tidak akan dapat menjalankan pekerjaan tersebut tanpa dilandasi dengan pengetahuan yang baik.

96 Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Nataline (2007), serta Mardisar dan Sari (2007) bahwa pengetahuan akuntansi dan auditing berpengaruh signifikan terhadap kualitas hasil kerja auditor atau dengan kata lain berpengaruh terhadap ketepatan pemberian opini audit. Semakin tinggi tingkat pengetahuan seorang auditor maka semakin tinggi pula ketepatan pemberian opini audit yang dihasilkan dan dapat bermanfaat bagi para pemakai laporan keuangan dalam mengambil keputusan.

Hasil Uji Hipotesis 4: Pengaruh skeptisme profesional terhadap ketepatan pemberian opini audit

Hasil uji hipotesis 4 dapat dilihat pada tabel 4.18, variabel skeptisme profesional mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,015. Hal ini berarti menerima H4, maka dapat disimpulkan bahwa variabel sketisme profesional berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap ketepatan pemberian opini audit karena tingkat signifikansi yang dimiliki variabel skeptisme profesional lebih kecil dari 0,05.

Skeptisme profesional auditor adalah sikap yang mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara skeptis terhadap bukti audit

97 (Gusti dan Ali, 2008). Skeptisme profesional dapat dilatih oleh auditor dalam melaksanakan tugas audit, pemberian opini audit akuntan harus didukung oleh bukti audit kompeten yang cukup, dimana dalam mengumpulkan bukti audit auditor harus senantiasa menggunakan skeptisme profesionalnya yaitu sikap yang mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis terhadap bukti audit (SPAP, 2001) agar diperoleh bukti-bukti yang meyakinkan sebagai dasar dalam pemberian opini akuntan.

Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Suraida (2005), serta Gusti dan Ali (2008) bahwa skeptisme profesional berpengaruh signifikan dan positif terhadap ketepatan pemberian opini audit.

c. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)

Uji statistik F dapat dilihat pada tabel 4.19, jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima dan menolak H0. Sedangkan jika nilai probabilitas lebih besar dari 0,05 maka H0 diterima dan menolak Ha (Ghozali, 2011). Uji statistik F dilakukan untuk mengetahui pengaruh semua variabel independen yang dimasukkan ke dalam variabel model regresi secara bersama-sama terhadap variabel dependen.

98 Hasil Uji Statistik Signifikansi Simultan (Uji F) dapat dilihat dalam tabel 4.19 berikut ini:

Tabel 4.19 Hasil Uji Statistik F

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1Regression 333.592 4 83.398 10.153 .000a

Residual 509.273 62 8.214

Total 842.866 66

a. Predictors: (Constant), Skeptisme Profesional, Pengetahuan Akuntansi dan Auditing, Keahlian, Independensi

b. Dependent Variable: Ketepatan Pemberian Opini Audit Sumber: Data primer yang diolah dengan SPSS

Hasil Uji Hipotesis 5: Pengaruh independensi, keahlian, pengetahuan akuntansi & auditing, serta skeptisme profesional terhadap ketepatan pemberian opini audit

Tabel dari F-test didapat nilai F hitung sebesar 10,153 dengan tingkat signifikansi 0,000. Probabilitas signifikansi lebih kecil dari 0,05, maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi Ketepatan Pemberian Opini Audit atau dapat dikatakan Independensi, Keahlian, Pengetahuan Akuntansi dan Auditing, serta Skeptisme Profesional berpengaruh terhadap Ketepatan Pemberian Opini Audit. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Gusti dan Ali

99 (2008), Mardisar dan Sari (2007), serta Sabrina dan Januarti (2012).

Berdasarkan tabel 4.18, maka diperoleh model persamaan regresi sebagai berikut:

Y = α + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + β4 X4 + e Y = 11,989 + 0,158X1 + 0,158X2 + 0,231X3 + 0,410X4 + e

Keterangan:

Y = Ketepatan Pemberian Opini Audit a = Konstanta

b = Koefisien Regresi X1 = Independensi X2 = Keahlian

X3 = Pengetahuan Akuntansi dan Auditing X4 = Skeptisme Profesional

e = Standar error

Pada persamaan regresi di atas menunjukkan nilai konstanta sebesar 11,989. Hal ini menyatakan bahwa jika variabel independensi, keahlian, pengetahuan akuntansi dan auditing, serta skeptisme profesional auditor dianggap 0, maka ketepatan pemberian opini audit akan meningkat sebesar 11,989 satuan.

Koefisien regresi pada variabel independensi sebesar 0,158 (15,8%); hal ini menunjukkan jika variabel independensi

100 mengalami kenaikan 1% maka variabel ketepatan pemberian opini meningkat sebesar 15,8%; dengan catatan nilai variabel independen lainnya tetap.

Koefisien regresi pada variabel keahlian sebesar 0,158 (15,8%); hal ini berarti jika variabel keahlian megalami kenaikan 1% maka variabel ketepatan pemberian opini audit meningkat sebesar 15,8%; dengan catatan nilai variabel independen lainnya tetap.

Koefisien regresi pada variabel pengetahuan akuntansi dan auditing sebesar 0,231 (23,1%); hal ini berarti jika variabel pengetahuan akuntansi dan auditing mengalami kenaikan 1% maka variabel ketepatan pemberian opini audit meningkat sebesar 23,1%; dengan catatan nilai variabel independen lainnya tetap.

