• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Hasil

4.1.1 Komunitas Black Cat Tattoo

Black Cat Tattoo adalah salah satu komunitas tato yang ada di Kota Medan. Black Cat Tattoo terletak di Jalan Dr. Mansyur berdekatan dengan Mie Sop Kampung. Tidak hanya sekedar komunitas, Black Cat Tattoo juga merupakan sebuah fashion shop dan studio tato. Fashion shop berada pada lantai I, sedangkan untuk studio tatonya berada di Lantai II. Studio Black Cat Tattoo ini, selain melayani jasa mentato, juga melayani jasa piercing. Asal nama Black Cat Tattoo terinsipirasi dari nama mesin tato yang pertama kali digunakan oleh si pendiri Black Cat Tattoo yaitu Pepen. Mesin tato yang berlabel kucing hitam akhirnya dipakai sebagai nama komunitas, fashion shop hingga studio tato miliknya. Komunitas ini berdiri pada tahun 2002, namun fashion shop dan studio tatonya berdiri sekitar tahun 2006.

Tujuan komunitas ini dibentuk dengan maksud untuk menghilangkan persepsi negatif tentang tato dan komunitas tato itu sendiri. Black Cat Tattoo bukan seperti organisasi yang sifatnya formal dan memiliki jumlah keanggotaan yang tetap. Black Cat Tattoo memberi kebebasan bagi siapa saja yang ingin datang dan bergabung, baik itu orang bertato maupun yang tidak bertato. Biasanya anak-anak di komunitas ini berkumpul untuk sharing perkembangan terbaru soal tato, mulai dari desainnya serta alat-alat tato yang digunakan.

Komunitas Black Cat Tattoo bergabung dalam sebuah komunitas besar tato yang dikenal dengan STA (Sumatera Utara Tattoo Artist) dengan mengandalkan dua tattoo artist nya Pepen dan Pablo Morenno. Karena itu, komunitas tato ini sering mengikuti kegiatan-kegiatan atau tattoo event yang diadakan di Sumatera Utara, misalnya Medan Tattoo Exhibition yang diadakan di Pitu Cafe, Sabtu, 7 Juli 2012. Black Cat Tattoo juga pernah turut berpartisipasi dalam Pesta Tato Sumatera Utara, dalam rangka memeriahkan ulang tahun Merdeka Walk yang ke-8 pada 16-18 Mei 2013. Tidak hanya berpartisipasi dan berkreativitas dalam kegiatan yang sifatnya kesenangan, Komunitas Black Cat

Tattoo juga memiliki empati dan solidaritas yang tinggi terhadap orang lain yang membutuhkan. Pada saat Bencana Sinabung, mereka dan teman-teman dari komunitas bikers mengadakan aksi dana untuk para korban Sinabung. Mereka mengumpulkan dana dari teman-teman yang hadir pada acara itu.

4.1.2 Epoche

Pada tahap pertama ini, peneliti melepaskan segala perkiraan dan pandangan tentang objek penelitian. Dari definisi tahap epoche tersebut yang berarti melakukan penundaan asumsi, penilaian dan interpretasi untuk memungkinkan peneliti menyadari secara penuh keberadaan apa yang nyata. Dengan kata lain, selama peneliti melakukan penelitian terhadap objek penelitian, tahap awal adalah peneliti selalu berusaha tidak mencampuri apa yang peneliti ketahui dan interpretasikan tentang tato dan anggota komunitas tato itu sendiri.

a. Epoche Pepen

Yang menjadi objek penelitian pertama adalah Pepen. Pria berusia 41 tahun ini sudah menggunakan tato sejak 1996. Selain seorang pengguna tato, ia adalah tattoo artist dan merupakan owner Black Cat Tattoo Studio sekaligus pendiri komunitasnya. Memiliki tiga orang anak, dua anak laki-laki dan satu anak perempuan. Pepen mulai tertarik dengan tato sejak ia melihat orang-orang di sekitar lingkungannya bertato, seperti teman-temannya yang usianya lebih tua daripadanya (abang-abangan) dan bapak dari teman-temannya. Pepen memiliki tato di bagian betis, lengan dan punggung. Ada tato bergambar tengkorak, abstrak, malaikat, gambar wajah putra pertama dan keduanya.

