• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

C. Kerangka Berpikir

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Bersambung pada halaman selanjutnya

Pengaruh Independensi, Keahlian, Pengetahuan Akuntansi dan Auditing, serta Skeptisme Profesional Auditor terhadap Ketepatan

Pemberian Opini Audit

Independensi

(Christiawan, 2002), (Mayangsari, 2003), (Alim et. al. 2007 ),

(Yuskar dan Devisia, 2011)

Keahlian

(Mayangsari, 2003), (Gusti dan Ali, 2008), (Sabrina dan Januarti, 2012)

Pengetahuan Akuntansi & Auditing (Alim et. al., 2007), (Mardisar dan Sari, 2007)

Skeptisme Profesional

(Suraida, 2005), (Gusti dan Ali, 2008), (Sabrina dan Januarti, 2012)

Ketepatan Pemberian Opini

Audit (Suraida, 2005),

(Gusti dan Ali, 2008), (Sabrina dan

47 Gambar 2.1 (lanjutan)

Metode Analisis: Regresi Berganda

Uji Kualitas Data: 1. Validitas 2. Reliabilitas

Uji Asumsi Klasik: 1. Multikolonieritas 2. Heteroskesdastisitas 3. Normalitas Uji Hipotesis: 1. Uji R2 2. Uji t 3. Uji F

Hasil Pengujian dan Pembahasan

48 D. Hipotesis

1. Independensi dengan Ketepatan Pemberian Opini Audit

Independensi adalah suatu istilah yang sering digunakan oleh profesi auditor. Antle (1984) dalam Mayangsari (2003) mendefinisikan independensi sebagai suatu hubungan antara akuntan dan kliennya yang mempunyai sifat sedemikian rupa sehingga temuan dan laporan yang diberikan auditor hanya dipengaruhi oleh bukti-bukti yang ditemukan dan dikumpulkan sesuai dengan aturan atau prinsip-prinsip profesionalnya. Independen berarti akuntan publik tidak mudah dipengaruhi, karena ia melaksanakan pekerjaan untuk kepentingan umum (Christiawan, 2002). Akuntan publik tidak dibenarkan memihak kepentingan siapapun. Auditor berkewajiban untuk jujur tidak hanya kepada manajemen dan pemilik perusahaan, namun juga kepada kreditur dan pihak lain yang meletakkan kepercayaan atas pekerjaan akuntan publik (Christiawan, 2002).

Independensi merupakan hal yang penting dalam melaksanakan pemeriksaan akuntansi karena adanya kepercayaan dari klien dan para pemakai laporan keuangan dalam hal membuktikan kewajaran penyusunan laporan keuangan. Oleh karena itu, auditor harus bersikap independen dari berbagai kepentingan. Auditor yang menegakkan independensinya, tidak akan terpengaruh oleh pihak luar dalam mempertimbangkan fakta yang ditemukan dalam pemeriksaan (Windarti, 2011).

49 Mayangsari (2003) melakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui perbedaan pendapat antara auditor. Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa yang menyebabkan perbedaan pendapat adalah independensi. Auditor yang independen memberikan pendapat yang lebih tepat dibandingkan auditor yang tidak independen. Auditor yang ahli dan non-ahli memang mempunyai perbedaan dalam memberikan suatu pendapat jika mereka tidak mendapatkan tekanan social maupun ekonomis dalam proses pemberian pendapat.

Trianingsih (2007) dalam penelitiannya menyatakan bahwa independensi auditor berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor. Independensi merupakan aspek penting bagi profesionalisme akuntan khususnya dalam membentuk integritas pribadi yang tinggi. Hal ini disebabkan karena pelayanan jasa akuntan sangat dipengaruhi oleh kepercayaan klien maupun publik secara luas dengan berbagai kepentingan yang berbeda. Seorang auditor yang memiliki independensi yang tinggi maka kinerjanya akan lebih baik dan dapat menghasilkan ketepatan pemberian opini yang lebih baik pula. Berdasarkan berbagai penjelasan di atas, maka hipotesis yang diajukan adalah:

H1: Independensi berpengaruh signifikan dan positif terhadap ketepatan pemberian opini audit.

50 2. Keahlian dengan Ketepatan Pemberian Opini Audit

Keahlian dan kemahiran profesional merupakan standar umum yang harus dimiliki oleh seorang auditor dalam melakukan pekerjaan auditnya (Boynton et. al., 2003). Menurut hasil penelitian Mayangsari (2003), pendapat auditor yang ahli dan independen berbeda dengan auditor yang hanya memiliki salah satu karakter tersebut atau tidak sama sekali memiliki kedua karakter tersebut. Jenis informasi yang digunakan oleh seorang ahli akan berbeda dengan jenis informasi yang digunakan oleh orang yang tidak ahli. Seorang yang ahli dalam bidangnya dan terlatih independen, maka akan mendapatkan temuan audit dengan baik.

