• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.5 Hasil Kajian Persepsi Petani

variabel penelitian untuk mengetahui bagaimana hubungan intensitas pelatihan pada persepsi petani pada petik merah buah kopi. Jawaban responden mengenai kuesioner disajikan pada tabel dibawah ini :

Tabel 4. 8 Distribusi Frekuensi Jawaban Kuesioner Intensitas Pelatihan

No Pernyataan SS S RR TS STS

5 4 3 2 1 N 1 Petani aktif dalam kegiatan pelatihan 29 33 11 4 0 77

38% 43% 14% 5%

2 Petani selalu mengikuti pertemuan rutin setiap bulan

28 34 13 2 0 77

36% 44% 17% 3%

3 Melalui pelatihan dapat menjalin keakraban antar petani

39 32 6 0 0 77

51% 42% 7%

4 Petani mengikuti pelatihan jika sempat 17 26 13 13 8 77 22% 34% 17% 17% 10%

5 Pelatihan perlu diadakan secara rutin 27 32 7 9 2 77 35% 42% 9% 12% 2%

Rata-Rata 36% 41% 13% 7% 2%

Sumber : Data yang diolah, 2022.

Intensitas penyuluhan petani kopi di Desa Kemiri mendorong petani untuk memahami materi yang diberikan. Sehingga intensitas penyuluhan dapat diperhatikan untuk menunjang persepsi tentang pemahaman petani mengenai petik merah buah kopi. Semakin sering mengikuti kegiatan penyuluhan maka petani akan lebih mengetahui beragam materi dan informasi yang disampaikan.

Menurut Purukan, dkk. (2021) keberhasilan sektor pertanian salah satunya ditentukan oleh penyuluh pertanian. Penyuluh pertanian sendiri memiliki fungsi untuk membina petani dalam rangka meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan petani.

diajukan, lalu dilakukan perhitungan jumlah skor pernyataan-pernytaan tersebut.

Kategori tingkat persepsi dibagi menjadi 5 yaitu sangat tidak setuju, tidak setuju, ragu-ragu, setuju, sangat setuju. Berikut disajikan hasil analisis persepsi petani terhadap petik merah buah kopi :

4.5.1 Risiko

Schiffmanet (2015) mendefinisikan persepsi risiko sebagai ketidakpastian yang dihadapi oleh konsumen ketika mereka tidak dapat meramalkan konsekuensi yang mungkin terjadi dari keputusan pembelian mereka. Dalam penelitian ini, risiko diartikan sebagai ketidakpastian yang dapat diterima petani ketika ia menerapkan suatu. Tabel dibawah ini adalah perolehan skor persepsi risiko petani :

Tabel 4. 9 Distribusi Frekuensi Jawaban Kuesioner Persepsi Risiko

No Pernyataan SS S RR TS STS

5 4 3 2 1 N

1 Keuntungan hasil panen petik merah tergantung pada kopi yang telah matang (merah)

41 25 10 1 0 77

53% 32% 13% 1%

2 Panen petik merah menambah biaya upah tenaga kerja

31 29 12 5 0 77

40% 38% 16% 6%

Rata-Rata 46,5% 35% 14,5% 3,5%

Sumber : Data yang diolah, 2022.

Tabel tersebut menunjukkan bahwa persepsi risiko kategori sangat setuju 46,5% dan setuju 35% tentang keuntungan petani tergantung pada buah kopi yang telah matang. Kategori ragu-ragu sebanyak 14,5%, sedangkan kategori tidak setuju 3,5% dan sangat tidak setuju 0%. Dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata persentase tertinggi pada kategori setuju dan sangat setuju, kategori sangat tidak setuju senilai 0% berarti petani sendiri mengetahui akan risiko yang terjadi ketika menerapkan petik merah kopi.

Petani mengetahui risiko petik merah kopi baik melalui kegiatan penyuluhan maupun mengalaminya sendiri yang menjadi alasan enggan

melakukan petik merah. Selain keterbatasan waktu untuk menunggu dominan buah yang matang, petik merah juga dapat menambah biaya upah tenaga kerja karena petik merah membutuhkan tenaga dan waktu yang lebih daripada petik asalan atau racutan.

