• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penggunaan Lks Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Virus Dan Monera

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penggunaan Lks Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Virus Dan Monera"

Copied!
321
0
0

Teks penuh

(1)

(Penelitian Deskriptif-Kuantitatif

di MA Al-Baqiyatusholihat Bekasi)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

Dedeh Kholilah Wati 109016100014

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

LEMBAR PENGESAI{AN

PEMBIMBIN;

SKRIPSI

Skripsi yang

berjudul

"Penggunaan

LKS

Berbasis Masalah

untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Konsep Virus dan Monera" disusun oleh Dedeh Kholilah Wati,

NIM.

10901 61 00014, Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan

pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.

Jakarta, 3 Maret 2014

Yang mengesahkan:

(3)

Skripsi

yang

berjudul

"Penggunaan

LKS Berbasis

Masalah

untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Konsep Virus dan Monera" disusun oleh Dedeh Kholitah Wati, NIM. 109016100014, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan

telah dinyatakan lulus dalam Uj ian Munaqasah pada tanggal 27 Maret 2014 di

hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar sarj ana 51

(S.Pd) dalam bidang Pendidikan Biologi.

Jakarta, 31 Maret 2014 Panitia Sidang Munaqasah

Tanggal Ketua Panitia (Ketua Jurusan Pendidikan IPA)

06-0e -zo tq

Baio FIarcSusanti.MS!

NIP. 19700209 200003 2 001

Penguji I

-Dr. Ahmad Sofvan. M.Pd NIP. 19650115 t98703 1020

Penguji

II

Eny S. Rosyidatun. M.A

NIP. 197s0924 200604 2 001

a

5:*!t

Mengetahui: Dekan

(4)

SURAT PERNYATAAN KARYA

ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama

NiM

Jurusan

Alamat

Nama Pembimbinga I

NIP

Jurusan/Program Studi

Nama Pembimbinga

II

NIP

Jurusan/Program Studi

Demikian surat

menerima segala sendiri.

Baiq Hana Susanti, M.Sc

19700209 200003 2 001 Pendidikan IPA./ Biologi Dr. Zulfiani, M.Pd

19760309 200501 2 002

Pendidikan IPA,/ Biologi : Dedeh Kholilah Wati

:109016100014

: Pendidikan IPA"rProdi Biologi

: Kp. Pasar Baru RT/RW 002/003 Kelurahan Cibarusah Kota,

Kecamatan Cibarusah, Kabupaten Bekasi.

MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA

Bahwa skripsi

yang

berjudul Penggunaan

LKS

Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Konsep Virus dan Monera adalah benar hasil karya sendri di bawah bimbingan dosen:

pemyataan

ini

saya

konsekuensi apabila

buat dengan sesungguhnya dan

terbukti bahwa skripsi ini bukan

saya slap

hasil karva

Jakarta, Mei 2014 Yang menyatakan,

(5)

iv

ABSTRAK

Dedeh Kholilah Wati, NIM 109016100014 “Penggunaan LKS Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Konsep Virus dan

Monera”. Skripsi Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan IPA, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keberhasilan penggunaan LKS (Lembar Kegiatan Siswa) berbasis masalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep virus dan monera. Metode yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Pada penelitian deskriptif menghasilkanLKS berbasis masalah, dengan

one group pretest – posttest design di kelas X MA Al-Baqiyatussholihat Bekasi. Instrumen yang digunakan berupa tes pilihan ganda, LKS, lembar observasi, dan angket respon siswa. Dari hasil perhitungan dengan menggunakan N-Gain diperoleh hasil 0,603 pada konsep virus dan 0,689 pada konsep monera yang keduanya berkategori sedang. Hal ini menunjukkan pembelajaran menggunakan LKS berbasis masalah dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep virus dan monera.

(6)

v

ABSTRACT

Dedeh Kholilah Wati, NIM 109016100014 "The Use of Problem Based Students’ Worksheet to Improve the Learning Outcomes in the Concept of Virus and Monera". BA Thesis of Biology Education Study Program, Department of Sciences Education, Faculty of Tarbiya and Teaching Sciences, Syarif Hidayatullah State Islamic University, Jakarta, 2014.

The study has the purpose to know the success in using the problem based

students’ worksheet to improve the learning outcomes on the concept of virus and monera. The method of the research was descriptive quantitative. In the descriptive research got a problem based students’ worksheet, then it was continued to quantitative study by one group pretest-posttest design in class of X MA Al-Baqiyatussholihat Bekasi. The instruments were used multiple choice tests, worksheet, observation sheets, and student quentionnaire responses. From the results of calculations using N-Gain it was obtained the results of the virus concept about 0,603 and 0,689 of the monera concept, in which both of them have middle category. The case suggested that problem based students’ worksheet can improve learning outcomes on the concept of virus and monera.

(7)

vi

Alhamdulillah, Puji syukur kehadirat Allah SWT. Berkat karunia-Nya yang besar, akhirnya sebuah karya penulisan skripsi yang berjudul “Penggunaan LKS Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Konsep Virus dan Monera” dapat terselesaikan dengan baik. Sungguh, tiada kekuatan dan daya upaya kecuali dengan pertolongan Allah SWT. Shalawat teriring salam kepada Baginda Rasulullah SAW beserta keluarga, para sahabat dan para pengikutnya sampai akhir zaman.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih. Dengan ketulusan dan kerendahan hati, penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Ibu Nurlena Rifai, MA., Ph.D., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc., Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dan selaku Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, motivasi, dan semangat dalam membimbing penulis selama ini.

3. Ibu Dr. Zulfiani, M.Pd., Ketua Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dan selaku Pembimbing II yang telah memberikan waktu, bimbingan, dan arahan dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

4. Ibu Yanti Herlanti, M.Pd., Penasehat Akademik yang selalu memberikan motivasi, dan nasihat kepada penulis selama mengikuti perkuliahan.

(8)

vii

6. Kepala SMA YASPIA dan MA Al-Baqiyatussholihat yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksakan penelitian. Dan Seluruh dewan guru Yayasan Pendidikan Islam Al-Baqiyatussholihat, khususnya Bapak Aef Saeful Anwar, S.Pt., dan Bapak Fahrurrozi, S.Pd., selaku guru mata pelajaran biologi.

7. Ayahanda tercinta Mohammad Kholid, dan Ibunda tercinta Siti Aminah, kakanda Asep Mohammad Taher, Ade Hidayatullah, H. Irfan, Teteh Hj Euis Nurlaila, Teteh Yuniarti, Isyi karimah, adinda tercinta Sofiah Khoerunnisa, Hafshah Hamidah, Rangga Khoerul Azmi, dan Muadz Ibnu Irfan yang tak henti-hentinya mendoakan, mencurahkan kasih sayang dan memberikan dukungan moril dan materil sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

8. Teman-teman seperjuangan Biologi 2009, Sahabat BEMJ P. IPA periode 2011-2013, Sahabat terbaik Zakiyah, Rahmatul Uyuni, Irma, Riri, Nursyamsiah, dan Ryan Andriansyah yang telah memberi dukungan, dan perhatian kepada penulis serta semua pihak yang telah membantu.

Akhir kata teriring do’a semoga Allah SWT. dapat membalas kebaikan semua pihak dengan balasan berlipat ganda. Dan semoga skripsi ini dapat berguna sebagai sumbang pikir dan menambah wawasan bagi para pembaca. Amin.