b. Epoche Rangga

Informan kedua adalah Rangga. Pria berusia 30 tahun ini sudah menggunakan tato sejak tamat dari bangku SMA pada tahun 2001. Sama seperti Pepen, Rangga juga seorang tattoo artist yang kini membuka studionya sendiri. Semua pengetahuan tentang teknik membuat tato, ia akui diperolehnya dari Pepen. Rangga mulai tertarik dengan tato sejak duduk di bangku SMA, di mana aktivitasnya selain menjadi seorang pelajar, ia pun adalah seorang anak band. Rangga mengaku sangat menyukai musik dan artis band luar negeri yang

tubuhnya dipenuhi tato telah menjadi inspiratornya. Rangga memiliki tato pada badan, leher dan paha. Salah satu tatonya adalah gambar anak kecil dan peti mati.

c. Epoche Bembeng

Cowok yang berusia 21 tahun ini bernama Bembeng. Ia terbilang orang baru di Black Cat Tattoo karena baru sebulan bergabung di komunitas ini. Bembeng mengaku sebelum masuk ke komunitas ini, ia sudah terlebih dahulu mengenal Pepen lewat jejaring sosial facebook. Ia ditawari Pepen untuk menjadi

shop keeper di Black Cat Tattoo studio dan bekerja hingga saat ini. Bembeng juga

memilih tinggal dan tidur di studio sebab rumahnya cukup jauh. Menurut pengakuannya, Bembeng mengenal tato dari teman-temannya yang juga bertato. Ia tertarik menggunakan tato karena menganggap tato itu keren. Ia mengatakan tato yang ada di tubuhnya semua ditangani oleh Pablo. Ia memiliki tato di bagian tangan kanan, tangan kiri dan punggung. Diantaranya ada tato bergambar Salvador Dali (seorang seniman dari Spanyol), tokoh pantomim Chaplin, tengkorak, per sepeda motor.

d. Epoche Pablo

Cowok yang merupakan personil band “Disobey” ini, mengenal tato sejak tahun 2000. Pablo membuat tato di tubuhnya saat duduk di kelas I SMA. Pablo mengaku pilihan untuk bertato datang dari keinginannya sendiri. Ia mengetahui tentang tato dari teman-teman nongkrong nya. Pablo sempat mengecap pendidikan di bangku kuliah dan pada saat itu ia mengambil jurusan perhotelan. Setelah menamatkan S1 perhotelannya, Pablo pun berkelana untuk menjelajahi studio tato yang ada di kota yang menjadi tujuannya. Pablo mengaku hampir di seluruh tubuhnya dipenuhi tato kecuali tangan dan leher. Tubuh Pablo dipenuhi tato bergambar kartun-kartun Amerika.

e. Epoche Zulham

Cowok yang akrab disapa Ajhox ini, mulai mengenal tato sejak duduk di bangku Sekolah Dasar. Dulu, ia suka memperhatikan preman-preman yang ada di lingkungan sekitarnya, ia melihat tato di tubuh pamannya sendiri dan semakin lama muncul ketertarikan dari dalam dirinya untuk menggunakan tato. Zulham mentato tubuh pertama kali saat ia duduk di kelas 2 SMA. Keindahan akan tato yang diakuinya, membuat diri Zulham akhirnya memutuskan untuk “menghias”

tubuhnya dengan tato. Zulham mengaku memiliki tato pada bagian tangan kanan dan kiri serta paha. Setelah mentato diri, Zulham merasa nyaman dengan dirinya, namun Zulham mengatakan bahwa ketika menggunakan tato, ia lebih berpikir keras untuk persoalan pekerjaan. Karena menurutnya, orang bertato sulit mendapatkan pekerjaan.

“pakek tato nyaman yaa... dan sebenarnya lebih berpikir lagi bagaimana

dapat kerja dengan kondisi (bertato) seperti ini..”

f. Epoche Ricky

Cowok yang merantau jauh-jauh dari Pematang Siantar ini, sudah berdomisili di Medan selama tiga tahun. Ricky mulai tahu tentang tato sejak tiga tahun yang lalu dan ia mendapatkan segala pengetahuan tentang tato dari teman-teman serta lingkungannya. Ricky sudah menggunakan tato selama dua tahun, kemudian ia menceritakan bahwa pada saat ia berangkat dari tanah kelahirannya ia belum sama sekali memakai tato. Ricky memiliki berbagai macam gambar tato yang ada di tubuhnya, misalnya gambar mata satu, dadu, koin, bola billyard, joker dan tanggal lahirnya.

