• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengelolaan Pemupukan Tanaman Stroberi di Vin’s Berry Park

Jenis dan Konsentrasi Pupuk

Jenis pupuk yang digunakan di Vin’s Berry Park adalah pupuk Nutrilon berbentuk butiran kasar dan butiran halus (Gambar 9) dan pupuk Boron (merah dan putih). Pupuk Boron Merah berfungsi sebagai penambah rasa manis pada buah, sedangkan Boron Putih berfungsi untuk menetralkan media tanam. Aplikasi pemupukan Nutrilon kasar dicampur Boron Merah, sedangkan Nutrilon halus dicampur dengan Boron Putih.1

Kebutuhan pupuk yang digunakan untuk setiap greenhouse adalah

pupuk Nutrilon kasar sebanyak 0.3 kg/1 000 l air, Nutrilon halus sebanyak 0.2 kg/1 000 l air, sedangkan pupuk Boron Merah dan Boron Putih yang digunakan masing-masing sebanyak 2 - 3 g/1 000 l air. Dosis pupuk/tanaman adalah 0.1 g/tanaman. Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pemupukan adalah setengah jam sampai larutan pupuk yang ada dalam tangki penampung air habis.

Gambar 9. Pupuk di Vin’s Berry Park; (a) Pupuk Nutrilon Kasar, (b) Pupuk Nutrilon Halus

Berdasarkan pengamatan di lapang selama kegiatan magang, timbangan yang digunakan untuk menghitung kebutuhan pupuk sudah hampir rusak sehingga

1

Hasil wawancara dengan bapak Wawan salah satu tenaga kerja bidang budidaya tanaman stroberi [18 Februari 2010]

b a

29

hasil yang didapat tidak akurat. Jumlah pupuk yang tidak sesuai dengan kebutuhan akan berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Salah satu alternatif yang bisa dilakukan adalah penggunaan timbangan digital untuk kegiatan pemupukan, sehingga jumlah pupuk yang digunakan tepat.

Perlengkapan dan Alat Pemupukan

Peralatan dan perlengkapan yang digunakan dalam pemupukan antara lain : a) Tangki penampung air, digunakan untuk menampung air bersih yang akan

dicampur dengan nutrisi yang sebelumnya sudah dilarutkan dengan air.

b) Drum pengaduk nutrisi, digunakan untuk membuat larutan pupuk sebelum dicampurkan dengan air yang berada di tangki penampung air.

c) Pompa, digunakan untuk menyedot dan menyalurkan air maupun nutrisi dari tangki penampung air ke pipa-pipa saluran irigasi.

d) Timbangan, berfungsi untuk menimbang kebutuhan pupuk yang akan digunakan.

e) Bambu, berfungsi sebagai alat untuk mengaduk larutan pekat dalam drum pengaduk nutrisi. Bambu yang digunakan mempunyai panjang ± 1.5 m.

Waktu dan Cara Pemupukan

Pemupukan dilaksanakan dua hari sekali pada pagi hari yaitu pada pukul 07.00 - 09.00 WIB. Pemupukan yang dilakukan menggunakan irigasi tetes. Pupuk Nutrilon kasar dilarutkan dalam 3 l air dalam drum pengaduk nutrisi, kemudian dimasukkan ke dalam tangki penampung air 1 000 l air. Pupuk Nutrilon halus dilarutkan dalam 2 l air dalam drum pengaduk nutrisi, kemudian dimasukkan ke dalam tangki penampung air 1 000 l air. Pengocokan pupuk dilakukan selama 10 menit menggunakan mesin pompa, sehingga pupuk tercampur merata dengan air. Pupuk kemudian dialirkan ke tanaman dengan pompa melalui jaringan irigasi selama 15 - 20 menit (Gambar 10). Menurut Tagliavini (2005) menggabungkan air dan nutrisi dengan irigasi tetes (fertigasi) adalah teknik yang sekarang sering

30

digunakan dalam pengelolaan nutrisi tanaman stroberi sebagai satu-satunya metode praktis untuk memasok nutrisi ke tanaman bermulsa plastik.

