• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

N- Gain Kategori

3. Hasil Observasi

Selama proses pembelajaran menggunakan LKS berbasis masalah dilakukan penilaian aktifitas siswa oleh guru mata pelajaran sebagai observer, penilaian aktifitas siswa dalam pembelajaran mengacu pada lembar observasi dalam bentuk persentase nilai rata-rata kelompok dengan nilai maksimal 100% yang berkategori baik sekali. Hasil pengamatan dari dua pertemuan oleh observer pada masing-masing konsep virus dan monera diperoleh nilai rata-rata baik sekali. Adapun persentase hasil penilaian aktifitas siswa dalam pembelajaran menggunakan LKS berbasis masalah diperoleh data yang digambarkan pada tabel berikut:

61

Tabel 4.9 Data Persentase hasil Penilaian Aktifitas Siswa

No Tahapan Pembelajaran

Persentase Aktifitas Siswa (%) Konsep Virus Konsep Monera

1 Tahap 1 Mengidentifikasi masalah 100 100 2 Tahap 2 Menyusun Hipotesis 91,5 100 3 Tahap 3 Melakukan Penyelidikan 83 94,3 4 Tahap 4

Menyajikan hasil karya 100 100

5

Tahap 5

Mengevaluasi hasil pemecahan masalah

100 100

Rata-rata 94,9 98,86

Kategori Baik sekali Baik sekali

Berdasarkan tabel 4.9 di atas, persentase ketercapaian hasil penilaian aktifitas siswa dapat dilihat dari kegiatan yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran menggunakan LKS berbasis masalah. Dari hasil observasi tersebut, rata-rata yang diperoleh yaitu sebesar 94,9% pada konsep virus dan 98,86% pada konsep monera.

Ketercapaian hasil penilaian aktifitas siswa pada kelas eksperimen memperoleh rata-rata sangat baik bahkan beberapa tahapan pembelajaran mencapai nilai 100%. Hal ini menunjukkan bahwa saat melakukan kegiatan pembelajaran semua siswa terlibat dengan antusias yang tinggi. Tetapi pada tahapan membimbing penyelidikan individu maupun kelompok hanya mencapai rata-rata 86% pada konsep virus dan 94,3% pada konsep monera. Hal ini disebabkan karena keterbatasan fasilitas yang dimiliki siswa dalam melakukan

mencarian data sebagai bahan penyelidikan untuk menyelesaikan masalah yang disajikan dalam LKS.

C. Pembahasan

Hasil penelitian ini berupa LKS yang dikembangkan dari tahapan model pembelajaran berbasis masalah menurut Trianto yang terdiri dari 5 tahapan yaitu; Orientasi siswa pada masalah, yang dalam tahapan ini, LKS menyajikan masalah pada siswa yang dapat membimbing siswa menemukan konsep sesuai dengan tujuan pembelajaran. Kemudian tahapan berikutnya adalah mengorganisasi siswa dalam belajar, pada tahapan ini diaplikasikan berupa petunjuk dalam LKS yang dapat mengorganisasikan siswa untuk belajar. Tahapan selanjutnya adalah membimbing penyelidikan individu maupun kelompok, dalam LKS ini terdapat

kegiatan “Mari Cari Solusi!” yang membimbing siswa untuk melakukan proses

penyelesaian masalah yang disajikan. Pada tahapan berikutnya adalah mengembangkan dan menyajikan hasil karya, isi dalam tahapan ini diaplikasikan berupa petunjuk dalam LKS yang membimbing siswa untuk dapat mengembangkan dan menyajikan proses pemecahan masalah. Tahapan yang terakhir adalah menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah, pada tahapan ini, siswa menyajikan hasil karya dan guru membimbing siswa untuk menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