4.1.3 Reduksi Fenomenologi

Proses selanjutnya adalah reduksi fenomenologi di mana peneliti mulai dengan menggambarkan fenomena yang tampak. Identifikasi dan penilaian awal lewat pengalaman dan interaksi dengan anggota komunitas Black Cat Tattoo mulai diberikan. Penilaian tersebut memberikan kesadaran kepada peneliti tentang pengalaman yang sebenarnya dari anggota komunitas. Pada tahap ini peneliti menampilkan apa yang disampaikan oleh setiap objek penelitian. Pada proses reduksi fenomenologi, peneliti memberikan gambaran yang hampir sama ke setiap anggota komunitas yang menjadi objek penelitian. Hal tersebut dikarenakan pemahaman setiap objek penelitian terhadap fenomena yang diteliti hampir sama. Mereka memiliki penilaian yang sama tentang makna tato.

Melalui reduksi fenomenologi, peneliti mengidentifikasikan unsur-unsur hakiki pengalaman dan fenomena. Dengan kata lain, peneliti jadi sadar tentang pengalaman setiap objek penelitian. Penggambaran pada tahap ini meliputi penampilan fisik, pengalaman, pemikiran dan perasaan yang muncul dalam

kesadaran peneliti ketika peneliti mengarahkan ke fenomena yang dalam penelitian ini adalah makna tato.

a. Reduksi Fenomenologi Pepen

Bagi Pepen Tato bergambar wajah anak-anaknya diartikan sebagai kasih sayang terhadap anak-anaknya, sedangkan tato malaikat yang ada di punggungnya diartikan sebagai kepribadian yang melindungi. Bapak 3 anak ini, awalnya hanyalah pengguna tato namun sekitar tahun 2000, ia memutuskan untuk menjadi seorang tattoo artist. Pepen mengatakan untuk menjadi seorang tattoo artist diperlukan sebuah keterampilan dan pengalaman yang cukup. Memang dulu diakuinya tidak ada yang namanya kursus mentato, jadi dengan bermodalkan keahlian yang dimilikinya secara otodidak tanpa melewati kursus dan juga banyak bertanya pada teman-temannya yang sudah berpengalaman dalam mentato, perlahan ia mampu membuka studio tato dan mempertahankan eksistensinya sebagai salah satu tattoo artist handal yang ada di Sumatera Utara. Terbukti dalam setiap tattoo event, Black Cat Tattoo hadir sebagai bintang tamu bersama teman-teman dari komunitas tato lain.

Selama ia menjadi tattoo artist, Pepen tidak pernah menerima konsumen yang masih anak SMA, karena Pepen menganggap bahwa anak SMA belum mampu bertanggung jawab, belum matang pemikirannya dan belum siap mentalnya menghadapi sikap-sikap masyarakat di luar sana yang masih menganggap tato itu buruk. Biasanya sebelum memasang tato di tubuh konsumen, Pepen kembali meyakinkan konsumennya, apakah sudah siap atau belum dengan keputusannya mentato tubuhnya. Karena tato itu merupakan aksesoris ataupun perhiasan tubuh yang hingga akhir hayat menempel di tubuhnya.

Bapak yang menginginkan anaknya jadi dokter kulit ini, tidak merasa menyesal dengan keputusannya bertato. Walaupun selama almarhum ayah Pepen hidup, ia mengaku mendapat perlakuan yang beda dari saudara-saudara kandungnya yang lain karena kelakuannya yang sulit diatur. Namun ia tetap teguh dengan pilihannya tersebut. Pepen mengakui perlahan, seiring berjalannya waktu, keluarga, istri, teman dan orang-orang sekitar bisa menerima Pepen sebagai orang yang bertato dan tidak terkesan kriminal.

Kalo kita bertato, masih kita jaga etika, masih mau bergaul..mungkin yaa ga ada pandangan atau cibiran orang yang kek mana-mana”..