Gambar 10. Tahapan Pemupukan di Vin’s Berry Park

Keterangan : a) Pupuk Nutrilon kasar dan Nutrilon halus; b) Penimbangan pupuk; c) Pelarutan pupuk dengan air; d) Pengocokan pupuk di dalam tangki penampung air; e) Pipa saluran irigasi tetes; f) Pemupukan tanaman stroberi

Pemberian pupuk melalui irigasi tetes yang dilakukan di Vin’s Berry Park kurang efisien. Berdasarkan pengamatan di lapang, pelaksanaan teknis pemupukan kurang baik. Pupuk yang diaplikasikan ke tanaman belum larut sempurna, sehingga pemberian nutrisi ke tanaman akan berkurang. Pemupukan dilakukan berdasarkan lamanya waktu pemupukan, tidak berdasarkan banyaknya jumlah nutrisi yang diterima oleh setiap tanaman. Selama pemupukan berlangsung banyak stick drip yang lepas dari selang irigasi, sehingga banyak larutan pupuk yang terbuang. Hal ini menyebabkan jumlah nutrisi yang diterima setiap tanaman berbeda. Salah satu alternatif pemecahannya adalah pengontrolan stick drip yang

a b c

d e

31

digunakan saat pemberian nutrisi, sehingga tidak ada larutan nutrisi yang terbuang.

Tenaga Kerja Pemupuk

Tenaga kerja pemupuk merupakan tenaga kerja harian yang bekerja di bidang budidaya tanaman, terdiri dari satu orang tenaga kerja pria dan satu orang tenaga kerja wanita. Berdasarkan pengamatan di lapang tidak terdapat standar kerja pada kegiatan pemupukan.

Manajemen Pemupukan

Pemupukan menjadi tolak ukur keberhasilan dalam budidaya tanaman stroberi. Pemupukan yang dilakukan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman. Pemupukan yang terlambat akan berdampak terhadap tanaman, karena tanaman tidak cukup memiliki nutrisi untuk perkembangan buah.

Manajemen pemupukan yang ada di Vin’s Berry Park belum tersusun dengan jelas, sehingga perlu adanya panduan umum pemupukan. Selama kegiatan magang berlangsung, konsentrasi pupuk yang digunakan sama untuk setiap umur tanaman meskipun terdapat perbedaan umur tanaman di Vin’s Berry Park. Salah satu kegiatan yang bisa dilakukan untuk memperbaiki pemupukan yaitu memberikan jumlah nutrisi tanaman sesuai dengan umur tanaman.

Pupuk yang digunakan di Vin’s Berry Park adalah pupuk Nutrilon kasar, pupuk Nutrilon halus, dan pupuk Boron. Kandungan unsur N selama dua tahun pada tanaman stroberi di Vin’s Berry Park yang diberi perlakuan pupuk Nutrilon kasar dan Nutrilon halus dengan perbandingan 3 : 2 sebanyak 16.97 g/tanaman, perlakuan pupuk Nutrilon kasar dan Nutrilon halus dengan perbandingan 3 : 7 sebanyak 8.48 g/tanaman, perlakuan pupuk Nutrilon kasar dan Nutrilon halus dengan perbandingan 7 : 3 sebanyak 19.80 g/tanaman dan perlakuan pupuk Nutrilon kasar dan Nutrilon halus dengan perbandingan 1 : 1 sebanyak 14.14 g/tanaman. Menurut Tjandra (2000) tanaman stroberi yang berumur 4 - 10 bulan memperoleh unsur N dari pemberian pupuk Urea sebanyak 9.45 kg/ha dan pupuk Ammonium Nitrat sebanyak 12.98 kg/ha. Pupuk diaplikasikan ke tanaman

32

stroberi melalui irigasi tetes di pagi hari selama tiga kali/minggu, sehingga diperoleh kandungan unsur N tanaman stroberi selama dua tahun sebanyak 23.04 g/tanaman.