4.5.2 Kemudahan

Menurut Jogiyanto (2016) persepsi kemudahan merupakan suatu kepercayaan tentang proses pengambilan keputusan. Jika seseorang merasa percaya bahwa suatu teknik mudah digunakan atau tidak sulit dipahami maka ia akan menggunakannya. Berikut merupakan hasil tabulasi persepsi petani tentang kemudahan panen petik merah buah kopi :

Tabel 4. 10 Distribusi Frekuensi Jawaban Kuesioner Persepsi Kemudahan

No Pernyataan SS S RR TS STS

5 4 3 2 1 N 1 Panen petik merah mudah dilakukan

petani

34 23 8 9 3 77

44% 30% 10% 12% 4%

2 Petani mudah memahami teknik panen secara petik merah

36 32 7 2 0 77

47% 42% 9% 2%

Rata-Rata 45% 36% 9,5% 7% 2%

Sumber : Data yang diolah, 2022.

Terdapat 2 pernyataan mengenai persepsi kemudahan petani yaitu panen petik merah mudah dilakukan dan petani mudah memahami teknik panen secara panen petik merah. Kategori sangat setuju menunjukkan angka 45% dan setuju 36% artinya petani mampu melakukan teknik panen kopi merah mudah dilakukan. Petik merah dilakukan dalam kondisi matang sempurna. Standar mutu pemetikan yaitu GMP yaitu petik merah dengan teknik ditarik per gugus serta menggunakan peralatan dalam kondisi baik. Adapun alat yang digunakan seperti kinjar (tas kecil dari bambu untuk menampung buah kopi sementara), karung (kapasitas 50 kilogram buah kopi), dan pisau kecil untuk memangkas batang yang didak diperlukan.

Kategori tidak setuju sebanyak 7% dan sangat tidak setuju sebanyak 2%

menyatakan mereka melakukan teknik panen dengan memetik saja tanpa memerhatikan beberapa hal sesuai dengan standart panen kopi. Pada kategori ragu-ragu petani menyatakan bahwa mereka belum yakin akan teknik panen yang digunakannya sudah sesuai yang dianjurkan atau belum.

4.5.3 Manfaat

Persepsi manfaat dapat diartikan sejauh mana seseorang percaya bahwa menggunakan suatu teknologi akan meningkatkan kinerja pekerjaannya. Pada penelitian ini persepsi manfaat merupakan pandangan subjektif petani atas manfaat yang diperoleh dengan menerapkan petik merah kopi yang tertera pada tabel berikut :

Tabel 4. 11 Distribusi Frekuensi Jawaban Kuesioner Persepsi Manfaat

No Pernyataan SS S RR TS STS

5 4 3 2 1 N

1 Panen petik merah mempermudah proses pengolahan selanjutnya

37 27 9 4 0 77

48% 35% 12% 5%

2 Panen petik merah menghasilkan produk kopi lokal yang berdaya saing

45 25 6 1 0 77

58% 32% 9% 1%

3 Kopi petik merah memiliki cita rasa yang lebih terjaga

45 30 2 0 0 77

58% 39% 3%

4 Panen petik merah tidak memberi keuntungan bagi petani

16 20 8 20 13 77

21% 26% 10% 26% 17%

Rata-Rata 46% 33% 11% 8% 4,25%

Sumber : Data yang diolah, 2022.

Tabel persepsi manfaat terdiri dari rata-rata 5 kategori yaitu kategori sangat setuju persentase 46%, setuju persentase 33%, ragu-ragu persentase 11%, dan tidak setuju persentase 8% dan kategori sangat tidak setuju 4,25%.

Rata-rata persentase tertinggi terdapat pada kategori sangat setuju berarti persepsi petani sangat setuju bila kopi petik merah memiliki cita rasa yang lebih terjaga atau bermutu. Standar mutu kopi Indonesia yaitu GMP (Good Manufacturing Practice). Persepsi petani sangat setuju dan setuju ini sesuai dengan penggunaan standar mutu GMP bertujuan untuk menghailkan biji kopi

berkualitas sesuai dengan standar internasional, yaitu ICO 407 dan SNI 01-2907-2008 (AEKI, 2014). Mutu yang baik membuat kopi Indonesia dapat bersaing di pasar internasional. Dengan demikiran, kopi memiliki peluang pasar yang baik bila dilihat dari nilai ekspor, volume ekspor dan konsumsi (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2013). Sedangkan petani yang memilih kategori ragu-ragu berpersepsi bahwa citarasa kopi tidak beda jauh. Petani yang berpersepsi tidak setuju dan sangat tidak setuju menyatakan bahwa bertani kopi hanya sekedarnya saja asal laku untuk dijual dan tidak menyulitkan saat panen.

Dokumen terkait