Hasil dari penelitian ini adalah produk LKS berbasis masalah, yang dalam penyusunannya harus memenuhi beberapa kriteria penilaian LKS sebagai bahan ajar, sebagaimana menurut Muslimin Ibrahin dalam Trianto yang menyebutkan bahwa setidaknya ada tiga persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu persyaratan pedagogik, persyaratan konstruksi dan persyaratan teknis.1 Pada syarat pedagogik LKS harus memperhatikan adanya perbedaan individu dan penekanan pada proses sehingga LKS mampu dipahami oleh semua siswa dengan tingkat kemampuan yang berbeda. Selain itu juga harus memiliki variasi stimulus melalui kegiatan siswa. Dalam LKS berbasis masalah ini, terdapat kegiatan penyelesaian masalah

1

Trianto, Mengembangkan Model Pembelajaran Tematik, (Jakarta; Prestasi Pustaka, 2010), h. 212

63

yang dikemas melalui petunjuk-petunjuk untuk menstimulus siswa dan memberikan penekanan pada proses penemuan konsep, dengan menggunakan strategi pembelajaran berbasis masalah, mengembangkan kemampuan komunikasi, dan memberikan pengalaman belajar bagi siswa.

Berdasarkan hasil respon siswa terhadap penggunaan LKS berbasis masalah, siswa menilai LKS ini berkategori baik atau sebesar 4,31 pada beberapa soal pernyataan mengenai aspek penilaian pedagogik LKS berbasis masalah. Dan berdasarkan hasil observasi kegiatan pembelajaran, terdapat beberapa siswa yang masih merasa kesulitan menjalankan soal atau perintah dalam LKS ini, Hal ini diduga karena siswa belum terbiasa dan masih ragu melakukan hal-hal yang diperintahkan dalam LKS. Hal ini ditunjukkan dengan perolehan nilai observasi pada konsep virus sebesar 94,9% dan pada konsep monera sebesar 98,86%. Dari data tersebut, terlihat bahwa nilai observasi konsep virus lebih rendah dibandingkan dengan nilai observasi pada konsep monera. Hal ini diduga pada konsep monera siswa sudah mulai terbiasa dan lebih terlatih menjalankan perintah dalam LKS.

Kemudian syarat penilaian LKS berikutnya adalah syarat konstruksi, pada syarat ini LKS harus mudah dipahami siswa dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa, menggunakan struktur kalimat yang jelas dan memiliki tata urutan pelajaran yang sesuai dengan tingkat kemampuan siswa.

Berdasarkan hasil respon penilaian siswa terhadap penggunaan LKS berbasis masalah,siswa menilai cukup mampu memahami tata bahasa yang digunakan dalam LKS, hal ini ditunjukkan dengan perolehan nilai sebesar 4,47 dengan kategori baik pada beberapa soal penyataan angket mengenai penilaian konstruksi LKS berbasis masalah.

Persyaratan lain yang harus dipenuhi oleh LKS sebagai bahan ajar adalah syarat teknik, dimana LKS disusun dengan rapi agar memudahkan siswa untuk memahami dan memiliki nilai estetik agar lebih disukai oleh siswa, di antara kriteria syarat teknis yaitu menggunakan huruf tebal untuk topik wacana, menggunakan bingkai untuk membedakan kalimat perintah dengan jawaban

siswa, keberadaan gambar untuk menyampaikan pesan dan memiliki kombinasi antara gambar dan tulisan agar bersifat lebih menarik.

Menurut angket repson penilaian siswa terhadap LKS berbasis masalah, pada kolom komentar, beberapa siswa memberikan penilain positif terhadap LKS berbasis masalah konsep virus dan monera, siswa menilai bahwa LKS berbasis masalah ini lebih menarik jika dibandingkan dengan LKS buatan penerbit yang biasa mereka gunakan, dikarenakan LKS ini dilengkapi dengan gambar dan kolom informasi yang dimodifikasi sehingga terlihat lebih menarik untuk siswa membacanya.

Dari hasil penelitian deskriptif mengenai penyusunan produk LKS berbasis masalah, dapat disimpulkan bahwa produk LKS berbasis masalah yang dihasilkan telah memenuhi setidaknya tiga persayaratan utama dalam penyusunan LKS sebagai bahan ajar yang meliputi syarat pedagogik, syarat konstruksi, dan syarat teknis.