Kandungan unsur N pada perlakuan pupuk yang diberikan untuk setiap umur tanaman belum memenuhi kebutuhan N tanaman stroberi. Menurut Tjandra (2000) tanaman stroberi membutuhkan unsur N sebanyak 23.04 g/tanaman untuk dua tahun. Konsentrasi pupuk perlu ditingkatkan sehingga perbandingan pupuk Nutrilon kasar dan Nutrilon halus menjadi 4 : 1. Nutrilon kasar yang diberikan pada perlakuan pupuk Nutrilon kasar dan halus 3 : 2 ditambah sebanyak 0.64 g/l, Nutrilon kasar yang diberikan pada perlakuan pupuk Nutrilon kasar dan halus 3 : 7 ditambah sebanyak 1.54 g/l, Nutrilon kasar yang diberikan pada perlakuan pupuk nutrilon kasar dan halus 7 : 3 ditambah sebanyak 0.34 g/l, dan Nutrilon kasar yang diberikan pada perlakuan pupuk Nutrilon kasar dan halus 1 : 1 ditambah sebanyak 0.94 g/l, sehingga kandungan unsur N pada setiap umur tanaman terpenuhi.

Pupuk yang digunakan untuk tanaman yang ditanam secara hidroponik terdiri dari Amonium Sulfat 43 g, Kalsium Nitrat 255 g, Monokalsium Fosfat 113 g, Magnesium Sulfat 170 g, Kalsium Sulfat 198 g, dan Besi Sulfat. Pupuk yang akan dilarutkan dapat ditimbang atau lebih praktisnya menggunakan takaran sendok makan. Pupuk yang digunakan setiap 10 g atau satu sendok makan dilarutkan dalam 4.5 l air. Jumlah pupuk yang dilarutkan disesuaikan dengan kebutuhan tetapi perbandingannya diusahakan tetap sama (Lingga, 2009).

Pemupukan tanaman stroberi di Kampung Langkop menggunakan NPK mutiara sebanyak 4 kg/200 l air setiap dua minggu, sehingga kandungan unsur N pada setiap karung sebanyak 0.21 g/karung/empat tanaman. Unsur N yang terkandung dalam pupuk NPK mutiara sebanyak 2.63 g/tanaman selama dua tahun. Kandungan unsur N yang diberikan pada tanaman belum memenuhi dosis rekomendasi. Kandungan unsur N yang dibutuhkan tanaman stroberi selama dua tahun adalah 23.04 g/tanaman, sehingga kandungan unsur N perlu ditambah menjadi 20.41 g/tanaman. Menurut Tjandra (2000) tanaman stroberi memperoleh unsur N dari pemberian pupuk Urea sebanyak 9.45 kg/ha dan pupuk Ammonium Nitrat sebanyak 12.98 kg/ha. Menurut Jumin (2005) unsur N dapat berasal dari

33

pupuk buatan misalnya pupuk Urea. Pupuk Urea yang perlu diberikan ke tanaman untuk memenuhi kandungan unsur N sebanyak 44.36 g/tanaman.

Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Stroberi Setelah Pemupukan

Pengamatan pertumbuhan dan perkembangan dilakukan setelah tanaman stroberi diberi perlakuan pemupukan. Pengamatan meliputi karakter kualitatif dan karakter kuantitatif. Pengamatan karakter kuantitatif dilakukan seminggu sekali, sedangkan pengamatan karakter kualitatif dilakukan pada saat panen. Pengamatan berlangsung selama 11 minggu di empat greenhouse yaitu greenhouse A, B, C, dan D.