Jakarta, 12 Januari 2014

(9)

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ... .i

LEMBAR PENGESAHAN MUNAQASAH ... .ii

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI... .iii

ABSTRAK ... .iv

ABSTRACT ... .v

KATA PENGANTAR ... .vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Kajian Teori ... 8

1. Lembar Kegiatan Siswa (LKS) ... 8

a. Pengertian LKS ... 8

b. Fungsi LKS ... 10

c. Tujuan Penyusunan dan Kegunaan LKS Bagi Kegiatan Pembelajaran ... 10

d. Unsur-unsur LKS Sebagai Bahan Ajar ... 11

e. Penyusunan LKS ... 11

(10)

ix

2. Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) ... 15

a. Pengertian Pembelajaran Berbasis Masalah... 15

b. Ciri atau Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah ... 19

c. Sintaks Pengajaran Berdasarkan Masalah ... 22

d. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Berbasis Masalah ... 24

3. Hasil Belajar ... 26

a. Konsep Hasil Belajar... 26

4. LKS Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa ... 32

B. Penelitian Relevan ... 33

C. Kerangka Berpikir ... 34

D. Hipotesis Penelitian ... 36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ...37

B. Metode dan Desain Penelitian ...39

C. Populasi dan Sampel Penelitian ...40

D. Objek Penelitian ...40

E. Teknik Pengumpulan Data ...42

F. Instrumen Penelitian...42

G. Kalibrasi Instrumen ...46

H. Teknik Analisis Data ...52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Spesifikasi Produk LKS Berbasis Masalah ...55

B. Hasil Penelitian LKS Berbasis Masalah ...56

1. Data Hasil Pretes, LKS, dan Postes ...56

2. Deskripsi Data Peningkatan Hasil Belajar (Uji N-Gain) ...58

3. Hasil Observasi ...60

(11)

x BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ...68 B. Saran ...68

(12)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 2.1 Sintaks Pengajaran Berdasarkan Masalah...22

Tabel 3.1 Tahapan Persiapan, Uji Coba dan Penelitian ...39

Tabel 3.2 Jadwal Uji Coba Produk LKS Berbasis Masalah ...40

Tabel 3.3 Jadwal Penelitian Penggunaan LKS Berbasis Masalah ...41

Tabel 3.4 Desain Penelitian...30

Tabel 3.5 Kisi-kisi Tes Hasil Belajar Konsep Virus ...43

Tabel 3.6 Kisi-kisi Tes Hasil Belajar Konsep Monera ...44

Tabel 3.7 Perbaikan LKS dan Strategi Pembelajaran ...44

Tabel 3.8 Lembar Observasi Pembelajaran LKS Berbasis Masalah ...45

Tabel 3.9 Klasifikasi Validitas Butir Soal Konsep Virus ...47

Tabel 3.10 Klasifikasi Validitas Butir Soal Konsep Monera ...48

Tabel 3.11 Kriteria Koefisien Reliabilitas ...49

Tabel 3.12 Interpretasi Tingkat Kesukaran ...50

Tabel 3.13 Hasil Uji Taraf Kesukaran ...50

Tabel 3.14 Interpretasi Daya Pembeda ...51

Tabel 3.15 Hasil Uji Daya Pembeda ...51

Tabel 3.16 Revisi LKS dari Penilaian Guru Biologi, Pembimbing 1 dan 2 ...52

Tabel 3.17 Klasifikasi Interpretasi N-Gain ...53

Tabel 3.18 KriteriaAnalisi Deskriptif Presentase...54

Tabel 4.1 Nilai Pretes, LKS Konsep Virus, dan Postes ...56

Tabel 4.2 Nilai Pretes, LKS Konsep Monera, dan Postes ...57

Tabel 4.3 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Hasil Pretes, LKS Konsep Virus, dan Postes ...57

Tabel 4.4 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Hasil Pretes, LKS Konsep Monera, dan Postes ...58

Tabel 4.5 Data Peningkatan Hasil Belajar (N-Gain) ...58

Tabel 4.6 Data N-Gain Perindikator Soal Konsep Virus ...59

(13)

xii

(14)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A: Perangkat Pembelajaran Halaman

1 Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Konsep Virus

Kelas Uji Coba Produk ...72

2 Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Konsep Monera Kelas Uji Coba Produk ...79

3. Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Konsep Virus Kelas Eksperimen ...86

4. Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Konsep Monera Kelas Eksperimen ...93

5. LKS Berbasis Masalah (Sebelum Penelitian Deskriptif) ...100

6. LKS Berbasis Masalah (UjiCoba/Penelitian Deskriptif) ...118

7. LKS Berbasis Masalah (Penelitian Eksperimen) ...136

8. Pedoman Penskoran LKS Berbasis Masalah ...153

9. Kunci Jawaban LKS Virus I ...157

10.Kunci Jawaban LKS Virus II ...159

11.Kunci Jawaban LKS Monera I ...161

12.Kunci Jawaban LKS Monera II ...163

13.Lembar Penilaian LKS olehsiswa ...165

14.Rekap Penilaian LKS oleh Siswa dalam Uji Coba Terbatas ...166

15.Lembar Penilaian LKS oleh Guru Biologi ...167

16.Lembar Uji Validitas Isi LKS oleh Dosen Pembimbing I ...169

17.Lembar Uji Validitas Isi LKS oleh Dosen Pembimbing II ...171

18.Rekap Hasil Respon Penilaian LKS oleh Siswa SMA (Uji Coba Produk) ...173

19.Rekap Hasil Respon Penilaian oleh Siswa MA (Ekperimen) ....174

(15)

xiv

Lampiran B: Instrumen Penelitian Halaman

1. Kisi-Kisi dan Jawaban Instrumen Konsep Virus ...191

2. Kisi-Kisi dan Jawaban Instrumen Konsep Monera ...207

3. Rekapitulasi Hasil Uji Coba Intrumen Tes Konsep Virus ...224

4. Rekapitulasi Hasil Uji Coba Intrumen Tes Konsep Monera ...227

5. Instrumen Validasi Tes Hasil Belajar Konsep Virus ...229

6. Instrumen Validasi Tes Hasil Belajar Konsep Monera ...234

7. Lembar Observasi ...239

8. Persentasi Nilai Observasi Penggunaan LKS 1 ...242

9. Persentasi Nilai Observasi Penggunaan LKS 2 ...245

10.Persentasi Nilai Observasi Penggunaan LKS 3 ...248

11.Persentasi Nilai Observasi Penggunaan LKS 4 ...251

12.Data Hasil Pretes dan Postes Kelas Uji Coba ...254

13.Rekapitulasi Analisis Butir Soal Kelas Uji Coba ...255

14.Data Hasil Pretes dan Postes Kelas Eksperimen ...263

15.Rekapitulasi Analisis Butir Soal Kelas Eksperimen ...265

16.Tabel Kenaikan Hasil Belajar (N-Gain) Per-Indikator ...273

17.Rekapitulasi Penilaian Pengunaan LKS Berbasis Masalah Kelas Uji Coba Produk ...274

18.Rekapitulasi Penilaian Pengunaan LKS Berbasis Masalah Kelas Eksperimen ...278

19.Perhitungan Ukuran Pemusatan Data Hasil Pretes dan Postes Kelas Eksperimen...282

20.Foto-foto Kegiatan Penelitian ...290

(16)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan mempunyai arti penting dalam upaya meningkatkan kualitas manusia, baik dalam mengembangkan ilmu pengetahuan maupun teknologi. Untuk mampu bersaing di lingkungan nasional dan internasional terutama dalam menghadapi globalisasi maka perlu ditingkatkan mutu pendidikan. Sebagaimana yang telah dilakukan oleh Dinas Pendidikan dengan jalan penyempurnaan kurikulum, melengkapi sarana dan prasarana pendidikan serta meningkatkan kemampuan tenaga pendidik. Namun, mutu pendidikan dirasa masih kurang dan belum mencapai hasil yang optimal khususnya dalam mata pelajaran sains yang dalam hal ini adalah biologi.

Peran guru sebagai pendidik harus mampu mendidik dan mengembangkan pola pikir siswa dengan baik sehingga tujuan Pendidikan Nasional dapat tercapai. Sebagaimana dalam Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 yang tercantum dalam Badan Standar Nasional Pendidikan tentang sistem Pendidikan Nasional yang berbunyi:

“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”1

Untuk dapat mewujudkan tujuan tersebut diperlukan suatu pendidikan yang berkualitas. Pendidikan yang berkualitas tidak terlepas dari proses belajar mengajar yang tercipta di lingkungan sekolah. Pengajar merupakan komponen yang paling strategis dalam proses pendidikan. Pengajar bertanggung jawab untuk mengatur dan menciptakan suasana yang mendorong siswa untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan di kelas. Untuk menunjang hal tersebut pendidik berusaha

1

(17)

menyusun suatu program pendidikan yang bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan dengan melakukan berbagai strategi kegiatan pembelajaran, sehingga mendorong perkembangan dan pertumbuhan siswa sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.

Salah satu hal penting yang harus dikuasai guru adalah mampu menyediakan bahan (material) pembelajaran yang dapat dipelajari sendiri oleh siswa. Artinya bahan tersebut harus mampu memberikan kesempatan pada siswa untuk mampu mengukur perilaku belajarnya tanpa harus campur tangan guru atau temannya. Hal ini meletakkan fungsi guru tidak hanya sebagai pengajar, tetapi juga sebagai perancang dan/atau pengembang bahan (material) pembelajaran.