Pepen mengaku selama bertato ia tidak pernah mendapat perlakuan yang tidak mengenakkan dari orang lain, namun ia bercerita tentang pengalaman temannya yang suatu waktu pernah menaiki angkot lalu orang-orang yang ada di dalam angkot tersebut menjauh seperti ketakutan. Pepen mengatakan juga bahwa sebenarnya tato itu tidak jahat tetapi individunya lah yang memberikan kesan jahat. Pepen memiliki harapan supaya tato semakin bisa diterima masyarakat Indonesia dan bisnis tato semakin maju. Pepen merasa tato perlu dilestarikan, karena tato merupakan suatu kebudayaan yang khas Indonesia seperti tato Mentawai dan Kalimantan yang sudah dikenal oleh seluruh dunia.

b. Reduksi fenomenologi Rangga

Cowok yang hobi main skate board ini, terdorong mentato tubuhnya dengan alasan kepuasan, menurutnya semacam ada kekuatan dari dalam dirinya untuk mentato. Untuk pertama kalinya memutuskan mentato tubuh, tekad Rangga sudah bulat dan baginya sudah tidak bisa ditunda-tunda lagi.

“Sakit yaa sakittt..tapi emang sakitnya itu yang dicari, tapi dari pribadi saya sendiri tekad udah memang bulat, udah memang harus gitu, jadi udah emang ga setengah-setengah..kadang ada juga kan orang yang udah buat trus nyesel..”

Rangga mengatakan ada hal lain yang perlu diperhatikan pada saat memutuskan untuk bertato selain kesiapan mental yaitu, keahlian si tattoo artist nya. Karena menurut pria bertindik ini, skill yang dimiliki seorang tattoo artist sangat menentukan kepuasan konsumennya. Untuk itu penting mengetahui sejauhmana skill yang dimiliki seorang tattoo artist agar tidak menimbulkan rasa penyesalan karena tidak sesuai dengan harapan si konsumen.

Selama kurang lebih 13 tahun Rangga menggunakan tato, tidak hanya satu tato yang pada akhirnya menempel di tubuhnya. Rangga mengaku ketagihan mentato bagian tubuh lainnya seperti di badan, di leher dan di paha. Menurutnya, candu atau tidaknya tergantung pada individunya. Biasanya jika sudah memiliki tato dengan hasil gambar yang bagus, keinginan untuk mentato lagi muncul kembali.

Dari sekian banyaknya tato di tubuh Rangga, ada salah satu tato yang memiliki arti yang dalam buatnya. Tato yang terletak di sebelah kanan leher Rangga memperlihatkan gambar anak kecil sementara di sebelah kiri lehernya terdapat gambar peti mati. Rangga mengatakan bahwa anak kecil itu ibarat sebuah kehidupan dan peti mati itu ibarat kematian. Jadi manusia itu pada awalnya lahir dan pada akhirnya akan kembali pada kematian.

“ itu kalo diartikan sih dari kehidupan sampai kematian..dari awal sampai selesai..itu aja sih..dan kebetulan ini kan posisinya anak kecil kan sebelah kanan, kalo sebelah kiri,,itu tuh kayaknya seperti buruk gitu..tangan kiri soalnya..hehe”

Di komunitas Black Cat Tattoo sendiri, Rangga bergabung sekitar tahun 2010 atau 2011. Rangga mengatakan bahwa komunitas ini tempat bertukar ilmu, mengadakan acara untuk sekedar berkumpul dan sharing tentang perkembangan karya anak-anak (anggota komunitas). Biasanya setiap tahun tingkat prestasi

tattoo artist saling bersaing satu sama lain. Rangga mengakui menggunakan tato

sebelum bergabung di komunitas. Sebelum bergabung, aktivitasnya dihabiskan dengan nge-band dan memasang tato. Namun, lama-kelamaan banyak teman-temannya yang terdoktrin untuk memasang tato. Kemudian Rangga tertarik untuk mencari info tentang tattoo artist yang ada di Medan, ia mendapatkannya, lalu ia mulai mengenal teman-teman yang ada di komunitas Black Cat Tattoo dan akhirnya bergabung. Rangga merasa nyaman dan nyambung bergaul dengan teman-teman di Black Cat Tattoo. Selama bergabung di komunitas ini, Rangga mengatakan bahwa setiap tahunnya mereka sering berkumpul membuat acara

tato-tatoan dan tahun ini mereka berencana mengadakan acara serupa.