Pengamatan Karakter Kualitatif dan Karakter Kuantitatif Tanaman Stroberi pada Umur yang Sama

Pertumbuhan vegetatif tanaman stroberi ditandai dengan perubahan tinggi tanaman dan jumlah daun yang terbentuk. Semakin tinggi tanaman maka jumlah daun semakin banyak. Pertumbuhan generatif tanaman stroberi ditandai dengan munculnya bunga, buah, dan biji. Pengaruh pemupukan terhadap produktivitas stroberi diamati berdasarkan beberapa peubah (Tabel 5).

Hasil uji-t menunjukkan bahwa perlakuan pupuk pada tanaman stroberi yang berumur sama yaitu enam bulan mempengaruhi tinggi tanaman. Tinggi tanaman stroberi pada perlakuan pupuk dengan perbandingan 3 : 7 menunjukan hasil yang lebih tinggi yaitu 9.81 cm, sedangkan tinggi tanaman stroberi pada perlakuan pupuk dengan perbandingan 3 : 2 hanya mencapai 8.61 cm. Tanaman stroberi yang berumur enam bulan sudah memasuki fase generatif. Saat fase generatif tanaman membutuhkan unsur mikro lebih banyak daripada unsur makro. Unsur hara mikro pada perlakuan pupuk dengan perbandingan 3 : 7 lebih banyak jika dibandingkan dengan perlakuan pupuk dengan perbandingan 3 : 2, sehingga unsur hara mikro yang diserap tanaman mampu meningkatkan tinggi tanaman. Menurut Argotro (1994) peralihan fase vegetatif ke generatif sebagian ditentukan oleh genotipe dan sebagian lagi oleh faktor luar seperti pupuk, cahaya, dan air.

34

Hasil uji-t menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi pupuk dengan perbandingan 3 : 2 dan 3 : 7 tidak berpengaruh terhadap jumlah daun. Unsur hara mikro yang lebih banyak pada perlakuan pupuk dengan perbandingan 3 : 7 jika dibandingkan perlakuan pupuk dengan perbandingan 3 : 2 belum mampu meningkatkan pertumbuhan vegetatif tanaman yaitu jumlah daun

Tabel 5. Hasil Uji-t Tanaman Stroberi pada Greenhouse dengan Umur Tanaman yang Sama

Peubah yang Diamati GH A GH C

Umur Tanaman 6 bulan 6 bulan

Perbandingan Pupuk Nutrilon 3 : 2 3 : 7

Dosis N (g/tanaman) 3.90 1.95

Tinggi Tanaman (cm) 8.61 b ± 0.98 9.81 a ± 1.35 Jumlah Daun 3.83 a ± 0.57 4.10 a ± 0.40 Jumlah Bunga Total/Tanaman 10.00 a ± 2.20 10.83 a ± 1.95 Jumlah Bunga Gugur/Tanaman 5.87 a ± 1.80 5.80 a ± 1.35 % Bunga Gugur/Tanaman 58.09 a ± 10.53 54.20 a ± 11.39 Jumlah Buah/Tanaman 4.13 a ± 1.17 5.03 a ± 1.77 Diameter Buah (mm) 17.68 a ± 1.98 17.10 a ± 2.08 Panjang Buah (mm) 18.86 a ± 1.85 18.15 a ± 1.65 Bobot Buah (g/tanaman) 32.40 a ± 13.17 35.53 a ± 9.45 Bobot/Buah (g) 8.70 a ± 5.20 7.90 a ± 3.70

Sumber : Data Pengamatan di Lapangan, 2010

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukan nilai berbeda nyata berdasarkan uji t-student pada taraf 5%

Hasil uji-t menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi pupuk tidak berpengaruh terhadap peubah generatif tanaman yang meliputi : jumlah bunga total/tanaman, jumlah bunga gugur/tanaman, persentase bunga gugur/tanaman, jumlah buah/tanaman, diameter buah/tanaman, panjang buah/tanaman, bobot buah/tanaman, dan bobot/buah, sehingga pemberian perlakuan pupuk dengan perbandingan 3 : 7 dan 3 : 2 akan memberikan hasil yang sama. Hal ini diduga dipengaruhi oleh perlakuan konsentrasi pupuk yang rendah, sehingga tidak mampu meningkatkan produksi.