Strategi belajar yang dapat digunakan seorang guru untuk dapat menciptakan pembelajaran yang aktif dan mandiri adalah dengan menggunakan Lembar Kegiatan Siswa (LKS). LKS memungkinkan siswa untuk belajar secara sistematis dan terarah karena pola materi dan sistem dari LKS ini mencangkup aspek informasi, eksperimen, praktek, investigasi, dan pemecahan masalah. Oleh karena itu siswa akan memiliki pengetahuan, menerima informasi, mencoba, mengalami, melakukan dan menyimpulkan. Dengan demikian, siswa menguasai suatu materi pokok bahasan secara menyeluruh. Tujuan dari LKS itu sendiri untuk melatih siswa berpikir secara cermat, sistematis, melatih untuk mengemukakan pendapat secara tertulis dan melatih siswa untuk bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan.

(18)

3

Permasalahan lain yang menyangkut proses belajar mengajar khususnya dalam pembelajaran biologi adalah guru masih menerangkan tentang konsep-konsep, prinsip-prinsip, hukum-hukum dengan metode ceramah, diikuti oleh diskusi dan tanya jawab biasa sehingga siswa menjadi pasif, kurang dalam memahami masalah dan merencanakan penyelesaian masalah. Pembelajaran dengan cara ini menyebabkan siswa tidak berpikir aktif sehingga di dalam pikiran siswa tidak terjadi perkembangan struktur kognitif, sehingga siswa menjadi cepat bosan. Sedangkan dalam pembelajaran biologi seharusnya siswa belajar secara aktif sehingga mempunyai kemampuan untuk mengembangkan kreativitasnya serta lebih dapat memahami pelajaran dan terampil dalam penyelesaian permasalahan biologi. Untuk itu dirasa sangat perlu untuk mencari strategi pembelajaran yang sesuai. Dalam pembelajaran perlu diberikan masalah-masalah sehingga siswa terdorong untuk berpikir mencari solusi dari permasalahan-permasalahan tersebut.

Model pembelajaran berbasis masalah memfokuskan kepada siswa dengan mengarahkan siswa menjadi pembelajar yang mandiri dan terlibat langsung secara aktif dalam pembelajaran kelompok. Model ini membantu siswa untuk mengembangkan berpikir siswa dalam pemecahan masalah melalui pencarian data sehingga diperoleh solusi untuk suatu masalah dengan rasional dan autentik.2

Pada model pembelajaran ini siswa juga aktif dalam proses pembelajaran dan masalah yang diberikan sesuai dengan kehidupan sehari-hari dengan mengumpulkan informasi dan menstimulus informasi yang didapat untuk membentuk sebuah solusi dari masalah yang diberikan.

Salah satu tuntutan kurikulum berbasis kompetensi dalam mata pelajaran biologi di SMA adalah menguasai berbagai konsep dan prinsip biologi untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap percaya diri sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu pokok bahasan biologi di jenjang SMA adalah materi Virus dan Monera, materi ini merupakan pengetahuan penting untuk dipelajari dan diketahui karena menyangkut dengan

2

(19)

realitas kehidupan siswa. Ini mengandung makna bahwa pembelajaran biologi diharapkan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga bermanfaat bagi diri sendiri dan masyarakat.

Mengingat pentingnya peranan kajian biologi, maka tidaklah berlebihan jika kita mengharapkan siswa mempunyai pemahaman yang baik tentang biologi. Keberhasilan siswa dalam memahami ilmu sains yang dalam hal ini adalah biologi dapat dilihat dari hasil belajar yang dicapainya. Namun belum juga hasil belajar siswa sesuai dengan yang diharapkan, beberapa siswa beranggapan bahwa pelajaran biologi merupakan pelajaran yang cukup sulit dan rumit. Kesulitan yang dihadapi dalam memahami biologi tidak mereka jadikan sebuah tantangan melainkan menjadi sebuah beban dalam belajar. Hal ini menjadikan mereka enggan untuk mempelajarinya sehingga hasil yang dicapai pun tidak memuaskan. Ditambah lagi pembelajaran biologi masih bersifat konvensional, yaitu guru aktif menerangkan materi di depan kelas sementara siswa hanya mendengarkan penjelasan guru dan mencatatnya.

Faktor lain yang mempengaruhi rendahnya hasil belajar biologi siswa adalah bahan ajar yang menjadi sumber pembelajaran kurang mampu mendorong minat siswa untuk belajar. Sedangkan bahan ajar merupakan salah satu komponen sistem pembelajaran yang memegang peranan penting dalam membantu siswa mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar. Secara garis besar, bahan ajar atau materi pembelajaran berisikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap atau nilai yang harus dipelajari siswa.3

Pembelajaran berbasis masalah yang diterapkan berupa Lembar Kegiatan Siswa (LKS) merupakan salah satu strategi pembelajaran dengan mengembangkan bahan ajar LKS yang bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya, untuk memecahkan permasalahan yang disajikan guru dalam bentuk LKS. Siswa yang terstimulus dengan masalah akan dapat meningkatkan keterampilan berpikirnya dalam menyusun rencana penyelesaian. Selain itu siswa dapat terlibat secara aktif

3

(20)

5

dalam menemukan sendiri penyelesaian masalah, serta mendorong pembelajaran yang terpusat pada siswa dan guru hanya sebagai fasilitator. Dengan demikian, penerapan LKS berbasis masalah merupakan salah satu strategi pembelajaran yang dapat membangun keaktifan dan memaksimalkan keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar mengajar.

Hasil belajar merupakan pencerminan dari berhasil atau tidaknya suatu sistem pembelajaran yang dilakukan oleh para pendidik. Oleh karena itu peneliti terdorong untuk melakukan penelitian yang berjudul “Penggunaan LKS Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Konsep Virus dan Monera”

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, ada beberapa masalah yang dapat diidentifikasikan yaitu sebagai berikut:

1. Dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah, para guru cenderung belum mengoptimalkan penggunaan bahan ajar yang dapat membangun keaktifan siswa.

2. Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yang masih banyak digunakan di sekolah-sekolah berupa LKS cetakan penerbit yang hanya menekankan pada pertanyaan-pertanyaan dan tugas.

(21)

C. Pembatasan Masalah

Agar dalam penelitian ini tidak menimbulkan panafsiran yang berbeda-beda dan mencapai sasaran tujuan yang diharapkan serta untuk menghindari kesalahpahaman, maka penulis membatasi ruang lingkup permasalahan yang akan diteliti. Beberapa hal yang dibatasi yaitu sebagai berikut:

1. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan berupa lembar kegiatan siswa yang disusun berdasarkan pendekatan pembelajaran berbasis masalah menurut Trianto yang terdiri dari 5 tahapan yaitu; Orientasi siswa pada masalah, mengorganisasi siswa dalam belajar, membimbing penyelidikan individu maupun kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

2. Hasil belajar biologi yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan hasil kognitif saja. Ranah kognitif yang dinilai berdasarkan taksonomi Bloom tercakup pada tingkatan C1 hafalan (recall), C2 pemahaman (comprehension), C3 penerapan (application), dan C4 analisis (analisys).

3. Materi pembelajaran dalam penelitian ini dibatasi pada konsep virus dan monera. Pada konsep monera hanya subkonsep bakteri yang dijadikan sebagai materi pembelajaran.

D. Rumusan Masalah

(22)

7

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan produk LKS berbasis masalah konsep virus dan monera kelas X SMA/MA, dan untuk mengetahui peningkatkan hasil belajar siswa pada konsep virus dan monera.

Hasil dari pelaksanaan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi siswa dapat membantu belajar biologi dan diharapkan dapat

meningkatan hasil belajarnya.

2. Bagi guru sebagai alternatif pilihan bahan ajar dalam penanaman konsep

virus dan monera, dan sebagai informasi dalam menyusun dan mengembangkan LKS berbasis masalah yang dapat dipergunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa

3. Bagi sekolah dapat dijadikan bahan acuan dalam rangka perbaikan

(23)

8

BAB II

KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori

1. Lembar Kerja Siswa (LKS) a. Pengertian LKS

Kata lembar kegiatan siswa terdiri dari tiga bagian, yaitu lembar, kegiatan dan siswa. dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia lembar berarti helai,1 kegiatan berarti aktivitas; usaha; pekerjaan,2 dan siswa berarti murid atau pelajar untuk tingkat sekolah dasar sampai sekolah menengah.3 Jadi secara etimologi lembar kegiatan siswa berarti helai bagi siswa untuk melakukan suatu aktivitas.