Cowok yang juga hobi menggambar ini, menceritakan mengenai bagaimana pandangan orang terdekatnya ketika ia memutuskan untuk memakai tato, terutama keluarga. Pada waktu itu, ia mendapat kecaman yang keras dari keluarga.

“Dari keluarga..langsung pasti dijudge yaa..namanya juga anak,,parah. Kamu kalo bertato mau jadi apa??”..segala macem-segala macem ..langsung nganggapnya gimana gitu, kayak gak ada pilihan hidup...abis diomelin sama orang tua, segala macem..”

Pada akhirnya, Rangga sendiri terdorong untuk membuktikan kepada kedua orang tuanya bahwa orang sepertinya juga bisa berkreativitas, berkarya dan

melakukan kegiatan positif seperti menjadi tattoo artist dan mendesain baju. Berbeda dengan reaksi teman-teman Rangga, yang pada awalnya sempat terkejut melihat ia bertato tetapi akhirnya mereka respect terhadap Rangga dan mengganggap itu semua telah menjadi pilihan hidupnya. Rangga sebagai seorang laki-laki juga pernah menjalin hubungan dengan beberapa wanita dan kerap mendapat penolakan dari orang tua kekasihnya, walaupun ada juga dari orang tua mereka yang bisa menerima keadaan Rangga.

Adaa..ada juga yang baik, karena balik ke kita juga kann..yaa masih

mempertanyakan juga kan apa kegiatan,..segala macem lah..kadang ada juga yang “waduh jangan pacaran sama anak saya,anak saya bukan orang yang gimana-gimana, anak saya orang yang berpendidikan..udah kamu jangan dekati dia lagi. Ada juga yang baiknya, ga papa silahkan.. selagi gak macem-macem. Ada yang baik dan ada juga yang nge-judge..”

Dalam wawancara, Rangga sempat mengkritik mengenai pandangan para orang tua yang selalu menilai buruk orang bertato. Biasanya para orang tua yang memiliki posisi-posisi penting seperti pejabat. Rangga mengatakan orang-orang yang punya kekuasaan cenderung men-judge mereka buruk. Hingga anak-anaknya dilarang bergaul dengan mereka (orang bertato) karena takut anaknya terpengaruh.

“Biasanya orang-orang yang kayak eumm kek mana yaa.. orang-orang yang berpikiran awam sih, yang udah punya kekuasaan yang gimanaa gitu. Kebanyakan orangnya gitu, langsung nge-judge. Kalo orang yang kita ketemu bener-bener orang-orang yang biasa aja, dari kalangan menengah..yaa mereka,,yaa welcome aja. Tapi kalo orang-orang yang udah kalangan atas,.yang udah gimana-gimana..ngerti kan??..Apalagi yang orang tuanya hebat-hebat itu,..waduh..pasti ga mau..dan ga mau juga anaknya kayak gini..”

Tak berbeda dengan pandangan para orang tua tersebut, masyarakat yang tinggal di sekitar Rangga pun beragam pandangannya. Ada yang mencibir dan juga ada yang menerima. Namun menurut Rangga, masyarakat sekarang ini sepertinya sudah banyak yang mengerti dan tidak komplain mengenai orang bertato. Untuk perkembangan tato sendiri, Rangga berharap tato semakin disenangi orang, mulai dari anak kecil sampai dewasa tahu apa itu tato dan bagaimana teknik mentato.