Ditinjau dari segi ekonomis, perlakuan pupuk dengan perbandingan 3 : 2 lebih efisien dibandingkan perlakuan pupuk 3 : 7 karena perbandingan unsur mikro yang lebih sedikit dengan biaya pemupukan yang lebih rendah mampu menghasilkan jumlah buah/tanaman, bobot buah/tanaman dan bobot/buah yang

35

tidak jauh berbeda dengan perlakuan pupuk 3 : 7 yang memiliki unsur hara mikro lebih tinggi.

Pengamatan Karakter Kualitatif dan Karakter Kuantitatif Tanaman Stroberi pada Umur yang Berbeda

Perlakuan pupuk diberikan pada tanaman stroberi kedua. Tanaman stroberi kedua adalah tanaman hasil kegiatan penanaman ulang yang dilakukan di Vin’s Berry Park. Perlakuan pupuk diberikan ke tanaman stroberi yang berumur tiga bulan di greenhouse B dan tanaman stroberi yang berumur tiga tahun di greenhouse D. Umur tanaman setelah tanam ulang dan perlakuan pupuk yang diberikan berpengaruh terhadap peubah vegetatif tanaman yaitu tinggi tanaman dan jumlah daun (Tabel 6).

Berdasarkan pengamatan langsung saat kegiatan magang, tinggi tanaman dan jumlah daun pada tanaman stroberi umur tiga tahun dan tiga bulan sudah terlihat perbedaan yang jelas. Pemberian pupuk dengan perbandingan 7 : 3 pada umur tanaman tiga bulan mempengaruhi fase vegetatif tanaman. Hal ini terjadi pula pada tanaman stroberi berumur tiga tahun dengan perbandingan pupuk 1 : 1. Penambahan unsur makro yang lebih besar pada umur tanaman tiga bulan belum bisa mengimbangi pertumbuhan vegetatif tanaman yang berumur tiga tahun karena perbedaan umur tanaman yang terlalu jauh.

Hasil uji-t menunjukkan bahwa pemberian perlakuan pupuk dengan perbandingan 7 : 3 dan 1 : 1 tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman stroberi yang berumur tiga bulan dan tiga tahun pada peubah generatif tanaman yang meliputi : jumlah bunga total/tanaman, jumlah bunga gugur/tanaman, persentase bunga gugur/tanaman, jumlah buah/tanaman, diameter buah, panjang buah, bobot buah/tanaman, dan bobot/buah. Hal ini dipengaruhi oleh umur tanaman dan perlakuan pupuk yang diberikan. Menurut Budiman dan Saraswati (2008) dosis pupuk yang diberikan harus disesuaikan dengan umur tanaman stroberi yaitu saat fase vegetatif tanaman dan fase generatif tanaman.

Komponen kualitas yang berperan penting untuk penilaian mutu buah stroberi adalah panjang dan diameter buah. Menurut Gunawan (1996) ukuran

36

buah ditentukan oleh jumlah putik dan keefektifan penyerbukan. Bunga primer mempunyai jumlah putik lebih dari 400 buah, bunga sekunder antara 200 – 300 buah, dan bunga tersier antara 50 – 150 buah. Buah yang dihasilkan oleh bunga primer lebih besar daripada buah yang dihasilkan oleh bunga sekunder dan buah dari bunga sekunder akan lebih besar dari buah yang berasal dari bunga tersier.