Menurut Depdikbud, Lembar kegiatan siswa merupakan lembaran yang berisi pedoman bagi siswa untuk melakukan kegiatan terprogram.4 Dan menurut BSNP, Lembar kegiatan siswa (student work sheet) adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh siswa.5

Berikut ini merupakan beberapa definisi lembar kegiatan siswa yang diungkapkan oleh beberapa ilmuwan. Diantaranya adalah Andi Prastowo yang mengungkapkan bahwa lembar kegiatan siswa adalah materi ajar yang sudah dikemas sedemikian rupa, sehingga peserta didik diharapkan dapat mempelajari materi ajar tersebut secara mandiri.6

1

Depatemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (jakrta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1985), Cet. Ke-2, h. 656.

2

Ibid., h. 362

3

Ibid., h. 1077

4

Trianto, Mengembangkan Model Pembelajaran Tematik, (Jakarta, Prestasi Pustaka, 2009), h.212

5

BSNP, Sosialisasi Bahan Ajar, h, 8. tersedia melalui www.dikti.go.id diunduh pada tanggal 12 Januari 2014,

6

(24)

9

Ali Mudhofir mengungkapkan bahwa Lembar kegiatan siswa adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh siswa. lembar kegiatan berisi petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas.7

Menurut Trianto, lembar kegaiatan siswa adalah panduan siswa yang digunakan untuk melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah. 8 Pada lain kesempatan, Trianto juga mendefinisikan bahwa lembar kegiatan siswa merupakan alat belajar siswa yang memuat berbagai kegiatan yang akan dilaksanakan oleh siswa secara aktif. Kegiatan tersebut dapat berupa pengamatan, eksperimen, pengajuan pertanyaan. Oleh karena itu, lembar kegiatan siswa berkaitan dengan pilihan strategi pembelajaran yang menyatu di dalam keseluruhan proses pembelajaran.9

Yigit dan Akdeniz menyatakan bahwa LKS adalah bahan ajar yang membuat siswa lebih aktif dan seluruh siswa dapat berpartisipasi dalam proses pembelajaran.10 Selain itu, Serene S. Y. Choo mengungkapkan bahwa “LKS adalah alat instruksional yang terdiri dari serangkaian pertanyaan dan informasi yang dirancang untuk membimbing siswa memahami ide-ide yang komplek secara sistematis”.11

Lembar kegiatan siswa merupakan alat belajar siswa yang memuat berbagai kegiatan yang akan dilaksanakan oleh siswa secara aktif. Kegiatan tersebut dapat berupa pengamatan, eksperimen, pengajuan pertanyaan. Oleh karena itu, lembar kegiatan siswa berkaitan dengan pilihan strategi pembelajaran yang menyatu di dalam keseluruhan proses pembelajaran.

Dari penjelasan beberapa sumber mengenai LKS, dapat dipahami bahwa LKS merupakan lembar panduan untuk melakukan kegiatan yang biasanya berupa

7

Ali Mudhofir, Aplikasi Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Rajawali Press, 2011), h. 149

8

Trianto, Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek, (Jakarta, Prestasi Pustaka, 2007), h.73.

9

Trianto, Loc, cit., h. 212

10

Haluk Ozmen dan Nagihan Yildrim, “Effect of Work Sheets student’s Succes: Acids and Bases Sample”, Journal of Turkish Science Education Volume 2, Issue 2, November 2005, h. 10

11

(25)

petunjuk dan langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas atau penyeselaian masalah yang berisi pengajaran dan pembelajaran yang dapat dilakukan oleh siswa secara mandiri.

b. Fungsi LKS

Menurut Andi Prastowo, setidaknya terdapat empat fungsi LKS sebagai bahan ajar, diataranya sebagai berikut:

1) Dapat meminimalkan peran pendidik, namun lebih mengaktifkan peserta didik.

2) Mempermudah peserta didik untuk memahami materi yang diberikan. 3) Ringkas dan kaya tugas untuk berlatih.

4) Memudahkan pelaksanaan pengajaran kepada peserta didik.12

c. Tujuan Penyusunan dan Kegunaan LKS Bagi Kegiatan Pembelajaran

Menurut muslimin Ibrahim, Lembar kegiatan siswa berdasarkan tujuan penyusunannya dibagi menjadi dua macam, yaitu:

1) LKS tak terstruktur, adalah lembar kegiatan yang berisi sarana untuk melatih, mengembangkan keterampilan dan mengembangkan serta menemukan konsep dalam suatu tema.

2) LKS terstruktur, adalah lembar kegiatan yang dirancang untuk membimbing siswa dalam proses belajar mengajar dengan atau tanpa bimbingan guru.13

Selain itu, Andi Prastowo dalam bukunya menyebutkan paling tidak ada empat poin yang menjadi tujuan penyusunan LKS, yaitu:

1) Menyajikan bahan ajar yang memudahkan peserta didik untuk berinteraksi dengan materi yang diberikan.

2) Menyajikan tugas-tugas yang meningkatkan penguasaan peserta didik terhadap materi yang diberikan.

3) Melatih kemandirian belajar peserta didik; dan.

4) Memudahkan pendidik dalam memberikan tugas kepada peserta didik.14

12

Prastowo, Op, cit., h. 205

13

Trianto, Loc, cit,. h. 212

14

(26)

11

Mengenai kegunaan LKS bagi kegiatan pembelajaran, tentu saja ada cukup banyak kegunaan. Bagi pendidik dengan melalui LKS dapat memberikan kesempatan untuk memancing peserta didik agar aktif terlibat dengan materi yang dibahas.15

d. Unsur-unsur LKS Sebagai Bahan Ajar

Dilihat dari unsurnya, bahan ajar LKS lebih sederhana daripada modul, namun lebih komplek daripada buku. Bahan ajar LKS terdiri atas enam unsur utama, meliputi judul, petunjuk belajar, kompetensi dasar atau materi pokok, informasi pendukung, tugas atau langkah kerja, dan penilaian. sedangkan jika dilihat dari formatnya, LKS memuat paling tidak delapan unsur, yaitu judul, kompetensi dasar yang akan dicapai, waktu penyelesaian, peralatan/bahan yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas, informasi singkat, langkah kerja, tugas yang harus dilakukan, dan laporan yang harus dikerjakan.16

e. Penyusunan LKS

Keberadaan LKS yang inovatif dan kreatif akan menciptakan proses pembelajaran menjadi lebih menyenangkan. Maka dari itu, sebuah keharusan bahwa setiap pendidik ataupun calon pendidik agar mampu menyiapkan dan membuat bahan ajar sendiri yang inovatif. Berikut adalah langkah-langkah penyusunan lembar kegiatan siswa menurut Diknas.

15

Ibid., h. 206

16

Ibid., h. 208

Analisis Kurikulum

Menyusun Peta Kebutuhan LKS

(27)

Gambar 2.1 Bagan Alir Langkah-Langkah Penyususnan LKS17

1) Melakukan analisis kurikulum

Analisis kurikulum merupakan langkah pertama dalam penyusunan LKS. Langkah ini dimaksudkan untuk menentukan materi-materi mana yang memerlukan bahan ajar LKS. Pada umumnya, dalam menentukan materi, langkah analisisnya dilakukan dengan cara malihat materi pokok, pengalaman belajar, serta materi yang akan diajarkan. Selanjutnya, kita juga harus mencermati kompetensi yang mesti dimiliki peserta didik. Jika semua langkah tersebut telah dilakukan, maka kita harus menyusun peta kebutuhan lembar kegiatan siswa.

2) Menyusun peta kebutuhan LKS

Peta kebutuhan LKS sangat diperlukan untuk mengetahui jumlah LKS yang harus ditulis serta melihat sekuensi atau urutan LKS-nya. Sekuensi LKS sangat dibutuhkan dalam menentukan prioritas penulisan. Langkah ini biasanya diawali dengan analisis kurikulum dan analisis sumber belajar.

17

Ibid., h. 208-212

Menulis LKS

Merumuskan KD

Penentukan Alat Penilaian

Menyusun Materi

(28)

13

3) Menentukan Judul-judul LKS

Perlu diketahui bahwa judul LKS ditentukan atas dasar kompetensi-kompetensi dasar, materi-materi pokok, atau pengalaman belajar yang terdapat dalam kurikulum. Satu kompetensi dasar dapat dijadikan sebagai judul LKS apabila kompetensi tersebut tidak terlalu besar. Adapun besarnya kompetensi dasar dapat dideteksi, antara lain dengan cara apabila diuraikan ke dalam materi pokok (MP) mendapatkan maksimal 4 MP, maka kompetensi tersebut dapat dijadikan sebagai satu judul LKS. Namun, apabila kompetensi dasar itu bisa diuraikan menjadi lebih dari 4MP, maka harus dipikirkan kembali apakah kompetensi dasar itu perlu dipecah menjadi dua judul LKS. Jika judul-judul LKS telah ditentukan, maka langkah selanjutnya yaitu mulai melakukan penulisan.