Koefisien regresi pada variabel skeptisme profesional sebesar 0,410 (41%); hal ini berarti jika variabel skeptisme profesional mengalami kenaikan 1% maka variabel ketepatan pemberian opini audit meningkat sebesar 41%, dengan catatan nilai variabel independen lainnya tetap.

Seluruh variabel independen masing-masing koefisiennya bernilai positif. Hal tersebut berarti terjadi hubungan positif antara tiap variabel independen yaitu independensi, keahlian,

101 pengetahuan akuntansi dan auditing, serta skeptisme profesional terhadap variabel dependen ketepatan pemberian opini audit. Semakin tinggi independensi, keahlian, pengetahuan akuntansi dan auditing, serta skeptisme profesional yang dimiliki seorang auditor maka akan semakin meningkat ketepatan pemberian opini audit.

102

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh independensi, keahlian, pengetahuan akuntansi dan auditing, serta skeptisme profesional terhadap ketepatan pemberian opini audit. Responden dalam penelitian ini berjumlah 67 orang auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik (KAP) yang terletak di DKI Jakarta dan berdasarkan Directory KAP yang diterbitkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) pada tahun 2012. Berdasarkan pada data yang telah dikumpulkan dan pengujian yang telah dilakukan terhadap permasalahan dengan menggunakan model regresi berganda, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Independensi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ketepatan pemberian opini audit. Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan peneltian Mayangsari (2002) dan Yuskar & Devisia (2011). Namun sejalan dengan penelitian Christiawan (2002) dan Sukriah, et. al. (2009). 2. Keahlian tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

ketepatan pemberian opini audit. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan Gusti dan Ali (2008) serta Sabrina dan Januarti (2012).

3. Pengetahuan akuntansi dan auditing berpengaruh signifikan dan positif terhadap ketepatan pemberian opini audit. Hasil penelitian ini mendukung

103 hasil penelitian yang dilakukan oleh Mardisar dan Sari (2007) bahwa pengetahuan akuntansi dan auditing berpengaruh signifikan terhadap ketepatan pemberian opini audit.

4. Skeptisme profesional berpengaruh signifikan dan positif terhadap ketepatan pemberian opini audit. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Gusti dan Ali (2008) bahwa skeptisme profesional berpengaruh terhadap ketepatan pemberian opini audit.

5. Dalam penelitian ini setelah dilakukan pengujian terhadap kelima variabel independen secara bersama-sama (simultan) ternyata dapat disimpulkan bahwa independensi, keahlian, pengetahuan akuntasi dan auditing, serta skeptisme profesional berpengaruh secara simultan dan positif terhadap ketepatan pemberian opini audit. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh penelitian Christiawan (2002), Gusti dan Ali (2008), Mardisar dan Sari (2007), serta Sabrina dan Januarti (2012).

B. Implikasi

Berdasarkan hasil analisis, implikasi dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi mahasiswa jurusan akuntansi, penelitian ini bermanfaat sebagai bahan referensi penelitian selanjutnya dan pembanding untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, khususnya mengenai ketepatan pemberian opini audit.

104 2. Bagi masyarakat, sebagai sarana informasi tentang gambaran profesi akuntan publik yang cakap serta menambah pengetahuan tentang akuntansi dan auditing dengan memberikan bukti empiris tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatan pemberian opini audit.

3. Bagi peneliti berikutnya, sebagai bahan referensi tambahan dalam melaksanakan penelitian lebih lanjut khususnya mengenai ketepatan pemberian opini audit.

4. Bagi auditor dan Kantor Akuntan Publik (KAP), hasil penelitian ini membuktikan bahwa pengetahuan akuntansi dan auditing, serta skeptisme profesional memberikan dampak kepada ketepatan pemberian opini audit. Semakin tinggi tingkat pengetahuan akuntansi dan auditing serta skeptisme profesional yang dimiliki oleh para auditor, khususnya auditor yang bekerja di KAP, maka akan semakin tepat opini yang diberikan dalam mengaudit laporan keuangan.

C. Saran

Penelitian ini di masa mendatang diharapkan dapat menyajikan hasil penelitian yang lebih berkualitas lagi dengan adanya beberapa masukan mengenai beberapa hal diantaranya:

1. Penelitian lebih lanjut disarankan untuk menambah atau mengganti variabel-variabel yang berpengaruh terhadap ketepatan pemberian opini audit, dimana ketepatan pemberian opini audit dapat dipengaruhi oleh

105 beberapa factor lain, seperti tenure audit, fee audit, objektifitas, dan integritas.

2. Penelitian lebih lanjut diharapkan dapat memperluas daerah survey sehingga hasil penelitian lebih mungkin untuk disimpulkan secara lebih lengkap, serta diharapkan dapat memfokuskan penelitian pada grup tertentu, misalnya untuk senior auditor, supervisor, dan manajer, yang memiliki tingkat pendidikan minimum S1 dan pengalaman bekerja sebagai auditor lebih dari 3 tahun, khususnya dalam penelitian mengenai ketepatan pemberian opini audit.

3. Penelitian selanjutnya disarankan untuk menambah sampel penelitian yang lebih banyak agar lebih mendapatkan gambaran keadaan secara lebih luas dari objek yang diteliti.

4. Penelitian yang menggunakan kuesioner dengan auditor eksternal sebagai responden disarankan untuk dilakukan pada waktu kantor akuntan publik sedang low season yakni sekitar bulan April hingga September, hal ini untuk memudahkan peneliti dalam megumpulkan data secara lebih leluasa dan lengkap jika kembali menjadikan auditor sebagai sampel penelitian.

106

Dokumen terkait