Tabel 6. Hasil Uji-t Tanaman Stroberi pada Greenhouse dengan Umur Tanaman yang Berbeda

Peubah yang Diamati GH B GH D

Umur Tanaman 3 bulan 3 tahun

Perbandingan Pupuk Nutrilon 7 : 3 1 : 1

Dosis N (g/tanaman) 4.55 3.25

Tinggi Tanaman (cm) 8.50 b ± 0.96 10.37 a ± 1.21 Jumlah Daun 4.11 b ± 0.58 4.35 a ± 0.49 Jumlah Bunga Total/Tanaman 14.57 a ± 3.96 12.50 a ± 1.70 Jumlah Bunga Gugur/Tanaman 9.23 a ± 3.72 7.47 a ± 1.41 % Bunga Gugur/Tanaman 61.72 a ± 10.89 59.17 a ± 6.47 Jumlah Buah/Tanaman 5.33 a ± 1.30 5.03 a ± 0.85 Diameter Buah (mm) 17.65 a ± 1.22 17.22 a ± 1.50 Panjang Buah (mm) 17.95 a ± 1.84 18.28 a ± 1.86 Bobot Buah (g/tanaman) 40.10 a ± 7.98 36.73 a ± 6.29 Bobot/Buah (g) 7.90 a ± 2.40 7.40 a ± 1.30

Sumber : Data Pengamatan di Lapangan, 2010

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukan

nilai berbeda nyata berdasarkan uji t-student pada taraf 5%

Peningkatan panjang dan diameter buah dipengaruhi oleh banyaknya jumlah buah yang dihasilkan satu tanaman. Hal ini dipengaruhi oleh distribusi nutrisi hasil fotosintesis dalam satu tanaman. Tanaman yang memiliki banyak buah akan berdampak pada panjang dan diameter buah yang semakin kecil karena jumlah nutrisi yang diperoleh dari masing-masing buah semakin sedikit. Peningkatan ukuran buah juga dipengaruhi oleh adanya air yang menunjang metabolisme tanaman. Menurut Kruger et al. (1999) irigasi dapat memberi efek positif terhadap pertumbuhan stroberi, produksi runner, hasil, dan ukuran buah.

Produktivitas tanaman ditentukan oleh varietas, jumlah bunga, dan keadaan lingkungan tumbuh. Kerontokan bunga di lapang tergolong tinggi berkisar antara 55 % – 60 %. Menurut Kalie (2000) secara umum kerontokan bunga dan buah terjadi secara alami atau oleh serangan hama penyakit. Kepala putik yang

37

menerima serbuk sari hampa, cacat, tidak cocok, atau tergolong jelek akan gugur satu atau dua hari setelah bunga mekar. Banyaknya jumlah bunga pada tiap tanaman mempengaruhi produktivitas tanaman.

Perbedaan Budidaya dan Produksi Tanaman Stroberi di Vin’s Berry Park dan di Kampung Langkop

Budidaya tanaman yang tepat berpengaruh terhadap produksi tanaman yang dihasilkan. Budidaya tanaman stroberi di Vin’s Berry Park menggunakan sistem hidroponik, sedangkan di Kampung Langkop menggunakan sistem konvensional menggunakan karung. Perbedaan sistem budidaya secara hidroponik dan secara konvensional disajikan dalam Tabel 7.

Pemupukan yang dilakukan berfungsi untuk meningkatkan produksi tanaman. Produksi tanaman stroberi dinyatakan dalam bobot buah/tanaman. Bobot buah/tanaman pada tanaman contoh stroberi di Vin’s Berry Park mencapai 36.19 g/2.5 bulan. Bobot buah/tanaman yang dihasilkan merupakan rata-rata bobot tanaman dari empat greenhouse yang dipanen saat matang. Produktivitas yang dicapai oleh Vin’s Berry Park selama dua tahun sebesar 0.35 kg/tanaman. Menurut Nitisastro (1997) produksi stroberi varietas Ostara di Kecamatan Cisarua dengan pemberian pupuk 6 g Urea, 8 g TSP dan 6 g KCl menghasilkan bobot akumulatif buah total sebesar 37.36 g/tiga bulan jika dibandingkan tanpa pupuk campuran. Produktivitas yang dicapai selama dua tahun sebesar 0.30 kg/tanaman.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di Kampung Langkop, produksi buah yang dihasilkan dengan menggunakan sistem karung mencapai 0.5 kg/karung/empat tanaman/tahun. Produksi buah/tanaman di Kampung Langkop mencapai 125 g/tahun. Produksi buah/tanaman yang dihasilkan di Kampung Langkop selama dua tahun mencapai 0.25 kg/tanaman.