Berdasarkan hasil perhitungan data yang telah dilakukan pada kelas eksperimen diperoleh nilai pretes konsep virus 29,55 dan konsep monera 22,28 yang masuk ke dalam kategori rendah. Setelah diberi perlakuan berupa pembelajaran menggunakan LKS berbasis masalah konsep virus dan monera menunjukkan adanya peningkatan. Peningkatan hasil belajar ini berdasarkan hasil perhitungan N-Gain pada kelas eksperimen di kedua konsep dengan berkategori sedang. Hal ini sejalan dengan penelitian Umi Kulsum melalui Pengaruh Penggunaan Lembar Kerja Siswa (LKS) Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa yang menunjukkan bahwa hasil belajar siswa yang menggunakan LKS lebih tinggi jika dibandingkan dengan kelas yang diajarkan tanpa menggunakan LKS, dengan demikian LKS mempunyai pengaruh terhadap prestasi belajar siswa.2

Eka Triyuningsih yang dalam penelitiannya mengatakan bahwa pembelajaran dengan model pembelajaran berdasarkan masalah merupakan salah

2 Umi, Kulsum. “Pengaruh Penggunaan Lembar Kerja Siswa (LKS) Terhadap Prestasi

Belajar Matematika Siswa (Studi Kasus di MI-Mursyidiyyah Pamulang)”. Skripsi Pada Universitas Islam Negeri Jakarta, h. 51

65

satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan keterlibatan siswa atau keaktifan siswa selama mengikuti proses pembelajaran.3

Melalui penggunaan LKS berbasis masalah ini, mampu mengajak siswa untuk belajar secara aktif dan mengembangkan kemampuan kognitif mereka, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar biologi pada konsep virus dan monera. Peningkatan hasil belajar ini kemungkinan disebabkan karena penggunanaan LKS berbasis masalah yang dirancang untuk menyelesaikan masalah-masalah autentik yang terkait dalam kehidupan sehari-hari, sehingga selain siswa merasakan bahwa pelajaran ini sangat bermakna baginya, siswa juga dapat mengaitkan masalah-masalah tersebut dengan konsep-konsep yang mereka pelajari di kelas.

Selain itu, Dalam pembelajaran ini siswa dihadapkan pada masalah yang kemudian siswa mengidentifikasi dan merumuskan masalah, yang pada tahap berikutnya siswa dituntut untuk membuat hipotesis, mencari jawaban dan solusi dari masalah yang mereka angkat tersebut. Kemudian dalam menyelesaikan masalah, siswa dituntut untuk mengumpulkan informasi atau data melalui proses investigasi yang kemudian data diolah dan dievaluasi sebagai hasil dari pemenyelesaian masalah. Serangkaian tahapan tersebut mampu membuat siswa lebih aktif, meningkatkan kompetensi dan proses berpikir siswa sehingga terjadi peningkatan hasil belajarnya.

Peningkatan hasil belajar dapat dilihat dari hasil uji peningkatan hasil belajar (N-Gain) yang menunjukkan adanya peningkatan dengan kategori sedang, yaitu sebesar 0,603 dan 0,689 pada konsep virus dan monera. Hal ini didapatkan dari nilai rata-rata pretes siswa pada konsep virus dan monera sebesar 29,55 dan 22,28 menjadi 71,30 dan 76,97 pada nilai rata-rata postes. Peningkatan hasil belajar ini dipengaruhi oleh perlakuan penggunaan LKS berbasis masalah. Hal ini sejalan dengan Kasanah yang dalam penelitiannya menyatakan bahwa penggunaan LKS berpengaruh terhadap hasil belajar siswa dan dapat membuat pelajaran yang dilakukan berhasil karena LKS mengarahkan siswa untuk

3 Eka Triyuningsih. “Pengaruh Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based

Learning) Terhadap Kemampuan Berpikir kritis siswa (Kuasi Eksperimen di SMP Negeri 1

menemukan konsep sendiri dengan atau tanpa bantuan guru sehingga membangkitkan minat belajar siswa.4