4) Penulisan LKS

Untuk menulis LKS, langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1) Merumuskan kompetensi dasar. 2) Menentukan alat penilaian 3) Menyusun materi

4) Memperhatikan struktur LKS.18

f. Prosedur Pengembangan LKS

Dalam mengembangkan LKS, menurut Muslimin dalam Trianto menjelaskan bahwa terdapat tiga persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu:

1) Persyaratan pedagogik; lembar kegiatan siswa harus mengikuti azas-azas pembelajaran yang efektif, seperti memberi tekanan pada proses penemuan konsep atau sebagai petunjuk mencari tahu dan mempertimbangkan perbedaan individu, sehingga lembar kegiatan siswa menggunakan berbagai strategi.

2) Persyaratan konstruksi; penggunaan bahasa yang sesuai tingkat perkembangan siswa, menggunakan struktur kalimat yang sederhana,

18

(29)

pendek, dan jelas tidak berbelit, memiliki tata urutan yang sistematik, dan memiliki tujuan belajar yang jelas.

3) persyaratan teknis; mencangkup tulisan, gambar, dan tampilan. Tampilan harus menarik untuk dan menyenangkan untuk meningkatkan motivasi.19 Menurut Andi Praswoto, untuk membuat sebuah LKS yang kaya manfaat, maka kita harus menjadikannya sebagai bahan ajar yang menarik bagi peserta didik. Sehingga, dengan keberadaan LKS tersebut, peserta didik menjadi tertarik untuk belajar keras dan belajar cerdas. Dalam rangka mengembangkan LKS, maka kita perlu memperhatikan desain pengembangan dan langkah-langkah pengembangannya sebagai berikut;

1) Menentukan desain pengembangan LKS

Seperti halnya bahan ajar yang menggunakan media cetak, desain LKS pada dasarnya tidak mengenal pembatasan. Batas yang ada hanyalah imajinasi pendidik. Meski demikian, ada dua faktor yang perlu diperhatikan pada saat mendesain LKS, yaitu tingkat kemampuan membaca peserta didik dan pengetahuan peserta didik

LKS didesain untuk digunakan peserta didik secara mandiri. Artinya guru sebagai pendidik hanya berperan sebagai fasilitator, dan peserta didiklah yang diharapkan berperan secara aktif dalam mempelajari materi yang terdapat di dalam LKS. adapun batasan umum yang dapat dijadikan pedoman saat menetukan desain LKS:

a) Ukuran

b) Kepadatan halaman c) Penomoran

d) Kejelasan.20

19

Trianto, Mengembangkan Model Pembelajaran Tematik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2009), h.212

20

(30)

15

2) Langkah-langkah pengembangan LKS

Belawati dalam Andi Prastowo mengungkapkan bahwa “untuk mengembangkan LKS yang menarik dan dapat digunakan secara maksimal oleh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran, ada empat langkah yang dapat ditempuh, yaitu penentuan tujuan pembelajaran, pengumpulan materi, penyusunan elemen atau unsur-unsur, serta pemeriksaan dan penyempurnaan”.21

2. Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

a. Pengertian Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)/PBL

Istilah pembelajaran berbasis/berdasarkan masalah diadopsi dari istilah

Problem Based Instruction (PBI). Menurut Dewey dalam Sudjana, belajar berdasarkan masalah adalah interaksi antara stimulus dengan respon, merupakan hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan. Lingkungan memberi masukan kepada siswa berupa bantuan dan masalah, sedangkan sistem saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan ini secara efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis serta dicari pemecahannya dengan baik.22

Secara konseptual, Arend menjelaskan bahwa Problem based learning

(PBL) atau pengajaran berbasis masalah merupakan model pembelajaran dimana siswa mengerjakan permasalahan yang autentik dan bermakna sebagai langkah awal untuk investigasi dan penyelidikan.23

Menurut M. Taufiq Amir, Model pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu model pembelajaran yang didasarkan pada banyaknya permasalahan yang membutuhkan penyelidikan autentik yakni penyelidikan yang membutuhkan penyelesaian nyata dari permasalahan yang nyata.24

21

Ibid., h. 220-224

22

Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta: Prenada Media Group, 2010), cet. Ke-2 h. 91

23

Richard I. Arends, Learning To Teach: Belajar untuk Mengajar, Penerjemah Helly Prajitno dan Sri Mulyatini, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), h. 41

24

(31)

“PBL is a student centered, problem-based, inquiry-based, integrated, and collaborative learning. Whereby, small groups of students, guided by tutor, focus on real-world case scenarios and independently study to solve the case with their newly acquired knowledge”. Yang dapat diartikan bahwa PBL adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa, berbasis masalah, berbasis penyelidikan, terpadu, dan pembelajaran kolaboratif. Dimana, kelompok kecil siswa dipandu oleh tutor, fokus pada skenario kasus dunia nyata dan belajar secara mandiri untuk memecahkan kasus yang baru diperolehnya dengan pengetahuan mereka.25

Menurut Arends yang dikutip oleh M. Taufiq Amir menyebutkan bahwa pengajaran berbasis masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran dimana siswa mengerjakan permasalahan yang autentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat lebih tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri. Model pembelajaran ini juga mengacu pada model pembelajaran yang lain, seperti pembelajaran berbasis proyek (Projek-based instruction), pembelajaran berbasis pengalaman (experience-based intruction), dan pembelajaran bermakna atau pembelajaran berakar pada kehidupan (anchored instruction).26

Menurut Donal Woods yang dikutip M. Taufiq Amir menyebutkan bahwa pembelajaran berbasis masalah lebih dari sekedar lingkungan yang efektif untuk mempelajari pengetahuan tertentu. Melainkan dapat membantu pembelajar membangun kecakapan sepanjang hidupnya dalam memecahkan masalah, kerja sama tim, dan berkomunikasi.27

Menurut Lynda Wee yang dikutip oleh M. Taufiq Amir mengatakan bahwa proses pembelajaran berbasis masalah sangat menunjang membangun kecakapan mengatur diri sendiri (self directed), kolaboratif, berpikir secara metakognitif, cakap menggali informasi, yang relatif perlu dalam kehidupan sehari-hari.28

25

Hossein Jabbari, et al., ”Lecture-Based versus Probelem-Based Learning Methods in Public health Cousre for Medical Students”, Journal of Tabriz University of Medical Sciences, Tabriz Iran. H. 31-32

26

Trianto, Op. cit., h. 92

27

Taufiq Amir, Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning, (Jakarta: Prenada Media Group, 2009), cet. Ke-1. h. 13.

28

(32)

17

Menurut Dutch yang dikutip oleh M. Taufiq Amir mengatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah merupakan pembelajaran yang menantang siswa agar “belajar untuk belajar”, bekerja sama dengan kelompok untuk mencari solusi bagi masalah yang nyata, masalah ini digunakan untuk mengaitkan rasa keingintahuan serta kemampuan analisis siswa dan inisiatif atas materi pelajaran. Pembelajaran berbasis masalah mempersiapkan mahasiswa untuk berpikir kritis dan analisis, serta mencari dan menggunakan sumber pembelajaran yang sesuai.29

Problem based learning (PBL) can be defined as an inquiry process that resolves question, curiosities, doubts, and uncertainties about complex phenomena in life. A problem is any doubt, difficulty, or uncertainly that invites or

needs some kinds of resolution”. Dapat diartikan bahwa pembelajaran berbasis masalah sebagai proses inquiry yang mengemukakan pertanyaan, keingintahuan, keragu-raguan dan ketidakpastian fenomena yang kompleks di dalam kehidupan. Suatu masalah merupakan keraguan, kesukaran, atau ketidakpastian sehingga mengundang atau membutuhkan beberapa macam keputusan.30

Model berbasis masalah memfokuskan kepada siswa dengan mengarahkan siswa menjadi pembelajar yang mandiri dan terlibat langsung secara aktif dalam pembelajaran kelompok. Model ini membantu siswa untuk mengembangkan berpikir siswa dalam pemecahan masalah melalui pencarian data sehingga diperoleh solusi untuk suatu masalah dengan rasional dan autentik.31

Pembelajaran berbasis masalah adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran.32

29

Ibid, h. 21

30

John Barell, Problem based learning: an inquiry Approach Second Edition, (Thousand Oaks: Corwin Press, 2007), h. 3