Produksi buah stroberi yang dihasilkan dari sistem hidroponik di Vin’s Berry Park lebih besar dibandingkan dengan sistem konvensional di Kampung Langkop. Kegiatan pemupukan berpengaruh terhadap produksi buah yang dihasilkan. Kebutuhan nutrisi tanaman di Kampung Langkop setiap dua minggu kurang mencukupi kebutuhan tanaman, sehingga produksi buah yang dihasilkan

38

lebih kecil. Banyak buah yang busuk pada musim hujan mempengaruhi produksi tanaman.

Tabel 7. Perbedaan Budidaya Stroberi di Vin's Berry Park dan di Kampung Langkop

Vin’s Berry Park Kampung Langkop 1. Sistem

Penanaman

Hidroponik (rak bertingkat)

Konvensional (karung)

2. Varietas Earlibrite dan Stroberi Festival

California

3. Jenis Pupuk Pupuk Nutrilon (kasar dan halus) dan pupuk Boron (merah dan halus)

Pupuk kandang, pupuk NPK mutiara, dan pupuk daun

4. Konsentrasi Pupuk

Perbandingan pupuk Nutrilon kasar dan Nutrilon halus 3 : 2

Pupuk Nutrilon kasar: 0.3 kg/1 000 l/greenhouse Pupuk Nutrilon halus : 0.2 kg/1 000 l/greenhouse

Pupuk kandang : 1 - 2 kg/karung Pupuk NPK mutiara : 4 kg/200 l air

Pupuk daun : 2 ml/1 l air sesuai kebutuhan

5. Waktu Pemupukan

Dua hari sekali Pupuk kandang empat bulan sekali, NPK mutiara dua minggu sekali

6. Cara

Pemupukan

Irigasi tetes Penyiraman

7. Produksi Buah/Tanaman

0.35 kg/tanaman/dua tahun 0.25 kg/tanaman/dua tahun

8. Grade Buah MB : 20 – 23 g/buah

MK : 12 – 19 g/buah Kecil : 9 – 11 g/buah Apkir : < 9 g/buah Grade A :15 – 19 g/buah Grade B :10 – 14 g/buah Grade C : 5 – 9 g/buah Apkir : < 5 g/buah

9. Penjualan Konsumsi segar Konsumsi segar dan bahan baku produk olahan stroberi

Sumber : Data Pengamatan di Lapangan, 2010

Keterangan : MB = Medium Besar; MK = Medium Kecil

Analisis Usahatani Stroberi

Vin’s Berry Park adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang agribisnis hortikultura khususnya budidaya, pengelolaan, dan agrowisata stroberi. Menurut Soekartawi (2006) ilmu usahatani diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara

39

efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Usahatani dikatakan efektif jika petani atau produsen dapat mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki sebaik-baiknya, sedangkan usahatani dikatakan efisien jika pemanfaatan sumberdaya yang dimiliki menghasilkan keluaran (output) yang melebihi masukan (input).

Analisis usahatani stroberi dilakukan pada budidaya stroberi secara hidroponik dan budidaya stroberi secara konvensional (Tabel 8). Analisis usahatani dihitung selama dua tahun, karena tanaman stroberi memiliki umur ekonomis sampai umur dua tahun.