c. Reduksi Fenomenologi Bembeng

Cowok penyuka musik Reggae ini, mengaku mengetahui tentang tato dari teman-teman dan lingkungan sosialnya. Bembeng terdorong menggunakan tato karena ingin terlihat keren seperti teman-temannya yang sudah lebih dulu menggunakan tato. Menurutnya, tato itu membuatnya lebih percaya diri saat bertemu dengan orang lain. Bembeng mengakui bahwa dirinya ketagihan mentato tubuhnya karena ia selalu berkeinginan memiliki tato dengan gambar yang lebih menarik dibandingkan dengan orang lain. Bembeng sering kali terdorong untuk membuat tato lagi, ketika ia melihat tato orang lain yang lebih bagus. Ada banyak tato yang ia gunakan, di antaranya ada tato bergambar Salvador Dali (seorang seniman dari Spanyol), tato bergambar Chaplin, tengkorak dan persepeda motor. Tato-tato tersebut ada di beberapa bagian tubuh, seperti tangan kanan, tangan kiri dan juga punggung. Salvador Dali merupakan tokoh seni yang menginsipirasi Bembeng, sehingga dia memutuskan untuk mentato wajah Salvador Dali di tangan kanannya. Sementara tato-tato yang lain merupakan gambar-gambar yang hanya sekedar disenangi Bembeng.

Cowok yang mempunyai motto hidup “lawan!! Sebelum hakmu di

rampas..!” ini, mendapat tentangan keras dari orang tuanya setelah tahu

menggunakan tato. Orang tuanya marah tetapi ia tetap tidak peduli. Lain dengan orang tua Bembeng, teman-temannya yang bertato maupun yang tidak bertato menanggapinya biasa saja. Sementara pacar, Bembeng saat ini masih berstatus singel.

“kalo keluarga aku..parah lah kak. Aku dimarah-marahin..”mau jadi apa kau pakek2 tato??”..kek gitulah kak. Kalo kawan-kawan, yaa biasa aja tanggapannya. Pacar,,aku belum ada pacar kak..”

Selama menjadi orang bertato, Bembeng belum pernah mendapat pengalaman yang tidak mengenakkan dari orang sekitar. Namun demikian, jika hal itu menimpa diri Bembeng, ia akan menanggapi dengan biasa saja dan menurutnya orang lain tidak berhak men-judge dirinya macam-macam. Bembeng menginginkan tato itu dapat diterima masyarakat luas terutama kaum ibu.

“Tato bisa diterima masyarakat luas, terutama ibuk-ibuk, karena biasanya ibuk-ibuk paling openan soal hal-hal kek gini, protes aja taunya..”

d. Reduksi Fenomenologi Pablo

Selama menggunakan tato selama kurang lebih 14 tahun, tato telah membuat Pablo merasa lebih keren dan lebih ganteng. Namun menurut Pablo, ketagihan untuk mentato tubuh tergantung pada individunya.

“Tato itu addicted..tergantung orangnya juga..addictednya tergantung gimana. Ada yang buat cuman satu tato untuk last,,untuk long last, untuk terakhir. Tapi kalo memang ada yang addicted, yang memang hobi dia merajah tubuhnya...”

Kesenangan terhadap tato menurut Pablo menjadi salah satu faktor mengapa seseorang ketagihan mentato. Tato bisa membuat penggunanya nyaman, merasa lebih percaya diri dan merasa lebih dari segala-galanya dibandingkan dari orang-orang biasa.

Pablo besar dalam lingkungan anak punk. Semasa remaja ia bergabung dalam salah satu komunitas punk yang ada di Kota Medan. Sebagian besar teman-temannya yang ada di komunitas tersebut adalah pengguna tato. Pablo menambahkan, di komunitas tersebut tidak seperti anggapan banyak orang, bahwa anak punk itu kriminal. Mereka semua adalah orang-orang yang hanya ingin berkarya dan berkreativitas. Pada 2002 silam, Pablo membuka studio tato miliknya sendiri di Medan. Tetapi, karena didorong kecintaannya terhadap seni tato, Pablo pun sempat travelling tato. Kota Manado menjadi destinasi pertamanya di tahun 2007 dan ia membuka studio tato di sana. Tak berapa lama kemudian, ia memutuskan untuk berpindah lagi ke provinsi baru saat itu yaitu Gorontalo. Namun, lama-kelamaan Pablo merasa ingin kembali ke Medan dan berniat untuk memajukan industri tato di Medan hingga sampai detik ini.

Pablo memiliki tato hampir di seluruh bagian tubuhnya. Ia mengaku banyak menggunakan tato dengan gambar-gambar new school, gambar tato yang beraliran modern america seperti tokoh-tokoh kartun. Namun yang agak terlihat

Dokumen terkait