Mayangsari (2003) dalam penelitiannya menunjukan keahlian mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap ketepatan pemberian opini audit. Menurut Suraida (2005) kompetensi atau keahlian profesional berpengaruh secara signifikan terhadap ketepatan pemberian opini audit. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka hipotesis sementara dalam penelitian ini sebagai berikut:

H2: Keahlian berpengaruh signifikan dan positif terhadap ketepatan pemberian opini audit.

3. Pengetahuan Akuntansi dan Auditing dengan Ketepatan Pemberian Opini Audit

Mardisar dan Sari (2007), perbedaan pengetahuan di antara auditor akan berpengaruh terhadap cara auditor menyelesaikan sebuah pekerjaan.

51 Lebih lanjut dijelaskan bahwa seorang auditor akan bisa menyelesaikan sebuah pekerjaan secara efektif jika didukung dengan pengetahuan yang dimilikinya. Auditor yang memiki tingkat pengetahuan yang tinggi akan berperilaku pantas sesuai dengan persepsi serta ekspektasi orang lain dan lingkungan tempat auditor bekerja (Sabrina dan Januarti, 2012).

Seorang auditor dalam mendeteksi kesalahan harus didukung dengan pengetahuan tentang apa dan bagaimana kesalahan tersebut terjadi (Nasution, 2010 dalam Fitriyani, 2012). Secara umum seorang auditor harus memiliki pengetahuan-pengetahuan mengenai General auditing, Functional Area, computer auditing, Accounting Issue,

Specific Industri, General World knowledge (pengetahuan umum), dan Problem solving knowledge (Mardisar dan Sari, 2007). Penelitian juga dilakukan oleh Herawaty dan Susanto (2009) yang menyatakan bahwa pengetahuan auditor dalam mendeteksi kekeliruan memiliki pengaruh positif terhadap tingkat materialitas.

Mardisar dan Sari (2007) menemukan bahwa besarnya usaha yang dicurahkan seseorang untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan berbeda-beda sesuai dengan tingkat pengetahuan yang dimiliki dan juga menemukan bahwa tingkat pengetahuan seseorang dapat meningkatkan kualitas hasil kerja. Kualitas hasil kerja auditor yang baik akan menghasilkan pemberian opini yang tepat pula.

52 Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut, maka keterkaitan antara pengetahuan akuntansi dan auditing dengan ketepatan pemberian opini audit dapat dirumuskan dalam hipotesis sebagai berikut:

H3: Pengetahuan akuntansi dan auditing berpengaruh signifikan dan positif terhadap ketepatan pemberian opini audit.

4. Skeptisme Profesional Auditor terhadap Ketepatan Pemberian Opini Audit

Skeptisme profesional auditor adalah sikap yang mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara skeptis terhadap bukti audit (Gusti dan Ali, 2008). Menurut Sabrina dan Januarti (2012) skeptisisme profesional auditor adalah sikap yang harus dimiliki oleh auditor dalam melaksanakan tugasnya sebgai akuntan publik yang dipercaya oleh publik dengan selalu mempertanyakan dan tidak mudah percaya atas bukti-bukti audit agar pemberian opini auditor tepat. Auditor diharapkan dapat lebih mendemonstrasikan tingkat tertinggi dari skeptisme profesionalnya.

Skeptisme profesional dapat dilatih oleh auditor dalam melaksanakan tugas audit, pemberian opini audit harus didukung oleh bukti audit kompeten yang cukup, dimana dalam mengumpulkan bukti audit auditor harus senantiasa menggunakan skeptisme profesionalnya yaitu sikap yang mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis terhadap bukti audit

53 (SPAP, 2001) agar diperoleh bukti-bukti yang meyakinkan sebagai dasar dalam pemberian opini akuntan. Kemahiran profesional auditor akan sangat mempengaruhi ketepatan pemberian opini oleh auditor, sehingga secara tidak langsung skeptisme professional auditor ini akan mempengaruhi ketepatan pemberian opini oleh akuntan publik.

H4: Skeptisme profesional auditor berpengaruh signifikan dan positif terhadap ketepatan pemberian opini audit.

5. Independensi, Keahlian, Pengetahuan Akuntansi dan Auditing, serta Skeptisme Profesional Auditor terhadap Ketepatan Pemberian Opini Audit

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mayangsari (2003), Suraida (2005), Alim, et. al. (2007), Mardisar dan Sari (2007), Gusti dan Ali (2008), Yuskar dan Devisia (2011), serta Sabrina dan Januarti (2012), maka diduga bahwa independensi, keahlian, pengetahuan akuntansi dan auditing, serta skeptisme profesional auditor secara simultan berpengaruh signifikan terhadap ketepatan pemberian opini audit. Sehingga dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H5: Independensi, keahlian, pengetahuan akuntansi dan auditing, serta skeptisme profeional auditor secara simultan berpengaruh signifikan terhadap ketepatan pemberian opini audit.

54 BAB III

Dokumen terkait