31

Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran, (Jakarta: kencana Prenada Media Group, 2009), cet. Ke-1. h. 288

32

(33)

Hal ini senada dengan ungkapan John Dawey yang dikutip oleh Sugianto mengatakan bahwa belajar berdasarkan masalah adalah interaksi antara dua arah belajar dan lingkungan. Lingkungan memberi masukan kepada siswa berupa bantuan dan masalah, sedangkan sistem saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan secara efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis serta dicari pemecahannya dengan baik. Pengalaman siswa yang diperoleh dari lingkungan dijadikan bahan materi guna memperoleh pengertian untuk dijadikan pedoman dan tujuan belajarnya.33

Berdasarkan pengertian-pengertian pembelajaran berbasis masalah di atas dapat disimpulkan bahwa, pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa untuk memecahkan permasalahan dengan mengumpulkan informasi untuk membentuk sebuah solusi dari masalah yang diberikan. Pada model pembelajaran ini siswa juga aktif dalam proses pembelajaran dan memicu siswa memiliki keterampilan untuk menyelesaikan masalah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut serta dapat mengaitkan dengan kehidupan sehari-hari.

b. Ciri atau Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)/PBL

Menurut Arends berbagai pengembangan pengajaran berdasarkan masalah telah memberikan model pengajaran itu memiliki karakteristik sebagai berikut: 1) Pengajuan pertanyaan atau masalah

2) Berfokus pada keterkaitan antar disiplin 3) Penyelidikan autentik

4) Menghasilkan produk dan memamerkannya 5) kolaborasi34

33

Sulistianingsih, “Pendekatan Problem based learning Suatu Alternatif Mengembangkan Belajar Siswa Aktif”,Jurnal Ilmu Pendidikan STKIP Kusuma Negara, Vol.2 Tahun II-2010, h. 49

34

(34)

19

Selain itu, menurut Yatim Purwanto bahwa pada umumnya guru menerapkan model ini menjurus pada pemecahan suatu masalah kehidupan nyata yang dihadapi siswa sehari-hari dengan menggunakan keterampilan pemecahan masalah. Model pembelajaran berbasis masalah umumnya berbentuk suatu proyek untuk diselesaikan oleh kelompok siswa dengan bekerja sama.35

Karakteristik lain yang dikemukan oleh Tan yang dikutip oleh M. Taufiq Amir, bahwa karakteristik pembelajaran berbasis masalah yaitu:

1) Masalah yang digunakan sebagai awal pembelajaran

2) Biasanya, masalah yang digunakan merupakan masalah dunia nyata yang disajikan secara ill-structured

3) Masalah biasanya menuntut perspektif majemuk (multiple perspective). Solusinya menuntut pembelajar menggunakan dan mendapatkan konsep dari beberapa bab atau lintasan ilmu dibidang lainnya.

4) Masalah membuat pembelajar merasa tertantang untuk mendapatkan pembelajaran di ranah pembelajaran yang baru

5) Sangat mengutamakan pembelajaran mandiri (self directed learning)

6) Memanfaatkan sumber yang bervariasi, tidak dari satu sumber saja. Pencarian, evaluasi serta penggunaan pengetahuan ini menjadi kunci penting.36

PBM adalah pembelajaran yang kolaboratif, komunikatif dan kooperatif. Pembelajaran bekerja dalam kelompok, berinteraksi, saling mengajarkan (peer teaching), dan melakukan presentasi. Menurut karakter tersebut, pembelajaran berbasis masalah memiliki tujuan seperti dibawah ini:

1) Keterampilan berpikir dan keterampilan mengatasi masalah

Pembelajaran berbasis masalah memberikan dorongan kepada peserta didik untuk tidak hanya sekedar berpikir sesuai yang bersifat konkret, tetapi lebih dari itu berpikir terhadap ide-ide yang abstrak dan kompleks. Dengan kata lain pembelajaran berbasis masalah melatih kepada peserta didik untuk memiliki keterampilan berpikir tingkat tinggi.

35

Riyanto, Op. cit., h. 288

36

(35)

a) Berpikir adalah sebuah proses yang melibatkan operasi-operasi mental, seperti induksi, deduksi, klarifikasi, dan penalaran.

b) Berpikir adalah sebuah proses representasi secara simbolis (melalui bahasa) berbagai objek dan kejadian riil dan menggunakan representasi simbolis itu untuk menemukan prinsip-prinsip esensial objek dan kejadian tersebut.

c) Berpikir adalah kemampuan untuk menganalisis, mengkritik, dan mencapai kesimpulan berdasarkan inferensi atau judgement yang baik. 2) Belajar peranan orang dewasa yang autentik

Menurut Resnick, bahwa model pembelajaran berbasis masalah amat penting dalam membantu siswa untu performance diberbagai situasi orang dewasa yang penting

3) Menjadi pembelajar yang mandiri

Pembelajaran berbasis masalah berusaha membantu siswa menjadi pembelajar yang independen dan self-regulated. Dibimbing oleh guru yang senantiasa memberikan semangat dan reward ketika mereka mengajukan pertanyaan dan mencari sendiri solusi untuk berbagai masalah riil, kelak siswa belajar untuk melaksanakan tugasnya secara mandiri.37

Model pembelajaran berbasis masalah memiliki sejumlah karakteristik yang membedakan dengan model pembelajaran yang lainnya yaitu:

1) Pembelajaran bersifat student centered.

2) Pembelajaran terjadi pada kelompok-kelompok kecil. 3) Dosen atau guru verperan sebagai fasilitator.

4) Masalah menjadi faktor dan merupakan sarana untuk mengembangkan katerampilanmenyelesaikan masalah

5) Informasi-informasi baru diperoleh dari belajar mandiri (self directed learning).38

37

Ibid, hal. 43-44

38

(36)

21

Arend menjelaskan tentang karakteristik pembelajaran berbasis masalah yaitu: 1) Pertanyaan atau masalah perangsang. Pembelajaran berbasis masalah atau

PBL mengorganisasikan pengajaran di seputar pertanyaan dan masalah yang penting secara sosial dan bermakna secara personal bagi siswa. mereka dihadapi berbagai situasi dunia nyata yang tidak dapat diberi jawaban-jawaban sederhana dan ada berbagai solusi yang competing untuk menyelesaikannya.

2) Fokus Interdisipliner. Meskipun PBL dapat dipusatkan pada subjek tertentu (sains, matematik dan sejarah), tetapi masalah yang diinvestigasi dipilih karena solusinya menuntut siswa untuk menggali banyak subjek.

3) Invesigasi autentik. PBL mengharuskan siswa untuk melakukan investigasi yang autentik yang berusaha menemukan solusi real. Mereka menganalisis dan menetapkan masalahnya, mengembangkan hipotesis dan membuat prediksi, mengumpulkan dan menganalisis informasi, melaksanakan eksperimen (bilamana mungkin), membuat inferensi, menarik kesimpulan. Metode-metode investigasi yang digunakan tentu tergantung pada masalah yang diteliti.

4) Produksi arefak dan exhibit. PBL menuntut siswa untuk mengkonstruksikan produk dalam bentuk laporan atau slide pretentasi yang menjelaskan atau mempresentasikan solusi mereka.

5) Kolaborasi. Seperti model cooperative learning, PBL ditandai oleh siswa-siswa yang bekerja bersama siswa-siswa-siswa-siswa lain, paling sering secara berpasangan atau dalam kelompok-kelompok kecil. Bekerja berbasama-sama memberikan motivasi untuk keterlibatan secara berkelanjutan dalam tugas-tugas kompleks dan meningkatkan kesempatan berbagai keterampilan sosial.39

39

(37)

Uraian-uraian tersebut dapat menyimpulkan karakteristik pembelajaran berbasis masalah yang selalu diawali dengan permasalahan yang nantinya akan diselesaikan oleh siswa dalam kelompok kecil dan siap untuk memperesentasikan hasil pemecahan masalah mereka untuk menemukan solusi yang terbaik.

c. Sintaks Pengajaran Berbasis Masalah

[image:37.595.109.518.135.676.2]

Pada pengajaran berdasarkan masalah terdiri dari 5 (lima) langkah utama yang dimulai dengan guru memperkenalkan siswa dengan suatu situasi masalah dan diakhiri dengan guru penyajian dan analisis hasil kerja siswa. kelima langkah tersebut dijelaskan berdasarkan langkah-langkah pada tabel berikut.