Berdasarkan hasil observasi penilaian aktivitas siswa dalam menggunakan LKS berbasis masalah, rata-rata yang diperoleh yaitu sebesar 94,9% pada konsep virus dan 98,86% pada konsep monera. Ketercapaian hasil penilaian aktivitas siswa pada kelas eksperimen ini memperoleh rata-rata sangat baik bahkan beberapa tahapan pembelajaran mencapai nilai 100%. Hal ini menunjukkan bahwa saat melakukan kegiatan pembelajaran semua siswa terlibat dengan antusias yang tinggi. Senada dengan Pratiwi Handayani yang menyatakan bahwa LKS memiliki keunggulan membangkitkan kegairahan belajar siswa dan mampu mengarahkan cara belajar siswa, sehingga lebih memiliki motivasi yang kuat untuk belajar giat.5 Selain itu, model pembelajaran yang menjadi bagian dari LKS ini pun menjadi salah satu faktor pemicu terjadinya peningkatan aktivitas belajar siswa. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sri Sarmini dalam penelitiannya yang menunjukkan hasil bahwa terjadi peningkatan aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran berbasis masalah. Model ini setidaknya memberikan perubahan lebih baik pada aktivitas siswa dalam minat belajar, mengajukan dan menjawab pertanyaan dan lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar.6

Hasil dari penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar siswa menggunakan LKS Berbasis masalah konsep virus dan monera. Peningkatan hasil belajar ini didasari oleh peningkatan kemampuan kognitif siswa melalui kegiatan pembelajaran menggunakan LKS berbasis masalah yang terdiri dari 5 tahapan yang dilakukan oleh guru dan siswa. kelima langkah tersebut adalah; Orientasi siswa pada masalah, Mengorganisasi siswa dalam belajar, Membimbing penyelidikan individu, Mengembangkan dan

4 Kasanah, “Pengaruh Penggunaan Lembar Kerja Siswa (LKS) Terhadap Hasil Belajar

IPA Siswa Kelas V Pada Konsep Sifat-Sifat Cahaya, (Kuasi Ekserimen di MI Mansyaatul Islamiyah),” Skripsi Pada Universitas Islam Negeri Jakarta, h. 64

5 Pratiwi handayani “Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Penggunaan LKS pada

Konsep Hidrokarbon yang Terintegrasi Nilai”Skripsi Pada Universitas Islam Negeri Jakarta, h. 50

6 Sri Sarmini, “Melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan

Aktivitas Belajar IPA Bagi Siswa Kelas IX F di SMP Negeri 37 Semarang”, Jurnal Widya Tama, vol. 3 No. 3, September 2006, h. 9.

67

menyajikan hasil karya, Menganalisis dan mengevaluasi proses.7 LKS berbasis masalah menyajikan bahan masalah yang harus diselesaikan oleh siswa melalui tahapan identifikasi masalah, menetapkan jawaban sementara, mencari data yang relevan, menguji kebenaran jawaban, dan menarik kesimpulan.

7

Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta: Prenada Media Group, 2010), h. 98

68

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan LKS berbasis masalah dapat meningkatkan hasil belajar biologi siswa dengan kategori sedang yaitu 0,603 pada konsep virus dan 0,689 pada konsep monera di kelas X MA Al-Baqiyatusholihat Bekasi tahun pelajaran 2013/2014.

B. Saran

Sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian ini maka dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut:

1. Pembuatan LKS sebaiknya disesuaikan dengan strategi pembelajaran dan kebutuhan siswa agar LKS dapat digunakan maksimal dan mampu meningkatkan kompetensi siswa.

2. Untuk penelitian-penelitian berikutnya disarankan menggunakan desain kelas kontrol-eksperimen untuk mendapatkan inferensi yang lebih maksimal. 3. Bentuk, isi, dan tampilan LKS dapat dikembangkan kembali agar lebih

69

Dokumen terkait