Analisis usahatani stroberi secara hidroponik adalah hasil analisis usahatani Vin’s Berry Park dengan luas lahan 1 000 m2 dan populasi tanaman 7 400 polybag. Setiap polybag ditanami satu tanaman stroberi. Populasi maksimal tanaman stroberi di Vin’s Berry Park dengan luas lahan 1 000 m2 sebanyak 20 000 tanaman yang ditanam di dalam empat buah greenhouse. Produksi buah yang dihasilkan adalah rata-rata produksi buah dari keempat greenhouse yang merupakan hasil pengamatan penulis selama 2.5 bulan. Asumsi tanaman yang mampu berproduksi 80 %. Bobot buah/tanaman stroberi di Vin’s Berry Park mencapai 36.19 g/2.5 bulan. Tanaman stroberi dipanen setelah berumur lima bulan setelah tanam, panen selanjutnya setiap tiga bulan. Tanaman stroberi dipanen sebanyak enam kali dalam dua tahun. Produktivitas yang dicapai selama dua tahun yaitu 0.35 kg/tanaman/dua tahun.

Analisis usahatani stroberi secara konvensional adalah hasil observasi dengan salah satu petani di Kampung Langkop yang sudah diwawancarai oleh penulis. Luas lahan yang digunakan adalah 700 m2 dengan jarak tanam antar karung 40 cm x 60 cm. Satu karung ditanami empat buah tanaman. Jumlah populasi tanaman adalah 11 664 tanaman. Jumlah populasi maksimal tanaman stroberi di Kampung Langkop dengan luas lahan 1 000 m2 adalah 16 662 tanaman, sehingga jumlah karung yang digunakan sebanyak 4 165 karung. Jumlah populasi tanaman stroberi yang digunakan dalam analisis usahatani diasumsikan sebanyak 7 400 tanaman. Produksi buah yang dihasilkan di Kampung Langkop adalah 0.25 kg/tanaman/ dua tahun dengan asumsi hanya 80 % tanaman yang mampu berproduksi. Bibit tanaman stroberi saat awal diimpor sebesar

40

Rp. 7 500,00/bibit. Bibit tanaman stroberi yang digunakan dari mulai Vin’s Berry Park berdiri tahun 1999 - 2010 sudah lima kali digunakan untuk penanaman ulang, sehingga diasumsikan harga bibit tanaman stroberi sekarang mengalami penyusutan seperlima dari harga bibit awal.

Budidaya tanaman stroberi secara hidroponik di Vin’s Berry Park memperoleh keuntungan sebesar Rp. 10 766 131,00 selama dua tahun (Lampiran 5). Umur tanaman stroberi yang sudah melebihi umur produktif menyebabkan produktivitas tanaman menurun. Banyaknya buah stroberi apkir yang disebabkan oleh serangan hama penyakit turut mempengaruhi nilai produktivitas. Buah stroberi apkir yang dihasilkan cukup besar yaitu 42.94 % selama 2.5 bulan. Vin’s Berry Park tidak menjual buah stroberi apkir dalam bentuk segar karena buah stroberi apkir digunakan sebagai bahan baku produk olahan stroberi.

Biaya produksi yang dikeluarkan Rp. 43 561 600,00 dengan total penerimaan yang diterima oleh Vin’s Berry Park sebesar Rp. 54 327 731,00 selama dua tahun. Biaya produksi setiap tanaman dari penanaman stroberi secara hidroponik sebesar Rp. 5 886,00. Return of cost ratio (R/C) dan payback period (PP) yang dihasilkan oleh Vin’s Berry Park berturut-turut sebesar 1.2 dan 1.6. Menurut Soekartawi (2006) suatu usahatani dikatakan layak dan menguntungkan jika nilai R/C lebih dari satu dan sebaliknya usahatani dikatakan belum menguntungkan atau tidak layak jika nilai R/C kurang dari satu. Kriteria R/C penting dilakukan untuk penilaian keputusan usahatani suatu komoditi dan kemungkinan pengembangannya. Payback period adalah jangka waktu yang

Dokumen terkait