Tabel 2.1 Sintaks Pengajaran Berdasarkan Masalah40

Tahap Kegiatan Guru

Tahap-1 Orientasi siswa pada

masalah

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena atau demonstrasi atau cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilih.

Tahap-2 Mengorganisasi siswa

dalam belajar

Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut

Tahap-3 Membimbing penyelidikan individu

maupun kelompok

Guru mendorong siswa mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.

Tahap-4 Mengembangkan dan

menyajikan hasil karya

Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.

Tahap-5 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.

40

(38)

23

Pembelajaran berbasis masalah merupakan pembelajaran dengan menghadapkan siswa pada permasalahan-permasalahan praktis sebagai pijakan dalam belajar atau dengan kata lain siswa belajar melalui permasalahan-permasalahan.41

Pada model pembelajaran berbasis masalah, kelompok-kelompok kecil siswa bekerja sama memecahkan suatu maslah yang telah disepakati oleh siswa dan guru. Ketika guru sedang menerapkan model pembelajaran tersebut, seringkali siswa menggunakan bermacam-macam keterampilan, prosedur pemecahan masalah dan berpikir kritis. Model pembelajaran berbasis masalah dilandasi oleh teori belajar konstruktivis. Pada model ini pembelajaran dimulai dengan menyajikan permasalahan nyata yang penyelesaiannya membutuhkan kerjasama diantara siswa-siswa. dalam model pembelajaran ini guru memandu siswa menguraikan rencana pemecahan masalah menjadi tahap-tahap kegiatan.42

Pada dasarnya model berbasis masalah, siswa harus terlebih dahulu dikondisikan melalui kelompok, atau cara penyampaian masalah pada siswa. pembelajaran berbasis masalah ini sangatlah dekat dengan kontektual, hal-hal yang dapat ditemui dalam kehidupan sehari-hari dan inilah yang menjadi topik bahasan bagi model tersebut.

Menurut Mudhofir, ada enam langkah dalam penerapan pembelajaran berbasis masalah yaitu sebagai berikut:

1) Merumuskan masalah 2) Menganalisis masalah 3) Murumuskan hipotesis 4) Mengumpulkan data 5) Pengujian hipotesis.43

Sedangkan tahapan pembelajaran berbasis masalah menurut John Dawey yang mengemukakan tahapan pembelajaran berbasis masalah untuk

41

Made wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer: Suatu Tinjauan Konseptual Operasional, (Jakarta: Sinar Grafika Offest, 2009), cet. Ke-1. h. 91

42

Trianto, Op, cit., h. 92

43

(39)

mengembangkan kemampuan pemecahan masalah khususnya tingkah laku siswa. tahapannya yaitu:

1) Merumuskan masalah, yaitu langkah siswa menentukan masalah yang akan dipecahkan

2) Menganalisis masalah, yaitu langkah siswa meninjau masalah secara kritis dari berbagai sudut pandang

3) Merumuskan hipotesis, yaitu langkah siswa merumuskan berbagai kemungkinan pemecahan masalah sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.

4) Mengumpulkan data, yaitu langkah siswa mengambil atau merumuskan kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan.

5) Pengujian hipotesis, yaitu langkah siswa mengambil atau merumuskan kesimpulan seusai dengan penerimaan dan penolakan hiotesis yang diajukan. 6) Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah, yaitu langkah siswa

menggambarkan rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil pengujian hipotesis dan rumusan kesimpulan.44

Model pembelajaran berbasis masalah sengaja dibuat untuk mengarahkan siswa menjadi pembelajar yang mandiri dan terlibat langsung secara aktif dan mengembangkan kemampuan berpikir siswa dalam pemecahan masalah. Dalam model pembelajaran ini mengacu pada pembelajaran yang bersifat konstruktivis, dimana anak benar-benar membangun pemahamannya sendiri, dan guru hanya sebagai fasilitator dan mediator dalam proses pembelajaran tersebut.

d. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Berbasis Masalah

1) Kelebihan PBM

Menurut Trianto, kelebihan pembelajaran berbasis masalah, adalah: a) Realistis dengan kehidupan siswa

b) Konsep sesuai dengan kebutuhan siswa c) Memupuk sifat inkuiri siswa

44

(40)

25

d) Retensi konsep jadi kuat

e) Memupuk kemampuan pemecahan masalah.45

Selain itu Wina menambahkan bahwa sebagai suatu pembelajaran berdasarkan masalah memiliki beberapa kelebihan, seperti:

a) Merupakan teknik yang cukup bagus untuk memahai isi pelajaran b) Dapat memantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk

menemukan pengetahuan baru bagi siswa

c) Dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa

d) Dapat membantu siswa bagaimana mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata

e) Dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan f) Dapat memperlihatkan kepada siswa setiap mata pelajaran (matematika,

IPA, Sejarah, dan lainnya), pada dasarnya merupakan cara berpikir, dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa, bukan hanya sekedar belajar dari guru atau dari buku-buku saja.

g) Dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa

h) Dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan pengetahuan baru.

i) Dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.

j) Dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terus-menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir.46

Lingkungan belajar sistem manajemen dalam pengajaran berbasis masalah dicirikan oleh sifatnya yang terbuka, ada proses demokrasi, dan peranan siswa yang aktif meskipun guru dan siswa melakukan tahapan pembelajaran yang terstruktur dan dapat diprediksi dalam pengajaran berbasis masalah, norma di sekitar pelajaran adalah norma inkuiri terbuka dan bebas mengemukakan

45

Trianto, Op.cit., h. 96-97

46

(41)

pendapat. Lingkungan belajar menekankan peranan sentral pada siswa, bukan pada peranan guru.

2) Kekurangan

Disamping kelebihan pembelajaran berbasis masalah memiliki kekurangan, diantaranya:

a) Persiapan pembelajaran yang kompleks b) Sulitnya mencari problem yang relevan c) Sering terjadi miss-konsepsi

d) Membutuhkan waktu yang cukup dalam proses penyelidikan.47 Kekurangan pembelajaran berbasis masalah lainnya, adalah :

a) Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba

b) Membutuhkan cukup waktu untuk mempersiapkan

c) Tanpa pemahaman mengapa mereka enggan berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka pelajari.48

3. Hasil Belajar

a. Konsep Hasil Belajar

Hasil belajar seringkali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan. Untuk mengaktualisasikan hasil belajar tersebut diperlukan serangkaian pengukuran menggunakan alat evaluasi yang baik dan memenuhi syarat. Pengukuran demikian dimungkinkan karena pengukuran merupakan kegiatan ilmiah yang dapat diterapkan pada berbagai bidang termasuk pendidikan.

“Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku seperti bidang kognitif, afektif dan psikomotor”.49

Gagne mengelompokkan hasil belajar ke dalam lima kategori, yaitu keterampilan intelektual, strategi kognitif,

47

Trianto, Op. cit., h. 96-97

48

Sanjaya, Loc.cit., h. 218-219

49

(42)

27

informasi verbal, keterampilan motorik, dan sikap. Hasil belajar merupakan kemampuan dan keterampilan yang dimiliki seseorang setelah mengikuti pendidikan.

Hasil belajar siswa yang merupakan tujuan pengajaran terdiri dari tiga aspek, yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ketiga aspek tersebut saling terkait dan bahkan tidak boleh diabaikan dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini disebabkan karena muara ketiga aspek kompetensi tersebut mengarah kepada kecakapan hidup siswa (life skill).50

Hasil belajar atau achievement merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Penguasaan hasil belajar oleh seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berpikir maupun keterampilan motorik. Hampir sebagian terbesar dari kegiatan atau perilaku yang diperlihatkan seseorang merupakan hasil belajar. Di sekolah hasil belajar ini dapat dilihat dari penguasaan siswa akan mata-mata pelajaran yang ditempuhnya. Tingkat penguasaan pelajaran atau hasil belajar dalam mata pelajaran tersebut di sekolah dilambangkan dengan angka-angka atau huruf, seperti angka 0-10 pada pendidikan dasar dan menengah dan huruf A, B, C, D pada pendidikan tinggi.

Sebenarnya hampir seluruh perkembangan atau kemajuan hasil karya juga merupakan hasil belajar, sebab proses belajar tidak hanya berlangsung di sekolah tetapi juga di tempat kerja dan di masyarakat. Pada lingkungan kerja, hasil belajar ini sering diberi sebutan prestasi kerja, yang sesungguhnya merupakan sesuatu

achievement juga.51

1) Hasil Belajar Kognitif

Hasil belajar pada aspek kognitif merupakan ranah yang lebih banyak melibatkan kegiatan mental/otak. Hasil belajar pada aspek kognitif setelah direvisi dibagi kedalam enam jenjang yaitu: remember, understand, apply, analyze, evaluate, dan create. Jenjang kognitif sebelum direvisi dibagi kedalam enam

50

Ahmad Sofyan et all, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN Press, 2006), h. 13

51

(43)

jenjang proses berfikir , yaitu ingatan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.52

a) Hafalan (C1) adalah kemampuan menyatakan kembali fakta, konsep, prinsip dan prosedur yang telah dipelajari. Siswa mampu mengenal atau mengingat materi yang sudah dipelajari dari yang sederhana sampai pada teori-teori yang sukar.

b) Pemahaman (C2) merupakan kemampuan menangkap arti dari informasi. Siswa mampu memahami konsep dengan menggunakan kata-kata sendiri.

c) Penerapan (C3) merupakan kemampuan menggunakan prinsip atau menerapkan materi yang sudah dipelajari pada situasi yang baru yang lebih konkrit.

d) Analisis (C4) merupakan kemampuan menguraikan suatu informasi atau materi ke dalam komponen-komponen atau faktor penyebabnya, dan mampu memahami hubungan antara bagian yang satu dengan yang lainnya sehingga struktur dan aturannya dapat lebih jelas untuk dimengerti.

e) Sintesis (C5) adalah kemampuan memadukan bagian-bagian yang terpisah menjadi konsep atau komponen-komponen sehingga membentuk suatu pola struktur atau bentuk baru.

f) Evaluasi (C6) adalah kemampuan untuk mempertimbangkan nilai-nilai materi untuk tujuan tertentu.

2) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Usaha dan keberhasilan belajar dipengaruhi oleh banyak faktor. Menurut Muhibbin Syah faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah:

a) Faktor Internal Siswa

Faktor yang berasal dari dalam diri siswa, meliputi dua aspek yakni: aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah) dan aspek psikologis (yang bersifat rohaniah).

52

(44)

29

(1) Aspek Fisiologis

Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat memengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ tubuh yang lemah, apalagi jika disertai sakit kepala misalnya dapat menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga materi yang dipelajarinya pun kurang atau tidak berbekas. Untuk mempertahankan tonus jasmani agar tetap bugar, siswa sangat dianjurkan mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi. Selain itu, siswa juga dianjurkan memilih pola istirahat dan olahraga ringan yang sedapat mungkin terjadwal secara tetap dan berkesinambungan. Hal ini penting sebab perubahan pola makan-minum dan istirahat akan menimbulkan reaksi tonus yang negatif dan merugikan semangat mental siswa itu sendiri.53

(2) Aspek Psikologis

Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan belajar siswa. Namun, di antara faktor-faktor rohaniah siswa yang pada umumnya diipandang lebih esensial itu adalah sebagai berikut:

(a) Inteligensi Siswa

Tingkat kecerdasan atau intelegensi (IQ) siswa tak dapat diragukan lagi, sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Ini bermakna, semakin tinggi kemampuan intelegensi seorang siswa maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses. Sebaliknya, semakin rendah kemampuan intelegensi seorang siswa maka semakin kecil peluangnya untuk memperoleh sukses.54 Dapat tidaknya seseorang mempelajari sesuatu dengan hasil baik ditentukan/dipengaruhi oleh taraf kecerdasannya.55

53 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), h. 130.

54Ibid., h. 131.

(45)

Intelegensi sebenarnya bukan persoalan kualitas otak saja, melainkan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya. Akan tetapi, memang harus diakui bahwa peran otak dalam hubungannya dengan intelegensi manusia lebih menonjol daripada peran organ-organ tubuh lainnya, lantaran otak merupakan “menara pengontrol” hampir seluruh aktivitas manusia.

(b) Sikap dan Sifat Pribadi Siswa

Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons (response tendency) dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang, barang, dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif. Sikap (attitude) siswa yang positif, terutama kepada guru dan mata pelajaran yang guru sajikan merupakan pertanda awal yang baik bagi proses belajar siswa tersebut. Sebaliknya, sikap negatif siswa terhadap guru dan mata pelajaran, apalagi jika diiringi kebencian kepada guru atau kepada mata pelajaran dapat menimbulkan kesulitan belajar siswa tersebut.56 Demikian juga dengan tiap-tiap siswa mempunyai sifat kepribadian yang berbeda yang sedikit banyak turut pula mempengaruhi sampai dimanakah hasil belajarnya dapat dicapai.57

(c) Bakat Siswa

Secara umum bakat (aptitude) adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang (Chaplin, 1972; Reber, 1988). Dengan demikian, sebetulnya setiap orang pasti memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu dengan kapasitas masing-masing. Jadi, secara umum bakat itu mirip dengan intelegensi. Itulah sebabnya seorang anak yang berintelegensi sangat cerdas (superior) atau cerdas

(46)

31

luar biasa (very superior) disebut juga sebagai talented child, yakni anak berbakat.58

Bakat berfungsi sebagai modal pembelajaran, dengan adanya bakat seorang siswa akan jauh lebih mudah memahami materi pembelajaran bahkan tanpa hadirnya seorang pendidik sekalipun. Bakat dapat berkembang sebagai kemampuan suatu individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa banyak bergantung ppada upaya pendidikan dan pelatihan.

(d) Minat Siswa

Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.59 Guru dalam hal ini seharusnya berusaha membangkitkan minat siswa untuk menguasai pengetahuan yang terkandung dalam bidang studinya dengan cara yang lebih kurang sama dengan kiat mebangun sikap positif.

(e) Motivasi Sosial

Pengertian dasar motivasi adalah keadaan internal organisme baik manusia ataupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam perkembangan selanjutnya, motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: 1) motivasi intrinsik yaitu keadaan yang berasal dari dalam diri siswa yang mampu mendorong tindakan belajar. 2) motivasi ekstrinsik yaitu keadaan yang datang dari luar individu siswa juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar.60 Anak akan menyadari apa gunanya belajar dan apa tujuan yang hendak dicapai dengan pelajaran itu.61 Jadi jika guru dan orang tua dapat memberikan motivasi yang baik pada anak-anak timbullah dalam diri anak itu dorongan dan hasrat untuk belajar lebih baik.

58 Muhibbin Syah, op. cit., h. 133. 59Ibid. h. 133.

60Ibid., h. 134.

(47)

4. Lembar Kegiatan Siswa Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

Berdasarkan uraian tentang LKS dan pembelajaran berbasis masalah sebelumnya maka lembar kegiatan siswa berbasis masalah, yaitu lembar kegiatan yang dijadikan bahan ajar yang isinya mencangkup komponen-komponen pembelajaran berbasis masalah dan menerapkannya dalam serangkaian kegiatan belajar dalam LKS.

Langkah-langkah pembelajaran berbasis maslah yan

Gambar

Tabel 2.1 Sintaks Pengajaran Berdasarkan Masalah40
Tabel 3.1 Tahapan Persiapan, Uji coba dan Penelitian
Tabel 3.2 Jadwal Uji Coba Produk LKS Berbasis Masalah
Tabel 3.3JadwalPenelitian Penggunaan LKS Berbasis Masalah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan peningkatan kemampuan literasi sains antara siswa yang mendapatkan Lembar Kerja Siswa (LKS) Berbasis

materi yang diberikan.. 2) Menyajikan tugas – tugas yang meningkatkan penguasaan siswa terhadap materi yang diberikan. 3) Melatih kemandirian belajar siswa. 4) Memudahkan

Berdasarkan hasil data observasi penerapan pembelajaran yang dilakukan guru pada siklus I diketahui bahwa guru telah melakukan deskriptor pembelajaran berbasis masalah namun

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterlaksanaan proses pembelajaran aktivitas guru dengan menggunakan LKS berbasis inkuiri terbimbing memiliki rata-rata sebesar 95%

a) Siswa bisa memecahkan masalah/soal dengan persentase 93,57%, ini berarti penggunaan LKS dalam pembelajaran telah dapat membuat siswa memecahkan masalah/soal

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu siswa pada tanggal 20 Juni 2018 bahwa pembelajaran berpusat pada guru, hanya sebagian kecil siswa yang aktif dalam

a) Siswa bisa memecahkan masalah/soal dengan persentase 93,57%, ini berarti penggunaan LKS dalam pembelajaran telah dapat membuat siswa memecahkan masalah/soal

Pada siklus II guru mencoba mendekati siswa yang belum mampu memecahkan masalah pada tes siklus I untuk memberikan bimbingan, dan nilai ratarata kemampuan siswa dalam materi tayamum